Han Da Jin, seorang mahasiswa penerbangan bersiap untuk wisudanya berhasil menerbangkan pesawat cessna Red Barron dengan bangga. Dia sedang menanti kehadiran kedua orang tuanya untuk merayakan kelulusannya di akademi penerbangan di luar negeri.
Kim Yun Seong seorang Co-pilot yang baru saja naik pangkat dengan mendapatkan tanda 3 strip kuning di seragamnya.
Kapten Han Gyu Pil, yang akan membimbing penerbangan pertama Kim Yun Seong di sebagai Co-pilot dengan 3 strip dengan bangga memasangkan tanda itu di seragam Yung Seong.
Kapten Han: "Kau tahu arti dari 3 strip kuning ini?"
Yun Seong: "Artinya aku telah lulus kualifikasi"
Kapten Han: "Hanya karena kau mendapatkan 3 strip kuning ini, bukan berarti kau telah lulus kualifikasi. Kualifikasi terbentuk dan dilindungi karena kemampuanmu dan semuanya itu bergantung dari tanggung jawabmu. Jangan pernah lupakan itu"
Yun Seong mengangguk mantap mendengarkan semua nasehat sang Kapten dan berkata: "Aku akan selalu mengingat hal itu". Kapten Han pun mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Yun Seong.
Kedua Pilot dan Co-pilot itu pun terlihat bahagia karena akan melakukan penerbangan hari ini. Keduanya tampak akrab, Kim Yun Seong pastinya sangat menghormati sang Kapten dan menganggapnya sebagai guru dan panutan baginya.
Breffing prapenerbanganpun dimulai. Yun Seong menatap genit pada seorang pramugari bernama Choi Ji Won yang juga tampak lebih genit dari yang lain hingga berani mengedipkan matanya pada Yun Seong.
Para penumpang mulai masuk satu persatu. Choi Ji Won menyambut para penumpang dengan penuh semangat, pramugari senior mengingatkannya untuk tenang dalam menyambut penumpang dan jangan membuat masalah dalam penerbangan pertamanya ini. Seorang wanita setengah baya yang tengah hamil tua masuk kedalam pesawat sambil menelpon putrinya.
Tak lama, seorang aktor terkenal pun masuk ke dalam pesawat, dia adalah Jung Gyu Won (huah.. aku nggak nyangka Jung Gyu Won jadi cameo di drama ini, kayaknya sih sekalian promosi Salaryman kali ya?).
Dengan genitnya Choi Ji Won menyambut aktor tampan itu dengan penuh semangat, membuat Jung Gyu Won sedikit memperhatikan dan menatapnya dan membuat dirinya sendiri GR.
Ibu yang sedang hamil tua itu sebenarnya adalah Nyonya Han, istri dari Kapten Han dan Ibu dari Han Da Jin yang akan merayakan hari kelulusannya dari akademi penerbangan. Sebelum pesawat terbang lepas landas, Nyonya Han masih berbicara akrab dengan putrinya.
Namun saat pesawat akan segera terbang, Choi Ji Won mengingatkan Nyonya Han untuk menutup teleponnya karena pesawat mereka akan segera lepas Landas. Nyonya Han pun menutup teleponnya dan menikmati penerbangannya.
Di ruang Kokpit, Kapten Han memulai aba-aba untuk lepas landas, dan membiarkan Co-pilot barunya melakukan lepas landas pertamanya dengan tangannya sendiri. Kim Yun Seong menolak, tapi Kapten Han berkata: "Tidak semua Co-pilot diijinkan melakukan lepas landas sendiri di penerbangan pertamanya, tapi kau bisa melakukannya karena Kau adalah Kim Yun Seong"
Yun Seong pun jadi terharu lalu dengan tangan sedikit gemetar dan wajah bahagia, Yun Seong pun melakukan Lepas landas pertamanya tanpa bantuan sang Kapten. Pesawat pun berhasil lepas landas dengan sempurna.
Pesawat yang dikemudikan Kapten Han dan Yun Seong terbang dengan tenang. Suasana kabin pun sangat damai, para penumpang sangat nyaman dengan pelayanan para pramugari yang kadang melepas kelelahan mereka dengan melakukan maskeran dan pijatan kaki di ruang pramugari.
Namun seorang merasa tak nyaman dengan kondisinya, dia adalah Ibu dari Han Da Jin yang sedang hamil tua. Dia merasa tak nyaman dengan perutnya dan merasa ingin ke kamar kecil. Nyonya Han memanggil Pramugari Choi Ji Won dan memintanya untuk membantunya pergi ke toilet. Choi Ji Won datang dan membantunya berdiri.
Namun aktor tampan Jung Gyu Won pun memanggil Choi Ji Won. Dengan hati riang Choi Ji Won pun lebih memilih menghampiri sang Aktor dan mengabaikan permintaan Nyonya Han. Jung Gyu Won meminta Choi Ji Won mengambilkan selimut untuknya, Ji Won menyanggupinya sambil melirik sejenak ke arah Nyonya Han yang tertatih-tatih pergi ke kamar mandi dengan perut besarnya yang tak nyaman. Choi Ji Won berpikir Nyonya Han sepertinya tidak perlu bantuan dan membiarkan Nyonya Han pergi sendirian ke toilet dan pergi mengambilkan selimut untuk Jung Gyu Won.
Kapten Han meninggalkan Kokpit untuk pergi ke toilet. Co-pilot Kim Yung Seong masih terkena Euforia penerbangan pertamanya dan tersenyum sambil memakai kacamata hitamnya. Kim Yung Seong melihat ada sesuatu yang aneh, dan dia berusaha untuk melakukan sesuatu, namun malah fatal yang terjadi. Kim Yung Seong tidak sengaja membuat kemudi terpental ke depan dan membuat pesawat mengalami turbulensi dengan guncangan yang cukup hebat.
Para penumpang dan awak pesawat menjadi panik. Nyonya Han yang sedang berada di toilet pun merasakan guncangan karena tubulensi ini. Guncangan pesawat semakin hebat, Kapten Han pun panik dan bingung dengan apa yang terjadi. Nyonya Han yang masih di toilet terlempar ke samping dinding toilet karena guncangan, dan perut besarnya terbentur. Nyonya Han merasa kesakitan namun berusaha menahannya dan mencoba berdiri tegak kembali.
Di ruang Kokpit, Kim Yun Seong berusaha mengendalikan keadaan, namun kondisinya malah semakin memburuk dan guncangan yang terjadi semakin hebat. Barang-barang di pesawat mulai banyak yang terjatuh dari tempat penyimpanan, para penumpang di kursi pesawatpun terlempar kesana kemari. Kapten Han sampai di Kokpit dan bertanya ada apa? Kim Yung Seong menjelaskan bahwa dia tidak sengaja menekan kemudi Autopilot, dan kecepatan pesawat jadi tak terkendali. Kapten Han menyarankan untuk mengurangi kekuatan dan ketinggian pesawat. Kim Yung Seong mengikuti arahan sang Kapten, namun guncangan karena penurunan ketinggian tak terhindarkan, penumpang semakin panik.
Nyonya Han yang masih didalam toilet pun terlempar kemana-mana di ruangan toilet yang kecil itu, hingga akhirnya dia tersungkur jatuh dilantai toilet.
Kapten Han dan Kim Yun Seong jadi panik dan berusaha keras untuk menstabilkan keadaan pesawat. Kapten Han kembali memberikan arahan, dan kondisi pesawat pun terkendali. Kim Yung Seong masih panik, namum Kapten Han menenangkannya dengan menepuk bahu sang patner.
Choi Ji Won teringat pada Nyonya Han yang sedang ada di toilet. Dia pergi menyusul dan mencoba mengetuk toilet. Tak ada jawaban. Choi Ji Won pun membuka pintu toilet yang ternyata tidak terkunci. Perlahan pintu terbuka, dan Nyonya Han terjatuh roboh keluar dari toilet dengan kondisi tak sadarkan diri. Choi Ji Won panik dan mencoba membangunkannya. Choi Ji Won bertanya apakah Nyonya Han baik-baik saja. Tapi Nyonya Han tak menjawab, karena dia sudah pingsan, Choi Ji Won semakin panik.
Kapten Han bertanya apakah semua baik-baik saja pada pemimpin regu di kabin dan mendapat laporan tidak ada masalah sama sekali. Kapten Han pun mengatakan pada Kim Yun Seong, untuk tidak khawatir karena semuanya baik-baik saja. Kim Yun Seong meminta maaf untuk kesalahannya. Kapten Han berkata, Kim Yun Seong pasti sangat gugup, bukankah ini seperti berkencan? Itulah Indahnya berada di langit, hanya anggap saja ini semua pengalaman yang berharga.
Nyonya Han sepertinya sudah sadarkan diri. Choi Ji Won menuntunnya kembali ke kursi penumpangnya dengan hati-hati. Salah satu rekannya pun membantunya untuk mengantar Nyonya Han.
Choi Ji Won tampak sangat khawatir, sekaligus merasa bersalah karena telah mengabaikannya beberapa saat lalu. Choi Ji Won bertanya apakah Nyonya Han baik-baik saja. Nyonya Han berkata dia baik-baik saja, dan meminta diambilkan air. Choi Ji Won dengan sigap pergi ke dapur untuk mengambilkan air.
Choi Ji Won sangat khawatir dengan keadaan Nyonya Han, dia pun terus memantau keadaannya dari balik tirai dapur.
Saat Nyonya Han telah tertidur, Choi Ji Won membawakan selimut untuknya dan menyelimuti tubuhnya. Choi Ji Won sangat kaget saat dia melihat noda darah di belakang rok Nyonya Han.
Bukannya berusaha menolongnya, Choi Ji Won malah meninggalkan Nyonya Han dengan tangan gemetar dan melakukan pekerjaan lain dengan tangan gemetar. Choi Ji Won pergi ke toilet untuk menenangkan diri dan bertanya pada dirinya apa yang harus dilakukannya. Dia meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Han Da Jin sedang mengikuti Upacara wisuda kelulusannya dengan wajah bahagia. Namun Da Jin terus menerus melihat jam tangannya dan mulai cemas mengapa Ibunya belum datang juga.
Di pesawat, Choi Ji Won keluar dari toilet dan berjalan menghampiri Nyonya Han dengan perasaan takut dan kembali memeriksa keadaannya. Choi Ji Won sangat kaget saat melihat pendarahan yang terjadi pada Nyonya Han semakin banyak.
Choi Ji Won semakin panik saat dia menyadari Nyonya Han tidak sadarkan diri.
Choi Ji Won memanggil kepala regu yang langsung datang dengan beberapa Pramugari lainnya. Kepala regu meminta Pramugari lain untuk mencari dokter dalam pesawat ini, karena ada keadaan darurat. Choi Ji Won malah panik dan tidak bisa melakukan apapun, Kepala Regu menegurnya agar dia tetap tenang dan membantunya untuk membawa Nyonya Han ke ruang Darurat.
Aktor Jung Gyu Won melihat kedaan panik ini dengan tatapan heran dan mungkin sedikit rasa bersalah, karena sempat menggoda Choi Ji Won yang tadinya akan mengantar wanita yang tengah hamil tua itu? (Aigoo,, wajahnya Jung Gyu Won lucu banget). Jung Gyu Won pun pura-pura tak tahu apapun dan langsung kembali ke posisi semulanya. berpura-pura tak melihat apapun saat para Pramugari mengangkat Nyonya Han ke kamar Darurat. Sementara penumpang lain terlihat panik.
Salah seorang Pramugari mencoba mencari Dokter di pesawat itu, saat yang lainnya memberikan pertolongan pertama pada Nyonya Han dengan membaringkannya di kamar Darurat.
Kepala regu melaporkan keadaan yang terjadi pada kapten Han dan mengatakan bahwa mereka baru saja memindahkan seorang wanita yang hamil tua yang mengalami pendarahan karena guncangan akibat turbulansi. Kapten Han bingung, karena sebelumnya kepala regu mengatakan semuanya baik-baik saja
Yun Seong yang mendengar hal itu langsung panik. Kepala regu berkata keadaan ini baru saja diketahui. Kim Yun Seong ketakutan, namun Kapten Han menenangkan dan berkata mungkin itu bukan sesuatu yang serius.
"Da Jin Han" nama Han Da Jin dipanggil untuk mendapatkan symbol kelulusannya. Dengan wajah penuh tawa Han Da Jin maju ke atas panggung.
Sementara Nyonya Han sedang berusaha untuk melahirkan di dalam pesawat dengan bantuan para pramugari. Nyonya Han mengalami pendarahan hebat dan membuat Choi Ji Won memegang selimut dengan gemetar, dia merasa sangat bersalah.
Han Dan Jin menerima tanda kelulusannya dengan bangga dan bahagia. Dia pun berteriak untuk melepaskan rasa bahagianya.
Kondisi Nyonya Han semakin buruk. Salah seorang pramugari melapor bahwa di dalam pesawat tidak ada satu orang pun yang berprofesi dokter. Kepala Regu khawatir dengan keadaan Ibu dan Bayinya yang mungkin berada dalam keadaan bahaya jika terus dibiarkan. Maka Kepala regu akhirnya memutuskan untuk memberikan pertolongan pertama untuk Nyonya Han dan membantu Nyonya Han untuk melahirkan dalam keadaan darurat. Mendengar hal tersebut Choi Ji Won semakin panik dan menatap Kepala Regu yang memerintahkannya mengambilkan peralatan operasi darurat mereka. Choi Ji Won malah diam saja, karena masih merasa panik dan kebingungan. Kepala regu berteriak untuk menyadarkannya dan menyuruhnya mengambil semua peralatan.
Choi Ji Won mencuci tangannya yang berlumuran darah sambil menangis, dia benar-benar merasa bersalah dengan apa yang terjadi. Choi Ji Won pergi mengambil gunting dan perban, dengan tangan gemetar dan kepanikan luar biasa. Dia terjatuh saat akan kembali keruang Darurat membuat barang-barang bawaannya berserakan di lantai pesawat. Masih dengan tangan gemetar, Choi Ji Won mengumpulkan barang-barangnya dan kembali ke ruang Darurat secepatnya.
Kepala regu melaporkan pada kapten Han bahwa kondisi penumpang yang sedang mereka tolong tidak dalam keadaan stabil karena pernafasannya sangat tidak stabil. Kapten memahami hal itu dan berkata bahwa dia mengerti dan meminta pihak kabin terus memberikan laporan terkininya. Kapten Han memberikan arahan pada Kim Yun Seong untuk menghubungi Bandara terdekat supaya mempersiapkan ambulance dan peralatan medis darurat. Kim Yung Seong melaksanakan arahan Kapten Han yang terlihat sedikit stress menghadapi masalah ini.
Para pramugari masih berusaha keras membantu Nyonya Han untuk melahirkan, namun itu tidak mudah, mungkin karena usianya pun tak muda lagi, sehingga proses kelahiran pun menjadi semakin sulit. Choi Ji Won tak bisa berbuat apapun dia hanya berdiri dengan gemetar melihat usaha Nyonya Han untuk melahirkan sambil memegang nampan berisi perban dan gunting.
Sayangnya, Pesawat tak bisa segera mendarat karena kondisi cuaca yang buruk di bandara-bandara terdekat. Kim Yung Seong menyarankan untuk segera mendaratkan pesawat di bandara terdekat apapun keadaannya agar meraka bisa menyelamatkan wanita yang sedang melahirkan itu. Kapten Han menolak, karena kondisi bandara itu tertutup awan. Kim Yung Seong menyarankan untuk melakukan siatu metode pendaratan tertentu untuk kondisi darurat seperti ini. Namun Kapten Han menolak dan berkata tidak ada siapapun yang bisa menyingkirkan awan. Kim Yung Seong berkata, "Mungkin wanita itu bisa meninggal". Kapten Han menjawab, "Aku tahu, tapi kita juga membawa 300 penumpang lainnya". Kim Yung Seong tetap ingin melakukan pendaratan darurat, namun Kapten Han malah memintanya untuk menghubungi bandara lain yang sedikit lebih jauh, berharap cuaca di daerah itu tidak buruk.
Kepala regu dan pramugari lainnya masih mencoba membantu Nyonya Han untuk melahirkan. Kepala Regu meminta Nyonya Han untuk mendorong lebih kuat karena bayinya bisa segera lahir. Nyonya Han mencoba mendorong lebih kuat, hingga akhirnya dia berhasil melahirkan, tanpa suara tangisan, bayi itu lahir. Kepala regu meminta gunting pada Choi Ji Won, dan bertanya apakah Choi Ji Won sudah mensterilkan gunting tersebut. Choi Ji Won tidak memperhatikan pertanyaan kepala regu karena Nyonya Han menatapnya seolah ingin mengatakan sesuatu. Kepala regu memotong ari-ari sang Bayi dan membuat Choi Ji Won sedikit kebingungan dengan pertanyaan yang diberikan kepada regu padanya, karena sepertinya Choi Ji Won lupa mensterilkan gunting. Kepala regu memberikan bayinya pada pramugari lain untuk dibersihkan. Kepala regu bernafas lega karena berhasil menolong Nyonya Han melahirkan. Namun Kepala Regu dan Choi Ji Won panik saat menyadari pendarahan Nyonya Han tidak berhenti. (Karena gunting yang tidak steril kah??).
Nyonya Han menatap Choi Ji Won yang ketakutan melihat keadaan wanita itu, apalagi pendarahannya sama sekali tidak berhenti.
Kim Yun Seong memastikan mereka bisa melakukan pendaratan di San Fransisco, tapi mereka membutuhkan waktu 2 jam dan itu akan terlambat. Kapten Han memutuskan untuk melakukan pendaratan di San Fransisco. Kapten Han mendapat laporan bahwa bayinya berhasil di keluarkan, namun pendarahan pasca melahirkan tidak berhenti. Kim Yun Seong panik dan meminta Kapten Han untuk melakukan pendaratan darurat di bandara yang lebih dekat. Namun Kapten Han bersikeras untuk mendarat di San Fransico, karena disana cuacanya lebih baik dan tidak akan membahayakan pesawatnya. Yun Seong kesal dan berkata, mungkin seorang wanita hamil akan mati gara-gara dia, Kapten Han berkata bahwa mereka pun mempertaruhkan nyawa 300 penumpang lainnya untuk melakukan pendaratan darurat di cuaca yang buruk. Yun Seong bertanya, apakah Kapten Han akan tetap bersikap seperti ini jika wanita itu adalah keluarganya? Kapten Han menjawab, bahwa penumpang lain pun memiliki keluarga. Kim Yung Seong terus berteriak untuk membujuk sanga Kapten. Tapi pendirian Kapten Han sama sekali tak berubah.
Yun Seong panik, tak tahu harus melakukan apalagi. Kapten Han lalu berkata: "Perempuan hamil itu adalah Istriku". Yung Seong kaget mendengarnya, dia menatap kapten-nya.
"Aku tak bisa mempertaruhkan 300 nyawa penumpang lainnya untuk menyelamatkan istriku" kata Sang Kapten tegas. Yun Seoung semakin tak mengerti keadaan ini, dia lebih bingung setelah mendengar pengakuan sang kapten.
Han Da Jin merayakan kelulusannya dengan gembira bersama teman-temannya dengan melepaskan balon-balon berwarna warni. Ia bahkan diceburkan ke dalam air mancur oleh para teman-teman bule-nya. Saat berada di air dangkal, ponsel Da Jin berdering. Da Jin mengangkatnya dan itu adalah Ayahnya yang mengabarkan kematian sang Ibu. Da Jin tak percaya dan terus berkata: "Appa, berhenti bercanda" dan Ayahnya memang sama sekali tak bercanda. Da Jin melihat balon-balon yang tadi dia lepaskan bersama teman-temannya ke langit. Semakin lama balon-balon itu semakin tak terlihat.
Han Da Jin berlari di koridor rumah sakit, dan melihat ayahnya Kapten Han Gyu Pil sedang duduk di ruang tunggu. Kapten Han berdiri dan menyambut putrinya yang masih tampak tak percaya dengan kabar yang di dengarnya lewat telepon. Namun saat melihat wajah sang Ayah, mau tak mau Da Jin harus percaya.
Da Jin berjalan melewati sang Ayah, kemudian terduduk lesu di koridor rumah sakit dengan badan gemetar sambil berkata: "Omma" Lalu menangis tak tertahankan. Da Jin meluapkan rasa sedihnya lewat semua tangisannya, dan Kapten Han hanya bisa terdiam melihat tangisan keras putri sulungnya.
Kim Yun Seong, duduk dengan murung di dalam kokpit dan terlihat sangat ketakutan saat melihat ruang Kokpit. Dia begitu gemetar mengingat kesalahan yang telah dilakukannya hingga membuat seseorang meninggal, terlebih yang meninggal itu adalah istri dari guru yang sangat dihormatinya.
Choi Ji Won pun terduduk dengan wajah tegang di salah satu bangku penumpang dalam pesawat, dia pun merasa sangat bersalah pada apa yang terjadi pada Nyonya Han, bagaimana pun dia merasa, kondisi Nyonya Han yang mengalami pendarahan adalah kesalahannya yang tak mau mengantar Nyonya Han ke toilet, hingga Nyonya Han mengalami benturan saat terjadinya Turbulensi. Choi Ji Won teringat pada wajah Nyonya Han yang berusaha menggapainya di saat hembusan terakhir nafasnya, yang membuatnya tak bisa menjawab apakah gunting yang disodorkannya pada Kepala regu telah disterilkan atau belum. Choi Ji Won terlihat sangat ketakutan. Choi Ji Won menutup matanya, berusaha melupakan apa yang terjadi hari ini.
Yang Mal Ja, adik perempuan dari Almarhum Nyonya Han, menangis tersedu saat melihat prosesi pemakaman sang Kakak. Air mata Da Jin sudah kering sehingga di acara pemakaman ini, dia sama seklai tak bisa menangis. Semua orang merasa kehilangan Nyonya Han.
Choi Ji Won datang ke pemakaman itu dengan berurai air mata berniat untuk meminta maaf. Da Jin melihat Choi Ji Won dengan pandangan penuh amarah dan berniat mengusirnya karena dia tak sudi melihat Choi Ji Won yang telah menyebabkan kematian Ibunya, namun Kapten Han mencegahnya.
Dari Kejauhan, Kim Yun Seong melihat kejadian itu dengan penuh rasa bersalah. Kim Yun Seong hanya bisa menatap acara pemakaman itu dari kejauhan sambil menangis tersedu.
Kim Yun Seong meluapkan rasa bersalahnya dengan minum-minum di kedai Soju. Dia begitu frustasi karena sangat merasa bersalah, dan berakhir di depan rumah keluarga Kapten Han. Kim Yun Seong duduk di tangga pintu masuk rumah Kapten Han dengan kepala tertunduk muram dengan kondisi setengah mabuk. Kapten Han datang dan mengajaknya masuk. Yun Seong langsung berlutut di hadapan kapten Han sambil berkali-kali meminta maaf dengan penuh emosi.
Tapi Yun Seong pun menyatakan kebenciannya pada Kapten Han karena telah tega mengorbankan nyawa istrinya demi menyelamatkan nyawa 300 penumpang. Yun Seong berkata bahwa mulai kini dia tidak bisa lagi mengikuti Kapten Han. Orang seperti dirinya tidak bisa melakukan apa yang telah dilakukan Kapten Han, bahkan setengahnya pun tak bisa. Yun Seong adalah seorang yatim piatu, ikatan keluarga adalah hal yang asing baginya, tapi dia tak mengerti dengan apa yang dilakukan Sang Kapten dengan mengorbankan nyawa istrinya. Beratus kalipun dia berpikir, Yun Seong tetap tak mengerti dengan apa yang telah dilakukan Kapten Han.
Kapten Han berdiri dan menepuk bahu Yun Seong, dia menunjukkan tanda 4 strip yang ada di lengan seragamnya. "Tanda 4 strip dari seorang Kapten, berarti sebuah tanggung jawab. Karena tanda 4 strip ini, aku harus menyelamatkan nyawa 300 penumpang tapi mengorbankan nyawa istriku" Yun Seong semakin tak mengerti mendengar penjelasan sang kapten.
Kapten Han: "Kokpit, tak selamanya menjadi tempat yang menyenangkan, Suatu hari saat kau menjadi seorang Kapten, kau akan mengerti"
Yun Seong: "Jika seorang Kapten seperti itu, aku tidak bisa menjadi salah satunya. Aku tidak ingin. Aku akan keluar"
Yun Seong berdiri dan merapikan pakaiannya, tanpa banyak biacara dia berlutut lagi memberikan penghormatan pada Kapten Han. Tanpa menjawab panggilan padanya, Yun Seong berdiri dan pergi meninggalkan rumah Kapten Han.
Han Da Jin masih bersedih karena kematian sang Ibu, dia bahkan tak bisa tidur nyenyak sepanjang malam.
Paginya Kapten Han membawakan susu untuk Da Jin dan bertanya apakah Da Jin tidur nyenyak. Da Jin tak menjawab, dia malah bertanya apakah ibunya hanya seorang penumpang bagi Ayahnya, apakah nyawa ibunya tidak bisa dibandingkan dengan nyawa ratusan penumpang pesawat lainnya hingga Ayahnya tega mengorbankan Nyawa ibunya begitu saja. Sama halnya dengan Yun Seong, Da Jin pun tak mengerti mengapa Ayahnya harus melakukan hal itu. Kapten Han tak bisa berkata apapun, dia hanya menerima kekecewaan semua orang padanya, karena semua yang ia lakukan adalah karena sebuah tanggung jawabnya sebagai seorang Kapten.
Bayi yang dilahirkan Nyonya Han selamat dan bertahan hidup, namun dia mendapatkan penyakit Neonatal sepsis, karena ada bakteri yang mengalir ke dalam darahnya saat dia dilahirkan. Kapten Han harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk jika terapi darah tidak bisa mengatasi penyakit sang bayi dan mungkin malah bisa menimbulkan komplikasi.
Kapten Han mengunjungi makam istrinya. Kapten Han meminta maaf pada Sang Istri dan dan berkata Istrinya pasti tahu, jika baginya Istrinya adalah yang pertama, kedua juga ketiga.
Kapten Han mengemudikan mobil untuk pulang ke rumah, lalu ponselnya berdering. Ada SMS dari Da Jin, yang meminta maaf dan bertanya Ayahnya ada dimana. Wajah Kapten Han berubah sumringah mendapat SMS dari Da Jin.
Kapten Han pun menepikan mobilnya agar bisa membalas SMS Da Jin. Sayangnya saat Kapten Han berniat menepikan mobilnya di sebuah persimpangan jalan. Sebuah truk melaju kencang dari arah persimpangan dan menabrak mobilnya. Hari itupun menjadi hari terakhir untuk Kapten Han.
Kecelakaan yang dialami Kapten Han, akhirnya merenggut nyawanya. Sekali lagi Han Da Jin harus kehilangan orang yang dicintainya.
Upacara pemakaman Kapten Han berlangsung dengan penuh penghormatan. Sekali lagi Da Jin kehilangan orang yang disayanginya, dia sama sekali sudah tidak bisa menangis saat jasad Sang Ayah dimasukan kedalam tungku pembakaran.
Di Hari pemakaman Kapten Han, Yun Seong yang tak mengetahui kabar kematian Han sedang berada di bandara untuk meninggalkan Korea, setelah mengundurkan diri dari Mirae Air dan melepas seragam Co-pilotnya. Sebelum pergi Kim Yun Seong tampak ingin menelpon seseorang, namun tidak dia lakukan dan memilih untuk segera pergi.
Sesuai keinginan Kapten Han, Da Jin membawa abu sanga Ayah ke ruang Kokpit, Da Jin berkata, dia berharap bisa mempercayai pilihan Ayahnya, karena itu dia akan menjadi Pilot seperti Ayahnya, sehingga dia bisa membuat keputusan yang sama seperti yang dipilih Ayahnya.
Australia, 7 Tahun Kemudian
Han Da Jin berlari-lari menuju taman bermain yang hampir tutup. Sayangnya dia terlambat karena taman bermain tersebut sudah waktunya untuk tutup. Namun Da Jin membujuk penjaganya untuk mengijinkannya masuk untuk bermain dan mengambil beberapa foto di dalam. Dia ingin menunjukkan foto-foto itu pada adiknya, dan berjanji akan membawa adiknya datang kesini jika Adiknya sudah sehat. Penjaga taman bermain tersentuh dan dia mengijinkan Da Jin untuk masuk dan mendoakan semoga adiknya cepat sembuh.
Da Jin pun bermain sepuasnya dalam taman bermain itu, dan mengakhiri perjalannya dengan mengambil sebuah bola ramalan. Dan isinya ramalan itu adalah "Climb Your Life" Da Jin takjub dengan kata-kata itu dia pun tertawa.
Da Jin memainkan bola ramalannya dengan melempar-lemparkannya ke atas dan kembali menangkapnya. Namun Da Jin melemparkannya terlau jauh dan membuat Da Jin terjatuh saat mencoba menangkap Bola itu. Bola tesebut menggelinding jauh, dan Da Jin meringis kesakitan karena terjatuh. Seseorang menahan bola itu agar tak menggelinding semakin jauh.
Orang tersebut mengambilkan Bola itu dan mengembalikannya pada Da Jin yang masih terjatuh, tapi dia sama sekali tak menolong Da Jin untuk bangun. Da Jin bingung, dia pun berguman pada dirinya sendiri, "Mungkin dia bukan orang Korea". Tapi orang itu sebenarnya orang Korea. Dia adalah Kim Yun Seong.
Pagi yang cerah di Australia, Da Jin memanjat sebuah Jembatan yang berada di dekat Opera House Australia karena inspirasi yang dia dapatkan dari bola ramalan. Da Jin menikmati pemandangan Indah Kota Sydney dari atas Jembatan itu dengan perasaan yang begitu bahagia.
Sementara itu, di Taman yang berada di Bawah Jembatan yang sedang di panjat Da Jin, Kim Yun Seong sedang memfoto pasangan yang berbaju pengantin.
Da Jin sudah sampai dipuncak jembatan, dia tampak begitu bahagia dan meneriakkan kata "Climb Your Life" dari atas Jembatan membuat orang-orang yang berada di bawah Jembatan melihatnya, begitu juga Yun Seong yang langsung mengabadikan semangat Da Jin tersebut dengan mengambil fotonya dan mengenali Da Jin adalah gadis yang ditemuinya di taman bermain tadi malam.
Da Jin tiba di ke bandara Sydney dengan begitu semangat. Dia sangat gembira saat tahu dia akan terbang bersama Kapten Kim Yun Seong yang telah menjadi legenda di TY Airlines. Kim Yun Seong yang telah menyelamatkan ratusan penumpang Australia dalam penerbangan berbahaya, hingga dia mendapatkan penghargaan dari pemerintah Australia.
Kapten Kim Yun Seong datang, dengan penuh semangat Da Jin memberi salam, namun dia kaget saat melihat siapa yang ada dihadapnnya, dia adalah pria yang ditemuinya di taman bermain.
Breffing pra-penerbangan dimulai. Mereka memiliki seorang penumpang yang merupakan pasien penderita penyakit jantung yang akan menjalani operasi di Korea, sehingga penerbangan kali ini pun harus berjalan dengan aman dan tepat waktu.
Saat di Kokpit, Da Jin mencoba mengakrabkan diri dengan Yun Seong, dengan mengatakan pertemuan mereka sebelumnya seperti takdir saja, dia juga berkata bahwa dia senang bisa terbang mendampingi Kapten bintang seperti Yun Seong. Tapi Yun Seong hanya berkata "Chek" Da Jin bingung tapi menjawab juga, "Yes" dengan ragu-ragu, saking kagetnya Yun Seong tiba-tiba mengintruksikannya untuk melakukan "Chek".
Masalahnya, Da Jin malah salah menekan tombol dan membuat semua lampu pesawat mati. Penumpang panik dan terjadi kekacauan di kabin.
Yun Seong bertanya, apa yang dilakukan Da Jin, dengan wajah tanpa dosa, Da Jin juga kebingungan dengan apa yang dilakukannya. Saat sadar, Da Jin minta maaf karena dia salah menekan tombol APU yang merupakan tombol lampu semua Kabin. ( -LOL- Saking gugupnya deket Pilot ganteng Da Jin jadi salah menekan Tombol).
Yun Seong menegurnya, dan memerintahkannya untuk menekan kembali tombol APU- nya. Yun Seong segera menelpon Kabin, dan menanyakan keadaan di Kabin. Pramugari melaporkan bahwa memang terjadi kekacauan dan penumpang jadi panik dan ketakutan. Yun Seong menenangkan bahwa mereka sedang menyalakan kembali sistem APU, jadi harap menunggu sebentar agar keadaan kembali menjadi normal. Tak lama.. lampu pesawat kembali menyala.
Yun Seong diam, namun dia terlihat menahan kemarahannya, sementara Da Jin memasang wajah polos tanpa dosanya.
Yun Seong: "Keluar"
Da Jin: "Apa?"
Yun Seong: "Aku tidak bisa melakukan penerbangan dengan Amatir sepertimu. Keluar!"
Da Jin: "Kapten?"
Pramugari melaporkan ada 311 penumpang di pesawat dan mereka akan segera menutup pintu.
Yun Seong berteriak pada Da Jin: "Cepat turun sebelum pintu ditutup"
Da Jin hanya bisa melongo, tak berpindah barang sejengkalpun.
Da Jin: "Tapi jika kita membuang-buang waktu, pasien yang akan melakukan operasi..."
Yun Seong: "Aku akan mengatasinya"
Da Jin menelan ludah melihat ketegasan Yun Seong. Pramugari kembali bertanya, apakah dia sudah bisa menutup pintu.
Yun Seong mengecek daftar penumpangnya dan bertanya apakah sudah memastikan ada 311 penumpang dipesawat. Yun Seong bertanya tentang kondisi Jung Ji Hye, pasien yang akan akan melakukan operasi Jantungnya. Pramugari menjawab, baik-baik saja, tapi penjaga pasien itu berkata, mereka harus tiba tepat waktu agar bisa melakukan operasi jantung dengan sukses. Yun Seong mengerti.
Da Jin bertanya, apakah dia harus melaporkan persiapan lepas landas. Yun Seong bilang, sebaiknya Da Jin berterimakasih pada Jung Ji Hye dan mengintruksikannya melaporkan persiapan lepas landas. Da Jin bisa bernafas lega. Yun Seong mempersiapakan pesawat untuk lepas landas sementara Da Jin akan melaporkan keberangkatan mereka ke menara pengawas.
"Ruang Pengawas Sydney. Ini adalah Pesawat Wings 602, meminta ijin untuk lepas landas menuju Incheon"
Da Jin melakukan laporan itu dengan suara lantang dan cemprengnya, memekikan telinga Yun Seong. Namun Da Jin tak merasa bersalah dan hanya tersenyum polos saat Yun Seong menatapnya aneh. Yun Seong hanya bisa menghela nafas. Pesawat Wings 602 pun lepas landas.
Di gedung perusahaan Wings Air, Hong Mi Joo, putri Wakil Direktur perusahaan Wings Air memasuki gedung disambut dengan senyuman para karyawannya. Hong Mi Joo diperkenalkan sebagai General Manajer baru Wings Air. Direktur Wings Air berkata pada Hong In Tae, bahwa dia beruntung memiliki putri yang cantik dan pintar seperti Hong Mi Joo. Hong In Tae pun tersenyum bangga melihat kesuksesan putrinya.
Kini waktunya Diektur Wings Air yang memberikan sambutan. Selesai memberi sambutan, Direktur menunjukkan foto Pilot baru mereka. Dia adalah Kim Yun Seong, yang telah mendapatkan penghargaan dari pemerintah Australia karena komitmen kerjanya. Dengan bangga Direktur mengumumkan mulai hari ini Yun Seong memutuskan kembali ke Korea dan menjadi Pilot utama di Maskapai Penerbangan Wings Air. Hong In Tae menatap foto Yun Seong dengan kaget, dia tak percaya dengan apa yang dilihatnya, dia menatap Foto di layar Proyektor itu dengan penuh kebencian.
Menara Pengawas, di bandara Incheon.
Kang Dong Soo, seorang petugas menara pengawas sedang melakukan tugasnya dengan serius. Dia mencium bau kopi, dia membentak anak buahnya yang berani membawa kopi ke ruangannya, dia bilang kopi itu bisa tumpah dan itu akan membuat semua alat komunikasi di menara ini tak akan berfungsi. Anak buahnya hanya tersenyum dan meminum kopi itu.
Kang Dong Soo melihat ada yang salah di area pendaratan pesawat, sementara pesawat Wings 602 akan mendarat ditempat itu. Dong Soo segera menghubungi Wings 602 untuk tidak langsung melakukan pendaratan, karena mereka harus mengatasi masalah ini, dan meminta Wings 602 tetap terbang diketinggia 3000 kaki. Yun Seong menyuruh Da Jin mengatur ketinggian di 3000 kaki.
Dong Soo bertanya pada pesawat yang ada di area pendaratan. Ternyata Pesawat itu mengalami kerusakan mesin. Dong Soo segera memerintahkan teknisi untuk mengatasi hal ini. Maka mobil angkutan pun didatangkan untuk memindahkan pesawat yang mengalami kerusakan mesin itu.
Da Jin meminta prioritas pendaratan karena mereka membawa pasien yang akan melakukan Operaesi Jantung yang telah dijadwalkan. Dong Soo menjawab, bahwa mereka sedang mengatasi masalah di area pendaratan dan telah menyiapkan sebuah ambulance untuk mengangkut pesawat itu nantinya dan meminta Wings Air tetap berada di ketinggian 3000 kaki.
Penumpang di kabin mulai panik, karena keterlambatan pendaratan. Da Jin masuk ke kabin dan melihat langsung kondisi Jung Hye Jin, penumpang yang akan melakukan operasi jantung. Da Jin melihat pasien semakin kesulitan bernafas, hal ini membuat Da Jin semakin cemas.
Yun Seong bertanya bagaimana kondisi pasien. Da Jin melaporkan, bahwa jika pendaratannya ditunda lebih lama lagi, pasien akan semakin kesulitan untuk bernafas. Dia harus tepat waktu untuk melakukan operasi jantungnya.
Yun Seong memerintahkan Da Jin untuk meminta pendaratan darurat pada menara Pengawas. Tapi Dong Soo malah memerintahkan Wings 602 tetap terbang sesuai petunjuk sebelumnya. Da Jin mulai kesal, dia bertanya apakah petugas Incheon Tower tidak mengerti apa yang dimaksud dengan keadaan darurat? Da Jin memaksa untuk diijinkan mendarat.
Dong Soo meminta maaf, karena tidak bisa mengijinkan hal itu, karena ada masalah di area pendaratan dan mereka akan segera mengatasinya secepatnya. Da Jin mulai naik pitam dan meminta alternatif lain. Tapi Yun Seong berkata, bahwa mereka harus percaya pada Intruksi petugas penjaga menara. Da Jin protes, tapi akhirnya mencoba mengerti dan meminta masalahnya segera diselesaikan, karena mereka memiliki penumpang seorang pasien yang harus segera ditangani petugas medis.
Dong Soo bertanya pada petugas lapangan, berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan pesawat itu. Petugas bilang mereka butuh waktu 5 menit. Dong Soo memperhitungkan, jika itu hanya butuh waktu 5 menit, maka Wings 602 bisa mempersiapkan diri untuk mendarat. Dong Soo pun menghubungi Da Jin dan berkata mereka bisa memulai persiapan pendaratan.
Tapi saat Dong Soo melihat ke lapangan, pesawat itu belum dipindahkan. Dong Soo bertanya lagi pada petugas lapangan, Petugas berkata sepertinya mereka butuh waktu lebih lama. Dong Soo frustasi dan berkata pada Da Jin untuk tetap berada di ketinggian 3000 kaki, karena masalahnya belum teratasi. Da Jin kesal karena ke plin-planan Dong Soo. Mereka pun malah beradu omong, karena Da Jin semakin emosi menanggapi hal ini.
Yun Seong memarahi Da Jin, karena sikap emosional Da Jin. Yun Seong meminta Da Jin untuk tetap tenang dalam keadaan darurat seperti ini. Da Jin menyatakan kekasalannya pada petugas menara dan merasa dipermainkan. Da Jin berkata mereka tidak bisa terus seperti ini, karena pasien Jung Ji Hye dalam bahaya. Da Jin mengusulkan untuk melakukan pendaratan di bandara Gimpo, Yun Seong bilang cuaca di Gimpo tidak baik, dan memutuskan tetap menuruti intruski petugas menara.
Da Jin bilang, mereka tidak boleh menyerah sebelum mencobanya, karena mereka bisa melakukan pendaratan yang baik, pada waktu yang tepat. ‘Waktu yang Tepat’ itulah yang dikatakan Da Jin, kata-kata yang sama yang pernah dikatakan Yun Seong 7 tahun lalu saat dia mengusulkan pendaratan darurat pada Kapten Han. Yun Seong jadi teringat akan kejadian 7 tahun lalu. Dia ingat apa yang dikatakan Kapten Han saat itu, dan kini dia pun mengatakan kata-kata yang sama pada Da Jin. Ya.. Kapten Han benar, Yun Seong akan memahami tanggung jawab yang dia pikul sebagai Pilot saat dia telah benar-benar menjadi Kapten Pilot. Dia tidak bisa membahayakan nyawa penumpang hanya karena sebuah perkiraan. Da jin berkata, tapi pasien Jung Ji Hye dalam bahaya. Yun Seong mengingatkan, apakah Da Jin hanya memikirkan nyawa seorang penumpang saja? Tidakkah Da Jin memikirkan nyawa 300 penumpang yang lainnya. Yun Seong memutuskan tetap mengikuti Intruksi dari Incheon Tower. Meski marah, Da Jin pun berusaha memahami.
Dong Soo memastikan pesawat di area pendaratan telah berhasil untuk segera dipindahkan. Dong Soo berkata pada dirinya,, sebenarnya dia ingin membuat Wings 602 berputar-putar lebih lama, tapi karena keadaannya Darurat, dia akan segera mengijinkan Wings 602 melakukan pendaratan. Dong Soo menghubungi Wings 602 dan mengijinkannya untuk segera mempersiapkan pendaratan. Yun Seong mengintruksikan perintah pendaratan.
Dong Soo kembali memeriksa area pendaratan dan ada masalah lagi, mobil untuk memindahkan pesawat mengalami kerusakan sehingga pesawat tidak bisa dipindahkan dengan sempurna. Dong Soo mencoba kembali menghubungi Wings 602, namun radio panggilannya tidak berfungsi.
Apa penyebab radio pemanggilnya tidak berfungsi? Kopi yang tumpah ke perangkat radio pemanggil utama dan langsung mempengaruhi radio pemanggil lainnya. Dong Soo kesal bukan main pada anak buahnya, dan dia memukul kepala anak buahnya dengan penuh emosi.
Dong Soo pun mengambil langkah terakhir untuk menghalangi pendaratan pesawat Wings Air. Dia berlari ke atap menara dan membawa lampu penunjuk tanda bahaya dan tidak. Wings 602 sudah ada di ketinggian 1000 kaki, mereka siap untuk mendarat. Dong Soo segera menyalakan lampu merah untuk menghalangi dilakukannya pendaratan. Yun Seong dan Da Jin menyadari hal ini. "Tanda Merah, artinya kita tidak bisa mendarat" Yun Seong dan Da Jin bekerja sama untuk kembali menaikan ketinggian pesawat. Dan berhasil.. Dong Soo bersorak, "OK!" Petugas lapangan menghubunginya dan mengatakan semuanya sudah beres.
Da Jin berusaha menghubungi menara, namun tidak ada respon. Da Jin semakin emosi, Yun Seong hanya melihat tingkah Da Jin dengan tatapan tak senang.
Dong Soo segera menyorotkan Lampu Hijau pada Wings 602 yang berarti mereka sudah diijinkan untuk mendarat (seperti lampu lalu lintas ya? Merah untuk tidak, Hijau untuk Iya). Yun Seong dan Da Jin menerima sinyal itu, dan mereka pun melakukan persiapan untuk pendaratan. Wings 602 berhasil mendarat dengan selamat atas kerja keras petugas penjaga menara dan Pilot yang super sabar seperti Kim Yun Seong.
Da Jin berjalan penuh amarah memasuki bandara. Di sisi lain Dong Soo pun melakukan hal yang sama, kedua orang ini sama-sama kesal karena insiden tadi. Da Jin merasa dipermainkan dan Dong Soo merasa diremehkan. Keduanya bertemu, dan saling menatap penuh amarah. Tapi Da Jin lebih emosional, dia segera menarik kerah baju Dong Soo dan berteriak padanya, "Apa kau bermain-main dengan Radio pemanggil?" Dong Soo menyangkal dan berkata Radionya memang tidak berfungsi. Da Jin tak terima alasan itu, dia tetap marah. Dong Soo pun jadi marah, mereka saling berteriak penuh amarah. Yun Seong yang melihat hal ini, berteriak menghentikan tingkah mereka yang telah menjadi tontonan para calon penumpang. "Apa yang kalian lakukan?" Tanya Yun Seong, Keduanya menoleh pada Yun Seong, dan baru sadar mereka telah jadi Tontonan. Yun Seong menyuruh Da Jin melepaskan tangannya dari kerah baju Dong Soo.
Da Jin diperingati bahwa tingkahnya tadi telah menodai nama baik seorang pilot. Da Jin meminta maaf pada manajer personalianya, namun dia berkata dia tetap merasa bahwa kejadian tadi adalah salah petugas menara. Yun Seong yang mendampinginya menatap Da Jin tidak percaya, bahkan dalam keadaan seperti ini pun Da Jin masih sempat menyalahkan orang. Manajer personalia ingin marah pada Da Jin, tapi dia melihat Hong Mi Joo masuk ke kantor mereka. Manajer personalia segera bangkit dan pergi menyambut GM Hong Mi Joo yang masuk dengan berkata bahwa Da Jin telah merusak reputasi Pilot Wings Air sambil menunjukkan sebuah artikel yang siap dicetak di Koran (apakah media massa disana secepat itu membuat berita? Keprok,, ngasih applause,,,). Hong Mi Joo berkata, dia mengerti jika Da Jin merasa marah pada petugas menara, tapi karena telah merusak Image perusahaan penerbangan, apakah Da Jin ingin dipecat? Da Jin kaget mendengar kata-kata terakhir Hong Mi Joo. Da Jin segera meminta maaf.
Hong Mi Joo segera mengubah nada bicaranya saat berhadapan dengan Yun Seong dan meminta maaf karena bertemu dalam keadaan seperti ini. Yun Seong malah meminta maaf juga, namun dia juga tak percaya bahwa Wings Air mempekerjakan Pilot Amatir seperti orang yang ada disampingnya itu. Yun Seong berkata: "Orang bilang, meraka menghukum 10 orang karena kesalahan 1 orang, tapi aku sangat kecewa pada Pilot di Wings Air" sambil menunjuk Da Jin yang tak berani menatap Hong Mi Joo ataupun Yun Seong yang berkata, "sepertinya system Wings Air perlu diperbaiki"
Da Jin sebenarnya marah mendengar kata-kata Yun Seong, namun dia berusaha menahannya dan hanya meminta maaf pada keduanya sambil membungkukan badannya berkali-kali. Da Jin pergi, namun kembali berbalik dan marah-marah pada Yun Seong, dia tetap bersikeras insiden ini sepenuhnya kesalahan Petugas menara yang bisa mengancam jiwa seseorang.
Yun Seong kaget dengan tingkah Da Jin. Dia mendekati Da Jin dan berkata: "Kau... dari semua Pilot yang pernah ku temui, kau adalah yang terburuk. Paling buruk, sangat buruk. Pertama, karena kau salah menekan tombol APU 300 penumpang merasa kesulitan dan bingung. Kedua, Karena nada suaramu yang buruk, pesawat dan 300 penumpangnya bisa saja dalam bahaya. Ketiga, Meskipun ada pasien gawat darurat, kau telah berani meninggalkan Kokpit. Jika ada satu lagi Pilot yang sepertimu, Pesawat Wings 602 akan hancur berkeping-keping"
Da Jin menerima semua perkataan Yun Seong dengan menahan amarah, Da jin pun berkata: "Baiklah aku mengakui kesalahanku. Kenyataan bahwa aku tak bisa tetap tenang dan dingin. Aku mengakuinya. Tapi aku hanya ingin menyelamatkan Pasien yang berada dalam keadaan darurat. Jadi, aku pun melakukan yang terbaik yang aku bisa. Itu adalah yang terbaik dariku "
Yun Seong bertanya: "Kau bilang, itu yang terbaik darimu?"
Yung Seong meraih seragam Pilot Da Jin dan melepaskan Tanda 3 strip yang terpasang dipundaknya. Dia menunjukkan itu pada Da Jin, kemudian melepaskannya ke lantai. Hong Mi Joo dan Da Jin kaget melihat hal ini. Da Jin masih menahan amarahnya. Dia membungkuk untuk mengambil tanda 3 strip kuningnya.
Yun Seong: "Seragam itu. Lepaskan sekarang"
Da Jin sama sekali tak menggubris kata-kata Yun Seong. Dia menatap Yun Seong penuh percaya diri dan kembali memasangkan tanda 3 strip kuning di bahunya. Da Jin merapikan seragamnya. Dia bertanya, "Apakah aku salah?"
Yun Seong sudah habis kesabaran, dia tertawa meremehkan kemudian menendang tulang kering Da Jin, hingga Da Jin mengaduh kesakitan. Da Jin terpincang-pincag, tapi dia tetap berusaha berdiri tegak dan menatap tajam pada Yun Seong.
Kim Yun Seong menendang tulang kering Han Da Jin yang langsung mengaduh kesakitan. Namun Han Da Jin kembali berdiri tegak dan menatap Yun Seong dengan mata penuh tantangan.
Yun Seong berkata pada Da Jin: "Kokpit, tidak membutuhkan Orang yang mencoba melakukan yang terbaik, karena siapa pun bisa melakukannya. Nyawa para penumpang hanya bisa dipercayakan pada orang dengan standar tinggi. Hanya orang yang terbaik, yang memenuhi syarat untuk berada di Kokpit"
Han Da Jin sama sekali tak menjawab, dia hanya menatap Kim Yun Seong dengan mata menahan amarah dan penuh percaya diri. Yun Seong memperhatikan Da Jin yang sama sekali tak bereaksi, lalu berkata: "Kau tidak memenuhi syarat". Yun Seong lalu pergi meninggalkan Da Jin yang masih diliputi amarah bersama Hong Mi Joo dan manejer bagian personalia.
Manajer personalia mendapat telepon dari direktur Wings Air, yang meminta Kim Yun Seong untuk menemuinya di kantor. Manajer personalia pun memberitahukan hal itu pada Kim Yun Seong, sebelum Sang Kapten yang dingin itu pergi.
Kim Yun Seong menemui Direktur di kantornya. Direktur meminta maaf karena sudah membuat Kim Yun Seong mendapat hukuman di hari pertama dia di pindahkan ke Wings Air. Direktur bilang dia akan mengambil tanggung jawab untuk masalah ini. Direktur pun menitipkan Han Da Jin pada Kim Yun Seong agar Yun Seong mau melatihnya, meskipun dia bukan satu-satunya Pilot wanita di Wings Air, tapi Direktur merasa Han Da Jin bisa menjadi Pilot yang sukses. Kim Yun Seong hanya bengong dan berkata: "Ya". Tak bisa berkata apa-apa tentang betapa cerobohnya Han Da Jin pada direktur.
Da Jin berjalan pulang ke rumah dengan hati galau.. dia memikirkan kembali kata-kata Kim Yun Seong yang menyebutnya Pilot Terburuk dari yang Terburuk. Dia terus berjalan dengan lelah dan terus menghembuskan nafasnya. Tapi dia kaget, saat melihat seorang gadis kecil menangis di luar pintu gerbang. Dia adalah Ppo Song, adik kecil Da Jin yang lahir di pesawat 7 tahun lalu.
Da Jin langsung berlari menuju sang adik, yang tengah menangis sambil memeluk boneka kelincinya.
"Ppo Song-a" panggil Da Jin sambil berlari.
Ppo Song: "Eonni-a"
Da Jin: "Ppo Song-a, mengapa kau menangis? Mana Bibi?"
Ppo Song: "Aku tidak tahu" (masih dengan sambil menangis)
Da Jin: "Kau tidak tahu?"
Ppo Song hanya terus menangis.
Da Jin mendengar suara barang-barang dilempar dari dalam rumahnya. Da Jin kaget saat mengetahui para penagih hutang sedang mengobrak-abrik isi rumahnya. Da Jin segera menutup mata Ppo Song dan membawanya keluar rumah.
Da Jin berkata pada Ppo Song bahwa mereka adalah teman-teman Bibi Yang Mal Ja, Da Jin akan berbicara dengan mereka dan meminta Ppo Song untuk menunggu di luar sambil menghitung dari 1 hingga 100. Ppo Song pun mengangguk tanda dia mengerti apa yang diperintahkan kakaknya.
Da Jin masuk ke halaman rumah dan berbicara dengan para penagih hutang. Da Jin bertanya pada pemimpin nya apa yang sedang mereka lakukan. Penagih hutang itu berkata bahwa bibinya meminjam uang 1 Juta Won dari mereka. Penagih hutang meminta Da Jin segera membayarnya. Da Jin berkata jika bibinya yang meminjam, mengapa dia yang harus membayar?
Ppo Song sudah menghitung hingga belasan saat penangih hutang memperlihatkan surat pinjaman hutang bibinya dan di situ ada nama Han Da Jin sebagai penjaminnya. Da Jin kaget, namun dia berusaha mengelak, bahwa dia tidak bersedia membayar hutang bibinya itu. Penagih hutang marah dan menyuruh anak buahnya untuk mulai menghancurkan barang-barang milik Da Jin. Mereka mulai menghancurkan barang-barang itu, yang pertama mereka hancurkan adalah foto keluarga Da Jin bersama Ayah dan Ibunya. Da Jin kaget, apalagi saat dia melihat sang pemimpin menginjak foto keluarga yang figuranya sudah hancur. Da Jin berusaha menghalangi penagih hutang untuk menghancurkan barang-barangnya, tapi mereka menahan Da Jin dan mendorongnya hingga tersungkur.
Ppo Song mendengar hal itu, dan berteriak memanggil Da Jin, dia masuk ke dalam halaman rumah dan menggigit kaki sang penagih hutang yang langsung berteriak kesakitan. Penagih hutang marah dan mengangkat Ppo Song, lalu berniat menjatuhkannya dengan keras, namun Da Jin langsung bertindak dan menahan Ppo Song untuk langsung terjatuh. Da Jin kesal pada tingkah sang penagih hutang dia pun mulai menyerang si penagih hutang, sementara Ppo Song hanya bisa menangis melihat sang kakak berkelahi dengan penagih hutang sambil menginjak-nginjak foto orang tuanya dan juga boneka kesayangannya.
Direktur Wings Air mengantarkan Kim Yung Seong ke rumah barunya yang tidak jauh dari bandara. Direktur berkata bahwa banyak pilot yang tinggal disini dan berkata apakah ini pertama kalinya Yun Seong berada di daerah ini. Yun Seong bilang saat kecil dia pernah tinggal di daerah tersebut.
Lalu sebuah mobil datang dan berhenti di depan rumah yang ada di sebrang rumah yang akan ditinggali Yun Seong. Direktur dan Yun Seong pun memperhatikan mobil tersebut. Wakil Direktur Wings Air, Hong In Tae keluar dari mobilnya. Direktur memanggilnya dan memperkenalkannya pada Yun Seong. Hong In Tae menatap Yung Seong dengan tidak senang, Yun Seong pun menatap Hong In Tae dengan kaget (Hmm.. sepertinya mereka pernah saling mengenal??).
Direktur memperkenalkan Yun Seong sebagai Kapten Pilot baru di perusahaan mereka yang pernah menyelamatkan nyawa Direktur saat dia terkena serangan jantung dalam pesawat. Kim Yun Seong memberi salam pada Hong In Tae. Direktur menitipkan Yun Seong pada Hong In Tae dan memintanya mengirimkan Kimchi pada Yun Seong karena mereka akan jadi tetangga. Direktur pun pamit untuk pulang dan meninggalkan Hong In Tae dan Kim Yun Seong berdua saja.
Hong In Tae menatap Yun Seong dengan tak senang saat Yun Seong mengantar kepergian Direktur. Saat Yun Seong pamit padanya Hong In Tae seolah tak sudi melihat Yun Seong dan langsung mengalihkan pandangannya. Yun Seong bersiap masuk ke dalam rumahnya setelah pamit pada Hong In Tae, namun lelaki tua itu berkata padanya, "Apakah mungkin..." Yun Seong berhenti dan menghela nafas, dia kembali menghadap Hong In Tae yang kini bergunam pada dirinya sendiri, "Lupakanlah.. Itu tidak mungkin...".
Yun Seong sepertinya sadar apa yang dikhawatirkan oleh Hong In Tae, dia pun kembali menyapa Hong In Tae saat Hong In Tae berniat masuk ke dalam rumahnya, "Sudah lama kita bertemu".
Hong In Tae langsung berhenti dan sadar bahwa dugaannya benar, namun dia masih ingin menyangkalnya. Dia pun bertanya pada Yun Seong: "Kapan kita pernah bertemu?". Yun Seong berkata: "Sepertinya anda tidak mengingatnya. Dulu, kita tinggal bersama hampir 2 tahun lamanya. Apakah Anda mengingatnya? Hong In Tae menghela nafas dan berkata: "Siapa yang tahu.. Itu sudah berlalu sangat lama. Aku bahkan bisa lupa dengan siapa aku sarapan pagi ini. Bagaimanapun, Senang bertemu denganmu". Hong In Tae kemudian pamit meninggalkan Yun Seong yang menatapnya dengan sedih.
(Misteri masa lalu apakah yang terjadi antara Hong In Tae dan Yun Seong???)
Hong In Tae berdiri di depan pagar rumahnya, sambil melihat Yun Seong yang naik ke kamar Apartemen yang ada di depan rumahnya. Yun Seong yang sedang berjalan merasa ada yang memperhatikan kemudian terdiam sejenak dan berbalik menatap Hong In Tae, namun dia akhirnya meneruskan perjalanannya. Hong In Tae kemudian terlihat sangat sedih setelah melihat Yun Seong.
Air dingin mengguyur tubuh Yun Seong yang menikmati waktu mandinya. Sebuah luka bakar besar terpampang jelas di punggung Yun Seong yang sedang memikirkan masa lalunya. Luka bakar itu sepertinya dia dapatkan dari masa kecilnya yang kembali ia ingat setelah pertemuannya dengan Hong In Tae hari ini.
Sementara Hong In Tae sedang menatap foto keluarganya besama sang istri dan Hong Mi Joo yang masih kecil. Hong Mi Joo datang membawa kantung belanjaan dan heran dengan sikap ayahnya yang tak menyadari kedatangannya. Hong Mi Joo pun mendekati sang Ayah dan langsung memeluknya sambil memanggilnya "Daddy" Hong In Tae kaget, lalu bertanya apaka Mi Joo sudah makan malam. Mi Joo berkata dia sudah makan diluar, dia balik bertanya apakah ayahnya sudah makan. Hong In Tae menjawab dia pun sudah makan, inikan sudah sangat larut.
Hong Mi Joo mengagumi sebuah gaun yang baru dibelinya hari ini. Dia kemudian mencoba gaun tersebut dan terlihat puas saat melihat pantulan dirinya di cermin. Namun saat dia melihat lengan nya ada sebuah luka bakar yang sangat besar disana. Luka itu membuatnya mengenang masa kecilnya.
Mi Joo kecil berada dalam sebuah ruangan yang penuh api, dia memanggil-manggil Ayahnya sambil menangis. Seorang anak laki-laki yang umurnya tak jauh dengan Mi Joo kecil datang dan mencoba melindungi Mi Joo dari api yang mulai menyambar kemana-mana diruangan itu. Anak laki-laki itu menyadari Mi Joo telah mendapatkan luka bakar, dia mencoba membawa Mi Joo yang terus menangis untuk keluar dari ruangan itu. Sialnya sebuah lemari kayu yang sanggahannya telah terbakar, menimpa mereka. Anak laki-laki itu berusaha melindungi Mi Joo dan merelakan punggungnya tertimpa lemari kayu yang tengah terbakar oleh api yang berkobar.
Mi Joo mencoba melupakan masa lalunya itu dan memegang luka bakarnya. Sampai saat ini dia sepertinya masih trauma dengan kejadian itu dan akan selalu mengingatnya setiap kali melihat luka itu dilengannya.
Di rumahnya yang berantakan. Da Jin kini berbaring di pelukan Ppo Song yang sangat mengkhawatirkannya. "Eonni-a.. baik-baik saja kan?" Tanya Ppo Song sambil membersihkan luka-luka di wajah Da Jin yang langsung menjawab, "Aku baik-baik saja. Apakah Ppo Song pun baik-baik saja?" Ppo Song menangis dan menjawab: "Aku pun baik-baik saja, sedikitpun tidak terluka" Da Jin bersyukur bahwa Ppo Song baik-baik saja dan mengelus kaki kecil sang adik. Ppo Song bertanya apakah Ajussi jahat akan datang lagi. Da Jin langsung menatap sang adik.
Da Jin: "Bukankah kau sudah melihatnya? Eonni memberikan tendangan melayang pada mereka, sepertinya tulang rusuk mereka hancur. Mereka tidak akan berani datang lagi"
Ppo Song: "Ini semua karena Bibi kan? Aku benci Bibi Yang Mal Ja"
Da Jin: "Aku juga membencinya, Yang Mal Ja. Saat kita membenci Yang Mal Ja, mari kita mencuci ‘yang-mal’" (-yang mal dalam bahasa korea berarti kaos kaki-).
Da Jin dan Ppo Song pun bernyanyi riang sambil menginjak-nginjak baskom yang berisi cucian kaos kaki mereka. Yang Mal Ja, melihat mereka dari balik tembok pagar rumah. Dia tidak berani mendekati kedua keponakannya. Yang Mal Ja menangis dan berkata: "Maafkan aku, Da Jin-na! Ppo Song-a"
Dalam cuaca dingin, Da Jin membereskan barang-barangnya yang berantakan karena dirusak penagih hutang, dia menemukan salah satu CD lagu milik bibinya, dimana Yang Mal Ja berubah nama menjadi penyanyi Yang Ma Ri. Da Jin mengambil CD itu dan membersihkan covernya yang tertutup tanah. Da Jin melihat wajah bibinya, dia menghela nafas dan berguman: "Yang Mal Ja, aku harap kau hidup dengan baik dan tidak sakit apapun"
Da Jin menemui Choi Dal Ho, teman ayahnya yang bekerja sebagai aviator di Wings Air. Choi Dal Ho bertanya tentang luka di wajah Da Jin, Da Jin hanya menghela nafas dan bertanya apakah bibinya menghubunginya? Choi Ajussi mengangguk. Da Jin menyarankan supaya Choi Ajussi mengganti nomor ponselnya agar bibinya tidak terus menganggunya. Choi Ajussi berkata, bahwa bibinya menanyakan kabarmu saat baru-baru ini menghubunginya. Da Jin diam sejenak dan meminta Choi Ajussi menyampaikan pada bibinya untuk makan tepat waktu dan hidup yang baik. Choi Ajussi tak yakin bagaimana keadaan Yang Mal Ja, yang pasti dia pasti menyanyi di suatu tempat.
Choi Ajussi menawarkan Da Jin untuk tinggal di rumahnya agar Da Jin bisa menghemat uang sewa rumah. Meskipun rumahnya tidak besar, tapi cukup bersih untuk ditempati. Da Jin berkata bahwa dia janji pada Ayahnya untuk menjaga Ppo Song dengan baik, Choi Ajussi pun menawarkan bahwa mereka bisa menjaga Ppo Song bersama-sama, karena dia lebih punya waktu. Da Jin tertawa lalu berpikir, dia akan pindah ke rumah Choi Ajussi saat dia tak lagi memiliki apapun.
Da Jin datang ke kantor Wings Air dengan wajah penuh senyuman dan memberikan sebuah laporan pada petugas jaga. Da Jin melihat Kim Yun Seong yang sedang duduk di ruang tunggu. Petugas jaga bilang, Kapten Kim saat ini berada dalam status standby* karena masalah yang ditimbulkan Da Jin kemarin, padahal dengan reputasinya saat ini, dia tidak perlu mendapatkan hal ini. Da Jin melihat Kim Yun Seong dan mendekatinya. Da Jin mencoba menyapanya, namun Kim Yun Seong mengabaikannya.
(*status standby adalah keadaan dimana seorang pilot hanya ditugaskan untuk menerbangkan pesawat charteran. Jika ada yang menyewa pesawatnya maka dia bisa terbang dan jika tidak maka dia tidak bisa terbang. Simplenya sih.. jika pilot berada dalam status standby, mereka jadi seperti supir sewaan, dipakai jika dibutuhkan. Biasanya Pilot yang berada dalam status standby tidak menerbangkan pesawat yang jadwal keberangkatannya sudah terjadwal disebuah perusahaan penerbangan)
Da Jin berusaha sekali lagi, hingga dia duduk disamping Yun Seong yang masih saja mengabaikannya, meskipun sempat melihatnya dengan tatapan tak senang. Petugas penjaga berkata bahwa, tidak ada jadwal untuk penerbangan hari ini. Kim Yun Seong mengerti dan bersiap pulang. Da Jin minta maaf, karena Yun Seong berada dalam status standby karena ulahnya, jadi dia pun akan berada dalam status standby juga.
Kim Yun Seong masih tidak mempedulikan Da Jin dan pergi meninggalkan ruang tunggu. Da Jin mengikutinya dan bertanya Yun Seong akan pergi kemana. Jika hari ini tidak ada penerbangan, mengapa Yun Seong tidak mengajarinya satu atau dua tentang menjadi Pilot yang handal.
Yun Seong tertawa mendengar permintaan Da Jin, dia akhirnya berbalik pada Da Jin dan bertanya: "Apakah kau akan menjadi lebih baik, setelah aku mengajarimu satu hal?" Da Jin menatap Yun Seong dengan penuh semangat: "Kalau begitu ajari aku dua hal". Yun Seong menatap Da Jin dari ujung kaki hingga ujung kepala, dia bertanya lagi: "Lalu apa yang aku dapatkan sebagai balasannya?". Dengan penuh keyakinan Da Jin menjawab: "Aku akan menjadi Kapten Pilot yang menakjubkan" lalu tertawa bahagia. Yun Seong malah tertawa sinis mendengarnya, lalu menatap Da Jin dengan pandangan meremehkan, tanpa berkata apapun dia hanya meninggalkan Da Jin begitu saja.
Kemanakah Yun Seong pergi menghabiskan waktu luangnya? Ternyata dia pergi ke kantor Mirae Air, tempat dia dan Kapten Han bekerja dulu. Dia menatap sebuah pesawat pajangan yang dulu sempat dipandanginya dengan penuh senyuman, tapi kini dia menatap miniatur pesawat itu dengan pandangan sedih.
Yun Seong pergi ke bagian staf perusahaan Mirae Air dan berkata bahwa dia sedang mencar kapten Ahn Gyu Pil. Seorang pilot yang dia Tanya sedikit kaget mendengar pertanyaan Yun Seong. Pilot itu berdiri, Yun Seong bertanya apakah Kapten Han sedang terbang? Pilot tersebut menyela dan berkata bahwa Kapten Han sudah lama meninggalkan Mirae Air. Yun Seong kaget mendengar hal ini. Pilot tersebut akhirnya menjelaskan bahwa Kapten Han telah meninggal dunia.
Yun Seong langsung syok mendengar kabar ini, Dia bertanya apa maksudnya itu? Pilot tersebut tidak menjawab dan hanya menunduk saja, dia juga bingung bagaimana harus menjelaskannya. Sekali lagi Yun Seong bertanya, tapi kini dengan emosional: "Aku Tanya padamu! Apa maksudnya?" Tapi pilot tersebut tak juga menjawab.
Yun Seong akhirnya mendatangi makan Kapten Han yang disemayamkan disamping istrinya. Sepertinya Yun Seong mendengar lokasi pemakaman ini dari Pilot Mirae Air yang ditemuinya tadi. Yun Seong berkata sambil menangis di hadapan nisan kapten Han dan Istrinya: "Aku telah kembali, Akhirnya... Maafkan aku terlambat untuk kembali, Maafkan aku.. maafkan aku.." Yun Seong terus menerus meminta maaf sambil menangis.
Ppo Song menendang selimut dalam tidurnya hingga kakinya keluar dari selimut. Da Jin terbangun karena hal itu. Dia memegang kaki kecil Da Jin dan menciumnya dengan gemas. Da Jin memasukan kaki Ppo Song ke dalam selimut dan memeluk adiknya yang masih tertidur dengan penuh kasih sayang. Da Jin mencium pipi Ppo Song dengan penuh senyum diwajahnya.
Yun Seong masih berlutut di depan nisan Kapten Han dan Istrinya. Dia terlihat sangat terpukul atas kematian Kapten Han, hingga tak berani beranjak dari makam tersebut, bahkan saat hari telah larut malam. Yun Seong hanya bisa menatap makam itu dengan wajah sedih.
Pagi hari yang cerah di bandara Incheon. Da Jin berjalan sambil membawa Ppo Song untuk pergi bekerja. Da Jin membawa barangnya dalam koper Dinas, sementara Ppo Song membawa barangnya dalam koper kecil berwarna pink. Sepertinya Da Jin akan menitipkan Ppo Song dirumah Choi Ajussi saat dia melakukan sebuah penerbangan.
Da Jin berjalan dibelakang Ppo Song dengan wajah bahagianya. Saat sampai dikursi dekat mesin penjual minuman, Ppo Song duduk dikursi tersebut. Da Jin memberikan susu botol pada Ppo Song kemudian pamit untuk pergi Ke Toilet dan meminta Ppo Song untuk menunggunya ditempat itu. Ppo Song mengengguk kemudian mulai meminum susu yang diberika Da Ji yang segera pergi ke toilet. (cute banget liat gayamya Ppo Song.. manis banget deh Ppo Song.. jadi pengen nyulik.. )
Ppo Song duduk dengan manis sambil meminum susunya. Tiga orang pramugari datang dan berhenti didepan mesin penjual minuman untuk membeli minuman dari mesin itu. Ppo Song yang kebetulan ada disitu memperhatikan para pramugari tersebut, juga saat Dong Soo datang dengan lollipop di mulutnya dan tiba-tiba meminta uang 300 Won pada Lee Joo Ri, salah seorang pramugari tercantik dari mereka bertiga. Joo Ri langsung menatap tak senang pada Dong Soo dan mencibir tingkah Dong Soo pada dua orang temannya sambil berkata: "Dia melakukannya lagi"
Joo Ri lalu menghadap ke arah Dong Soo dan berbicara padanya dengan nada manis. "Hallo, Petugas Kang Dong Soo, kau harus membawa sendiri uang recehanmu. Lama-lama tingkahmu membuat frustasi" Joo Ri akhirnya mengubah nada bicaranya menjadi setengah kesal. Dong Soo tak senang dengan komentar Joo Ri, dia pun berkata: "Ah.. benar-benar... Kenapa pelit sekali, Kelak... aku akan memberikan, daddadada double untukmu" Dong Soo mengatakan ‘dadadada double’ dengan penuh semangat, Joo Ri tetap tak tertarik dan langsung berkata: "Pergilah mencari orang lain" Joo Ri segera mengajak teman-temannya pergi dan tak lagi mepedulikan Dong Soo. Teman Joo Ri berkata tentang Dong Soo, "Dia seperti hantu, mengapa dia selalu mengganggu saat kita membeli kopi". Ketiga pramugari itupun pergi meninggalkan Dong Soo yang berguman: "Akh.. para Eonni itu, aku serius saat akan mengganti double uang mereka"
Dong Soo berniat membeli minuman, tapi dia melihat Ppo Song yang memperhatikannya sejak tadi. Mereka saling berpandangan.
Dong Soo mendekati Ppo Song dan jongkok dihadapan gadis cilik yang duduk di kursi itu, hingga posisi mereka kini sepadan. Dong Soo mengulum lolipopnya sambil memperhatikan Ppo Song yang terus menatapnya. Dong Soo bertanya: "Mengapa kauterus melihatku, Nona Kecil?" Ppo Song tak menjawab dan hanya terus menatap Dong Soo, membuat Dong Soo semakin penasaran dan bertanya lagi: "Kenapa? Apakah aku sangat tampan?". Dengan polos Ppo Song langsung berkata: "Aku tidak punya uang 300 won". Dong So kaget mendengar jawaban Ppo Song, apalagi saat Ppo Song melanjutkan: "Jadi jangan berbicara denganku" Dong Soo tertawa, dia pun mendekati Ppo Song mencoba menjelaskan tingkahnya pada Min Ah tadi. Sayangnya belum sempat Dong Soo menjelaskan apapun, Da Jin datang dengan terburu-buru menghampiri Ppo Song sambil berlari. Saat sampai dihadapan Ppo Song, Da Jin berhenti. Ppo Song tersenyum menyambut kakaknya.
Dong Soo melihat Da Jin yang melihat bingung ke arahnya, seolah bertanya sedang apa kau dengan Urri Ppo Song. Tanpa berbicara apa-apa pada Dong Soo, Da Jin segera menggendong Ppo Song dan memberdirikannya di atas kursi. Lalu dia menggendong Ppong Soo dengan gaya tak biasa (kayak bawa karung beras aja). Da Jin segera pergi meninggalkan Dong Soo sambil sekalian membawa Kopernya dan Koper Ppo Song. Baru beberapa langkah, Da Jin berbalik ke arah Dong Soo dan menatapnya dengan padangan meremehkan.
Dong Soo kesal melihat tingkah Da Jin, dia berguman pada dirinya: "Orang itu.. mengapa dia memandangku seperti itu?"
Da Jin membawa Ppo Song sambil menahan rasa kesalnya karena bertemu lagi dengan Dong Soo hari ini. Ppo Song berkata: "Eonni, Oppa itu seperti pecundang, dia terus berkata 300 won, 300 won terus menerus" Da Jin berkomentar: "Maka, pelajaran hari ini adalah, Jika kau hidup seperti itu, itu sama saja dengan seorang pengemis. Apakah kau mengerti?". Ppo Song menjawab dengan gunamannya menandakan dia mengerti apa yang dikatakan Eonni nya itu. Da Jin pun terus berjalan pergi sambil menggendong Ppo Song.
Dong Soo memperhatikan Da Jin dari kejauhan, lalu baru menyadari sesuatu: "Tapi.. apa itu.. Dia seorang Ibu?" katanya sambil tertawa.
Yun Seong datang ke kantor Wings Air dan mengisi Absen kehadirannya hari ini. Yun Seong melihat Da Jin dan adiknya. Petugas jaga memberitahu Yun Seong bahwa Co-Pilot Han Da Jin pun berada dalam status standby. Yun Seong tak memberi tanggapan dan terus menatap Da Jin yang sedang bersama Ppo Song. Tanpa diminta Petugas jaga berkata, bahwa sejak kematian orang tuanya, Da Jin mengurus adiknya sendirian, itulah mengapa dia selalu terlihat bercahaya dan penuh semangat. Yun Seong mulai tertarik dengan kata-kata petugas jaga dan menatapnya, lalu dia kembali menatap Da Jin dan Ppo Song.
Da Jin menyadari kehadiran Yun Seong, dia langsung membimbing Ppo Song berdiri untuk memberi salam pada Yun Seong, yang langsung dibalas oleh Yun Seong yang sepertinya mulai sedikit Iba pada Da Jin.
Yun Seong, Da Jin dan Ppo Song duduk bersama di ruang tunggu untuk mendapatkan panggilan terbang mereka Da Jin dan Yun Seong yang bisa terjadi kapan saja. Da Jin dan Yun Seong asyik membaca, sementara Ppo Song asyik memperhatikan Yun Seong, sepertinya Ppo Song sangat tertarik pada sosok Yun Seong. Da Jin menyadari adiknya sejak tadi terus memandangi Yun Seong, dia jadi bingung. Yun Seong pun sadar Ppo Song terus memandanginya, dia menatap Ppo Song yang masih saja terus menatapnya dengan padangan polosnya namun mencoba mengabaikannya. Ppo Song malah semakin tertarik dan semakin Intens memandangi wajah Yun Seong, hingga mengubah posisinya jadi menopang dagu dengan lucunya (Aigo.. Ppo Song ini bener-bener lucu.. kawai..). Da Jin jadi tertawa kecil melihat tingkah adiknya yang sepertinya membuat Yun Seong tak nyaman.
Ppo Song berhenti memandangi Yun Seong, dia bertanya sesuatu pada Da Jin.
Ppo Song: "Eonni-a, Guru-ku di TK menyuruhku untuk menghapalkan 5 jenis Binatang yang hidup di Kutub Utara"
Da Jin: "5 Binatang dari Kutub Utara?"
Ppo Song mengangguk tanpa suara sementara Da Jin berpikir binatang apa saja yang hidup di kutub utara. Da Jin langsung mengacungkan ke lima tangannya dan Ppo Song mengikutinya. Da Jin mulai mengabsen kelima binatang yang dia tahu hidup di kutub utara. "Beruang kutub, Pinguin, dan... dan...." Da Jin berpikir, Ppo Song yang tadi ikut mengabsenpun ikut berpikir. Da Jin menatap Yun Seong dan berpikir keras binatang apa lagi ya?
Nampaknya pikiran Da Jin sudah buntu, dia tidak tahu binatang apalagi yang mungkin tinggal di kutub, hingga akhirnya dia berkata: "3 beruang kutub dan 2 Pinguin, mereka bersama jadi 5 binatang" Da Jin tampak bahagia menemukan jawaban itu. Yun Seong yang mendengar jawaban Da Jin jadi ikut berpikir, bagaimana bisa Da Jin begitu bodoh memberikan jawaban seperti itu pada pertanyaan adiknya. Tapi Ppo Song tak peduli, dia tetap bahagia mendengar jawaban sang kakak dan berkata: "Kapten.. kau benar-benar hebat!" sambil memberikan dua jempol pada Da Jin.
Yun Seong masih tak habis pikir, mengapa kedua kakak beradik ini sangat aneh, Da Jin menatap Yun Seong yang menghela nafas karena pasti dia menganggap Da Jin bodoh dengan memberikan jawaban itu, dan Ppo Song lebih bodoh karena menganggap itu hal yang luar biasa. Tapi Da Jin tak peduli, dia tetap tertawa bahagia bersama Ppo Song yang memperlihatkan dirinya semakin bodoh di mata Yun Seong.
Kedua orang teman seangkatan Da Jin memanggilnya tanpa suara. Da Jin melihat gelagat temannya dan menghampiri mereka berdua. Salah seorang teman Da Jin yang laki-laki mengeluhkan tentang Tes SIM yang akan mereka jalani. Teman Da jin yang perempuan berkata dia begitu gugup menghadapi hal ini. Da Jin tertawa tenang.
"Jadi kalian gugup karena menghadapi test itu? Makanya kalian harus belajar lebih rajin. Ayo kita belajar bersama" kata Da Jin sambil merangkul kedua temannya ke dalam pelukannya di kanan dan kiri sambil tertawa bahagia. Da Jin sama sekali tak terlihat khawatir menghadapi test ini.
Sepeninggal Da Jin, Ppo Song hanya berdua saja dengan Yun Seong. Ppo Song menawarkan permen pada Yun Seong. Tapi Yun Seong menolaknya dan berkata bahwa dia tidak suka makanan manis.
Lalu Yun Seong pun memberitahu Ppo Song bahwa Pinguin tidak hidup di Kutub Utara, tapi hidup di kutub Selatan. Ppo Song bertanya apa itu kutub selatan? Yun Seong menjawab kutub selatan adalah kebalikan dari kutub utara. Ppo Song mengerti.
Petugas jaga memberitahu Yun Seong bahwa ada pesawat Kargo yang harus segera diterbangkan dan bertanya apakah Yun Seong siap melakukannya. Yun Seong berkata dia siap. Da Jin datang dan berkata bahwa dia pun siap untuk melakukannya.
Da Jin menitipkan Ppo Sang pada Choi Dal Ho. Da Jin minta maaf karena selalu merepotkannya. Choi Ajussi berkata bahwa anak dari ayah Da Jin adalah anaknya juga, jadi jangan merasa telalu sungkan. Da Jin mengerti dan mengucapkan banyak terimakasih pada Choi Ajussi. Da Jin menaseati Ppo Song untuk tidak nakal dan selalu menuruti apa yang dikatakan Choi Ajussi.
Ppo Song mengangguk dan berkata: "Baik Kapten, Terbanglah dengan selamat" sambil memberi hormat dengan lucu pada Da Jin.
Da Jin menjawab: "Roger"
Da Jin mensejajarkan badannya dengan Ppo Song dan bersiap menerima ciuman dari sang adik. Ppo Song langsung memberikan ciuman sayang di bibir Da Jin. Tak lama Da Jin pun pamit karena akan melakukan penerbangannya. Ppo Song melambaikan tangannya, dan berteriak, "Eonni, kembalilah segera. Aku menyanyangimu". Da Jin berbalik dan berkata bahwa diapun menyayangi Ppo Song sambil melakukan gerakan "Love" dengan tangannya.
Pesawat kargo pun terbang dengan tenang di atas langit. Da Jin bertindak sebagai Co-pilotnya, namun bukan Yun Seong Kaptennya. Tapi Kapten lain. Da Jin berusaha bersikap hormat dengan berkata bahwa dia selalu berharap bisa terbang bersama sang kapten. Kapten tersebut bertanya apakah Da Jin tahu tentang dirinya. Da Jin tertawa dan berkata bahwa Kapten tersebut adalah salah satu TOP Pilot yang menjadi intrukstur terbang untuk Presiden dan orang-orang penting di Korea. Kapten tertawa dan berkata bahwa dia tidak sehebat itu.
Da Jin menatap Radar dan menyadari ada gumpalan awan di hadapan mereka. Dia bertanya apakah mereka harus kembali untuk menghindari tubulensi? Kapten berkata, tetap terbang seperti biasa saja jangan lakukan perubahan apapun. Da Jin heran dengan keputusan sang kapten. Sang Kapten berkata bahwa menembus awan itu lebih mudah, dari pada kembali dan menghabiskan banyak biaya, percayalah padanya. Da Jin tak membantah, tapi dia masih tak mengerti dengan keputusan Sang Kapten.
Di kabin pesawat kargo, seorang Pilot tertidur pulas. Saat dia bergerak dalam tidurnya, dompetnya terjatuh dari tempatnya tidur. Yun Seong masuk ke kabin tempat tidur, dia memungut dompet tersebut dan melihat foto keluarga sang Pilot. Pilot tersebut bangun, Yun Seong mengembalikan dompetnya dan berkata bahwa foto keluarganya sangat harmonis, diapun bertanya berapa umur putranya? Sang Pilot menjawab 7 tahun. Yun Seong berkata bahwa putranya sangat lucu, dia iri pada pilot tersebut. Tapi Pilot tadi berkata itu bukan hal yang harus di-irikan, karena Istrinya sudah meninggal setahun lalu, dan sejak itu putranya selalu sendirian. Yun Seong jadi merasa bersalah karena telah mengingatkan sang pilot pada kenangan sedihnya. Sang Pilot bergunam pada dirinya sendiri bahwa dia akan kembali tidur.
Tiba-tiba pesawat terguncang hebat. Dugaan Da Jin benar, pesawat mengalami Turbulensi. Yun Seong langsung masuk ke kokpit. Kapten bertanya apakah ini sudah saatnya untuk bertukar Shift? Yun Seong mengabaikan kata-kata Sang Kapten dan bertanya apa yang mereka bawa di Cargo pada Da Jin.
Da Jin menjawab mereka membawa peralatan medis dan beberapa obat-obatan. Yun Seong langsung menyuruh Da Jin mengeceknya. Tapi Kapten berkata Da Jin tidak perlu melakukan itu, karena pesawat hanya terguncang sedikit. Yun Seong berkata, apanya yang sedikit, lalu bagaimana jika pesawat telah membuang-buang bahan bakar karena menghindar dari turbulensi. Yun Seong membentak Da Jin dan menyuruhnya segera pergi memeriksa.
Da Jin pun memenuhi intruksi Yun Seong. Lalu Yun Seong duduk di kursi Da Jin dalam kokpit. Kapten tidak senang karena Yun Seong berani memerintah Da Jin, dia berkata: "Kapten disini adalah aku". Dengan dinginnya Yun Seong berkata: "Aku tidak percaya padamu. Tanggal 23 Mei 2008 di Hamburg, Jerman. Pesawat kargo yang mengangkut alat-alat medis mengalami turbulensi dan mengalami kehancuran akibat kebocoran gas hingga menimbulkan ledakan besar. Apakah kau tahu?" Kapten makin tak senang dan bertanya: "Apakah kau sedang mengajari aku sekarang?"
Belum sempat Yun Seong menjawab, Da Jin datang dan melaporkan bahwa sabuk pengaman untuk barang-barang telah lepas. Kapten sedikit kaget mendengarnya. Yun Seong langsung bertanya, jadi bagaimana? Da Jin melaporkan bahwa kini sabuk pengamannya telah dikunci kembali. YUn Seong langsung menatap Kapten dan bertanya: "Apakah kau masih ingin aku mempercayaimu?" Kapten langsung tak bisa berkata apapun.
Yun Seong lansung memakai sabuk pengaman di kursi Da Jin dan berkata: "I have". Da Jin kaget mendengarnya, karena itu artinya Yun Seong akan menggantikan dirinya mendampingi Kapten mengemudikan pesawat. Kapten kesal: "Kapten Kim Yun Seong!". Yun Seong menatap Kapten dan berkata: "Mulai saat ini, akulah yang akan mengendalikan pesawat ini". Kapten makin kesal: "Kim Yun Seong!!". Yun Seong tak peduli dan mengambil kendali pada kemudi. Kapten mencegahnya, mereka pun bertatapan penuh amarah. Sementara Da Jin kaget melihat perseteruan dua kapten ini.
Yun Seong kembali berkata: "I have" . Kapten menatap Da Jin, ia sebenarnya ingin mempertahankan harga dirinya. Namun ia tahu itu tak mungkin karena ia telah salah. Setelah berpikir akhirnya ia berkata: "You have", dan melepaskan tangannya dari Kim Yun Seong. Dia membiarkan Yun Seong mengendalikan kemudi pesawat dan mundur teratur dari kursi Kapten.
Choi Ajussi sedang bermain dengan Ppo Song saat Dong Soo masuk dan berkata dia sudah pulang. Choi Ajussi bertanya, mengapa Dong Soo berkata seperti itu, seolah ini adalah rumahnya. Dong Soo mendekati Choi Ajussi dan berkata, dia sangat merindukan Ajussi, dia memainkan pesawat mainan yang ada dimeja, sementara Ppo Song menatapnya dengan polos.
Ppo Song sepertinya mengenali Dong Soo sebagai Oppa 300 Won. Dong Soo menyadari Ppo Song menatapnya sejak tadi dan mengenali Ppo Song pada akhirnya.
Dong Soo: "Oh.. Kau!"
Ppo Song: "Oh.. Oppa 300 won!"
Ajussi kaget mendengar komentar Ppo Son, dan menatap penuh Tanya pada Dong Soo yang merasa tidak nyaman. Dong Soo akhirnya bertanya pada Ppo Song: "Tapi... kemana ibumu pergi?". Ppo Song menjawab: "Dia bukan ibuku, dia adalah Eonni-ku". Dong Soo kaget: "Eonni?". Ajussi berkomentar, "Mengapa kau bisa salah mengenali seorang gadis sebagai Ibu? Dasar tidak sopan!" Dong Soo berdehem mendengar komentar Choi Ajussi. Dong Soo menatap Ppo Song sekali lagi, "Eonni-mu.."
Pesawat Kargo 987, mendarat dengan selamat. Yun Seong, Kapten dan Da Jin sedang melapor di kantor Wings Air. Da Jin memberi hormat pada kedua kapten. Namun Kapten menatap tak senang pada Kim Yun Seong yang berdiri dengan wajah dingin, tak berkata apapun. Kapten menatap Yun Seong yang memberi horman padanya. Saat Yun Seong pamit, Kapten berkata: "Kim Yun Seong" Yun Seong menatap Kapten, yang melanjutkan perkataannya, "Lari 100 kali". Da Jin kaget mendengar perintah Kapten, namu tidak dengan Yun Seong yang langsung mengangguk dan berkata: "Aku mengerti" tanpa membantah sedikit pun, dan pergi meninggalkan Da Jin dan Kapten.
Yun Seong pun berlari di area pendaratan sebanyak 100 kali tanpa mengeluh, dia berlari dan terus berlari.
Da Jin dan Ppo Song kembali ke rumah dengan hati riang. Namun mereka kaget saat melihat barang-barang mereka dikeluarkan dari rumah sewaan dan sudah di pak untuk dipindahkan. Da Jin dan Ppo Song saling bertatapan.
Da Jin segera menelpon induk semangnya, tapi malah mendapatkan jawaban yang tidak diharapkan. Induk semangnya berkata bahwa penyewa baru akan segera datang dan dia sudah tidak bisa lagi membantu Da Jin dan menyuruhnya segera meninggalkan rumah sewaannya. Da Jin mencoba memohon, tapi Induk semangnya langsung memutuskan panggilan. Ppo Song melihat Da Jin yang berusaha membujuk Induk semang, dia sedih melihat kakaknya. Dia sadar mereka telah diusir, Ppo Song hampir menangis melihat hal itu. Da Jin menatap Ppo Song, dia tidak tahu harus melakukan apa.
Yun Seong masih berlari, dia berlari dengan begitu kencang, hingga dia tak kuat lagi dan hampir terjatuh, Yung Seong berhenti dengan kelelahan, namun dia kembali melanjutkan larinya. Sementara Da Jin dan Ppo Song tidur di luar rumah sewaan mereka dengan barang-barang mereka. Da Jin berusaha menghangatkan tubuh Ppo Song dengan memeluk tubuh kecil sang adik yang telah tertidur pulas serta menggosok-gosokan tangannya.
Da Jin melepaskan syal yang dipakainya dan memakaikannya pada Ppo Song. Da Jin memeluk Ppo Song lebih erat dan berkata: "Ppo Songa-a maaf, maaf ya?" Mendengar Da Jin terus mengatakan maaf padanya, Ppo Song langsung menutup mulut Da Jin dengan tangan mungilnya dan mata masih terpejam. Da Jin melepaskan tangan Ppo Song dari mulutnya dan tersenyum sambil memeluk Ppo Song lebih erat lagi.
Ppo Song mulai batuk-batuk kecil. Da Jin khawatir, dia semakin erat memeluk Ppo Song sambil berkata: "PPo Song-a, Ppo Song-a..." dan terus memeluk Ppo Song mencoba menghindarkan Ppo Song dari cauaca dingin. Sedangkan Yun Seong masih berlari di lapangan bandara. Saat Lap terakhirnya selesai, dia menjatuhkan dirinya di lapangan dan berbaring di Lapangan bandara sambil menatap langit, dia membuka resleting jaketnya, kemudian berteriak keras memecah kelamnya langit malam itu.
Da Jin akhirnya memutuskan menerima tawaran Choi Ajussi untuk tinggal di rumahnya agar Ppo Song bisa tidur nyaman dalam sebuah ruangan.
Choi Ajussi datang ke kamar baru Da Jin membawakan minuman, dia berkata pada dirinya sendiri, karena ruangan yang kini ditempati Da Jin telah lama kosong, dia baru sadar bahwa ruangan itu sangat dingin. Choi Ajussi menatap Ppo Song yang telah tertidur lelap dengan sebuah kompres di keningnya, untuk mengembalikan suhu tubuh normalnya. Choi Ajussi berkata pada Da Jin: "Kau bisa masuk kapanpun kau mau ke rumah ini, tapi kau tidak bisa pergi seenaknya" Da Jin tertawa mendengar kata-kata Choi Ajussi namun tak berkata apapun. Choi Ajussi menyuruh Da Jin untuk istirahat dan meninggalkan Da Jin dan Ppo Song di dalam kamar mereka.
Da Jin menatap Ppo Song dan berkata: "Besok, Eonni akan melakukan Tes Simulasi. Eonni berada dalam masalah besar. Tapi, kau tetap mempercayai Eonni kan? Eonni akan melakukan yang terbaik besok. Jadi Eonni bisa membayar semua hutang. Lalu kita bisa tinggal di rumah yang lebih bagus dari disini. Aku janji" Da Jin tertawa melihat Ppo Song yang masih tertidur, sangat terlihat bahwa dia ingin membahagiakan adiknya itu.
Da Jin melanjutkan perkataannya: "Oleh karena itu, Urri Ppo Song-a tidak boleh sakit. Kau harus selalu ada disampingku. Kau Janji?" Da Jin menghela nafas dengan penuh senyuman, lalu mulai merasakan dinginnya malam. Da Jin pun mengikuti Ppo Song untuk berlindung dibalik selimut. Hingga Esok paginya, Da Jin terlelap sambil memeluk Ppo Song dari belakang.
Hari Tes simulasi pun tiba. Kim Yun Seong bertindak sebagai penguji khusus karena dia sangat detail dalam melaporkan keadaan dalam setiap masalah penerbangan yang terjadi. Teman Da Jin gugup menghadapi tes ini, Da Jin berusaha tenang namun sesungguhnya dia pun gugup.
Ingat kapten Pilot yang yang menyuruh Yun Seong lari keliling lapangan terbang? Dia mengikuti Tes simulasi ini, dan gagal.
Saat keluar dari set Simulasi, Kapten berjalan gontai. Yun Seong memanggilnya dan menyebutnya pembunuh, karena jika dalam keadaan real, Kapten pasti sudah membunuh 300 penumpang dengan pendaratan seperti itu. Kapten tidak terima dengan kata-kata Yun Seong dan bilang, bahwa Yun Seong pun sama saja dengannya. Dengan tegas Yun Seong berkata bahwa penyebab Kapten hari ini gagal tes adalah karena Kapten terlalu berbangga diri. Yun Seong berkata bahwa, Pilot seperti Kapten yang tidak takut apapun bisa menjadi Bom yang merenggut nyawa orang yang tidak bersalah. Yun Seong dengan kejam berkata, Sebaiknya Kapten berhenti saja jadi pilot dari sekarang.
Da Jin melihat kejadiaan ini, mendengar semua perkataan Yun Seong pada Kapten, karena sekarang gilirannya melakukan Tes simulasi. Kapten melihat Da Jin, dia merasa sedikit malu apalagi saat Da Jin memberinya salam. Kapten tidak tahu harus berkata apa dia hanya bergunam pada dirinya sendiri, berbangga diri??. Kapten pun pergi, Da Jin menatap Kapten dengan perasaan Iba.
Da Jin dipanggil untuk tes simulasinya. Da Jin pun masuk ke set Simulasi. Dia berpartner dengan Kapten Jang Dae Yeong, pilot yang dompetnya dipungut Yun Seong saat penerbangan pesawat Kargo beberapa waktu lalu. Da Jin memberi salam dan berharap mereka bisa bekerja sama dengan baik. Namun Kapten Jang mengacuhkannya.
Tes pun dimulai, Da Jin sungguh berusaha keras untuk tes ini, namun Kapten Jang nampak tak bersemangat dan asal-asalan. Saat Set Tes mulai bergoncang, Da Jin mengusulkan beberapa alternative pemecahan masalah, namun Kapten Jang tidak peduli dan malah asyik dengan pikirannya sendiri. Da Jin mulai panik, Kapten akhirnya menanggapi, namun terlambat masalahnya jadi makin rumit dan guncangan semakin besar, pada akhirnya mereka berdua tidak bisa mengatasi masalah ini dengan baik dan membuat Tes simulasi yang mereka dijalani dinyatakan gagal.
Da Jin keluar dari set dengan wajah kusut sementara Kapten Jang terlihat biasa saja, sama sekali tidak terlihat kesal dengan kegagalan ini.
Yun Seong yang sejak tadi mengawasi tes yang mereka lalukan mendekat ke arah keduanya. Yun Seong berkata pada kapten Jang: "Aku tahu kau ingin menyerah, tapi ini terlalu jauh" Da Jin dan Kapten Jang berbalik melihat Yun Seong yang kemudian berkata: "Kapten Jang Dae Yeong, apakah hanya sebatas itu kemampuanmu? Apa bagimu Kokpit itu sebuah permainan? Apakah nyawa 300 penumpang merupakan permainan bagimu? Dengan sikapmu yang seperti ini, Berhenti menjadi Pilot adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan banyak orang. Jangan membahayakan orang lain lagi, cukup dirimu saja yang hancur dan mengalami kerusakan."
Jang Dae Yeong sama sekali tak membalas kata-kata Yun Seong, malah Da Jin yang mengintrupsi Yun Seong: "Kapten Kim, bukankah itu terlalu keras? Apakah kau harus mengatakan hal seperti itu saat ini?" Yun Seong langsung menatap Da Jin dan bertanya: "Lalu Apakah aku harus menghiburnya sekarang? Pilot yang tidak mampu dan tidak berkualifikasi memiliki perbedaan yang sangat besar. Setelah kau membunuh orang, apa kau ingin dihibur?"
Jang Dae Yeong tak berkata apapun dan pamit pada Yun Seong dan Da Jin. Da Jin terlihat sangat tidak nyaman pada keadaan ini. Dia jelas tidak suka dengan semua kata-kata Yun Seong pada kapten Jang. Yun Seong tahu hal itu. Tapi itulah yang harus dilakukannya.
Yun Seong pun memberi nasihat pada Da Jin, jika Da Jin tidak ingin gagal pada tes kedua, Da Jin lebih baik mengganti patner Tes nya. Da Jin tidak menanggapi saran Yun Seong dan pamit dengan hati yang masih tak nyaman.
Da Jin mengejar Kapten Jang dan mengajaknya untuk datang ke set simulasi besok jam 3 agar mereka bisa latihan untuk tes simulasi berikutnya. Kapten Jang tak menanggapinya. Da Jin berkata, masih ada kesempatan untuk lulus di tes kedua bukankah mereka sebaiknya berusaha sebaik mungkin. Kapten Jang masih tak menggubris dan malah pergi begitu saja.
Da Jin dan dua orang temannya berakhir di kedai minuman. Da Jin stress karena tak lulus di Tes Simulasi, padahal kedua temannya saja lulus. Kedua temannya bahkan heran mengapa orang yang sedang gagal tes malah begitu bernafsu makan. Da Jin bilang dia harus banyak makan agar kuat. Membuat kedua temannya melongo melihat kelakuannya.
Dong So datang ke kedai yang sama dengan tempat Da Jin dan temannya makan. Dong So mendengarkan kata-kata teman Da Jin yang heran mengapa Da Jin bisa gagal tes Simulasi.
Dong Soo tertawa meremehkan mendengar hal ini dan langsung berkomentar, "Jadi benar-benar ada ya? Seorang Pilot yang gagal tes Sim? Setelah semua kau pelajari berhari-hari, dan kau gagal? Aku saja bisa mengemudikannya dengan mata tertutup.. seperti ini?" Da Jin tak senang mendengar komentar Dong Soo yang meremehkannya.
Da Jin langsung mendatangi Dong Soo dengan hati kesal. Dia berkata pada Dong Soo, "Apa yang sebenarnya kau pikirkan tentang kami? Seragam yang Stylish dengan strip emas? Apa kau tahu apa artinya tes simulasi bagi seorang pilot?" Dong Soo langsung menunduk, dia tak mengira Da Jin akan semarah ini.
"Jika kami gagal dua kali, maka kami harus melepaskan seragam kami. Uji kesehatan, Pemeriksaan perusahaan dan Tes Sim dilakukan dua bulan sekali. Ada 12 bulan dalam setahun. Kami melewati ujian seperti siswa sekolah. Kami hanya memiliki rentang hidup setiap dua bulan, jika kami gagal, kami akan berakhir di jalanan." Da Jin menjalankan apa yang dialami seorang pilot selama hidupnya pada Dong Soo yang meremehkan profesinya. Dong Soo hanya bisa menatap Da Jin yang masih terlihat kesal, dia tak berani membalas satu patah kata pun dari Da Jin.
"Tapi apa kau bilang? Kau bisa melakukannya sambil menutup mata? Sambil menutup mata?" Tanya Da Jin penuh amarah. Dong Soo mencoba menjelaskan, bukan itu maksudnya, tapi Da Jin tak mau dengar dia kembali bertanya, "Apa kau ingin mati?" sambil menodongkan sendok yang dipegangnya sejak tadi pada Dong Soo.
"Kau hanya bisa berkata-kata saja" kata Da Jin kesal lalu pergi meninggalkan Dong Soo yang mulai merasa bersalah dengan apa yang telah dikatakannya. Da Jin kembali ke mejanya dan mengajak kedua temannya meneruskan makan. Dong Soo melihat Da Jin, dia benar-benar merasa bodoh dengan apa yag telah dikatakannya. Dia hanya tak menyangka reaksi Da Jin akan seekstrim itu.
Da Jin mondar mandir di tempat tes simulasi. Dia menanti kapten Jang yang tak kunjung datang untuk latihan. Da Jin cemas dan terus melihat jam tangannya. Da Jin mulai putus asa. Akhirnya dia berguman pada diri sendiri, dia harus mengganti Partnernya, dia harus melakukan itu.
Maka pergilah Da Jin ke rumah kapten Jang, bermaksud meminta maaf karena dia berniat mengubah patner untuk tes simulasi putaran kedua. Di perjalanan menuju rumah kapten Jang, Da Jin berusaha berlatih untuk melakukan permintaan maaf ini, tapi Da Jin masih kebingungan bagaimana dia harus melakukan hal itu, dia pun jadi frustasi sendiri.
Da Jin meneruskan perjalanan sambil berlatih apa yang akan dikatakannya pada kapten Jang. Da Jin pun hampir tiba di kediaman Kapten Jang, sayangnya Da Jin malah melihat Kapten Jang yang sedang terburu-buru, tampak seperti akan keluar rumah.
Da Jin pun mengikuti Kapten Jang yang mendatangi sebuah taman kanak-kanak. Da Jin mencari keberadaan Kapten Jang dan akhirnya menemukannya sedang minta maaf pada seorang wanita karena kelakuan anaknya yang telah memukul anak dari wanita tadi. Kapten Jang meminta maaf dan berjanji hal itu tidak akan terjadi lagi. Da Jin melihat kejadian itu, dia pun melihat bahwa anak kapten Jang pun terluka, dia kemudian menghela nafas.
Kapten Jang memarahi putranya yang bernama Bo Ram karena telah berani berkelahi saat mereka keluar dari sekolah. Da Jin menemui Kapten Jang dan berkata bahwa dia telah menunggu selama dua jam, apakah Kapten Jang lupa hari ini mereka akan latihan? Kapten Jang hanya diam. Saat Da Jin berkata bahwa ada sesuatu yang ingin dia katakan, Kapten Jang langsung menyela dengan berkata sesuatu pada Da Jin.
"Ganti saja Partnermu" Da Jin kaget mendengar kata-kata Kapten Jang.
Da Jin: "Apa?"
Kapten Jang: "Apa kau tidak mengerti bahasa Korea? Aku berkata, ganti saja partnermu. Aku sudah menyerah"
Da Jin: "Sebenarnya aku datang, untuk mengatakan padamu bahwa aku ingin mengganti patnerku. Tapi aku tidak tahu bagaimana harus mengatakanya. Aku merasa bersalah karena hal ini, tapi sepertinya aku tidak seharusnya merasa begitu."
Da Jin menatap Kapten Jang yang kini tak berani menatap Da Jin.
Da Jin: "Menyerah? Mengapa kau bisa berkata kau menyerah dengan mudah? Apa kau tidak punya kebanggaan menjadi seorang pilot?"
Kapten Jang tertawa terbahak lalu berkata: "Kebanggaan? Jika aku akan pergi dan gagal melalui tes, maka aku akan mati, apakah kau akan ikut mati bersamaku? Lalu bagaimana aku harus melindungi kebanggaan menjadi seorang pilot?"
Da Jin: "Bukan itu yang aku maksud"
Kapten Jang: "Satu-satu nya jalan terbaik, agar kau bisa bertahan hidup adalah membiarkan aku menyerah, pulanglah dengan merasa bersyukur"
Lalu Kapten Jang dan putranya pergi meninggalkan Da Jin didepan taman kanak-kanak itu. Da Jin kembali merasa frustasi.
Guru dan Ibu teman Bo Ram keluar sekolah. Gurunya meminta maaf untuk kelakuan Bo Ram. Guru menjelaskan bahwa Ibu Bo Ram telah meninggal karena kecelakaan mobil beberapa waktu lalu. Ibu teman Bo Ram mengerti mengapa Bo Ram jadi seprti itu, karena dia merasa kehilangan ibunya. Da Jin kaget mendengar semua itu.
Da Jin memikirkan kata-kata guru Bo Ram, bahwa pasti sulit bagi ayah Bo Ram membesarkan Bo Ram sendirian, padahal Bo Ram sangat bangga memiliki Ayah seorang pilot. Da Jin kemudian memutuskan sesuatu untuk hal ini.
Da Jin kembali menemui Kapten Jang. Da Jin berkata pada Kapten Jang untuk tidak meyerah. Da Jin berkata, bahwa Bo Ram pasti tidak ingin hal itu terjadi. Bo Ram pasti bermimpi untuk jadi seperti ayahnya suatu hari nanti, jadi jangan mengecewakannya. Kapten Jang berkata bahwa Da Jin terlalu sok tahu jika tidak tahu masalah sebenarnya. Da Jin berkata, mungkin orang lain tidak akan mengerti, tapi dia mengerti bagaimana beratnya membesarkan seorang anak sendirian. Da Jin lalu menceritakan bahwa orang tuanya meninggal 7 tahun lalu dan selama ini dia harus membesarkan adiknya seorang diri.
Kapten Jang kaget mendengar hal ini. Dia berbalik dan menatap Da Jin. Da Jin berkata, "Setiap dia akan pergi untuk terbang, aku harus menitipkannya pada orang lain atau kadang membawanya saat bekerja. Dia sudah seperti kartu kredit yang bisa ada dimana saja. Aku merasa sangat bersalah dan kasihan padanya. Setiap kali terjadi sesuatu padanya, aku selau ingin meyerah, entah itu saat perutnya sakit atau dia terkena demam, aku tetap menitipkannya pada orang lain saat aku harus terbang. Saat dia memasuki sekolah dasar, aku tidak bisa pergi piknik bersamanya atau bermain dengannya dalam satu tim. Tapi... Urri Ppo Song-a selalu berkata bawa dia bangga padaku. Dia berpiki bahwa seorang pilot lebih hebat dari seorang presiden. Dia bilang dia bangga padaku saat aku memakai seragam. Jadi meskipun aku memiliki adik yang sakit, aku tidak bisa menyerah. Aku tidak akan menyerah. Karena Urri Ppo Song sangat bangga padaku. Karena itu adalah harapannya. Bo Ram pun pasti merasakan hal yang sama" Da Jin mengatakan semuanya dengan mata berkaca-kaca hampir menangis tapi dengan senyuman terkembang di wajahnya. Kapten Jang hanya bisa menatap Da Jin tanpa bisa berkata apa-apa.
Da Jin menghela nafas dan berkata. "Gagal pada tes simulasi adalah hal yang memalukan bagi seorang pilot. Tolong jaga kebanggaan sebagai seorang pilot hingga akhir, Kapten. Itu Untukmu, Untuk Bo Ram juga, Jadi aku harap kau jangan menyerah, aku memohon padamu" kata Da Jin sambil berakhir dengan membungkukan badannya dan tersenyum lalu memberikan semangat pada kapten Jang. Lalu Da Jin pun pergi meninggalkan Kapten Jang untuk berpikir.
Da Jin berjalan pulang menuju rumahnya melewati rumah Yun Seong. Tak lama Mobil Yun Seong pun tiba di depan rumahnya. Yun Seong keluar dari mobil saat Ppo Song berlari menyambut kedatangan Da Jin.
"Kapten" kata Ppo Song sambil berlari menuju Da Jin. Yun Seong mendengar panggilan itu dan menoleh. Dia melihat Da Jin dan Ppo Song sedang bersama. Da Jin memeluk Ppo Song dan bertanya sedang apa Ppo Song diluar dia bercanda dengan Ppo Song dan tertawa bersama, tampak sangat bahagia. Da Jin pun mengajak Ppo Song pulang sambil bernyanyi bersama. Yun Seong melihat semua itu dari kejauhan, dia merasa terharu melihat keakraban antara Da Jin dan Ppo Song.
Yun Seong terus menatap Da Jin dan Ppo Song yang semakin menjauh. Yun Seong menatap mereka seolah merindukan kehangatan keluarga, karena selama ini dia selalu hidup sendiri. Tanpa Yun Seong sadari, Hong In Tae memperhatikannya dari halaman rumahnya. Dia menatap tidak senang pada Yun Seong.
Hari tes simulasi kedua pun tiba. Da Jin datang ke bandara dengan wajah sumringahnya. dia menyapa setia orang yang ditemuinya. Yun Seong melihat Da Jin dan memanggilnya. Yun Seong bertanya apakah Da Jin mengganti Partnernya. Da Jin bilang dia tidak akan mengganti Patnernya. Yun Seong kecewa mendengar hal itu dan bertanya apakah menurut Da Jin itu adalah keputusan yang bijak. Da Jin berkata, Yun Seong bilang dia adalah Pilot yang buruk, tapi dia tidak bisa menjadi orang yang buruk dengan meninggalkan orang-orang yang menghambatnya. Da Jin ingin berjuang bersama bukan meninggalkannya di belakang, meskipun mungkin dia akan jatuh karena hal itu.
Da Jin pun pamit pada Yun Seong yang masih heran dengan pemikiran Da Jin dan sikap ceria yang ditunjukkannya pada semua orang. Yun Seong pun masih menatap Da Jin dari kejauhan saat Da Jin berjalan menuju tempat tes simulasi.
Tes simulasi putaran kedua dimulai. Da Jin sudah bersiap-siap, tapi Kapten Jang belum datang. Penguji bertanya kemana Kapten Jang, Da Jin berkata, tunggu saja sebentar lagi, dia pasti akan datang, Tak Lama Kapten Jang pun datang. Secara tersirat Kapten Jang berterimakasih pada Da Jin karena membuatnya tidak menyerah.
Tes simulasi pun dimulai, semuanya berjalan lancar, saat masalah terjadi, Da Jin menyarankan agar mereka mulai terbang ke arah kiri, namun Kapten Jang berkata ini bukan waktunya. Kapten Jang menunggu waktu yang tepat, dan masalahpun dapat diatasi dengan sangat baik. Da Jin tersenyum, karena dengan ini mereka tentu saja akan lulus tes.
Kapten Jang bertanya pada Da Jin, apakah dengan ini dia sudah memenuhi kualifikasi sebagai ayah? Da Jin mengiyakan dan mengatakan bahwa Kapten Jang adalah Kapten yang hebat.
Yun Seong yang mengawasi tes ini dari ruang pengawas tertegun melihat perubahan besar dalam diri kapten Jang, dia masih tak mengerti bagaimana orang seperti Da Jin bisa merubah orang hanya dalam hitungan hari.
Hari pun berganti. Da Jin bersiap untuk penerbangan berikutnya, dia melihat Kapten Jang bersama Bo Ram dan menyapa mereka. Bo Ram berkata bahwa hari ini dia akan terbang bersama Ayahnya. Da Jin iri dan berkata diapun ingin mengajak Ppo Song terbang bersama. Kapten Jang akan mengemudikan pesawat pada shift kedua, Da Jin berkata dia akan mendampingi Kapten dengan baik hari ini. Kapten Jang kemudian meminta Bo Ram untuk pergi lebih dulu dan menunggunya di kursi tunggu, karena dia ingin berbicara dengan Da Jin.
Kapten Jang berterimakasih pada Da Jin, tapi dia berkata setelah penerbangan hari ini dia akan melepaskan seragamnya, bukan berarti dia menyerah, dia hanya berpikir inilah waktunya untuk berhenti. Da Jin kaget mendengarnya dan mencoba mencegahnya, namun keputusan Kapten Jang sepertinya sudah bulat, dia pun pamit pada Da Jin.
Bo Ram tertidur di kursi pesawat di samping ayahnya.
Bo Ram terbangun diam-diam, dia berkata pada sebuah kotak yang dibawanya, "Omma, tunggu sebentar lagi ya?" Bo Ram berjalan dan mencoba membuka pintu pesawat yang ada di dekat kursinya. Namun dia kesulitan dan berjalan lagi mencari pintu lain yang bisa dia buka.
Bo Ram mencoba membuka pintu pesawat yang ada didekat Wc, tentu saja dia pun tidak bisa membukanya dengan mudah. Sialnya ada seorang penumpang yang melihat aksinya itu. Penumpang itu langsung menyeret Bo Ram dan membawanya pada pramugari, kericuhan mulai terjadi di kabin. Penumpang itu meributkan bagaimana bisa orang tua anak itu membiarkan anaknya berkeliaran dan mencoba membuka pintu pesawat, bukankah itu akan membahayakan banyak orang. Penumpang bertanya siapa orang tua Bo Ram.
Kapten Jang terbangun mendengar keributan. Dia kaget saat menyadari Bo Ram tidak ada disampingnya. Kapten Jang segera pergi ke kabin. Penumpang tersebut bertanya apakah Kapten Jang orang tua Bo Ram?
Kapten Jang hanya minta maaf dan mulai memarahi Bo Ram. Kapten Jang memukul pantat Bo Ram sambil bertanya mengapa Bo Ram melakukan hal itu? Kapten Jang berkata mengapa Bo Ram tidak mendengarkannya, bukankah Ayahnya sudah mengatakan bahwa Bo Ram tidak boleh pindah dari tempat duduknya.
Bo Ram menangis dan berkata bahwa dia membenci ayahnya, karena tak mengerti perasaannya. Bo Ram terus menangis, Kapten Jang kembali memukul pantatnya hingga kotak yang dibawa Bo Ram terbuka, ternyata isi kotak itu adalah surat-surat yang ditulis Bo Ram untuk Ibu nya di surga. Kapten Jang melihat surat-surat itu dan menatap Bo Ram yang masih menangis karena kemarahannya. Semua penumpang dan kru kabin merasa terharu melihat surat-surat Bo Ram.
Lee Joo Ri menghubungi Kokpit terjadi sedikit keributan di kabin, dan penumpang sedikit sulit ditenangkan, padahal mereka sudah menjelaskan bahwa pintu pesawat tidak akan bisa dibuka oleh seorang penumpang. Temannya menyuruh Joo Ri berhenti karena Kapten Jang langsung yang meminta maaf pada para penumpang.
Kapten Jang membungkukan badannya, dia meminta maaf pada para penumpang. Dia menjelaskna bahwa Ibu Bo Ram meninggal setahun yang lalu karena sebuah kecelakaan mobil. Karena dia seorang pilot, dia jadi jarang dirumah untuk menghilangkan kesepian Bo Ram setelah kematian ibunya. Beberapa hari yang lalu sekolah TK Bo Ram pun menelpon dirinya dan mengatakan bahwa Bo Ram berkelahi dengan temannya, saat Kapten Jang bertanya mengapa dia melakukan itu. Katanya Temannya mengejeknya dan menyebutnya bodoh. Baru-baru ini Bo Ram belajar menulis di sekolahnya, setiap hari dia menulis surat untuk ibunya. Temannya menyebut dia bodoh karena menuliskan surat pada Ibunya yang telah meninggal, kemana dia akan mengirimkannya. Bo Ram berkata bahwa Ibunya ada di surga dan dia tidak meninggal. Karena Bo Ram mempercayai bahwa ibunya ada di surga, dia berpikir jika dia mengirimkan suratnya dari langit, suratnya tersebut akan sampai ke ibunya yang ada di surga. Tanpa sepengatahuannya Bo Ram membawa semua surat itu hari ini dan berpikir bahwa wajah ibunya pasti bahagia saat menerima suratnya. Dia berpikir dia bisa mengirimkan surat untuk ibunya jika dia bisa membuka pintu pesawat dan melemparkan semua surat itu dari pesawat.
Kapten Jang meminta maaf pada semua penumpang dan meyakinkan bahwa pintu pesawat tidak akan bisa terbuka, karena dia seorang pilot yang mengetahui itu dengan baik, jadi kapten Jang berharap para penumpang bisa melewati penerbangannya dengan tenang. Kapten Jang kembali menundukan kepalanya untuk meminta maaf pada para penumpang. Para kru kabin terharu melihat hal tersebut. Penumpang yang memarahi Bo Ram tadipun jadi sedikit tak enak hati karena sudah membuat keributan di kabin.
Da Jin dan Yun Seong yang ada di kokpit mendengar semua perkataan kapten Jang. Da Jin bertanya apakah mereka bisa mewujudkan harapan Bo Ram menjadi kenyataan, mungkin mereka bisa membuka pembuang asap untuk menyebarkan surat-surat itu keluar? Yun Seong langsung berkata, apakah Da Jin kehilangan pikirannya. Da Jin berkata, bukankan ada kemungkinan untuk melakukan hal itu, walaupun hanya satu surat saja. Yun Seong dengan tegas berkata, dalam sebuah penerbangan dia tidak bisa membiarkan sesuatu yang akan membahayakan penerbangan mereka terjadi begitu saja. Da Jin mencoba membujuk Yun Seong, tapi Yun Seong dengan tegas menyuruh Da Jin mengecek cuaca.
Pesawat mereka pun tiba di bandara Australia dengan selamat. Kapten Jang menuntun Bo Ram dan mengajaknya duduk di kursi tunggu. Kapten Jang membenarkan tali septum Bo Ram yang kendor. Bo Ram meminta maaf pada ayahnya dan mengakui kesalahannya. Kapten Jang berkata dia tak apa-apa. Bo Ram berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi. Kapten Jang pun meminta maaf karena selama ini hanya bisa marah dan menyalahkan Bo Ram tanpa tahu perasaannya. Bo Ram bilang tak apa-apa dia baik-baik saja. Kapten Jang lalu memeluk Bo Ram dengan penuh kasih sayang. Yun Seong melihat momen indah itu dengan hati terharu.
Da Jin mendatangi beberapa tempat penyewaan pesawat Cessna. Dia ingin menyewa sebuah pesawat dan menerbangkannya untuk memenuhi impian Bo Ram, tapi semua tempat itu menolaknya. Lalu Da Jin teringat bahwa Kim Yun Seong dulunya bekerja di TY Airlines.
Da Jin pun mendatangi Kim Yun Seong yang sedang bersantai di pinggir kolam renang hotel. Da Jin meminta bantuan Yun Seong untuk meminjamkan pesawat Cessna dari TY Airlines untuk bisa mewujudkan impian Bo Ram.
Tapi Yun Seong hanya mengabaikannya sambil melepas baju handuknya untuk siap-siap berenang. Da Jin melihat luka bakar di punggung Yun Seong tapi segera mengabaikannya. (Huah.. Ji Jin Hee pamer Absnya lagi di drama ini)
Da Jin kembali memohon, tapi Yun Seong malah berkata bahwa itu bukan hal yang harus dilakukan Da Jin, dan sebaiknya Da Jin mengecek jadwal penerbangan selanjutnya saja sambil berjalan ke tepi kolam renang.
Yun Seong mulai mengambil aba-aba dan menenggelamkan dirinya kedalam kolam renang sama sekali tidak menggubris panggilan Da Jin. Da Jin merasa dirinya bodoh karena telah memohon hal ini pada Yun Seong, dia pun pergi meninggalkan kolam renang.
Saat Yun Seong tiba di sisi Kolam yang lainnya, Yun Seong keluar dari air dan melihat Da Jin yang beranjak pergi. Dia menghela nafas kemudian kembali masuk ke dalam air.
Pagi hari di Australia. Da Jin terbangun mendengar dering ponselnya. Dia mencari-cari ponselnya masih dengan mata terpejam. Dia segera mengangkat panggilan di ponselnya setelah menemukannya. Da Jin kaget mendengar kabar yang dia dengar. Da Jin segera berpakaian dan keluar dari kamarnya dengan wajah riang.
Di depan pintu lift dia bertemu Yun Seong yang menatapnya aneh karena penampilan Da Jin yang acak-acakan. Da Jin berkata dia sedang buru-buru dan berkata bahwa dia sudah mendapat pinjaman pesawat Cessna untuk mewujudkan impian Bo Ram. Itu membuktikan bahwa di dunia ini masih ada orang baik. Yun Seong tak menanggapi Da Jin sepeti biasa. Da Jin pun pamit.
Kapten Jang, Da Jin dan Bo Ram melakukan penerbangan bersama dengan pinjaman pesawat Cessna dari TY Airlines. Sementara Yun Seong melihat pesawat Cessna itu dari sebuah taman.
Di dalam pesawat, Bo Ram membuka kotak suratnya dan mulai menerbangkan surat-surat itu dari udara dengan hati riang. Berikut ini salah satu surat Bo Ram untuk Ibunya:
"Omma, Ketika aku tumbuh Dewasa, aku akan menjadi pilot seperti ayah. Jadi aku bisa sering terbang agar bisa bertemu denganmu. Omma, jangan mencemaskan aku, aku akan baik-baik saja. Aku akan bertahan saat merindukanmu. Omma, aku mencintaimu"
Di kantor Wings Air, seorang Kabin manager baru telah datang dia adalah Choi Ji Won, pramugari yang dulu gagal membantu Ibu Da Jin saat melahirkan.
Apakah yang akan terjadi pada ketiga orang ini selanjutnya?
Episode 3 dimulai dengan Review episode-episode sebelumnya.
Ingat Adegan terakhir di episode 2? Yun Seong yang sedang menatap pesawat Cessna yang sedang ditumpangin Da Jin, Kapten Jang dan Bo Ram. Jadi Episode 3 berawal dari pagi hari nya Han Da Jin di Australia.
Da Jin lari pagi saat rehat penerbangannya di Australia. Dia berlari di taman dekat hotel sambil memakai Kacamata hitam kesayangannya. Da Jin merasa cuaca sangat indah dan cocok untuk mencuci pakaian hari ini.
Lalu, dia melihat Pilot TY Airlines yang sempat dia mintai tolong untuk meminjamkan pesawat Cessna dan Yun Seong yang sedang duduk berdua di bangku taman sambil berbagi tawa mereka. Da Jin terheran-heran melihat kebersamaan mereka.
Ingat saat Yun Seong jadi fotografer di sebuah acara Pernikahan pada episode pertama? Ya.. Pilot tersebut dan istrinya lah yang dipotret Yun Seong. Kini Yun Seong dan Sang Pilot sedang melihat hasil foto jepretan Yun Seong hari itu.
Sang Pilot tampak puas dengan hasil foto itu, karena istrinya terlihat sangat cantik di foto tersebut dan mengucapkan terimakasih pada Yun Seong yang juga balik berterimakasih atas bantuan sang pilot (pasti sudah terduga kan bantuan dalam bentuk apa,, yup,, Yun Seonglah yang meminta Sang Pilot meminjamkan pesawat Cessna TY Airline pada Da Jin).
Saat sedang melihat foto-foto Pernikahannya, Sang Pilot keheranan karena ada selembar foto yang tidak dikenalnya. Dia memberikannya pada Yun Seong yang sama juga merasa keheranan. Yun Seong menatap foto yang ternyata foto Da Jin yang sedang berteriak di atas jembatan yang sempat dia ambil hari itu. Yun Seong pun jadi teringat saat dia mengambil foto itu karena terkesima pada semangat Da Jin saat itu.
Yun Seong dan Sang Pilot berpisah setelah melakukan salam persahabatan mereka. Da Jin langsung menghadang Sang Pilot setelah kepergian Yun Seong. Da Jin ingin memastikan kecurigaannya terhadap sesuatu pada Sang Pilot. Pilot sangat kaget akan kehadiran yang tiba-tiba muncul didepannya dan langsung menyapanya.
Sepertinya Sang Pilot memberitahu Da Jin bahwa Yun Seonglah yang telah memintanya untuk meminjamkan pesawat Cessna TY Airlines pada Da Jin dan Kapten Jang. Da Jin mengejar Yun Seong yang sedang menaiki tangga taman. Dia tampaknya ingin berterimakasih. Da Jin memanggil manggil Yun Seong sambil berlari-lari: "Kapten... Kapten... Kapten... Kapten.. Kapten.. Kapten!"
Sambil berlari, Yun Seong bertanya ada apa? Da Jin menjawab, dia berterimakasih pada Yun Seong karena telah membantunya meminjamkan pesawat Cessna. Yun Seong berhenti berlari dan melepas headset nya. Yun Seong bertanya, "Apa maksudmu?". Da Jin tertawa mendengar kepura-puraan Yun Seong, dia berkata bahwa Yun Seong telah memberikan hadiah yang sangat berarti untuk Kapten Jang dan Bo Ram. Yun Seong masih berlagak tak tahu apapun, Da Jin lalu berkata bahwa Kapten Jang tadinya Resign setelah penerbangan terakhirnya hari ini, tapi demi Bo Ram dia akan tetap melanjutkan segalanya. Da Jin mengucapkan terima kasih yang sangat besar pada Yun Seong. Da Jin berkata bahwa Yun Seong harus pergi ke suatu tempat bersama mereka bertiga (Kapten Jang, Bo Ram dan Da Jin, maksudnya).
Da Jin pun mulai meracau tentang cuaca yang bagus hari ini. Yun Seong mengabaikannya dan kembali memakai Headsetnya dan melanjutkan lari paginya serta meninggalkan Da Jin yang berbicara sendirian tentang rasa bersyukurnya karena bisa menjadi pilot hingga mendapatkan pengalaman yang begitu menyenangkan.
Da Jin kebingungan saat menyadari Yun Seong telah meninggalkannya dan berbalik mengejar Yun Seong yang berlari ke belakang. Da Jin memakai Kacamata hitamnya dan kembali mengejar Yun Seong sambil memanggilnya "Kapten". Da Jin pun berlari sekuat tenaga hingga dia berhasil menyusul Yun Seong. Melihat Da Jin yang menyusulnya Yun Seong pun berlari semakin cepat untuk menyusul Da Jin, walhasil mereka malah susul menyusul pada akhirnya
Ditengah acara susul meyusul itu Da Jin hampir tertabrak sekelompok pelari dari arah lain, untungnya Yu Seong sigap dan menyelamatkan ketepi Jalan, membuat mereka terjatuh ke rumput.
Sayangnya Kacamata hitam Da Jin terlepas dan jatuh ke jalan kemudian terinjak oleh para pelari yang hampir menambraknya tadi. Da Jin menatap hal itu dengan pandangan sedih, Jiwanya mungkin terselamatkan, tapi Kacamata hitamnya hancur tak karuan, dia bergunam pada dirinya sendiri, "Kacamata hitamku..."
Da Jin sedih karena Kacamata hitamnya jadi bengkok dan tergores disana sini. Dia mencoba membersihkan goresannya saat dirinya dan Yun Seong duduk di bangku taman. Yun Seong jadi sedikit merasa bersalah kerena telah membuat Kacamata hitam Da Jin rusak. Yun Seong mengambil Kacamata hitam tersebut dan melihat seberapa parah kerusakannya. Yun Seong berkata, kerusakannya ternyata tak terlalu parah mengingat bahwa Kacamata hitam itu rusak karena telah terinjak-injak, tapi sepertinya Kacamata hitam itu tak bisa dipakai lagi.
Da Jin mengambil kembali Kacamata hitam itu dengan sedih .
Da Jin: "Jangan berkata seperti itu, kau tidak tahu betapa berartinya Kacamata hitam ini untuku".
Yun Seong: "Aku akan menggantinya untukmu"
Da Jin: "Ini adalah bukan sesuatu yang bisa digantikan begitu saja"
Yun Seong: "Aku katakan, aku akan membeli yang baru untukmu"
Da Jin: "Aku tidak butuh sesuatu yang baru"
Yun Seong jadi kesal melihat sikap Da Jin yang entah mengapa membuat dirinya semakin merasa bersalah pada gadis itu. Padahal Kacamata hitam itu rusak karena dia menyelamatkan Da Jin dari hantaman pelari yang menuju ke arahnya. Da Jin kemudian berkata, "Kacamata hitam ini, hadiah dari ibuku" Yun Seong jadi makin merasa bersalah dan menatap Da Jin yang masih melihat Kacamata hitamnya.
Yun Seong pergi ke toko Kacamata hitam untuk mencari Kacamata hitam yang sama persis dengan Kacamata hitam milik Da Jin, tapi sayangnya tidak ada.
Maka saat esok harinya Yun Seong dan Da Jin bersama di Kokpit untuk melakukan penerbangan, Yun Seong semakin merasa bersalah saat melihat Da Jin memakai Kacamata hitam rusaknya, namun tentu saja sama sekali tidak menunjukkannya di depan Da Jin, tapi sikap mereka jadi canggung akibat insiden Kacamata hitam ini.
Yun Seong memberikan intruksi pada Da Jin untuk minta ijin lepas landas, Da Jin mematuhinya tanpa banyak bicara. Yun Seong menatap Da Jin dengan Kacamata hitam bengkoknya.. (huahaa,, lucu nian liat kecanggungan kapten Kim, dalam hatinya dia pasti sangat merasa bersalah saat melihat Kacamata hitam rusak itu). Pesawat pun lepas landas dengan lancar dan penerbangan berjalan dengan aman terkendali. Di Kokpit sekali lagi Yun Seong menatap Da Jin dengan Kacamata hitam rusaknya dan teringat pada kata-kata Da Jin bahwa Kacamata hitam itu pemberian Ibunya.
GM Wings Air, Hong Mi Joo-ssi sedang melakukan tes pada beberapa masakan yang akan disajikan di pesawat oleh manajemen Wings Air. Dia mencoba berbagai makanan dan mengenali dari mana semua makanan itu berasal dengan mudah. Entah itu dari penerbangan Kanada, Singapura, Jepang, bahkan Amerika. Hingga dia tiba di hidangan terakhir dan mencicipi makanan itu, Hong Mi Joo berkata bahwa makanan itu adalah makanan yang disajikan perusahaan mereka. Para Koki membenarkan. Hong Mi Joo berkata, bahwa dia menyukai makanan itu.
Di kantor Wings Air, Yun Seong dan Da Jin yang baru saja pulang dari penerbangan mereka dari Australia sedang membuat laporan kedatangan mereka. Da Jin masih cemberut gara-gara Kacamata hitamnya rusak dan ini membuat Yun Seong tak enak hati saat melihat wajah Da Jin yang muram.
Saat Da Jin pamitan untuk pergi duluan pun Yun Seong terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu tapi tak bisa, dan ia menyesalkan hal itu.
Da Jin membereskan seragamnya dan menyimpannya di loker. Da Jin mengambil lagi Kacamata hitam rusaknya yang tadinya sudah ia simpan dalam kotaknya yang ada di dalam loker. Da Jin pun mengingat saat dia menerima Kacamata hitam tersebut dari ibunya.
flashback:
Da Jin membuka kotak hadiahnya sambil bertanya: "Apa ini?". Ibunya menjawab: "Hadiah untuk putriku". Da Jin mengambil isi yang ada dalam kotak itu, ternyata sebuah Sunglasess. Da Jin tertawa bahagia melihat hadiah tersebut, dan segera mencoba memakainya. Ibunya pun terlihat bahagia melihat Da Jin memakai Kacamata hitam itu. Ibunya berkata Da Jin terlihat sangat baik dengan Kacamata hitam itu. Da Jin berkata bahwa dia sangat mencintai Ibunya dan memeluk sang Ibu dengan penuh kasih sayang. Ibunya membalas pelukan Da Jin dan berkata bahwa dia pun sangat mencintai Da Jin.
Ibunya berkata, apakah Da Jin akan baik-baik saja saat menemui kesulitan di Amerika? Da Jin berkata, "Aku adalah Han Da Jin, apapun yang dikatakan pasti akan aku lakukan". Ibunya menepuk bahu Da Jin sambil memeluknya dan berkata, "Tentu saja, karena kau adalah putriku". Da Jin tertawa dan melepaskan pelukan ibunya. Dia ingin meminta sesuatu pada sang Ibu.
Da Jin: "Tapi.. Omma, Aku ingin sesuatu yang lain selain ini"
Ny. Han: "Sesuatu yang lain?"
Da Jin: "Seorang adik kecil yang mirip denganku"
Ny. Han kaget mendengar permintaan Da Jin, "Apa? Di usiaku saat ini?" Dia pun menepuk Da Jin, menunjukan isyarat bahwa itu tak mungkin, dia pun beranjak dari hadapan Da Jin, karena malu.
Da Jin merengek dan mengejar sang Ibu. Ny. Han merapikan jemurannya, Da Jin mengikutinya dan berkata, "Kenapa? Aku dengar seorang nenek berusia 60 tahun pun bisa memiki anak sekarang ini. Itu sudah jadi topic diluar negeri, aku bahkan sudah memikirkan nama panggilannya untuknya Omma.. Hmmm... Ppo Song."
Ny. Han: "Ppo Song?"
(Ppo Song artinya: mengembang, di subs English biasa disebut fluffy, tapi aku lebih suka Ppo Song).
Ny. Han tertawa mendengar nama panggilan yang diberikan Da Jin untuk adiknya kelak. Da Jin pun menjelaskan mengapa dia ingin memberikan nama panggilan itu pada adiknya.
Da Jin: "Seperti selimut yang telah kering oleh matahari, mengembang... dan lembut... bukan kah itu terdengar sangat bagus, Omma?"
Ny. Han tersipu mendengarnya, dia meminta Da Jin untuk meninggalkannya sendirian dan melupakan permintaannya tak masuk akalnya. Tapi Da Jin terus memohon dan berkata, "hanya satu anak saja" sambil memeluk ibunya dari belakang. Ny. Han semakin malu melihat kelakuan Da Jin yang merengek minta adik. Dia meminta Da Jin melepaskannya dan berlari menjauh dari Da Jin yang kemudian mengejarnya, jadilah terjadi kejar-kejaran yang menggembirakan antara Ibu dan Anak ini diantara selimut-selimut yang dijemur dihalaman rumah mereka. Benar-benar pemandangan yang membahagiakan.
flashback end
Da Jin masih menatap Kacamata hitam pemberian ibunya yang kini telah rusak, lalu kembali memasukannya ke dalam loker.
Da Jin keluar dari ruang ganti dan bertemu dengan Yun Seong yang ternyata sudah menunggunya sejak tadi dengan perasaan gugup dan bersalah.
Yun Seong: "Tunggu.. Pilot Han"
Da Jin berhenti dan menoleh pada Yun Seong yang terlihat sedikit kebingungan harus bicara apa
Yun Seong: "Hmm.. itu.. tentang Kacamata hitam mu.... Aku minta maaf"
Da Jin: "Tidak apa-apa"
Da Jin pun pamit pada Yun Seong, membuatnya jadi kebingungan bagaimana mengatasi rasa bersalahnya pada Da Jin. Akhirnya Yun Seong malah berkata: "Mengapa kau membawanya kemana-mana, jika itu adalah barang berharga?"
Da Jin jadi kesal mendengar pertanyaan Yun Seong. Dia menatap Yun Seong dengan tatapan tak percaya, padahal Da Jin sudah berkata tak apa-apa tapi Yun Seong malah menyalahkan dirinya. Yun Seong jadi salah tingkah saat Da Jin menatapnya, dia masih berusaha membela diri dengan berkata: "Itu.... maksudnya.. Jika itu barang berharga seharusnya disimpan di rumah"
Lalu Yun Seong pun pergi begitu saja meninggalkan Da Jin setelah mengatakan hal yang bagi Da Jin tak masuk akal. Da Jin hanya bengong melihat kepergian Yun Seong, dia berbalik melihat Yun Seong yang semakin menjauh. Da Jin lalu berteriak: "Kapten, mengapa kau membawa otakmu kemana-mana? Sepertinya itu penuh dengan pemikiran-pemikiran berhargamu. Lain kali, simpanlah Otakmu di rumah. Tinggalkan itu di rumah!" (Wkwkwkwk... Da Jin pinter banget ngebalikin kata-kata Kapten Kim? Menyimpan otaknya di rumah?? Gimana caranya?)
Waktunya berenang untuk Kapten Kim (huah... Yun Seong hobi banget deh berenangnya). Selain Yun Seong, Hong Mi Joo pun datang ke kolam renang tersebut. Mi Joo melihat Yun Seong yang baru saja muncul ke permukaan dengan gembira. Saat akan menyapanya, Yun Seong terlanjur berbalik lagi, berniat melanjutkan acara renangnya.
Saat Yun Seong berbalik, Mi Joo kaget melihat luka bakar yang dimiliki Yun Seong di punggung atas sebelah kirinya. Kini Mi Joo menatap Yun Seong dengan tatapan penuh kecurigaan dan tanda Tanya besar di kepalanya.
Mi Joo langsung mengecek identitas Yun Seong di data kepegawaian. Jelas dia mencurigai sesuatu setelah melihat luka bakar Yun Seong. (Mi Joo pasti curiga, apakah Yun Seong adalah Oppa yang menolongnya saat dia terjebak pada kebakaran saat dia kecil atau bukan?)
Dong Soo kembali beraksi dengan jurus 300 wonnya pada para pramugari yang sedang ada di depan mesin minuman. Seperti biasa, dia meminta para pramugari itu memberikan uang 300 won padanya, dan kelak dia akan mengembalikannya dengan double. Para pramugari sedikit kaget dengan kedatangan Dong Soo yang tiba-tiba. Lee Joo Ri jengah melihat tingkah konyol Dong Soo, dia langsung mengajak temannya untuk pergi dari sana dan menatap Dong Soo dengan meremehkan. Dong Soo hanya menunduk, dan saat para pramugari itu pergi Dong Soo hanya tertawa dan memanggil mereka sekali lagi, "Eonnie.."
Dong Soo kemudian melihat Da Jin yang sedang membaca sambil berjalan, dia jadi sedikit salah tingkah. (Setelah Insiden di restoran ini pertama kalinya Da Jin dan Dong Soo bertemu kembali). Da Jin berjalan melewati Dong Soo yang segera menyapanya. Dong Soo berkata, "Mengapa kau tidak memberi salam padaku?". Da Jin berhenti dan menoleh pada Dong Soo.
Da Jin menatap Dong Soo dengan kesal, masih ingat insiden di kedai tampaknya. Da Jin tertawa mengerikan dan berkata. "Siapa lagi ini?". Dong Soo berkata pada Da Jin untuk tidak terlalu lama menyimpan dendam. Dong Soo melihat Da Jin baru pulang dari penerbangannya, itu berarti Da Jin lulus tes pada tes simulasi kedua. Dong Soo memberi selamat dengan gembira.
Da Jin menghela nafas lalu berkata: "Dalam hidup, Kau harus jujur seperti mesin penjual minuman" Dong Soo kebingungan dan bertanya: "Apa?"
Da Jin melanjutkan maksud perkataannya: "Jadi, Jika kau menekan untuk Cola, sekaleng Cola akan keluar. Jika kau menekan untuk Kopi, maka Kopi-lah yang akan keluar. Jika kau melakukan sesuatu yang membuatmu pantas mendapatkan pukulan maka kau akan mendapatkannya. Seperti ini!" Da Jin mengatakan hal tersebut sambil berakhir dengan berlagak ingin memukul Dong Soo tapi sengaja di pelesetkan. Ini membuat Dong Soo sedikit kaget. "Kau pasti akan mendapatkan pukulan itu" kata Da Jin kemudian. Dong Soo hanya mencibir sambil memainkan lollipop di mulutnya.
Da Jin: "Aku hanya orang yang dermawan seperti mesin penjual minuman. Jadi untuk kali ini aku memaafkanmu. Dengan memanfaatkan kebaikan hatiku yang memaafkanmu, sebaiknya kau segera pergi dari sini"
Dong Soo: "Maaf untuk apa?"
Da Jin: "Saat itu di kedai, apa kau lupa? Setelah apa yang kau lakukan?"
Dong Soo: "Ah itu... Itu hanya sebuah kesalahan, Maaf.. Maaf.."
Da Jin kemudian tertawa mengerikan lagi dan memperingatkan Dong Soo bahwa hubungan mereka bukanlah hubungan pertemanan yang hangat tapi selalu berakhir dengan pertengkaran. Jadi lebih baik mereka tak usah bertemu lagi. Da Jin kemudian menepuk tangan Dong Soo, kemudian pergi meninggalkan Dong Soo.
Seorang lelaki setengah baya, sepertinya tertarik pada kejadian ini. terutama saat Dong Soo dan Da Jin berbincang. Maka setelah Da Jin pergi Lelaki itu memanggil Dong Soo. "Yak, Dong Soo-ya!" Dong Soo menoleh dan kaget melihat kehadiran lelaki itu. Lelaki tua itu mendekatinya, DonG Soo nampak tidak nyaman dan langsung berniat melarikan diri. Lelaki itupun mengejarnya.
Dong Soo berlari, selain menghindari Lelaki itu, dia juga pergi mengejar Da Jin dan bertanya, "Apakah kau punya uang 300 won?". Da Jin kesal dan malah berkata: "Apa kau ingin mati?". Dong Soo berkata, "Sudahlah lupakan saja" lalu membiarkan Da Jin pergi.
Da Jin pun pergi lagi meninggalkan Dong Soo, sementara sang lelaki tua itu mendekatinya. Dia bertanya pada Dong Soo, siapa wanita itu? Kini Dong Soo tidak terlalu ketakutan. Dia malah bertanya, "Tunggu.. mengapa Ayahku ada disini? Ayo pergi" Ajak Dong Soo pada lelaki tua yang ternyata Ayahnya itu.
Tuan Kang, Ayah Dong Soo dengan memalukan menyapa para pramugari yang dia temui di bandara. Dong Soo jadi malu melihat kelakuan ayahnya dan mengajaknya segera pergi dan tidak melakukan hal tersebut. Tuan Kang bingung dengan Dong Soo. Saat banyak wanita cantik di tempat kerjanya, mengapa dia tidak bisa mendapatkan pasangan yang cocok. Dong Soo mendorong sang ayah untuk duduk di bangku dekat mesin penjual minuman.
Belum sempat Dong Soo berbicara dengan Ayahnya, dua orang pramugari datang untuk mebeli minuman. Tuan Kang langsung berdiri dan bertanya apakah mereka punya uang 300 won? (gubrak.. ternyata kebiasaan Dong Soo diajarin ayahnya toh...).
Dong Soo malu dengan kelakuan ayahnya dan segera bersembunyi di balik mesin penjual minuman, sementara Tuan Kang masih meminta uang 300 won pada para pramugari cantik itu. Dua pramugari itu mengabaikan permintaannya dan pergi meninggalkan Tuan Kang begitu saja.
Tuang Kang lalu berkata, "Para Nona ini harus ditandai tanda X" setelah melihat kepergian mereka begitu saja. " Mulut mereka seperti ini, dan berani melotot seperti ini dengan matanya. Bagaiman bisa mereka berlaku seperti itu pada orang yang lebih tua? Ini tidak baik.." kata tuan Kang pada Dong Soo, yang tiba-tiba menghilang dari hadapannya. Tuan Kang kebingungan kemana perginya anak lelakinya itu. Dia pun memanggil manggil Dong Soo, "Dong Soo-ya... Dong Soo-ya?"
Dari balik mesin penjual minuman, Dong Soo mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan pada Tuan Kang yang sedang kebingungan mencari Dong Soo. Tuan Kang mengangkat ponselnya dan berteriak, "Yak.. Dong Soo-ya!" (artinya, Dong Soo kemana kau pergi!- terjemahanku sendiri). Teriakan sang Ayah memekakan telinga Dong Soo yang kemudian berkata dengan sopan, "Aboji.. Aku akan mendapatkan istriku sendiri, mengerti? Seorang wanita yang mau memberiku uang 300 won. Sekarang aku sedang sibuk. Baiklah.. itu saja." Dong Soo langsung menutup panggilannya tanpa mendengarkan tanggapan Tuan Kang.
Tuan Kang berteriak sekali lagi memanggilnya, tapi dia kaget saat sadar, Dong Soo telah menutup panggilannya. Dong Soo melihat kepanikan ayahnya dibalik mesin penjual minuman sambil tertawa penuh kemenangan.
Di menara pengawas, atasan Dong Soo baru pulang dari rapat perusahaan dan merasa mumet karenanya, dia bertanya pada Dong Soo apakah dirinya tidak Kompeten? Dong Soo berkata tentu saja tidak, atasannya itu telah mengendalikan lebih dari 30 buah pesawat. Atasannya merendah dan berkata, tidak sebanyak itu.. paling hanya 29 pesawat, (wek.. cuman ngurangin dikit dong). Atasannya terlihat tidak sehat dan memakan obat, Dong Soo mengingatkan sang atasan untuk tetap menjaga kesehatannya. Atasannya menasehati Dong Soo selain sehat, dia juga harus jadi orang yang baik.
Di kantin perusahaan Wings Air, Choi Ajussi sedang mengantri untuk makan siang. Atasan Dong Soo datang dan menyapanya. Choi Ajussi bertanya apa Dong Soo tak ikut bersamanya? Atasan Dong Soo berkata bahwa orang muda harus bergabung dengan orang muda lagi. Jika dia selalu ikut dengan mereka, dia akan jadi lebih cepat tua. Choi Ajussi bertanya tentang anak-anak dan istri temannya itu. Atasan Dong Soo sedikit tak senang, karena keluarganya jarang menelpon karena biaya panggilan luar negeri. Choi Ajussi mengingatkan Atasan Dong Soo untuk makan baik-baik, dan berkata bahwa Atasan Dong Soo sudah berbaru seorang duda saja.
Atasan Dong Soo kebingungan karena kehilangan karcis makannya, Choi Ajussi memberikan satu miliknya. Bukannya Atasan Dong Soo yang mengambilnya, tapi malah Tuan Kang, ayah Dong Soo yang mengambilnya tanpa tahu malu. Saat Atasan Dong Soo meminta karcis makan pada Choi Ajussi, dia sedikit kebingungan karena merasa sudah memberikannya dan berkata bukankah, barusan dia memberikannya? Atasan Dong Soo ikut kebingungan.
Kedua lelaki tua ini saling memandang dan menatap Tuan Kang yang memasang wajah tak berdosa dan menyuruh mereka untuk maju di antrian dengan isyaratnya.
Choi Ji Won, Manajer Kabin yang baru, datang dengan seragam pramugari Wings Air. Saat dia menaiki escalator. Han Da Jin berada di escalator turun. Da Jin yang pertama melihat Choi Ji Won, dia kaget tapi hanya bisa menatapnya dari kejauhan. Choi Ji Won pun tak sengaja melihat Da Jin yang sedang menatapnya. Mereka saling menatap dari kejauhan. Da Jin mulai panik dengan kehadiran Choi Ji Won, mereka semakin menjauh, Choi Ji Won sudah tiba di atas, sebaliknya Da Jin sudah ada dibawah. Choi Ji Won berusaha mengabaikan keberadaan Da Jin, namun wajahnya terlihat sangat tegang.
Sementara Da Jin menatap Choi Ji Won yang semakin jauh dengan penuh kepanikan, bertanya-tanya dalam hati mengapa Choi Ji Won ada disini.
Lalu seorang Pilot Wanita senior memanggilnya, "Pilot Han Da Jin?" Da Jin menoleh dan memberi hormat pada seniornya itu. "Apakah kau baru kembali atau akan pergi?" Tanya seniornya tersebut. Bukannya menjawab Da Jin malah memberi salam pada Pilot senior tersebut, "Apa kabar, Kapten Choi Min Suk." Da Jin kemudian menjawb petanyaan Kapen Choi "Aku baru saja kembali dari penerbangan dari Sydney", tapi sambil kembali menatap Choi Ji Won yang sudah berjalan semakin jauh dari pandangannya.
Da Jin terus memandangi Choi Ji Won, bahkan saat Kapten Choi bertanya padanya, "Bagaimana pernerbanganmu?" Da Jin tak mendengarkan Kapten Choi dan terus menatap Choi Ji Won. "Pilot Han Da Ji!" panggil Kapten Choi.
Da Jin terperanjat kaget dengan panggilan kapten Choi. "Apa sesuatu terjadi padamu?" Tanya Kapten Choi, Da Jin menoleh pada Kapten Choi, belum sempat Da Jin menjawab, kapten Choi berkata, "Kau terlihat tidak baik" Da Jin masih bengong untuk sesaat, namun kemudian berkata bahwa dia tidak apa-apa. Da Jin berpamitan pada sang Kapten, namun sejenak kembali melihat ke arah Choi Ji Won pergi.
Choi Ji Won tiba di kantor Wings Air. Dia bersikap ramah pada setiap orang yang ditemuinya. Choi Ji Won pergi ke toilet dan berdiri di depan cermin toilet. Pertemuannya dengan Da Jin hari ini membuatnya kembali teringat pada kenangan saat dia gagal menyelamatkan Ny. Han dari kematian saat melahirkan 7 tahun lalu dan bagaimana marahnya Da Jin, saat dia datang ke pemakaman Ny. Han. Choi Ji Won berusaha untuk tegar namun pada akhirnya menetes juga air matanya mengingat semua itu.
Da Jin berlari berusaha mencari Choi Ji Won, saat ada pramugari yang sosoknya dari belakang mirip Choi Ji Won yang tadi dilihatnya, Da Jin langsung menghadangnya, tapi dia minta maaf saat tahu pramugari itu bukan Choi Ji Won. Da Jin kembali mencari, namun dia salah lagi. Akhirnya dia berjongkok dan berkata pada dirinya sendiri, bahwa dia salah melihat, namun kemudian menyangkalnya, dia tidak mungkin salah lihat. Tapi kembali berkata, ini semua hanya sebuah kesalahan, Da Jin jadi meragukan penglihatannya, apakah aku salah melihat?
Di Ruang Tunggu Pramugari, para Pramugari cantik ini sedang bersantai menunggu giliran terbang mereka. Seorang pramugari junior sedang gugup karena hari ini adalah penerbangan pertamanya. Senior laki-lakinya (aku sebut aja pramugara ya? Bener kan?) memberinya nasehat untuk tidak gugup. Lee Joo Ri berkomentar, tentu saja dia sangat nervous karena dia harus melakukan banyak pekerjaan di penerbangan pertamanya. Salah satu teman Joo Ri kemudian menjelaskan apa saja yang harus dilakukan sang Junior. Dan menakut-nakuti apa yang akan dialaminya saat para penumpang masuk, dicolek pantatlah, di tubruk penumpang hingga kepala kejedotlah.. dan hal-hal menakutkan lainnya. Belum lagi komplain-komplain dari para penumpang saat keinginan mereka tidak terpenuhi. Sebagai pramugari, mereka juga harus bisa menenangkan anak-anak kecil yang menangis dan membantu membersihkan jika ada penumpang yang muntah.
Pramugari Junior jadi mual mendengar kata-kata terakhir seniornya. Dia jadi ingin muntah sendiri dan ketakutan. Pramugara menenangkan dan bertanya mengapa para pramugari senior mengatakan hal-hal menakutkan seperti itu, seharusnya mereka menyembunyikan hal itu dari Juniornya. Pramugara menatap Juniornya dan berkata: "Junior yang cantik, jangan khawatir. Percayalah padaku". Para pramugari senior jengah mendengar kata-kata Pramugara itu.
Seorang pramugari teringat sesuatu tentang akan datangnya Manajer Kabin yang baru yang kabarnya sangat ketat dan teliti pada semua aturan yang ada. Bahkan menurut gossip, dia seperti hantu karena selalu tahu setiap kesalahan yang dilakukan bawahannya. Lee Joo Ri, tidak peduli Manajer Kabin baru seketat apa pun karena dirinya berbeda dari orang lain.
Choi Ji Won memasuki ruangan Pramugari, semua pramugari menghentikan obrolannya dan langsung berdiri dan memberi salam pada Manajer Kabin baru tersebut.
Choi Ji Won segera melakukan inpeksi penampilan. Semua pramugari merasa tegang. Salah seorang pramugari ada yang diberi kertas minyak oleh Choi Ji Won untuk membersihkan wajahnya yang berminyak. Lee Joo Ri tersenyum meremehkan melihat hal ini.
Tiba giliran Lee Joo Ri yang diperikasa, penampilan atasnya memang tak bermasalah, namun dilintingan bawah rok nya ada bekas stepler , dan Choi Ji Won menemukannya. Lee Joo Ri sangat kaget dengan hal itu, dan merasa sedikit malu. Lee Joo Ri beralasan dia mendapatkannya saat penerbangannya kemarin, tapi kata Choi Jin Wo stepler itu stepler bekas stoking, jadi pastinya bukan karena penerbangan Joo Ri mendapatkan stepler itu di rok nya. Choi Ji Won memperingatkan agar hal seperti itu tak terjadi lagi.
Choi Ji Won mulai menceramahi para pramugari untuk memperhatikan kondisi dan penampilannya fisiknya mulai hari ini.
Choi Ji Won menatap Pramugari baru dan memuji Performance nya yang paling baik dibanding pramugari lain. Choi Ji Won berharap pramugari tersebut bisa memiliki kinerja sebaik penampilannya di penerbangan pertamanya.
Da Jin pergi ke tempat para Pramugari untuk mencari Ji Won, namun tak jua menemukannya. Hingga dia berpapasan dengan Ji Won dan para pramugari lainnya yang siap untuk terbang. Da Jin langsung tegang melihat Choi Ji Won.
Lee Joo Ri bertanya pada Da Jin apakah ada yang salah? Da Jin berkata ia ingin mengklarifikasikan sesuatu sambil menatap Ji Won tajam. Choi Ji Won mengajak anak buahnya untuk segera pergi ke pesawat, karena mereka sebentar lagi harus melakukan penerbangan. Choi Ji Won pamit pada Da Jin dan pergi begitu saja meninggalkan Da Jin tanpa menjelaskan apapun. Para pramugaripun mengikutinya dengan patuh.
Da Jin langsung stress karena pertemuannya dengan Choi Ji Won hari ini. Luka lamanya akibat kehilangan orang tua terkuak lagi. Da Jin merenung di pinggir jembatan.
Da Jin mengingat kunjungan Ji Won yang meminta maaf ke rumahnya tak lama setelah kematian sang Ibu. Saat itu Ji Won berkata bahwa kematian Ny. Han akibat ulahnya. Choi Ji Won meminta maaf sambil berlutut dan berurai air mata, dia berkali-kali meminta maaf. Kapten Han sudah menyuruhnya untuk berdiri, namun Ji Won tetap dalam posisinya sambil terus meminta maaf sambil menagis. Da Jin dengan dingin berkata, bahwa dia khawatir dia tidak bisa memaafkan Ji Won dan menyuruh Ji Won segera pergi dari hadapannya.
Choi Ji Won dan rombongan pramugari bersiap melewati jalur masuk pesawat. Sementara Yun Seong berada di jalur keluar pesawat. Keduanya saling bertemu dengan arah yang berlawanan lagi. Choi Ji Won yang pertama kali menyadari kehadiran Yun Seong dan merasa kaget karena hal ini. Yun Seong tak kalah kagetnya saat melihat Choi Ji Won, mereka bertatapan cukup lama, namun Yun Seong segera mengalihkan pandangannya. Sementara Choi Ji Won terus menatap Yun Seong, bahkan saat dia hanya bisa melihat sosok belakang Yun Seong yang semakin menjauh dari jarak pandangnya. Keduanya dilanda rasa tak nyaman karena pertemuan tak terduga hari ini.
Saat kembali ke rumah, Yun Seong membuka sebuah buku lamanya dan menemukan foto dirinya bersama Choi Ji Won. Yun Seong menatap foto itu agak lama, namun kemudian mengembalikannya ke dalam buku yang berjudul "Learning To Fly An Airplane".
Sementara Choi Ji Won dilanda galau yang sama saat ada dalam pesawat. Dia bahkan sedikit melamun dalam melaksanakan tugas pertamannya sebagai Manajer Kabin hari ini, apalagi saat ia melihat seorang wanita hamil tua yang menjadi salah satu penumpang di pesawat itu. Lee Joo Ri memperhatikannya dan merasa aneh dengan tingkah manajer barunya.
Napas Choi Ji Won semakin tak beraturan, nampaknya dia semakin panik mengingat apa yang terjadi 7 tahun silam. Dia mulai menghapalkan beberapa peraturan emergency untuk menghilangkan cemasnya agar apa yang terjadi 7 tahun lalu tak terulang kembali.
Di kamarnya, Da Jin tak bisa berkonsentrasi melakukan apapun karena teringat pertemuannya dnegan Choi Ji Won tadi siang.
Menara Pengawas Incheon.
Seorang petugas pengawas Magang sedang memberi Intruksi pada sebuah pesawat yang akan lepas landas. Dong Soo datang dan mendengarkan Intruksi sang Trainer nya. Dia sadar ada yang salah dengan Intruksinya dan langsung merebut mic, lalu memberitahu pesawatnya bahwa intruksi sebelumnya salah dan membenarkannya dengan tiba-tiba, membuat Juniornya kaget dengan kehadiran Dong Soo yang tiba-tiba.
Dong Soo kesal dan melemparkan tanda pengenalnya ke meja. Dia marah-marah pada petugas trainer itu dan berkata jangan hanya membaca radar, tapi juga perhatikan keadaan pesawatnya. Petugas Trainer ketakutan dan meminta maaf. Saat Dong Soo mengambil tanda pengenalnya di meja, dia baru sadar jika juniornya itu menangis setelah dia memarahinya. "Trainer, kau menangis?" Tanya Dong Soo kaget. Petugas Trainer itu menjawab tidak, tapi Dong Soo tahu dia berbohong dan menyodorkan sapu tangannya pada sang Trainer agar dia mengeluarkan cairan dari hidungnya akibat tangisan barusan.
Petugas trainer menerimanya dan mengeluarkan cairan di hidungnya tanpa ragu-ragu pada sapu tangan itu. Dong Soo berkata, "Meskipun kau pegawai baru, kau harus tetap bersikap professional di Menara Pengawas. Mengapa?" Tanya Dong Soo lalu mendekatkan wajahnya pada petugas trainer, "Karena itu berkaitan dengan nyawa manusia. Kau mengerti?"
Dong Soo melihat sapu tangannya, dia berkata pada petugas trainer untuk mengembalikan sapu tangannya besok saja (ya eyalah.. udah diingusin gitu..). Dong Soo pun kemudian pergi meninggalkan petugas trainer sendirian di kursinya. Petugas trainer pun menatap Dong Soo penuh dengan rasa haru. Sepertinya bakal ada benih-benih cinta nih dari Junior nya Dong Soo ini.
Han Da Jin datang menjemput Ppo Song di TK nya. Dia melihat Ppo Song sedang menari bersama teman-temannya. Saat Ppo Song berbalik, dia melihat Da Jin dan melambaikan tangannya dengan kegirangan, Da Jin pun membalas lambaian tangan sang adik. Ppo Song meneruskan tariannya sementara Da Jin menatap Ppo Song dari balik jendela kelas dengan sedih.
(Oh iya.. lagu yang dinyanyiin Ppo Song dan teman-teman TK nya adalah lagunya Han Ji Eun di Full House.. jadi kangen sama Lee Young Jae dan Han Ji Eun nih..)
Da Jin dan Ppo Song berjalan bersama untuk pulang ke rumah. Mereka berjalan sambil bercanda dan mengobrol saat menuruni tangga.
Da Jin: "Beberapa hari lagi, Ulang tahun Ppo Song. Hadiah apa yang harus Eonnie belikan untuk mu?"
Ppo Song: "Tidak perlu, aku tahu Eonnie tak punya uang"
Da Jin: "Hah? Bagaimana kau berpikir Eonnie tak punya uang. Eonnie punya banyak uang"
Ppo Song: "Kau tak punya uang dan harus membayar hutang. Jadi tidak apa-apa"
Da Jin kesal dengan kata-kata Ppo Song, dia melepaskan genggaman tangannya dari tangan mungil Ppo Song.
Da Jin: "Yak!... Han Da Yeon"
Ppo Song: "Eonnie, mengapa saat kau bad mood, kau berkata, ‘Yak! Han Da Yeon’. Aku lebih suka dipanggil Ppo Song"
Ppo Song lalu tertawa dan menggandeng tangan Da Jin kembali. Dia pun menyeret Da Jin untuk meneruskan perjalanan mereka. Da Jin mulai mengeluh, "Aigo.. tidak bisa begitu. Eonnie menggunakan semua tabungan untuk membayar hutang hari ini"
Ppo Song bersorak, bahagia mendengar hal tersebut. Ppo Song lalu melihat Yun Seong, dia pun berteriak, "Itu, Penguin Ajussi" Da Jin melihat Yun Seong yang juga sedang dalam perjalanan pulang. Tapi Yun Seong tidak meihat mereka dan pergi begitu saja berjalan menuju rumahnya.
Ppo Song berlari-lari mengejar Yun Seong sambil memanggilnya ‘Penguin Ajussi’.
"Penguin Ajussi! Pengguin Ajussi! Penguin Ajussi! Penguin Ajussi!" panggil Ppo Song sambil terus berlari. dibelakangnya Da Jin mengejar Ppo Song untuk menghentikannya mendekati Yun Seong. "Ppo Song.. Ppo Song!" kata Da Jin Sambil mengejar adik kecilnya itu. Tapi Ppo Song tak berhenti dia malah semakin cepat berlari menghampiri Yun Seong.
Yun Seong berhenti, bukan merasa ada yang memanggilnya, tapi merasa ada yang mengejarnya. Yun Seong berbalik ke belakang dan melihat Ppo Song dan Da Jin yang terengah-engah karena kecapean. Ppo Song sekali berkata, "Penguin Ajussi". Yun Seong bengong, "Aku?" Ppo Song mengangguk membenarkan (Aigoo... lucunya... suka banget sama Ppo Song..). Yun Seong tak mengerti, dia berkata pada Ppo Song, "Aku bukan Penguin, ataupun seorang Ajussi".
Ppo Song tak menannggapi, dia malah bertanya apa yang dibawa Yun Seong di tangannya. Yun Seong bilang Ppo Song tak perlu tahu, sambil menyembunyikan bungkusan yang berisi roti ikan ke belakang. Da Jin mengingatkan Ppo Song untuk berhenti dengan isayaratnya.. Ppo Song tak paham dan terus bertanya. "Aku sering makan roti ikan dan aku mencium baunya" kata Ppo Song tentang bungkusan itu.
Yun Seong menatap Da Jin, mengisyaratkan dia tak suka pada rasa ingin tahu Ppo Song. Da Jin mengajak Ppo Song untuk pergi dan tak lagi mengganggu Yun Seong, "Ppo Song-a, ayo kita pergi". Tapi Ppo Song memilih terus bertanya pada Yun Seong. "Penguin Ajussi, apakah kau tinggal di daerah ini?". Yun Seong menatap Ppo Song kemudian mengangguk, (aku juga mulai berpikir, Yun Seong lucu banget kalo lagi ngobrol sama Ppo Song, jaim-jaim gimana gitu... tapi malah terlihat polos...)
"Apakah aku boleh ke rumahmu untuk main?" Tanya Ppo Song polos. Dengan tegas Yun Seong berkata "Tidak" sambil menggelengkan kepalanya. Da Jin menyipitkan matanya menatap Yun Seong, heran... bagaimana seseorang bisa begitu tegas menolak pada gadis kecil seperti Ppo Song.
"Lalu.. Penguin Ajussi saja yang datang ke rumah kami untuk bermain, rumah kami tinggal luruuuus ke sana" kata Ppo Song sambil menunjukan arah rumahnya karena merasa tak puas dengan penolakan Yun Seong. Da Jin menghentikan Ppo Song dan tersenyum aneh pada Yun Seong, seolah meminta maaf atas kelancangan adiknya yang telah mengganggu perjalanan Yun Seong. Tapi Ppo Song hanya memasang wajah polosnya menawarkan kedekatan yang lebih pada Yun Seong.
Da Jin hanya meringis pada Yun Seong karena kelakuan adiknya. Sementara Yun Seong mulai berpikir.
Da Jin berkata pada Ppo Song untuk mengucapkan selamat tinggal pada Yun Seong, bermaksud mengajak Ppo Song pergi lalu menundukan badannya dan badan Ppo song untuk memberi salam pada Yun Seong. Da Jin akhirnya membawa Ppo Song untuk pergi, sedikit mengangkatnya khawatir Ppo Song tak mau pergi.
Saat Da Jin dan Ppo Song beranjak pergi, Yun Seong berkata, "Tunggu". Da Jin berbalik dan menatap Yun Seong.
Sepertinya Yun Seong membagi Roti Ikan yang dibelinya pada Ppo Song, karena kini Ppo Song dan Da Jin sedang berjalan pulang sambil menikmati roti ikan pemberian Yun Seong. Da Jin bertanya pada Ppo Song, "Ngomong-ngomong Ppo Song-a, mengapa kau memanggilnya Penguin Ajussi?". Dengan polos Ppo Song menjawab, "Penguin hidup di kutub Selatan, Ajussi telah memberitahukannya padaku". Da Jin awalnya bingung, lalu teringat pada ajarannya yang menyebutkan Penguin adalah salah satu hewan yang hidup di kutub utara.
Da Jin tertawa dan berkata, "Jadi Penguin telah pindah ke kutub Selatan? Aslinya mereka berasal dari kutub Utara" Ppo Song tak berkata apapun hanya menatap Iba pada kakaknya, dia tahu kakaknya tidak ingin terlihat salah di hadapannya. "Sepertinya mereka memang pindah ke kutub Selatan dan meninggalkan rumah mereka di kutub utara..." kata Da Jin sedikit ragu-ragu. Tapi kemudian Da Jin tertawa dan bertanya pada Ppo Song. "Benarkan?" Ppo Song ikut tertawa dan membenarkan saja apa yang dikatakan kakaknya.
Ppo Song dan Da Jin sampai di rumah Choi Ajussi, mereka melihat makanan lezat di meja dan langsung berpikir bahwa Choi Ajussi lah yang membuatkannya untuk mereka. Lalu mereka pun memakannya dengan lahap.
Saat sedang makan, Da Jin mendengar suara air mengalir dari arah dapur. Dia pun langsung paranoid dan waspada.
Da Jin mengendap-ngendap ke dapur dan melihat seorang pria yang sedang mencuci tomat berdiri di depan tempat cuci piring sambil menari-mari karena mendengarkan music melalui Headseatnya. Pria itu adalah Kang Dong Soo, yang berniat membuatkan makanan enak untuk Choi Ajussi.
Saat Dong Soo mencoba menelpon Choi Ajussi dan melepaskan Headseatnya, Da Jin mengambil kayu pembuat mie sebagai pemukul dan berjalan mendekati Dong Soo sambil mengendap-negendap. Tanpa aba-aba, Da Jin langsung memukul Dong Soo dari belakang hingga membuat Dong Soo pingsan dan terjatuh di dapur. Da Jin bengong setelah melakukan hal itu.
Dong Soo meringis kesakitan saat terbangun dari pingsannya. Choi Ajussi telah pulang ke rumah dan merasa bersalah atas apa yang menimpa Dong Soo, begitu juga Da Jin dan Ppo Song mulutnya yang masih belepotan bumbu spageti yang tadi dibuat Dong Soo.
Dong Soo melihat Da Jin yang acuh kepadanya, dia menatap Da Jin marah. Melihat kemarahan Dong Soo, Choi Ajussi malah berkomentar, sepertinya mereka terhubung oleh takdir, jadi berhentilah saling menggeram. Dong Soo meminta Da Jin mengembalikan spagetinya dan memberikan biaya pengobatan padanya. Da Jin malah berkata mengapa Dong Soo bertingkah seperti pencuri di dapur rumah orang lain? Dong Soo kesal karena Da Jin menyebutnya pencuri.
Da Jin segera mengajak Ppo Song masuk ke kamar untuk mengerjakan PR dan menggambar, agar dia bisa melarikan diri dari kemarahan Dong Soo. Ppo Song mengangguk mendengar ajakan kakaknya. Dong Soo langsung tahu bahwa Da Jin berusaha melarikan dari, tapi kata-kata Dong Soo malah membuat Da Jin kesal pada lelaki itu.
Da Jin berkata dia tidak akan menghindari buang air besar meskipun itu menyeramkan. Dong Soo langsung sewot dan berpikir Da Jin menganggap dirinya kotoran. Tentu saja Da Jin menolak, dia tak pernah bilang bahwa Dong Soo adalah kotoran, dia hanya mengatakan hal itu, karena teringat pepatah lama. Da Jin lalu bertanya, memangnya kenapa, apakah Dong Soo memang kotoran? Dong Soo makin kesal pada Da Jin, dan terlihat ingin menerkamnya, dia sudah siap untuk berkonfrontasi dengan Da Jin yang juga siap melawannya jika saja Choi Ajussi tidak melerai mereka.
Ujung-ujungnya Da Jin malah menendang selangkaan Choi Ajussi yang berusaha menghalanginya berkelahi dengan Dong Soo. Da Jin dan Dong Soo merasa bersalah dan berhenti bertengkar. Dengan suara tersiksa dan terlihat kesakitan, Choi Ajussi pun meminta Dong Soo berhenti bertengkar dengan Da Jin sebagai gantinya Choi Ajussi akan mengajarinya. Dong Soo pun tertawa puas menatap Da Jin dan berkata bahwa kali ini Dong Soo melepaskan Da Jin karena Choi Ajussi. (Hmm... jadi Dong Soo bersikap baik pada Choi Ajussi karena minta diajari sesuatu ya, baru ngerti aku... )
Choi Ajussi meminta Da Jin untuk berhenti juga dengan isyaratnya. Da Jin yang sudah merasa bersalah pun segera mengajak Ppo Song untuk masuk kamar. Namun Dong Soo masih tak puas dan ingin kembali berkonfrontasi dengan Da Jin, maka saat Da Jin berniat pergi ke kamarnya Dong Soo masih saja berniat berkelahi dengannya untungnya Choi Ajussi menahannya. Saat menaiki tangga, Da Jin dan Ppo Song berhenti sejenak dan menatap Doong Soo lalu mengejeknya dengan menarik kantung mata mereka bersamaan sambil memeletkan lidah mereka. Ini membuat Dong Soo semakin kesal.
"Chan" kata Dong Soo memperlihatkan harta berharganya pada Ppo Song, Da Jin dan Choi Ajussi. (Lho kapan Dong Soo dan Da Jin baikan ya?). Harta berharga itu adalah peralatan perakitan dan pembongkaran suatu alat dengan nama HF Transceveir yang mungkin terlihat tua saat ini namun masih bisa digunakan dengan baik.
Ppo Song yang cantik dan lucu tampak tertarik dengan salah satu alat yang bisa mengeluarkan bunyi khas saat ditekan. Dia bertanya pada Dong Soo alat apakah itu. Dong Soo langsung menghampirinya, meyimpan Ppo Sonh dipangkuannya saat dia duduk dikursi yang ada didepan alat itu. Dong Soo pun menjelaskan kegunaan alat itu yang bisa membuat Ppo Song berkomunikasin dengan orang di seluruh dunia. Ppo Song bertanya, "Seperti telepon?" Dong Soo menjawab, ya semacam itulah.. Dong Soo pun menjelaskan bahwa untuk menggunakannya mereka tak perlu berbicara hanya tinggal menekan tombol-tombolnya untuk mengisyaratkan sebuah kata. Dong Soo memberikan contoh, misalnya kata "Saranghae". Dong Soo pun menekannya dan berkat bukankah itu sangat menakjubkan. Ppo Song nampak takjub dengan alat itu.
Dari kejauhan, Da Jin melihat kedekatan Dong Soo dengan Ppo Song dengan terharu. Dia senang meliha Ppo Song nampak terlihat sangat bahagia karena tertarik pada sesuatu hal. Dong Soo berkata kelak dia akan mengajari Ppo Song lebih banyak. Dong Soo mendudukan Ppo Song dikursi dan dia menghampiri Choi Ajussi yang sedang takjub melihat sebuah alat yang besar.
Dong Soo menjelaskan mesin itu (yang jujur saja tidak aku mengerti, jadi aku skip penjelasan Dong Soo ya?). Choi Ajussi tampak takjub, namun Da Jin meremehkannya dengan berkata semua ini seperti sampah. Da Jin bertanya dari mana Dong Soo mendapatkan semua itu, apa dari bak sampah? ataukah membelinya di pasar loak? Dong Soo jelas kesal dengan komentar Da Jin, namun dia malah membenarkan kata-kata Da Jin dan berkata bahwa keluarganya memang punya sebuah kios pasar loak. Da Jin tertawa menyeringai mendengar hal itu.
Dong Soo ternyata tak berbohong. Ayah Dong Soo memang memiliki tempat jual beli barang bekas terutama mobil dan mesin-mesin lainnya. Dong Soo mengunjungi ayahnya yang sedang menjahit baju di tempat kerjanya. Tuan Kang memperlihatkan jas blink blink barunya dan bertanya pada Dong Soo bukan kah dia sangat sylish? sambil memperagakan salah satu gaya seorang penyanyi jama dahulu kala. Dong Soo terlihat takjub namun berkata, bahwa ayahnya seperti seorang pelayan Bar tinggal memakai Name tag saja "Junk Man" (artinya Manusia dari tempat sampah). Tuan Kang kesal dan bertanya apakah dia harus memiliki dua pekerjaan mulai besok? Dong Soo pikir itu ide bagus, Tuan Kang pun berpikir bahwa dia bisa menghasilkan lebih banyak uang dengan melakukan hal tersebut. Saat Dong Soo berniat pergi tuan Kang berkata bahwa dia akan menjahit kaus kaki Dong Soo, tapi Dong Soo menolak dan memilih hidup dengan kaki telanjang saja, lalu menarikan tarian aneh di depan Ayahnya dengan kesal.
Di sebuah Pesawat yang baru mendarat, pramugari Lee Joo Ri menyombongkan sepatu barunya yang cantik pada semua rekan kerjanya. Para juniornya tampak takjub, kecuali Pramugari baru yang melakukan terbang pertamanya.
Sementara itu Choi Ji Won sedang menatap kabin yang baru ditinggalkan oleh para penumpang. Dia duduk di salah satu kabin, terlihat seolah mengingat insiden yang terjadi 7 tahun silam.
Choi Ji Won bertukar pakaian di ruang ganti di depan lokernya. Dia membuka sebuah laci dan terdapat sepasang tanda Co-pilot bersetrip kuning tiga, yang sepertinya milik Yun Seong. Dia mengambil tanda itu dan menatapnya lama membuatnya mengenang masa lalu.
flash back
Choi Ji Won sedang menanti disebuah taman, dimana dibawahnya membentang tangga yang cukup panjang (kayaknya aku sering liat taman ini di beberapa Drama Korea). Choi Ji Won menanti dengan hati resah, lalu dia melihat Yun Seong muda yang berlari dari bagian bawah tangga dengan kegirangan. Yun Seong menaiki tangga tersebut satu demi satu untuk menghampiri Ji Won yang tertawa melihatnya. Ji Won pun turun tangga menghampiri Yun Seong dan mereka berhenti di tengah dengan perasaan bahagia.
Yun Seong mengulurkan tangannya bermaksud menyambut Ji Won ke dalam pelukannya. Ji Won yang mengerti segera menghamburkan diri kedalam pelukan sang kekasih. Yun Seong memegang tangan Ji Won dan memberikan tanda Co-pilot strip tiganya. Ini membuat Ji Won sangat terharu dan hampir menangis.
Yun Seong tampak bahagia melihat Ji Won yang tampak takjub. Ji Won terus menatap tanda itu lalu akhirnya berteriak kegirangan karena sangat bahagia. Ji Won pun memeluk Yun Seong sekali lagi, mereka tertawa bahagia sambil berpelukan.
flash back end
Choi Ji Won mengenang semua itu sambil berjalan ke arah tangga kenangannya dengan Yun Seong. Dia berdiri di tangga bagian atas dan menatap ke bawah dengan penuh kenangan. Saat berniat pergi, dia melihat sesosok bayangan di bagian bawah tangga. Dia adalah Yun Seong yang juga sedang melakukan perjalanan untuk mengenang masa bahagia mereka dahulu.
Ji Won menatap Yun Seong yang mulai menaiki tangga dari atas. Yun Seong menyadari keberadaan Ji Won dan mereka pun saling menatap cukup lama. Dua orang kekasih yang lama terpisah karena sebuah insiden yang merenggut nyawa ibu Da Jin, akhirnya kembali bertemu.
Keduanya berakhir di sebuah restoran untuk makan malam dan saling bicara. Mereka hanya saling terdiam dan saling menatap hingga Ji Won memulai percakapan diantara mereka, mengingatkan Yun Seong pada pertemuan mereka hari itu di tangga kenangan mereka.
Ji Won: "Saat itu... apa yang membuatmu begitu bahagia?"
Yun Seong: "Karena Aku masih muda"
Ji Won: "Jika kita kembali ke waktu itu..."
Yun Seong: "Itu semua hanyalah masa lalu"
Ji Won mengerti maksud Yun Seong dan menatapnya dengan sedih. Yun Seong mengalihkan pandangannya dan meminum anggurnya. Yun Seong berkata, dia tak tahu bahwa Ji Won akan bekerja di Wings Air. Ji Won berkata, setelah Yun Seong mengundurkan diri, Ji Won meninggalkan Mi Rar Air dan bekerja di Wings Air. Ji Won pun melarikan diri dari kenyataan dan menjadi pengecut. Yun Seong meminta maaf pada Ji Won. Yun Seong berkata, jika saja dia tidak melakukan kesalahan hari itu, Ji Won tidak akan merasa bersalah hingga detik ini karena insiden yang terjadi 7 tahun lalu. Ji Won berkata semua itu bukan salah Yun Seong, semuanya salah Ji Won yang sangat tidak bertanggung jawab terhadap penumpang.
Yun Seong terdiam tidak tahu harus berkata apa. Lalu Yun Seong bertanya, apakah mungin Ji Won tahu dimana keberadaan keluarga Kapten Han Gyu Pil? Ji Won sedikit tegang. Yun Seong berkata, sepertinya keluarga kapten Han sudah pindah rumah, jadi apakah Ji Won ada kemungkinan mengetahui keberadaan mereka? Ji Won pada akhirnya berkata dia tak tahu dan bertanya mengapa Yun Seong menanyakan hal itu? Yun Seong tak menjawab, dia hanya terlihat cemas.
Ji Won memanggilnya, "Sunbae, kau terlihat lebih tampan, apakah kau baik-baik saja?" Yun Seong hanya menatap Ji Won dan mengangguk kecil. Namun tentu saja, sebenarnya Yun Seong tidak merasa baik-baik saja.
Yun Seong berjalan pulang dengan gontai sambil mengingat kesalahan yang dilakukannya 7 tahun silam, hingga membuat Ny. Han terguncang-guncang di toilet dan mengalami pendarahan hingga harus menjalani persalinan darurat dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di pesawat yang di kendalikan suaminya sendiri yang memilih lebih menyelamatkan nyawa 300 penumpang.
Esok harinya di kantor Wings Air. Yun Seong sedang menemani direktur Wings Air yang sedang membersihkan miniature pesawat Wings Air. Direktur tampak bahagia melakukan hal itu, membuat Yun Seong tersenyum bahagia juga melihat kebahagiaan atasannya itu.
Wakil Hong In Tae datang bersama putrinya Hong Mi Joo dan menatap tak senang pada keberadaan Yun Seong bersama direktur. Hong Mi Joo yang melihat atasannya membersihkan miniature pesawat sendirian segera menghampirinya dan berkata biar dia yang melakukannya. Direktur menolak, dan berkata, tangan indah Mi Joo nanti jadi kotor. Direktur berkata, bahwa dia sangat mencintai perusahaan ini.
Hong Mi Joo pun tersenyum mendengar perkataan Direktur. Yun Seong menatap Mi Joo yang kemudian memberinya salam dengan anggukan kepalanya. Yun Seong membalasnya dengan canggung.
Direktur lalu bertanya pada Yun Seong, apakah Yun Seong sudah mempertimbangkan permintaannya? Yun Seong merendah dan berkata dia merasa belum pantas untuk memberikan pelatihan pada para Juniornya. Direktur berkata dia meminta hal ini, bukan berarti dia tidak membiarkan Yun Seong untuk terbang. Direktur berkata, telah terjadi banyak kesalahan di dalam kokpit dan perusahaan membutuhkan pengalaman Yun Seong di Australia untuk dibagi pada para Pilot muda.
Direktur kemudian berkata, bahwa GM Hong Mi Joo-lah yang telah merekomendasikan Yun Seong untuk terlibat dalam hal ini. Mi Joo tersenyum saat direktur menyebutkan namanya. Yun Seong pun menatap Mi Joo.
Lalu Wakil Direktur Hong In Tae datang dan berkata, sepertinya Yun Seong tidak ingin melakukannya, dan jika dia tidak ingin melakukannya mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Yun Seong menatap Hong In Tae yang kini menatapnya dengan tajam, Yun Seong sadar Hong In Tae masih tidak menyukai keberadaannya di perusahaan ini.
Direktur berkata, mau atau tidaknya Yun Seong, biar Yun Seong yang putuskan sendiri. Seharusnya Yun Seong mau mencobanya, lalu meminta persetujuan Mi Joo. Dengan semangat Mi Joo berkata tentu saja seharusnya memang begitu. Hong In Tae tampak tak senang dengan sikap Mi Joo yang memihak Yun Seong dan menatap Yun Seong dengan pandangan makin tak suka.
Direktur kemudian menghampiri Yun Seong dan menepuk lengannya. Direktur berkata, sebaiknya Yun Seong memikirkan permintaannya ini dengan serius. Direktur pun pergi dan menyuruh semua orang kembali pada pekerjaan mereka sambil mengajak Hong In Tae pergi bersamanya. Hong In Tae seperti enggan beranjak pergi namun pada akhirnya dia pun memberikan isyarat dan Mi Joo untuk ikut dengannya juga.
Sebelum beranjak pergi Mi Joo berkata pada Yun Seong bahwa dia akan membuka posisi khusus sebagai instruktur penerbangan, hingga Yun Seong setuju. Kemudian Mi Joo pun pamit meninggalkan Yun Seong.
Mi Joo dan Hong In Tae minum teh bersama di kantor GM. Hong In Tae bertanya, mengapa mereka harus memilih Kim Yun Seong untuk menduduki posisi itu, apakah tidak orang lain? Mi Joo menjawab, karena Kim Yun Seong memang berbakat dan memiliki kemampuan. Mi Joo bertanya pada Ayahnya, memangnya kenapa, apakah Hong In Tae mengetahui sesuatu? Hong In Tae langsung menghentikan minumanya dan menatap sang putri yang terlihat sangat penasaran. Hong In Tae jadi sedikit gugup dan mencari alasan, dia akhirnya berkata bahwa karena dia peduli terhadap perusahaan maka dia sedikit bersikap berhati-hati dan perlahan-lahan.
Mi Joo berkata, Direktur sudah berkata OK. Hong In Tae berkata, Direktur sengaja melakukan itu untuk melawannya. Direktur memilih Yun Seong untuk menyingkirkan aku. Hong In Tae meminta Mi Joo untuk tidak terlalu dekat dengan Yun Seong karena masalah ini.
Hong In Tae pun berdiri dengan menahan sedikit amarah. Mi Joo langsung mengikutinya dan memeluk lengan sang Ayah, "Daddy, Bagaimana bisa, dengan memberikan posisi tersebut pada Kim Yun Seong, posisi Ayah bisa terancam? Jangan khawatir, ya?" kata Mi Joo menenangkan kekhawatiran Hong In Tae yang berlebihan.
Mi Joo lalu berkata pada Hong In Tae, bahwa dia terlihat tidak asing baginya. Rasanya dia pernah bertemu dengannya disuatu tempat entah dimana. Hong In Tae langsung tegang dan menatap sang putri. Hong In Tae bertanya siapa maksud Mi Joo, "Kapten Kim Yun Seong" jawab Mi Joo polos sambil tersenyum pada ayahnya. Hong In Tae menatap Mi Joo tajam, lalu dia berkata, "Benarkah... Ini pertama kalinya aku melihatnya, kembali lah bekerja" Hong In Tae lalu pergi meninggalkan Mi Joo yang kebingungan dengan sikap ayahnya yang terlihat tegang setiap kali dia membicarakan Kim Yun Seong.
Ponsel Mi Joo berdering, dia mengangkatnya dan bertanya pada si penelpon apakan orang itu menemukan sesuatu. Mi Joo mendengarkan penjelaskan si penelpon dan menyimpulkan sesuatu, jadi orang itu benar-benar Kim Yun Seong? Mi Joo menutup teleponnya dengan pandangan menerawang. Dia akhirnya sadar, ayahnya memang menyembunyikan sesuatu darinya tentang Kim Yun Seong.
Di sebuah Gym, Da Jin dan kedua temanya sedang melakukan latihan, kedua temannya sudah tak tahan dan mengeluh kelelahan. Mereka tak tahan lagi dengan pemeriksaan fisik yang harus dilakukan secara rutin, apalagi penglihatan merekapun harus lebih baik dari orang lain. Begitu juga dengan kemampuan bahasa, Inggris, China, Jepang dan Rusia, mereka harus menguasai semuanya. Teman Da Jin mengeluh, seorang Pilot bukanlah Dewa, mengapa harus sempurna dalam segala aspek.
Saat kedua temannya mengeluh Da Jin masih tetap melakukan latihan dengan tenang di atas treadmill dan tak sedikitpun terlihat kelelahan. Temannya memperhatikan dia dan berkata, mengapa Da Jin bisa sekuat itu.
Da Jin dan dua orang temannya kini berlatih alat yang lain. Teman perempuannya bertanya pada Da Jin apakah Da Jin tahu bahwa Yun Seong lah yang menjadi pasangannya dalam Audit kemampuan penerbangan Da Jin. Temannya yang laki-laki berkomentar, bahwa Yun Seong adalah orang yang teliti, dia akan menemukan semua kesalahan kecil yang Da Jin lakukan. Lalu yang perempuan berkomentar, "Kau akan mati.. aku dengar Kim Yun Seong memiliki temperamen yang buruk, haruskah aku membantu mempersiapkan pemakamanmu?" Tanya temannya bercanda. Da Jin tertawa mendengar kekhawatiran temannya itu, "Jangan khawatir, aku pasti akan lulus dengan baik"
Yun Seong sedang melakukan tes kelayakan sebagai Auditor. Kapten Pilot yang mengetesnya adalah Kapten Choi Min Suk, kapten perempuan Senior yang dulu menyapa Han Da Jin saat Da Jin melihat Choi Ji Won. Kapten Choi bilang mereka akan memulainya dengan test pengetahuan terlebih dahulu. Yun Seong mengerti. Kapten Choi bertanya apakah Yun Seong mempersiapkannya dnegan baik, Yun Seong menjawab, dia sudah siap kapanpun.
Kapten Choi memulai pertanyaannya dan Yun Seong dapat menjawabnya dnegan baik dan benar membuat Kapten Choi tersenyum puas mendengar jawaban Yun Seong.
Pintu ruangan itu diketuk seseorang, Han Da Jin masuk dan memberi salam pada Kapten Choi, Da Jin bertanya apakah Kapten Choi yang akan melakukan Audit terbangnya, Kapten Choi membenarkan. Lalu Da Jin berkata bahwa dia merasa sangat terhormat karena bisa terbang bersama Kapten Choi hari ini. Yun Seong menatap Da Jin, dan dia sepertinya tak senang karena harus terbang bersama Da Jin hari ini.
Kapten Choi, Da Jin dan Yun Seong memasuki kabin pesawat. Mereka akan melakukan Breeffing pra penerbangan dengan para awak kapal yaitu pra kru Pramugari. Da Jin kaget melihat Choi Ji Won yang ada di kabin. Begitu pun Choi Ji Won, namun Choi Ji Won berusaha tetap terlihat tenang.
Choi Ji Won memperkenalkan dirinya. Lalu bergantian dengan Yun Seong dan Juga kapten Choi yang memperkenalkan dirinya sebagai Auditor pada proses Audit kemampuan penerbangan Kapten Kim hari ini. Saat akhirnya giliran Da Jin memperkenalkan diri, dia malah sama sekali tak bersuara dan hanya menatap Choi Ji Won saja sejak tadi. Yun Seong aneh, dan menatap Da Jin, Kapten Choi menyenggol lengan Da Jin agar Da Jin tak melamun dan segera memperkenalkan dirinya. Dengan sedikit gugup Da Jin pun memperkenalkan diri, namun matanya tetap terpaku pada Choi Ji Won, hingga Yun Seong memulai briefingnya untuk penerbangan Wings Air 112 menuju Osaka.
Da Jin bahkan tak mendengarkan apapun yang dikatakan Yun Seong, juga saat Yun Seong mengatakan bahwa hari ini mereka akan membawa seorang narapidana menuju Osaka dan meminta para cabin crew memperlakukannya seperti penumpang lainnya. Choi Ji Won berkata dia mengerti maksud Yun Seong dan tersenyum, sementara Da Jin terus menatap Choi Ji Won dengan pandangan menahan amarah.
Sebelum penumpang masuk, Yun Seong terlebih dahulu mengecek kondisi pesawat dalam berbagai aspek agar tak terjadi kesalahan teknis pada pesawat yang akan diterbangkannya.
Da Jin dan Kapten Choi sudah ada dikokpit. Kapten Choi melihat tingkah Da Jin yang terlihat ogah-ogahan karena suasana hati yang sedang buruk. Kapten Choi menceritakan pengalaman pribadinya saat muda. Pernah satu kali saat jadwal penerbangannya, anaknya terkena demam bahkan ibunya baru saja meninggal, itu pastinya akan mengganggu konsentrasinya dalam menerbangkan pesawat. Tapi sebagai seorang Pilot, semua hal itu tak boleh mempengaruhi pekerjaan mereka. Itulah yang disebut profesionalisme, karena ditangan mereka ratusan nyawa penumpang dipertaruhkan. Da Jin mengerti maksud Kapten Choi dan hanya bisa menjawab "ya" kemudian tersenyum getir.
Di dalam kabin, para pramugari ketakutan melihat narapidana yang menjadi penumpang mereka hari ini. Penumpang yang lainpun tampak terganggu dengan keberadaan sang narapidana dan memandang dia dengan pandangan yang aneh. Narapidana tersebut tak senang dengan keadaan ini, bahkan saat ada seorang anak perempuan tersenyum padanya, ibunya langsung melarang anak tersebut melihat kearah narapidana itu.
Di pantry Kabin, Lee Joo Ri bergosip bahwa dia mendengar bahwa narapidana itu seorang pembunuh pada pramugara. Tapi pramugara bilang dia tidak sengaja membunuh kaena berkelahi dengan seseorang di Jepang. Joo Ri bertanya apakah dia seorang gangster? Pramugara berkata, dari yang dia dengar, dia hanya seorang pekerja kantoran biasa yang mungkin sedang tidak beruntung. Lee Joo Ri menyangkal, mana mungkin jika orang biasa bisa membunuh orang. Lee Joo Ri berkata dia sangat ketakuatan. Di tambah lagi seorang pramugari yang baru saja dari kabin masuk ke pantry dan berkata dia sangat ketakutan dan tidak bisa melakukan hal ini lagi.
Choi Ji Won yang sejak tadi ada di pantry dan mendengarkan percakapan mereka langsung memperingatkan mereka bahwa Narapidana itu juga adalah penumpang mereka yang harus dilayani selayaknya penumpang biasa. Lee Joo Ri tampak tak senang dengan pendapat Choi Ji Won dan mencibirnya di belakang setelah Choi Ji Won pergi.
Sesaat setelah pesawat lepas landas, Choi Ji Won menghubungi Kokpit dan Da Jin yang mengangkatnya. Saat Ji Won bertanya apakah dia diijinkan untuk memberikan cabin service terhadap penumpang, Da Jin hanya membisu mendengar suara Ji Won, satu-satunya suara yang tidak ingin didengarnya saat ini. Ji Won mengulangi permintaannya, Da Jin tetap membisu, hal ini membuat Yun Seong dan Kapten Kim memperhatikannya dan heran terhadap sikap Da Jin.
Dengan penuh amarah, akhirnya Da Jin berkata, apakah Choi Ji Won tidak mendengarkan saat briefing bahwa sebelum semua penumpang duduk dan menggunakan sabuk pengamannya tidak boleh ada cabin service. Da Jin segera menutup telepon itu. Yun Seong marah dengan sikap Da Jin, karena Yun Seong merasa tak pernah mengatakan hal itu saat Briefing karena penerbangan mereka yang cukup pendek hari ini. Yun Seong menyuruh Da Jin agar memberitahu Choi Ji Won bahwa dia mengijinkan memberikan cabin service pada para penumpang.
Dengan masih menahan amarah, Da Jin balik menelpon dan berkata bahwa Kokpit mengijinkan untuk melakukan cabin service pada para penumpang.
Cabin service pun dilakukan. Narapidana meminta segelas orange juice, pramugari memberikannya dengan gemetar. Narapidana kesulitan saat akan meminumnya karena tanganya terborgol dan ini menyebabkan orang juicenya tumpah kemana-mana mengotori tangannya sendiri. Choi Ji Won melihat hal ini dan mengganti gelas orange Juice tersebut dengan gelas yang ada sedotannya agar Narapidana mudah meminum jus nya. Choi Ji Won membersihkan tangan sang Narapidana dan bersikap sewajarnya seolah dia seperti penumpang lain baginya.
Yun Seong memarahi Da Jin yang sejak tadi hanya diam dan melamun saja. Yun Seong berkata bahwa pesawat ini terbang bukan karena keajaiban, tapi karena kemampuan mereka untuk menerbangkannya. Perintah dari Kokpit adalah hal yang sangat penting dalam sebuah penerbangan, Yun Seong memperingatkan Da Jin agar jangan sembarangan dengan hal itu dan harus mengingat itu baik-baik.
Lalu masuklah panggilan dari Menara Pengawas si Tokyo yang meminta mereka untuk terbang di ketinggian 35000 feet. Yun Seong menyanggupi hal itu dan meminta Da Jin mengeset ketinggiannya, Da Jin mengeset ketinggian pesawat, namun Menara pengawas Tokyo bertanya mengapa Wings Air 112 tidak terbang di ketinggian 35000 feet.
Yun Seong kaget melihat angka setingan ketinggian mereka, ternyata Da Jin salah menyeting harusnya 35000 dia malah menyetingnya hanya diangka 33000 feet. Yun Seong marah, apalagi hal ini menyebabkan Wings Air 112 akan bertabrakan dengan pesawat lain yang ada diketinggian yang sama. Yun Seong mencoba mengatasi hal ini dan menimbulkan sedikit turbulensi pada pesawat. Saat Da Jin berusaha membantu, Yun Seong menepis tangannya dan memilih menyelesaikannya sendiri.
Turbulensi pesawat membuat sedikit kepanikan di kabin dan di pantry, Choi Ji Won berkata pada anak buahnya untuk tidak panik dan tetap mempersiapkan cabin service makanan utama. Saat Choi Ji Won memberikan makanan pada Narapidana, dia bersikap sangat ramah dan hangat, namun Narapidana salah menerima dan merasa Ji Won mengejeknya, dia ngamuk pada Ji Won dengan melemparkan makanan yang diberikan Ji Won hingga mengotori seragamnya. Narapidana pun ngamuk pada seluruh penumpang yang memandang sebelah mata padanya hanya kerena dia seorang narapidana. Polisi yang mengawalnya mencoba menenangkannya.
Ji Won pun meminta maaf jika sikapnya malah membuat Narapida tersinggung sambil menggenggam tangan Sang Narapidana. Bagi Ji Won Narapidana adalah penumpang yang juga harus dilayani seperti penumpang lainnya di pesawat ini. Ji Won pun pamit diri, sementara Narapidana melihatnya dengan sedikit rasa bersalah.
Ji Won sedang mempersiapkan makanan untuk penumpang, seorang pramugari bertanya bukankan Cabin service sudah berakhir? Ji Won berkata bahwa penumpang di kursi 15B belum makan apapun. Pramugari tersebut bertanya, bukankah itu penumpang yang seorang pembunuh itu? Choi Ji Won mengingatkan dia adalah penumpang di kursi 15B, dia juga penumpang sama seperti yang lainnya. Lee Joo Ri datang dan berkata kokpit memanggil Manajer Choi, Choi Ji Won segera pergi dari Pantri Kabin kemudian mengantarkan pada penumpang di kursi 15B.
Choi Ji Won mengantarkan makanan itu pada Narapidana sambil tersenyum, Narapidana keheranan dengan sikap Ji Won yang begitu ramah padanya. Setelah Ji Won pergi setelah mengucapkan selamat makan padanya, Narapidana itu menangis terharu.
Choi Ji Won masuk ke kokpit dan mendengarkan percakapan Yun Seong yang sedang menegur Da Jin karena kecerobohannya. Yun Seong bahkan meminta Kapten Choi untuk menggantikan Da Jin membantunya menerbangkan pewasat Wings Air 112, karena dia tidak bisa membiarkan orang yang tidak bertanggung jawab seperti Da Jin duduk di bangku Kokpit untuk saat ini.
Kapten Choi sedikit kaget, dia menatap Da Jin yang hanya diam mendengar semua kata-kata Yun Seong yang memarahinya dan menyuruh Da Jin keluar dari Kokpit. Akhirnya Kapten Choi pun menasehati Da Jin untuk mengikuti Instruksi Yun Seong. Da Jin mengerti dia berkata pada Kapten Choi, dia akan melakukan perintah Yun Seong.
Yun Seong kemudian bertanya pada Ji Won apakah turbulensi menyebabkan sesuatu terjadi. Choi Ji Won melapor tidak ada kejadian serius yang terjadi. Yun Seong berkata pada Da Jin, dia harus bersyukur pada langit, karena tidak ada yang terjadi. Tapi Yun Seong kaget saat melihat baju Ji Won kotor dan bertanya apa ada masalah. Ji Won menutupi seragam kotornya dan bertanya apakah ada permintaan lain dari Yun Seong? Saat Yun Seong berkata tidak ada, Ji Won pun pamit. Da Jin heran dengan perhatian Yun Seong pada Ji Won namun dia tak berkata apapun.
Wings Air 112 berhasil mendarat dengan selamat di bandara Internasional Osaka, Jepang. Hampir semua penumpang telah turun kecuali Narapidana dan dua orang polisi pengawalnya. Polisi menarik Narapidana untuk segera turun. Choi Ji Won, Yun Seong, Kapten Choi dan Da Jin mengantar kepergian Narapidana. Choi Ji Won kemudian mengganti handuk kotor yang menutupi tangan terborgolnya sebelum Narapidana turun. Choi Ji Won berkata dia berharap Narapidana bisa kembali terbang di penerbangan mereka lain waktu. Narapidan mencibir, Lain Waktu? Tapi akhirnya Narapidana memberi hormat pada Choi Ji Won dengan membungkukan badannya seolah mengucapkan terimakasih karena telah memperlakukannya dengan baik. Narapidana dan dua polisi pengawalnya pun turun dari pesawat.
Kapten Choi memuji keprofesionalisme Choi Ji Won yang tak membeda-bedakan penumpang. Yun Seong dan Kapten Choi pamit pada Choi Ji Won setelah berterimakasih atas kerja kerasnya.
Da Jin masih berdiri di dalam pesawat sambil menahan amarahnya setiap kali melihat Choi Ji Won. Saat Choi Ji Won berterimakasih atas kerja keras Da Jin, bukannya menjawab, Da Jin malah pergi begitu saja sambil menabrak bahu Choi Ji Won tanpa permintaan maaf seolah menunjukkan kemarahannya pada Choi ji Won.
Da Jin tiba di bandara Osaka dengan hati lelah, hari ini hari berat untuknya. Da Jin membeli minuman dari mesin penjual minuman otomatis. Da Jin kemudian duduk di salah satu kursi tunggu bandara. Choi Ji Won datang dan duduk di kursi dibelakang kursi Da Jin sambil membelakangi Da Jin. Choi Ji Won berkata, dia kecewa pada standar kemampuan terbang Da Jin. Mendengar hal itu dari mulut Choi Ji Won, jelas saja Da Jin berang dan bertanya, memangnya itu karena siapa? Choi Ji Won bertanya, apakah Da Jin ingin menyalahkan orang lain atas ketidak mampuannya? Lalu apakah Choi Ji Won akan menyalahkan dirinya atas ketidak mampuannya?
Choi Ji Won berkata, Da Jin tak pantas jadi pilot karena Da Jin tidak bisa mengendalikan emosinya karena masalah pribadi, dan itu akan menjadi masalah besar nantinya. Da Jin tertawa mendengar hal itu, Da Jin berkata, kalau begitu Ji Won pun tak pantas menjadi pramugari karena kecerobohan Ji Won telah membuat Ibunya meninggal dan Adiknya mendapatkan penyakit Septicemia. Choi Ji Won berkata, hanya seorang pegawai magang yang bisa melakukan kesalahan mengatur ketinggian, hari ini Da Jin beruntung, tapi 7 tahun lalu Choi Ji Won tidak beruntung.
Da Jin kesal mendengar perkataan Choi Ji Won tentang ketidak beruntungan itu. Apakah itu berarti Nyawa Ibunya terenggut hanya karena ketidak beruntungan. Da Jin langsung berdiri dan mengejar Choi Ji Won yang telah beranjak dari duduknya. Da Jin bertanya pada Cho Ji Won apa maksud perkataannya tentang ketidak beruntungan sambil menarik kerah baju Ji Won dengan penuh amarah.
Yun Seong melihat kelakuan Da Jin dan langsung melepaskan cengkeraman tangan Da Jin dari kerah Ji Won. Yun Seong bertanya pada Da Jin. "Apakah kau gila?" Da Jin tak menjawab, dia hanya menatap Yun Seong dengan mata penuh amarah seperti yang dia tunjukkan pada Choi Ji Won.
Yun Seong yang melihat kelakukan Da Jin pada Ji Won segera mendekati mereka dan menarik kerah baju Da Jin. "Apa kau gila?" Tanya Yun Seong pada Da Jin. Da Jin tak menjawab, dia hanya menatap Yun Seong dengan penuh amarah. "Apakah menurutmu ini taman bermain? Bagaimana mungkin kau berani tidak menggunakan akalmu dan bertindak kurang ajar?" Tanya Yun Seong penuh amarah. Ji Won menatap Yun Seong yang begitu marah pada Da Jin. Dia tak tahu harus berbuat apa. "Lepaskan seragammu sekarang. Jika tidak aku yang akan melakukannya!" kata Yun Seong pada Da Jin dengan penuh amarah. Da Jin tak menjawab. Dia hanya melepaskan cengraman Yun Seong dari bajunya dan berkata: "Aku minta maaf". Da Jin lalu pergi meninggalkan Yun Seong dan JI Won di tempat tersebut.
Sesaat Yun Seong menatap kepergian Da Jin. Yun Seong bertanya mengapa Ji Won bertingkah seperti itu, Da Jin itu orang yang tidak bisa mengontrol emosinya, seharusnya Ji Won tidak memancingnya seperti itu. Di tangannya buka hanya nyawa penumpang yang terancam, nyawa mereka pun bisa terancam, kata Yun Seong pada Ji Won. (hmmm... kayaknya Yun Seong juga tahu kalo Ji Won yang menyulut amarah Da Jin nih..)
Ji Won minta maaf dan berkata bahwa dia tak pernah memikirkan hal itu. Yun Seong pun pergi meninggalkan Ji Won yang menatapnya dengan sedih. Dalam pikiran Ji Won, bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Yun Seong seandainya Yun Seong tahu bahwa Da Jin adalah putri dari Kapten Han.
Da Jin mencuci mukanya di toilet pesawat untuk meredakan amarahnya. Saat keluar dari Toilet dia mendengar para pramugari bergosip tentang insiden dikeluarnya dia dari kokpit pesawat. Da Jin bahkan tidak diijinkan terbang hingga akhir oleh Kapten Kim Yun Seong. Salah seorang pramugari berkata dia mendengar bahwa Da Jin adalah lulusan terbaik yang mendapat peringkat pertama saat lulus dari akademi penerbangan, tapi mengapa dia tidak terlalu berbakat dalam menerbangkan pesawatnya.
Da Jin sebenarnya sebal mendengar hal itu, tapi dia hanya bisa menghembuskan nafas panjang kemudian berlalu pergi.
Ji Won melihat Da Jin yang pergi begitu saja setelah mendengar para pramugari bergosip tentang dirinya. Dia menatap Da Jin dari kejauhan, aku yakin sebenarnya dalam hatinya dia masih sangat merasa bersalah pada Da Jin.
Pesawat Wings Air 112 akhirnya kembali ke Seoul, tapi Da Jin sama sekali tidak diijinkan duduk di bangku Kokpit. Yun Seong lebih memilih Kapten Choi yang membantunya melakukan penerbangan kali ini. Sedangkan Da Jin hanya duduk di tempat duduk Kapten Choi sebelumnya, Da Jin hanya melamun dengan mata menerawang entah kemana, pikirannya dipenuhi oleh pertemuannya dengan Choi Ji Won hari ini. Yun Seong sempat memperhatikan Da Jin yang hanya melamun, dia tahu ada yang sangat mengganggu pikiran gadis itu.
Saat penerbangan selesai, Kapten Choi menuliskan laporan penerbangan hari ini ditemani Yun Seong dan Da Jin. Kapten Choi berkata bahwa tidak ada complain dari para penumpang, namun Yun Seong harus menerima pinalti karena mereka sedang melakukan test. Yun Seong mengerti dan siap menerima akibatnya karena tindakannya hari ini mengeluarkan Da Jin dari kokpit. Meski begitu Kapten Choi sangat terkesan pada pengetahuan dan kemampuan terbang Yun Seong yang sangat baik.
Kapten Choi berbalik ke Da Jin dan berkata bahwa Da Jin telah bekerja keras hari ini. Da Jin minta maaf dan terlihat sangat merasa malu dihadapan seniornya itu. Kapten Choi menasehati Da Jin untuk tidak merasa buruk karena hal tersebut. Kapten Choi pun pamit dan pergi meninggalkan Da Jin dan Yun Seong.
Kini giliran Da Jin yang minta maaf pada Yun Seong. Bukannya memberi maaf pada Da Jin, Yun Seong berkata sebelum Da Jin minta maaf padanya lebih baik Da Jin segera mengundurkan diri saja sebagai pilot. Yun Seong berkata, lebih baik Da Jin berhenti membuat kerugian dan pergi. Da Jin menjawab, meskipun dia memiliki 10 mulut dia tidak bisa mengatakannya, tapi dia tidak bisa keluar. Da Jin memberi hormat pada Yun Seong, kemudian pergi meninggalkannya. Yun Seong hanya bisa menghela nafas tak habis pikir mengapa Da Jin masih tetap ingin bertahan menjadi Pilot.
Untuk menghilangkan kegalauan hatinya Da Jin berlari dan terus berlari hingga keringat bercucuran di seluruh tubuhnya. Da Jin berhenti sejenak dan teringat pada kata-kata Choi Ji Won bahwa jika Da Jin tidak bisa mengontrol emosinya, Da Jin tidak layak menjadi pilot. Hari ini Da Jin beruntung, tapi 7 tahun lalu dirinya tidak beruntung. Da Jin merasa sangat terganggu dengan kata-kata itu, namun dia kembali melanjutkan acara lari malamnya.
Choi Ajussi makan malam bersama temannya (Atasan Dong Soo di menara pengawas). Choi Ajussi mengeluhkan hidup nya yang tidak punya tabungan dan tidak punya istri. Choi Ajussi berkata, dia tidak tahu mengapa dirinya menyia-nyiakan hidupnya seperti ini. Temannya bilang, dia malah iri pada Choi Ajussi karena tidak punya istri.
Choi Ajussi merendahkan diri, dia bukan apa-apa, yang bahkan tidak bisa membantu orang. Temannya berkata, dia mendengar bahwa Choi Ajussi mengajak Putri dari temannya untuk tinggal di rumahnya, dengan kemurahan hatinya itu, seharusnya Choi Ajussi mendapatkan hadiah dari Negara. Choi Ajussi berkata, dia senang karena kini dia bisa merasakan hidup bersama seseorang di rumahnya. Temannya berkata, dia mengerti perasaan Choi Ajussi, mendengar suara anak-anak dirumah pasti dirinya tak lagi kesepian. Choi Ajussi menatap iba pada sang teman, tahu temannya tidak tinggal bersama keluarganya. Choi Ajussi pun berkata, bahwa dia tetap iri pada temannya itu karena dia memiliki keluarga. Temannya berkata, "Keluarga akan bahagia jika mereka tinggal bersama, saat mereka berpisah, apalagi di Negara yang berbeda, Itu benar-benar tidak baik..."
Choi Ajussi bertanya apakah sang teman merindukan keluarganya? Tentu saja dia merindukan keluarganya, bahkan sangat rindu. Choi Ajussi pun bergunam.. dia pun merindukan seseorang. Siapakah yang dirindukan Choi Ajussi?? Hmmm aku sebenenya sudah bisa menebaknya.
Ppo Song dan Dong Soo sedang bermain di rumah Choi Ajussi. Dong Soo mengajarkan Ppo Song membunyikan kode-kode beberapa kata di radio pemanggil. Ppo Song tampak penasaran. Ppo Song minta Dong Soo membunyikan kode bunyi Penguin. Dong Soo melakukannya, dan kembali mengotak ngatik alat lain di radio pemanggilnya. Ppo Song kembali bertanya, bagaimana kode untuk ‘Ajussi’. Dong Soo sempat mengabaikannya, jadi Ppo Song memaksa Dong Soo membunyikan kode Ajussi untuknya, (Ah.. Ppo Song sepertinya sangat menyukai Penguin Ajussi yah?? Aku juga,, #plak)
Walo sedikit mengeluh karena sedang sibuk, Dong Soo akhirnya tetap membunyikan kode untuk Ajussi. Belum selesai Dong Soo melakukannya, Ppo Song tiba-tiba batuk. Dong Soo berhenti dan mencemaskan Ppo Song, dia takut Ppo Song demam, jadi dia mencoba meraba kening Ppo Song, tapi Ppo Song menghindar dan mengambil kotak obat. Ppo Song kemudian menuangkan Obat dan meminumnya. Dong Soo menjadi panik saat menyadari sesuatu, Ppo Song memakan obat untuk dewasa." Yak.. kau tidak bisa begitu saja meminum obat untuk orang tua" Ppo Song tidak mendengarkan.
Ppo Song berkata pada Dong Soo bahwa dia tidak sakit. Dia meminta Dong Soo untuk tidak memberitahu Da Jin bahwa dirinya batuk (Aduh...pas Ppo Song bilang batuk dalam bahasa Korea kok dia lucu banget ya.. kulog-kulog??). Ppo Song tidak ingin Da Jin mengkhwatirkan dirinya. Ppo Song berkata, dia hanya perlu memakan obatnya dan tidur... dia akan baik-baik saja. Dong Soo mengerti perasaan Ppo Song, jadi dia berkata: "OK, aku mengerti"
Da Jin yang lelah setelah berlari, akhirnya sampai dirumah. Dong Soo mencoba menyapa Da Jin, tapi Da Jin bahkan tak meliriknya sama sekali. Ppo Song menghampiri Da Jin dan memanggilnya "Eonni-ya". Barulah Da Jin menoleh, dan menyambut pelukan Ppo Song, Choi Ajussi pun keluar dari dapur dan menyambut Da Jin. Choi Ajussi menawari apakah Da Jin ingin dibuatkan Ramyun, tapi Da Jin menolak, Choi Ajussi kembali ke dapur.
Ppo Song meminta Da Jin untuk membantunya menggosok gigi. Da Jin menatap Ppo Song lalu tertawa. Dia meminta maaf pada Ppo Song, karena hari ini dia tidak bisa membantu Ppo Song, jadi Ppo Song harus melakukannya sendiri. Da Jin kemudian mencium kening adik tercintanya dan melanjutkan perjalanannya menuju kamar. Da Jin sepertinya butuh waktu sendiri.
Sementara itu Dong Soo mengeluh mengapa Da Jin sama sekali tidak menyapanya, Dong Soo bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi pada Da Jin.
Choi Ajussi yang sedang memasak Ramyun mendapatkan telepon dari seseorang yang dirindukannya, dia adalah bibinya Da Jin. Yang Mal Ja.
Da Jin masuk kamar kemudian membaringkan diri di lantai, Da Jin teringat kata-kata Yun Seong yang memintanya untuk mengundurkan diri daripada Da Jin terus melakukan hal yang membahayakan para penumpangnya. Da Jin pun teringat pada kata-kata Choi Ji Won, tentang ketidak beruntungannya 7 tahun lalu, dan bisa saja itu pun menimpa Da Jin.
Saat Da Jin sedang melamun, Choi Ajussi mengetuk pintu dan berkata ada telepon untuk Da Jin. Melihat sikap Choi Ajussi, Da Jin tahu dari siapa telepon itu, pasti dari bibinya. Da Jin berkata dia tidak ingin berbicara dengannya. Choi Ajussi menyarankan agar Da Jin berbicara dengan bibinya. Da Jin pun berbicara dengan sang bibi di telepon demi menghormati Choi Ajussi. Da Jin melarang bibinya untuk muncul kembali di hadapannya dan Ppo Song, bagi mereka bibinya sudah tidak ada lagi. sementara Choi Ajussi nguping diluar kamar Da Jin dengan hati tak tenang.
Da Jin dipanggil ke kantor Penentuan Kualifikasi untuk menilai Kualifikasi Da Jin sebagai Co-pilot. Gara-gara Insiden di saat penilaian kulifikasi waktu itu, posisi Da Jin sama sekali tidak aman. Da Jin dimarahi habis-habisan oleh atasannya karena Da Jin mengabaikan tugas nya sebagai pilot hanya karena masalah pribadi. Pihak managemen penerbangan berkata Kapten Kim Yun Seong telah melaporkan dengan detail masalah kelalaian yang dilakukan Da Jin selama penerbangan ke Osaka kemarin. Da Jin tidak melakukan pembelaan apapun, karena tau dirinya memang salah. Namun Da Jin kaget saat atasannya bertanya, apakah dia ingin berhenti menjadi Pilot?
Da Jin menemui Yun Seong yang langsung menyerangnya dengan kata-kata kejam. Mengatakan bahwa Da Jin memang pilot rendahan. Tapi kali ini emosi Da Jin sama sekali tak terpancing, dia malah berterimakasih pada Yun Seong karena telah melaporkan semua kesalahannya secara detail sehingga dia bisa menyadari bahwa dirinya memang salah. Da Jin tidak akan menyalahkan Yun Seong karena hal ini, karena itu dia sama sekali tidak marah. Da Jin pun pergi begitu saja, membuat Yun Seong sedikit heran dengan tingkahnya.
Da Jin menemui teman-temannya. Mereka mengkahwatirkan nasib Da Jin. Tapi Da Jin berusah bersikap tegar. Mereka kemudian membicarakan tentang penerbangan mereka berikutnya.
Kang Pal Bo, ayah Kang Dong Soo, memperhatikan beberapa pramugari yang berlalu lalang disekitar mesin penjual minuman. Dia sedang mencari mangsa untuk dijadikan calon menantunya, yaitu perempuan yang bersedia memberikan 300 won padanya untuk membelikan minuman. Da Jin datang ke mesin penjual minuman. Dengan tak tahu malu Kang Ajussi meminta uang 300 won pada Da Jin, awalnya Da Jin kebingungan, namun karena dasar kebaikan hatinya, Da Jin memberikan uang tersebut, serta tak lupa memberikan kembaliannya.
Kang Ajussi terpesona pada kebaikan Da Jin, maka dia pun menetapkan hatinya untuk menjadikan Da Jin calon menantunya.
Mi Joo menemui Yun Seong. Dia berkata dia ingin membicarakan sesuatu dengan Yun Seong, namun dia ingin membicarakannya ditempat lain.
Mi Joo membawa Yun Seong makan di restoran favoritenya. Yun Seong bertanya apa sebenarnya yang ingin dibicarakan Mi Joo. Mi Joo mengulur-ngulur waktu dengan berkata lebih baik mereka makan dulu. Mi Joo lalu bertanya apakah Yun Seong bersedia memberikan Pelajaran Spesial? Yun Seong menolak, dia berkata bahwa dirinya tidak berkualifikasi. Mi Joo berkata Yun Seong adalah Pilot terbaik, dan pengetahuan Yun Seong juga yang terbaik, selain itu Yun Seong pun orang yang rela mengorbankan nyawanya demi orang lain, maka Yun Seong sangat berkualifikasi. Mendengar kalimat terakhir Mi Joo, Yun Seong langsung menatap Mi Joo tajam, seolah dia tahu arah pembicaraan Mi Joo akan kemana.
Yun Seong masih mencoba mengelak. Dia berkata Mi Jo salah paham padanya, Yun Seong bukanlah orang yang seperti Mi Joo bayangkan. Mi Joo pun akhirnya memulai menyampaikan maksud sebenarnya dia berbicara dengan Yun Seong. "Apakah kau tidak ingat?" Yun Seong menatap Mi Joo, lalu Mi Joo membuka cardigan bulu yang dipakainya sehingga menampakan bekas luka di lengan kirinya. Yun Seong kaget melihat luka itu. Mi Joo memegang lukanya lalu mulai bercerita tentang bagaimana dia mendapat luka itu disaat dia anak-anak.
"Aku menyebabkan kebakaran besar di dapur ketika aku masih kecil. Aku ketakutan, saat itu aku pikir aku sedang sekarat. Namun, seseorang menyelamatkanku dari kebakaran itu. Orang itu ... Juga mendapat luka bakar yang sama sepertiku."
Mi Joo hampir menangis, namun dia tetap meneruskan ceritanya, "Meskipun ini sangat panas dan menyakitkan,,," Yun Seong menahan nafas mendengar penuturan Mi Joo, ia tahu Mi Joo benar-benar sudah mengenalinya.
"Oppa" panggil Mi Joo pada Yun Seong yang mengalihkan pandangannya dari Mi Joo.
"Kau... Yun Song Oppa kan?" Tanya Mi Joo pada Yun Seong yang belum berani menatap Mi Joo dan hanya bisa menghela nafas panjang.
Melihat ekspresi Yun Seong, dia tahu dirinya benar. Mi Joo tertawa sambil menangis dengan lega. Mi Joo menanyakan kabar Yun Seong, apakah Yun Seong baik-baik saja selama ini? Yun Seong yang belum mampu menjawab hanya bisa mengangguk. Mi Joo meminta maaf pada Yun Seong karena dia tidak mengenalinya sejak awal. Yun Seong dia mengerti jika Mi Joo tak mengenalinya, mereka hanya bertemu untuk waktu yang singkat dan itu pun saat mereka sangat muda. Mi Joo tersenyum lega setelah mendengar kata-kata Yun Seong.
Yun Seong berdiri dan berjalan ke arah Mi Joo. Dia kembali memakaikan bolero berbulu milik Mi Joo untuk menutupi bekas lukanya.
Saat Yun Seong akan kembali ke kursinya, Mi Joo menahan tangan Yun Seong yang ada dibahunya. Mi Joo meminta maaf pada Yun Seong, karena dulu dia berbohong dengan mengatakan bahwa Yun Seong lah yang memasak dan menyebabkan kebakaran itu, saat itu Mi Joo terlalu takut disalahkan dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Mi Joo bertanya, mengapa dulu Yun Seong tak mengelak dari kesalahan yang tidak dilakukannya? Wajah Yun Seong menjadi tegang, namun kemudian dia berkata bahwa semuanya itu adalah masa lalu.
Yun Seong kembali duduk di kursinya. Mi Joo berkata pada Yun Seong bahwa ibunya pasti akan bahagia karena Yun Seong kini telah menjadi pria tampan. Mendengar hal itu Yun Seong ikut tersenyum bersama Mi Joo.
Mi Joo mengantar Yun Seong pulang, dia takjub saat menyadari tempat tinggal mereka sangat dekat, namun dia sama sekali tak pernah tahu. Mi Joo berkata, ini semua pasti takdir. Mi Joo berjalan mendekat ke arah Yun Seong dan memeluk Yun Seong, Mi Joo berkata: "Oppa, mulai saat ini, mari kita bertemu setiap hari" Yun Seong merasa tak enak, dia segera melepaskan pelukan Mi Joo dan memintanya segera masuk ke rumahnya. Yun Seong pasti khawatir Ayah Mi Joo melihat kedekatannya dengan Mi Joo. Dan dugaan Yun Seong sama sekali tak salah. Hong In Tae, ayah Mi Joo melihat Mi Joo dan Yun Seong dengan tatapan penuh amarah.
Saat masuk rumah, Mi Joo disambut dengan kemarahan sang ayah yang melarangnya untuk mendekati Kim Yun Seong secara pribadi. Mi Joo sadar bahwa sebenarnya ayahnya sudah menyadari identitas Yun Seong yang sebenarnya. Mi Joo bertanya pada ayahnya mengapa ayahnya tak mengatakan itu padanya. Hong In Tae berkata bahwa Yun Seong bahkan tidak layak untuk dibicarakan. Mi Joo mencoba membujuk Ayahnya, Mi Joo tahu Ayahnya khawatir Yun Seong membalas dendam padanya, karena perlakuan Ayahnya pada Yun Seong dulu. Tapi Mi Joo yakin, Yun Seong tidak membenci ayahnya karena membatalkan proses adopsinya dulu.
Hong In Tae langsung berbalik menatap Mi Joo dengan tajam, membuat Mi Joo kaget. Dia berkata, apakah Mi Joo percaya pada kata-kata Yun Seong? Lalu mengapa dia ada disini sekarang? Ayahnya melarang Mi Joo untuk terlalu dekat dengan Yun Seong. Mi Joo bertanya apakah itu karena ibunya?
Ayahnya berkata bahwa Ibu Mi Joo tidak akan meninggalkan mereka begitu cepat jika bukan karena Yun Seong. Mi Joo tak percaya, tapi Ayahnya bersikukuh dan berkata Mi Joo tidak tahu apa-apa. Mi Joo memeluk leher Ayahnya dan mencoba menenangkannya. Mi Joo berkata, dia tahu bahwa ini sangat berat dan sulit bagi sang Ayah, tapi akan lebih baik jika Ayahnya berbaikan dengan Oppa-nya. Hong In Tae menjadi makin marah dan bertanya, "Oppa? Siapa yang kau sebut Oppa itu?" sambil melepaskan pelukan Mi Joo dengan kasar dan pergi kekamarnya dengan marah.
Yun Seong masuk kedalam rumahnya dengan lemas. Dia menyentuh miniature pesawat terbang yang ada di meja nya. Kemudian Yun Seong memainkan miniature pesawat itu sambil berbaring di sofa dengan perasaan sedih. Dia menerbangkan miniature pesawat itu begitu tinggi hingga menembus cahaya lampu di kamarnya.
Da Jin datang ke kantor Wings Air dengan senyum ceria diwajahnya sambil menyapa semua orang. Dia melaporkan jadwalnya, bahwa dia siap terbang untuk penerbangan ke China. Petugas pengaturan penerbangan berkata, karena Kapten Lee harus menjalani Operasi, maka yang akan terbang hari ini adalah Kapten Kim, Da Jin langsung hopeless mendengar nama Yun Seong, apalagi tak lama kemudian orang yang dibicarakan segera datang.
Da Jin mencoba menyapa Yun Seong dengan ramah. Tapi Yun Seong hanya menatapnya sinis dan berkata pada petugas untuk memulai briefingnya.
Tim Pramugari yang dipimpin Choi Ji Won menyapa Yung Seong dan Da Jin. Ji Won berkata, karena ada masalah pada tim sebelumnya, maka merekalah yang akan pergi dengan Yun Seong pada penerbangan ke China. Mendengar hal ini karuan Da Jin sangat terkejut. Yun Seong tak mempermasalahkan hal tersebut dan mengajak Ji Won dan timnya untuk briefing. Sementara Da Jin sama sekali tak beranjak dari tempatnya setelah kepergian Yun Seong dan tim nya Ji Won.
Dan Jin menahan amarahnya. Dia langsung berteriak... "Kapten!" Teriakan Da Jin membuat kaget semua orang tak terkecuali Ji Won dan Yun Seong yang membuat mereka berbalik menatapnya. Da Jin kemudian berkata, "Aku tidak bisa terbang dengan tim mereka"
Yun Seong segera mendekat ke arah Da Jin dengan kesal. Sementara Ji Won menatap cemas dan para pramugari di tim nya mulai bertanya-tanya ada apa dengan Da Jin. Yun Seong bertanya pada Da Jin, apa maksud Da Jin sebenarnya?
Ji Won mendekat ke arah Da Jin dan Yun Seong dan bertanya pada Da Jin apakah ada yang salah dengan tim mereka. Mendengar pertanyaan Ji Won, Da Jin tersenyum sinis pada Ji Won dan berkata bahwa Ji Won seharusnya tahu dengan jelas apa alasannya. Mendengar kata-kata Da Jin, Yun Seong menjadi bingung ada apa sebenarnya diantara Da Jin dan Ji Won.
Wings Air menjadi rusuh karena pernyataan Da Jin yang tak ingin terbang dengan tim pramugari Ji Won. Yang paling marah akan hal ini tentu saja para anggota tim pramugari yang ada dibawah pimpinan Ji Won. Lee Joo Ri yang terlihat paling kesal kemudian memprovokator teman-temannya untuk melakukan sesuatu terhadap penolakan Da Jin pada tim mereka.
Insiden penolakan Da Jin membuat Da Jin, Yun Seong dan Ji Won dipanggil ke ruang Hong Mi Joo sebagai GM perusahaan Wings Air. Ji Won melaporkan kondisi kabin saat penerbangannya ke Osaka dan semuanya lebih dari baik-baik saja. Jadi dia tidak mengerti atas penolakan Da Jin. Melihat laporan Ji Won, Mi Joo memuji kinerja Ji Won sambil menatap meremehkan ke arah Da Jin.
Mi Joo bertanya pada Kapten Kim Yun Seong, apakah Kapten ada masalah dengan tim pramugari yang dipimpin Ji Won? Kapten berkata dia tidak masalah. Da Jin langsung menyela dan berkata bahwa kondisi psikologi Pilot saat penerbangan sangat penting demi keselamatan penumpang. Ji Won berkata bahwa tim pramugari tidak akan mempengaruhi hal itu. Da Jin berkata tentu saja itu berpengaruh. Mi Joo bertanya apa alasannya, jika alasan itu masuk akal dia tidak akan mempermasalahkan ini lagi dengan Da Jin. Mi Joo bertanya apa masalahnya sebenarnya? Baik Da Jin dan Ji Won hanya bungkam seribu bahasa.
Yun Seong akhirnya bertanya pada Da Jin apa sebenarnya alasan Da Jin menolak tim Ji Won. Da Jin berkata dia tidak bisa mengatakan alasannya lalu minta maaf pada Mi Joo dan Yun Seong. Yun Seong kesal mendengar jawaban Da Jin. Dia kemudian bertanya, "Apakah itu karena alasan pribadi?" Da Jin hanya diam. Ji Won segera angkat bicara, "Pilot Han telah melukai harga diri para pramugari karena masalah pribadinya. aku tidak bisa memaafkan penolakan seperti ini" Da Jin pun membalas pendapat Ji Won dengan berkata, "Hanya untuk melindungi harga diri para pramugari apa kita bisa mempertaruhakan keselamatan para penumpang?" Ji Won pun membalas, "Bukankah kau bersikap seperti ini pun untuk mempertahankan harga dirimu?" Manager kesal dan memarahi mereka.
Manager minta maaf pada Mi Joo, tapi Mi Joo menghentikan perkataan manager dan bertanya bagaimana pendapat Yun Seong terhadap hal ini. Yun Seong berkata bahwa keselamatan penumpang adalah yang Utama dan menyarankan untuk menjadwalkan tim pramugari lain pada penerbangan ke China. Mi Joo menyetujui keinginan Yun Seong.
Manager kesal dengan tingkah Da Jin dan memarahinya setelah mereka keluar dari ruangan Mi Joo. Da Jin hanya bisa minta maaf pada manager. Da Jin pergi meninggalkan Yun Seong dan Ji Won saat Yun Seong meminta maaf pada Ji Won.
Yun Seong bertanya pada Ji Won, kira-kira apa alasan Da Jin menolak terbang dengan Ji Won. Ji Won berbohong dengan berkata dia juga tidak yakin, mereka tidak terlalu dekat untuk memiliki masalah pribadi (pengen getok kepalanya Ji Won deh...). Yun Seong mengerti dan pergi meninggalkan Ji Won.
Da Jin sedang mencuci wajahnya saat Ji Won datang ke toilet dan berkata untuk membedakan masalah pribadi dengan pekerjaan jika Da Jin ingin professional seperti Ayahnya. Da Jin kesal dan berkata bahwa Ji Won tak berhak menyebut-nyebut nama Ayahnya. Ji Won berkata, jika Da Jin terus bersikap seperti ini padanya, lebih baik Da Jin melepaskan seragamnya saja. Da Jin makin kesal dan berkata, "Apakah bagimu semuanya begitu mudah? Setelah menyebabkan seseorang meninggal, inikah reaksimu?" Ji Won merenung lalu berkata, "Untuk melupakan hari itu, sangatlah tidak mungkin. Itu sama bagi kita berdua"
Ji Won kemudian pergi meninggalkan Da Jin yang masih menahan amarahnya.
Kantor Wings Air menjadi begitu ricuh karena Insiden pergantian tim Pramugari, tidak mudah mendapatkan tim pramugari yang baru dalam keadaan terdesak. Yun Seong paham benar hal itu, karena itu di menatap cemas pada para petugas. Da Jin datang menemui Yun Seong dan meminta maaf. Yun Seong tak menggubris, lalu kemudian berkata, apakah Da Jin tahu mengapa Da Jin tidak berkualifikasi? Yun Seong menyuruh Da Jin melihat para petugas yang tidak juga menemukan tim baru. Yun Seong berkata bahwa Da Jin hanya memikirkan dirinya sendiri. Da Jin tidak memikirkan bahwa dengan meminta tim baru, itu hanya menambah pekerjaan pada orang lain.
Keadaan semakin ricuh saat para pramugari tim Ji Won melakukan protes karena penolakan Da Jin dibawah pimpinan Lee Joo Ri. Mereka mendatangi manager dan berkata mereka tidak ingin terbang di penerbangan Pilot Han Da Jin. Manager bertanya mengapa mereka seperti ini? Lee Joo Ri berkata, mereka pun punya harga diri, mereka tidak bisa tinggal diam ditolak tanpa tahu alasannya. Tim pramugaripun pergi. Saat melewati Da Jin, mereka menatap sinis padanya, terutama Lee Joo Ri.
Manager menjadi semakin bingung dan meminta Da Jin untuk mengundurkan diri saja agar masalah ini bisa diselesaikan. Da Jin berkata dia akan menangani semua ini, Manager berkata agar Da Jin keluar saja. Manager meminta Kim Yun Seong untuk pergi dengan Co-pilot lain. Da Jin protes, tapi Yun Seong berkata dia akan pergi dengan pilot lain, membuat Da Jin membulatkan matanya mendengar keputusan Yun Seong.
Saat para petugas mencoba menghubungi Pilot lain, Da Jin menanti siapa tahu semua Pilot sibuk dengan jadwalnya. Namun manager sepertinya memilih menghubungi lebih banyak pilot dari pada memakai Da Jin.
Melihat keadan ini, Da Jin kemudian berinisiatif untuk bernegosiasi dengan para pramugari. Da Jin mencoba meminta para pramugari menghentikan penolakan mereka untuk terbang. Lee Joo Ri berkata Da Jin lah yang pertamakali menolak mereka. Da Jin berkata dia punya alasan, Joo Ri tahu itu, tapi tak peduli, dia tetap mengajak teman-temannya untuk meninggalkan dan tidak menghiraukan Da Jin. Dong Soo melihat kejadian ini dan dia menjadi tidak tega pada Da Jin.
Da Jin akhirnya tidak jadi terbang dan memutuskan pulang. Saat akan pulang, dia diperhatikan oleh para pramugari dari tim lain dengan tatapan sinis. Dong Soo menunggu Da Jin, dia bertanya mengapa Da Jin melakukan tindakan yang membuatnya dimusuhi par pramugari, apakah Da Jin ingin dipecat? Da Jin sedang lelah, dia tidak ingin berbicara dengan Dong Soo.
Dong Soo, Choi Ajussi dan Ppo Song bersiap untuk makan. Namun mereka menanti kedatangan Da Jin. Dong Soo kesal karena Da Jin tidak datang juga, Choi Ajussi bertanya apakah Ppo Song lapar? Ppo Song menjawab, dia tidak lapar, dia akan makan jika kakaknya telah datang.
Da Jin pun akhirnya datang. Ppo Song menyambutnya dengan gembira dan memeluknya. Ppo Song mengajak Da Jin untuk duduk dan berkata bahwa semua makanan di atas meja dimasak oleh Dong Soo.
Da Jin tidak percaya, Dong Soo segera berkata bahwa tangannya memang sangat terampil. Da Jin bertanya mengapa Gurita? Dong Soo bilang dia sengaja memasakan ini untuk memberikan semangat pada seseorang. Da Jin menatap curiga pada Dong Soo. Melihat tatapan Da Jin, Dong Soo langsung berkata bahwa dia ingin memberikan semangat pada dirinya sendiri, jadi Da Jin jangan salah paham.
Di saat Ppo Song tertidur, Da Jin merenungi apa yang dialaminya hari ini. Dia memeluk Ppo Song dan menciuminya dengan penuh sayang.
Esok harinya Da Jin kembali datang bekerja dengan penuh semangat walaupun mendapatkan tatapan heran dari para rekan pilotnya. Da Jin berkata pada petugas pengatur jadwal penerbangan, dia akan menunggu jika dibutuhkan. Da Jin duduk di ruang tunggu sambil membaca buku penerbangan. Mi Joo melihat keberadaan Da Jin dan mengatakan, Jika pemboikotan terhadap Da Jin terus berlangsung Da Jin berada dalam masalah besar.
Yun Seong melihat Mi Joo yang sedang berbicara dengan Da Jin. Mi Joo memberi salam pada Yun Seong saat menyadari kehadirannya dan pergi keruangannya.
Melihat Da Jin membaca buku, Yun Seong berkata, bahwa selalu ditemukan solusi di dalam buku, tapi untuk masalah Da Jin lain ceritanya. Yun Seong mengambil buku yang dibaca Da Jin dan menjatuhnya ke lantai. Da Jin hanya bisa diam sambil menahan emosi atas tingkah Yun Seong. Yun Seong berkata, karena kelakuan Da Jin semua pilot berada dalam masalah. Jika Da Jin tidak dpat menyelesaikan masalah ini dengan segera, lebih baik Da Jin pergi sekarang juga.
Tanpa diusir dua kali, Da Jin mengambil bukunya dari lantai dan membawa barang-barangnya untuk pergi. Melihat kepergian Da Jin, Yun Seong hanya bisa menatap kepergian Da Jin dengan tajam.
Da Jin berjalan dengan gontai meninggalkan bandara. Da Jin berhenti di tengah jalan dan menatap pesawat yang sedang terbang. Da Jin bertanya pada dirinya sendiri apa yang harus dilakukannya? Walaupun dia harus mati, dia tidak bisa berhenti menjadi Pilot.
Di Sekolah, Ppo Song terbatuk-batuk saat pelajaran menggambar. Ppo Song sedang menggambar Da Jin dalam seragam pilotnya.
Mi Joo menanti Yun Seong diparkiran. Saat Yun Seong datang, Mi Joo masuk mobil dan ketika Yun Seong akan masuk ke mobilnya, Mi Joo keluar dari mobilnya dan menawarkan tumpangan untuk pergi minum teh, karena di tahu Yun Seong pasti lelah. Yun Seong menolak dan berkata dia ada penerbangan besok pagi. Mi Joo tak menyerah dan mengajak Yun Seong makan malam. Yun Seong berkata, Wakil Direktur pasti khawatir. Mi Joo bertanya, apakah Yun Seong menolak ajakannya karena ayahnya? Yun Seong mengelak dan berkata dia hanya lelah. Yun Seong pun pamit pergi.
Da Jin pulang ke rumah dan mencari Ppo Song, dia kaget mendapat Ppo Song yang demam tinggi. Da Jin panik dan segera membawa Ppo Song keluar untuk dibawa ke rumah sakit.
Da Jin kesulitan mendapatkan taksi, kebetulan Yun Seong melihat Da Jin yang kesulitan mendapatkan taksi dan membawa seorang anak kecil yang tidak sadarkan diri. Yun Seong bertanya ada apa? sebelum sempat Da Jin menjelaskan Yun Seong menggendong Ppo Song dan melihat keadaan Ppo Song yang memburuk. Yun Seong malah sempat memarahi Da Jin dan segera mengajak Da Jin masuk ke mobilnya dan membawa Ppo Song ke rumah sakit.
Da Jin menangis melihat keadaan Ppo Song yang terkulai lemah. Da Jin sangat mencemaskn Ppo Song. Ppo Song sadar, Da Jin bertanya apakah Ppo Song baik-baik saja? Ppo Song menjawab dia tidak sakit, mendengar kata-kata Ppo Song, Da Jin makin bersedih. Da Jin minta maaf karena dia tak tahu jika Ppo Song Saki. Ppo Song berkata di baik-baik saja, apakah Da Jin pun baik-baik saja? Da Jin mencoba tersenyum dan berkata bahwa dia tidak baik-baik saja. Ppo Song bangun dan mencoba menenangkan Da Jin yang menangis. Da Jin memeluk Ppo Song dan menangis lebih keras. Yun Seong yang melihat hal itu menjadi terharu dan merasa iba melihat keadaan Da Jin dan Ppo Song.
Ppo Song sudah bisa di bawa pulang. Ajussi menjemput Da Jin dan Ppo Song, lalu datang Dong Soo dengan mobilnya. Da Jin bertanya dari mana Dong Soo mendapatkan mobil. Dong Soo berkelakar dia menabung 300 won setiap hari. Choi Ajussi berkata, Dong Soo pasti meminjam mobil temannya. Dong Soo tak bicara apa-apa dan menyuruh Da Jin masuk ke mobil. Da Jin mengedarkan pendangannya ke arah lain, mencoba mencari seseorang. Hmm.. Da Jin mencari Yun Seong tapi yang dicari hanya melihat Da Jin dan Ppo Song yang dijemput Dong Soo dari kejauhan.
Ppo Song sudah tidur nyenyak di kamarnya. Choi Ajussi minta maaf, seandainya dia datang lebih cepat Ppo Song tidak akan jadi separah tadi. Da Jin berkata dialah yang bersalah karena tidak menyadari bahwa Ppo Song sakit. Dong Soo pun merasa bersalah, karena dia sebenarnya sudah tahu Ppo Song batuk sejak beberapa hari yang lalu, tapi karena permintaan Ppo Song yang tak ingin membuat Da Jin khawatir dia tidak mengatakan apapun.
Choi Ajussi berkata, jika batuknya semakin parah maka mungkin kondisi penyakit Ppo Song bisa saja menjadi lebih parah. Dong Soo bingung, Da Jin memberi isyarat pada Choi Ajussi untuk tidak mengatakan penyakit Ppo Song yang sebenarnya pada Dong Soo. Choi Ajussi paham dan meminta Dong Soo mengembalikan mobil yang dipinjamnya itu pada temannya. Dong Soo menurut saja karena dia juga sebenarnya sedang menyembunyikan tentang mobil itu.
Da Jin dan Ppo Song sedang mengobrol di kamar, Da Jin memberikan pertanyaan pada Ppo Song dan Ppo Song menjawabnya dengan benar. Mereka tertawa bersama dengan gembira. Da Jin berkata pada Ppo Song, jika Ppo Song mencoba bertahan lagi dari rasa sakitnya, Da Jin akan benar-benar marah pada Ppo Song.
Ppo Song berkata bahwa Da Jin pun harus berjanji bahwa dia akan mengganti kata "Maafkan aku", "Terimakasih" dan "Aku mencintaimu" dengan berurutan. Da Jin pun berjanji. Ppo Song meminta maaf karena dia sakit lalu berkata bahwa dia sangat mencintai Da Jin. Da Jin pun berkata dia juga mencintai Ppo Song sambil memeluk adik kecilnya itu. Ppo Song meminta Da Jin menyanyikan sebuah lagu untuk Ppo Song agar Ppo Song bisa lebih cepat tertidur.
Da Jin pun menyanyikan sebuah lagu untuk Ppo Song. Lagu itu terdengar sangat menyedihkan. Itu pun menurut Dong Soo yang ternyata belum pergi dari rumah Choi Ajussi dan malah mendengarkan Da Jin menyanyi untuk Ppo Song. Dong Soo berkata, "Mengapa Lagu ini terdengar sangat sedih?"
Da Jin berkata pada Ppo Song sepertinya dia telah kehilangan sesuatu. Da Jin berkata: "Maafkan aku, Terimakasih, Eonnie benar-benar mencintaimu" Da Jin mencium tangan kecil Ppo Song dan memeluk Ppo Song yang tertidur dengan lebih erat.
Lee Joo Ri masih kesal atas penolakan Da Jin pada timnya. Dia mengajak teman-teman satu timnya untuk bertemu di acara minum-minum. Lee Joo Ri menyatakan kekesalannya pada Da Jin karena berani menolaknya. Salah satu pramugari berkata hari ini Pilot Han terlihat sangat menyedihkan. Lee Joo Ri berkomentar Da Jin pasti sengaja bersikap seperti itu untuk membuat mereka merasa bersalah. Lee Joo Ri memprovokator untuk tidak lagi memikirkan Da Jin. JI Won yang ikut acara minum-minum terlihat tidak setuju dengan perkataan Joo Ri, namun dia hanya diam dan ikut bersulang dengan para anggota timnya.
Da Jin menunggu Yun Seong di depan rumahnya. Yun Seong akhirnya keluar rumah dan menemui Da Jin yang langsung berterimakasih padanya karena pertolongannya hari ini membantunya membawa Ppo Song ke rumah sakit. Yun Seong menanyakan keadaan Ppo Song. Da Jin berkata demamnya sudah turun dan keadaannya sudah lebih baik sekarang. Yun Seong bernafas lega mendengarnya.
Da Jin lalu berkata bahwa dia datang untuk memohon sesuatu walau dia tahu mungkin dia tak pantas memohon hal tersebut. Da Jin meminta Yun Seong membantunya, karena dia tidak menemukan cara untuk menyelesaikan masalahnya. Dia harus melakukan sesuatu dengan baik untuk menjadi yang terbaik, tapi yang terjadi dia terus jatuh. Da Jin merasa dirinya telah terluka parah, tapi dia tak bisa berdiri sendiri. Apa yang harus dia lakukan dan bagaimana melakukannya dia sama sekali tidak tahu, semuanya terasa gelap baginya.
Da Jin telah berakting dengan sangat baik di depan adiknya, dia berakting seolah dia lebih hebat dari Presiden, tapi sekarang dia kelihangan kepercayaan dirinya. Da Jin merasa ini mungkin tidak benar, tapi jika tidak melakukannya mungkin dia akan berada dalam masalah yang lebih besar. Jadi Da Jin ingin Yun Seong membantunya. "Bisakah kau membantuku. Aku Mohon Kapten, Aku mohon padamu" kata Da Jin sambil membungkukan badannya di depan Yun Seong.
Belum sempat Yun Seong menjawab, sebuah mobil berhenti di depan rumah Yun Seong. Pengemudinya yang ternyata Dong Soo keluar dari mobil dan menyapa Da Jin. "Han Da Jin?". Yun seong dan Da Jin otomatis menoleh ke arah Dong Soo yang kemudian juga menyapa Yun Seong, "Anyohasimika, Kapten Kim" Yun Seong membalas sapaan Dong Soo yang terlihat kaget melihat tempat tinggal Yun Seong yang ternyata tidak jauh dari rumah Choi Ajussi.
Dong Soo berkata pada Da Jin bahwa Ppo Song terbangun. Da Jin tampak kaget dan berkata dia mengerti. Da Jin pun minta maaf pada Yun Seong karena telah menganggunya malam-malam dan pamit padanya. Dia berkata pada Dong Soo untuk berhati-hati di jalan pulang ke rumahnya. Da Jin pun pergi meninggalkan Yun Seong dan Dong Soo.
Dong Soo berkata pada Yun Seong, mereka mungkin akan sering bertemu, Dong Soo mengajak Yun Seong untuk minum bersama sekali-kali. Yun Seong menerima ajakan itu dan masuk ke dalam rumahnya. Dong Soo menatap Yun Seong yang masuk ke rumah dan Da Jin yang semakin menjauh secara bergantian, dia bingung dengan apa yang terjadi pada kedua orang itu.
Dong Soo pulang ke rumahnya. Ternyata rumah Dong Soo benar-benar mewah. Dong Soo masih kebingungan dan bertanya-tanya apa sebenarnya permohonan yang diminta Da Jin pada Yun Seong. Saat Dong Soo bertanya-tanya di kamarnya, Ayahnya datang dan berkata bahwa dia telah menemukan wanita yang rela memberikannya uang 300 won secara Cuma-Cuma untuk dijadikan istri Dong Soo.
Dong Soo bertanya siapa wanita itu, dengan bangga Kang Ajussi berkata, "Pilot Wings Air, Han Da Jin" Dong Soo kaget mendengar nama Da Jin yang disebut, "Apa? Han Da Jin?" Dong Soo tertawa meremehkan. Kang Ajussi kaget dan bertanya apakah Dong Soo mengenalnya? Dong Soo berkata Da Jin benar-benar seorang pejuang. Ayahnya berkomentar seseorang harus berjuang untuk hidup. Dong Soo berkata bahwa Da Jin sangat miskin dan juga seorang yatim piatu, dia bahkan memiliki adik yang berusia 7 tahun. Kang Ajussi malah sama sekali tak terganggu dengan hal itu, malah menyuruh Dong Soo segera membawa Da Jin ke rumah, membuat Dong Soo tertawa geli melihat kelakuan ayahnya.
Yun Seong memikirkan semua kata-kata Da Jin yang memohon bantuannya. Dia mencoba memikirkan cara apa yang harus dilakukannya untuk membantu Da Jin.
Choi Ji Won bersiap untuk melakukan penerbangan. Lee Joo Ri berkomentar bahwa mereka tidak ada penerbangan hari ini. Choi Ji Won berkata mereka ada penerbangan, Lee Joo Ri protes dan berkata bukan kah mereka sedang melakukan boikot? Choi Ji Won berkata bahwa dia tak pernah menyetujui hal itu. Pramugari lain kaget dengan jawaban Ji Won. Lee Joo Ri berkata bukan kah mereka sudah bersatu untuk melakukan ini bersama kemarin. Ji Won berkata, dia pikir mereka semua professional dengan tidak melibatkan masalah pribadi dalam pekerjaan. Salah satu pramugari berkomentar Pilot Han Da Jin lah yang tidak professional dan membuat mereka memutuskan hal ini. Lee Joo Ri berkata mereka melakukan semua ini adalah untuk Ji Won sebagai manager mereka, jika Ji Won menghentikan pemboikotan ini, mereka hanya akan ditolak dan direndahkan.
Ji Won berkata pada timnya, "Sebelumnya, aku senang melakukan penerbangan. Tapi hari ini, aku takut itu. Karena aku merasa lelah, dan tidak nyaman, penumpang akan merasa tidak nyaman. Bagaimana jika mereka mendapatkan perjalanan yang buruk karena kesalahanmu? Hari ini bisa menjadi perjalanan pertama bagi seseorang, tapi perjalanan terakhir untuk orang lain. Bagaimana jika bisnis mereka kacau karena aku? Bagaimana jika suasana pesawat kacau karna aku? Bagaimana jika penumpang terluka karna kesalahanku? Bagaimana Jika kesalahanku ... menyebabkan ... kematian seseorang, apa yang harus aku lakukan? Lalu apa yang harus ku lakukan dengan keluarganya hidup dalam penderitaan karena kesalahanku?"
Salah satu pramugari berkomentar, selama ini tak pernah terjadi hal seperti itu kan? Ji Won berkata, hal itu bisa terjadi pada siapapun. Lee Joo Ri bersikeras, jika mereka menyerah mereka akan mengalami penolakan lagi suatu saat nanti dan harga mereka tidak akan pernah pulih. Ji Won berkata jika mereka tetap seperti ini, maka sebenarnya mereka sudah kehilangan harga diri. Harga diri seorang Pramugari adalah dapat melindungi Penumpang pesawat dengan baik.
Beberapa pramugari sangat terkesan pada perkataan Ji Won, namun Lee Joo Ri tetap bersikeras. Dia berkata dia tidak bisa menyerah walau harus kehilangan pekerjaannya. Ji Won tak peduli, dia akan tetap terbang. Salah satu pramugari bertanya bukankah Ji Won membenci Pilot Han Da Jin? Ji Won berkata dia memang membencinya. Lee Joo Ri bertanya lalu mengapa Ji Won melakukan ini? Ji Won menjawab karena dia harus melanjutkan kehidupannya. Dia harus bersiap-siap untuk tes penilaian kinerja bulan depan. Para pramugari pun menjadi cemas mendengar kata tes penilaian kinerja.
Yun Seong memanggil Da Jin ke suatu tempat di bandara. Saat Da Jin datang, Yun Seong memberikan sebuah buku pada Da Jin dan menyuruh Da Jin membacanya satu persatu dengan sepenuh hati. Da Jin menerima buku itu. Ternyata buku tersebut berisi daftar penumpang pada penerbangan Osaka yang membuat Da Jin dikeluarkan di kokpit. Yun Seong berkata disitu ada sesuatu yang kau cari. Da Jin mulai membaca nama penumpang tersebut satu persatu.
Da Jin sepertinya mulai memahami sesuatu. Yun Seong pun berkata pada Da Jin:
"Apa kau mengerti sekarang? Pilot Han ... Kau melupakan hal penting? Mereka adalah nama-nama. Meskipun diantara nama itu ada orang yang membunuh orang tuamu di depanmu kau tidak harus lepas control. Di depan mataku, Meskipun ada keluarga ku yang berada dalam pendarahan dan hampir mati. Seorang pilot seharusnya tidak pernah lepas kontrol. Apa kau mengerti sekarang? apa kau memahami apa yang kau lupakan? Mulai sekarang, jangan pernah lupa bahwa ... nama-nama ini ... adalah orang-orang harus kau urus."
Da Jin berkata dia mengerti dan meminta maaf untuk kesalahan yang telah dilakukannya selama ini.
Da Jin mendatangi para pramugari dan meminta maaf untuk kesalahannya yang telah melukai harga diri para pramugari. Yun Seong melihat usaha Da Jin, tak lama dia kemudian pergi untuk melakukan penerbangan hari ini.
Da Jin berkata pada pramugari: "Aku di sini untuk meminta maaf kepada kalian dengan tulus. Aku memiliki banyak kekurangan. Menyakiti kebanggaan kalian ... aku tidak pernah bermaksud untuk melakukan itu. aku tulus, jadi Mohon maafkan aku. Karena masalah pribadi, aku minta maaf karena telah menyakiti perasaan kalian. Penumpang menunggu kalian untuk kembali. Seperti aku, juga, yang sedang menunggu kalian untuk kembali."
Lee Joo Ri mencibir Da Jin, baguslah jika Da Jin merasa bersalah. Da Jin menatap Choi Ji Won dan meminta maaf atas kesalahannya, dia telah memikirkannya baik-baik dan dia merasa dialah yang bersalah. Choi Ji Won tak berkata apa-apa, dia hanya mengangguk menerima permintaan maaf Da Jin.
Pramugara berkata, karena Da Jin telah tulus meminta maaf pada mereka, maka mereka harus menghentikan acara boikot ini, hal ini disetujui oleh pramugari yang paling newbie diantara mereka, barulah yang lain pun menyetujui hal tersebut. Da Jin berterima kasih untuk pengertian tim Ji Won.
Da Jin berlari dengan bahagia. Dia menanyakan keberadaan Yun Seong pada petugas pengatur penerbangan. Petugas berkata, Kapten Kim baru saja lepas landas untuk penerbangannya. Da Jin mengerti, dia pun berlari dengan penuh senyuman ke lapangan terbang. Dia menatap Pesawat yang baru saja lepas landas, dia menghormat pada pesawat itu dan berkata. "Terimakasih Kapten"
Da Jin sedang memasak saat Dong Soo datang ke rumah Choi Ajussi. Dong Soo kegirangan melihat Da Jin memasak dan mengambil salah satu masakan Da Jin. Da Jin menghardiknya dan berkata bahwa itu makanan untuk peringatan besok. Da Jin bertanya pada Dong Soo mengapa Dong Soo selalu ke rumah Choi Ajussi dan bukannya pulang ke rumah. Dong Soo bilang dia ingin membantu Da Jin mempersiapkan hari Peringatan kematian ibunya. Da Jin memicingkan matanya dan bertanya, apakah mereka kerabat? mengapa Dong Soo peduli? Dong Soo berkata dia tidak sempet melihat wajah ibunya karena dia meninggal saat melahirkannya. Da Jin jadi sedikit bersimpati pada Dong Soo.
Dong Soo menawarkan tumpangan pada Da Jin untuk pergi ke makam orang tuanya besok. Dong Soo bilang dia libur besok jadi dia bisa mengantarkan Da Jin dengan mobilnya. Da Jin Mengeluh agar Dong Soo berhenti meminjam mobil orang. Dong Soo jadi sedikit marah dan berkata mobil itu benar-benar miliknya. Da jIn nampaknya tak percaya dan bertanya apakah Dong Soo juga punya pesawat terbang? Pesawat pribadi? Dong Soo berkata dia berencana membelinya setelah menghasilkan uang banyak.
Tanpa mempedulikan ejekan Da Jin, Dong Soo berkata besok dia akan menjemput Da Jin untuk pergi ke makam orang tuanya. Da Jin berterimakasih atas kebaikan hati Dong Soo. Dong Soo tersenyum dan berkata: "Go Cham See Eh" Da Jin kebingungan apa maksud Dong Soo dengan kata-katanya dan menanyakan hal itu pada Dong Soo. "Go Cham See Eh, itu adalah bahasa Pulau Orta yang artinya ‘Terimakasih’" Da Jin hanya bengong, dia sepertinya baru mendengar bahasa aneh itu.
Dong Soo kembali menjelaskan: "Dalam bahasa Inggris ‘thank you’ dalam bahasa China ‘Xie Xie’ dalam bahasa Jepang ‘Arigato Gozaimasu’. Mulai sekarang saat kau merasa berterimakasih padaku, maka ucapkanlah ‘Go Cham See Eh’"
Melihat tingkah Dong Soo Da Jin hanya memicingkan matanya lagi sambil berkata, "Apakah kau tahu, kau itu sangat aneh?" Dong Soo membela diri, itulah sisi yang menarik dari dirinya. Dong Soo meminta Da Jin mencoba mengatakan ‘Go Cham See Eh’ padanya. Da Jin mencobanya beberapa kali, Dong Soo tampak kegirangan mendengarnya, "Go Cham See Eh?"
Ppo Song ditemani Da Jin dan Choi Ajussi memberi hormat di makam ibunya di hari peringatan kematian ibunya yang sebenarnya juga adalah hari ulang tahunnya. Di depan makam kedua orang nya Ppo Song berkata: "Omma, Appa... Hari ini adalah hari ulang tahun Ppo Song. Apakah kalian Iri? Eonnie-ya membelikanku sepatu Boots yang cantik. Ajussi membelikanku sebuah boneka. Bukankah ini sangat menyenangkan?" Ppo Song mengatakannya sambil dengan bangga menunjukka sepatu yang dipakainya dan boneka pemberian Choi Ajussi.
Ppo Song tertawa kegirangan. Sementara Da Jin menatap Ppo Song dengan sedih. Choi Ajussi berkomentar, "Dia tidak tahu bahwa hari ini juga adalah hari kematian Ibunya" Da Jin tak berkata apapun dan hanya bisa menunduk, Sedih.
Sementara itu, Yun Seong pun mendatangi pemakaman orang tua Da Jin. Yun Seong berjalan ke arah makam orang tua Da Jin sambil membawa bunga. Yun Seong kaget saat melihat Da Jin ada di depan makam yang akan dikunjunginya. Apalagi dia mendengar kata-kata Da Jin yang memanggil Kapten Han Dan Istrinya sebagai Omma dan Appa.
Yun Seong mengingat hari pemakaman Istri kapten Han, dia baru mengingat wajah putri sulung Kapten Han. Yun Seong sangat kaget dan menyadari kenyataannya bahwa Da Jin adalah putri dari Kapten Han Kyu Pil dan Yang Mi Hye. Yun Seong kembali teringat kesalahan yang dia lakukan yang menyebabkan kematian Yang Mi Hye, istri kapten Han yang ternyata ibu dari Pilot yang selama ini dia kritik.
Saking kaget dan terpukulnya Yun Seong sampai jatuh terduduk ke tanah. Yun Seong terlihat sangat ketakutan menghadapi kenyataan bahwa Da Jin adalah Putri dari Guru yang sangat ia hormati dan wanita yang meninggal akibat kesalahannya.
Apa yang terjadi setelah Yun Seong tahu bahwa Da Jin adalah putri dari Kapten Han?
Yun Seong sangat kaget saat mengetahui Da Jin dan Ppo Song ternyata putri Kapten Han. Dia melihat Da Jin dan Ppo Song yang sedang memperingati hari kematian ibunya di makam Han Kyu Pil dan istrinya. Saking Syok nya Yun Seong sampai terjatuh.
Selesai memperingati hari kematian Ibunya, Da Jin dan Ppo Song serta Choi Ajussi berjalan untuk pulang. Kemudian sebuah mobil melintas di samping mereka. Ternyata itu Dong Soo yang menjemput mereka. Dong Soo meminta Da Jin mengucapkan Go Cham See Eh karena datang menjemput mereka. Da Jin pun mengucapkannya walau agak terpaksa.
Choi Ajussi dan Ppo Song segera masuk mobil, tepat sebelum Da Jin masuk mobil sebuah mobil datang, ternyata itu adalah Choi Ji Won. Da Jin menatap Ji Won penuh kebencian.
Saat Ppo Song memanggilnya untuk masuk, Da Jin segera menghalangi Ppo Song dari pandangan Ji Won dan menyuruh Ppo Song menutup kaca jendela mobil.
Da Jin mengajak Ji Won berbicara ditempat yang agak jauh. Da Jin menunjukkan rasa tidak sukanya atas kedatangan Ji Won ke tempat pemakaman orang tuanya. Da Jin meminta Ji Won untuk pergi. Ppo Song memanggil Da Jin dari mobil Dong Soo. Ji Won melihat Ppo Song dan bertanya, "Apa itu dia? Dia tumbuh dengan baik" Da Jin mendesis kesal mendengar komentar Ji won, "Tumbuh dengan baik? Adikku bahkan tidak pernah melihat ibunya karena mu. Dia hidup dengan obat-obatan sepanjang hidupnya. Dia harus menghadapi penyakitnya tanpa seorang Ibu di sisinya karena mu. "
Da Jin berusaha menahan amarahnya, tapi emosinya tak lagi terkendali, sementara Ji won hanya terdiam. Da Jin melanjutkan kemarahannya, "Kau datang kesini hanya untuk menyesal bukan? Ayahku, Ibuku dan Aku... Kami semua.. tidak tahan melihatmu, Bahkan ketika kau mati, Kau tidak seharusnya datang kesini" Emosi Da Jin tak lagi terbendung. Hal ini membuat Dong Soo khawatir dan turun dari mobil dan menghampiri mereka berdua. Dia bertanya apa yang terjadi? Baik Da Jin dan Ji Won tidak ada yang menjawab.
Ji Won pergi dan berjalan melewati mobil Dong Soo sambil melihat penuh rasa bersalah ke arah Ppo Song, tapi dia tetap melanjutkan perjalanannya menuju makam orang tua Da Jin. Sementara Dong Soo bertanya-tanya siapa sebenarnya Ji Won.
Da Jin menahan tangis dan emosinya setelah ditinggal Ji Won, dia bertanya pada Dong Soo apakah dia terlihat habis menangis? Dong Soo membenarkan, dia mencari sapu tangan disakunya tapi tidak menemukannya, akhirnya dia mengelap ingus dan air mata Da Jin dengan tangannya (jorok sekaligus romantic.. Ohooo... Dong Soo-ya)
Ji Won menemukan Yun Seong yang frustasi di depan makam Orang tua Da Jin. Ji won paham pasti Yun Seong telah tahu bahwa Da Jin adalah putri dari Kapten Han. Ji Won berkata pada Yun Seong:
" Aku... bertindak dengan penuh kebencian dan tak tau malu ... Aku tau dia adalah putri Kapten Kyu Han Pil, dan aku sangat membencinya. Aku akan lebih menyakitinya tapi.. Aku akan tau malu bahkan lebih dan kuat. Jadi Han Da Jin dapat melangkah padaku dan berdiri."
Yun Seong berkata, ini pasti Sulit untuk Ji Won. Namun Ji Won menyadari bahwa semua ini memang tidak adil dan dia telah bersikap bagai seorang pengecut, tapi dia bersikap seperti ini karena dia ingin hidup dengan menekan rasa bersalahnya.
Ji won dan Yun Seong kemudian memberi penghormatan pada makam Kapten Han dan istrinya.
Selesai memberi hormat, Ji Won dan Yun Seong berjalan bersama menuju mobil mereka masing-masing. Yun Seong bertanya pada Ji Won, mengapa Ji Won tidak memberitahunya bahwa dia sudah tahu Da Jin adalah Putri dari Kapten Han? Ji Won berkata dia malah berharap Yun Seong tak pernah tahu karena dia mengkhawatirkan keadaan Yun Seong yang sampai saat ini masih hidup dalam kenangan pahit 7 tahun lalu, saat insiden yang menyebabkan kematian Istri Han Kyu Pil adalah kesalahannya.
Da Jin minum Soju di kedai dekat rumahnya, dia bersedih mengingat kedua orang tuanya. Yun Seong yang juga akan pulang kaget melihat Da Jin yang sedang minum.
Dia masuk dan menyuruh Da Jin pulang. Da Jin tidak mendengarkan, dia malah menuangkan minuman untuk diberikan pada Yun Seong. Namun Yun Seong tetap menyuruhnya pulang. Da Jin berkata, "Kapten pasti tidak ingin minum bersama dengan seorang pengecut seperti aku ya?" Yun Seong tidak menjawab, dia kembali menyuruh Da Jin pulang dan berkata bahwa Adiknya sedang menunggu di rumah.
Mendengar sang adik disebut-sebut Da Jin menjadi lebih sedih, Dia berkata: "Ppo Song ku yang cantik, Ppo Song benar-benar cantik. Ppo Song ku yang malang... Karena orang itu... Orang yang paling aku cintai... Orang yang paling mencintaiku... Meninggalkan aku" Yun Seong sedih melihat keadaan Da Jin. Dia tahu yang dimaksud Da Jin adalah Ji Won, tapi Yun Seong pun ikut bersalah dalam insiden itu.
"Karena Orang itu... Aku tidak akan pernah memaafkannya, Kapten" Da Jin terus mengulang kalimat bahwa dia tidak akan memaafkan Ji Won. Mendengar hal itu Yun Seong semakin merasa bersalah, karena bagaimanapun dia juga bersalah atas kematian Ibu Da Jin dan Ppo Song.
Yun Seong hanya bisa menatap dengan sedih dan penuh rasa bersalah pada Da Jin yang menangis sambil mabuk. Hingga akhirnya Da Jin menangis sambil menyembunyikan wajahnya dengan menelungkup di atas meja. Yun Seong akhirnya mengambil gelas berisi soju dan meminumnya sambil menahan rasa bersalah dan penyesalannya kepada wanita yang tengah menangis di depannya.
Di rumah Choi Ajussi, Dong Soo cemas karena Da Jin belum pulang juga. Dia mnegobrol dengan Choi Ajussi yang menyuruhnya membiarkan Da Jin untuk sendirian dulu. Hari ini pasti hari yag sulit bagi Da Jin. Tapi Dong Soo terlalu cemas dan memutuskan untuk mencari Da Jin.
Da Jin yang mabuk diantar pulang oleh Yun Seong. Meski Da Jin yang mabuk mulai meracau dengan mengatakan bahwa ayahnya juga seorang Kapten yang lebih dingin dari Yun Seong. Da Jin sangat mencintai langit dan pesawat terbang, karena itulah ingin menjadi Kapten yang hebat seperti Ayahnya. Lalu Da Jin tersenyum lebar, Yun Seong yang ada dibelakangnya menjadi merasa sangat bersalah.
Saat kembali berjalan, Da Jin hampir terjatuh, Yun Seong menopangnya dan akhirnya menggendong Da Jin di punggungnya. Da Jin berkata Ayahnya pandai menyanyi, dia meminta Yun Seong bernyanyi untuknya. Yun Seong pun bernyanyi untuk Da Jin hingga Da Jin tertidur dipunggungnya. (Aigooo... mau dong dinyanyiin Captain... Envy sama Da Jin #plak).
Saat Dong Soo baru keluar dari rumah Choi Ajussi untuk mencari Da Jin, dia kaget melihat Da Jin digendong dibelakang punggung Kim Yun Seong. Dia ingin menggantikan Yun Seong yang menggendong Da Jin yang mabuk. Yun Seong menolak dan mengantar Da Jin hingga kamarnya.
Yun Seong menidurkan Da Jin disamping Ppo Song. Choi Ajussi minta maaf karena kelakuan Da Jin pada Yun Seong, dia berkata tak biasanya Da jin bersikap seperti ini, tapi karena hari ini dia mengalami sebuah kejadian, sehingga dia menjadi seperti itu. Yun Seong bilang tidak apa-apa. Dia pun pamit untuk pulang.
Dong Soo mengantar Yun Seong sampai keluar rumah. Dia meminta Yun Seong untuk memaafkan kesalahan Da Jin, jika Da Jin melakukan sesuatu pada Yun Seong karena mabuk. Yun Seong terjadi apapun, dan pamit. Dong Soo masih merasa tak nyaman, setelah Yun Seong bersiap pergi dia bertanya pada Yun Seong, kapan mereka akan minum bersama? dan apakah jika dirinya mabuk, apakah Yun Seong juga akan menggendong Dong Soo dipunggungnya? (ini sih jelas modus.. Dong Soo mulai cemburu...)
Yun Seong menyadari nada suara Dong Soo bukan sedang bercanda, dia berbalik dan menatap Dong Soo namun tak mengatakan apapun, dia hanya menatap tajam pada Dong Soo, menyatakan ketidak senangannya pada pertanyaan Dong Soo. Lalu berbalik lagi melanjutkan perjalanannya untuk pulang.
Dong Soo menjadi lebih kesal dan berteriak:
"Seorang gadis ... dibawa oleh seorang pria... itu tidak baik! Dan seorang pria ... membawa gadis kemanapun ... itu tidak baik!"
Yun Seong pulang ke rumahnya dan merasa sangat tertekan karena mengingat kata-kata Da Jin, dilain pihak Ji Won pun kembali teringat saat Ibu Da Jin meninggal setelah melahirkan akibat kesalahannya.
Yun Seong menggigil ketakutan, kemudian dia tertidur dan bermimpi buruk tentang pesawat yang jatuh saat dia mengendalikannya. Yun Seong pun terbangun dengan keadaan penuh keringat.
Yun Seong mendatangi ruangan Hong In Tae yang menatapnya tak senang, namun Hong In Tae tersenyum sinis saat melihat surat pengunduran diri yang diberikan Yun Seong. Hong In Tae bertanya mengapa dia memberikan surat itu padanya? Yun Seong berkata, karena Hong In Tae lah yang akan paling cepat memproses pengunduran dirinya (Jika dia memberika pada Mi Joo atau Direktur Wings Air, dia pasti akan dibujuk). Hong In Tae memuji kecerdasan Yun Seong.
Saat Yun Seong pamit dan beranjak untuk pergi, dia berkata pada Yun Seong: "Dimanapun kau bekerja, jangan pernah tunjukan wajahmu padaku atau putriku"
Mi Joo tiba-tiba masuk ke ruangan Ayahnya, dan kaget melihat Yun Seong ada disana. Dia memanggil Yun Seong dengan sebutan "Oppa" tapi saat melihat Ayahnya dia meralat dengan panggilan "Kapten" Yun Seong tersenyum pada Mi Joo. Saat Mi Joo bertanya apa yang sedang terjadi antara Yun Seong dan Ayahnya, Hong In Tae meminta Yun Seong untuk pergi dari ruangannya.
Mi Joo mengikuti Yun Seong keluar dan bertanya apakah Ayahnya melakukan sesuatu untuk menekannya lagi? Yun Seong berkata dia meminta bantuan pada nya. Mi Joo cemberut dan berkata seharusnya Yun Seong meminta apapun padanya, karena dia akan melakukan segalanya untuk Yun seong.
Mi Joo lagi-lagi memanggil Yun Seong Oppa, dan Yun Seong mengingatkannya. Mi Joo berkata dia lupa bahwa mereka sedang diperusahaan, itu karena dia sudah lama tidak memanggil Yun Seong dengan sebutan Oppa. Yun Seong tersenyum dan berkata, kalau begitu Mi Joo boleh memanggilnya Oppa. Yun Seong masuk ke dalam lift, saat pintu Lift akan segera tertutup Mi Joo pun memanggilnya "Oppa!" Lalu pintu Lift tertutup.
Da Jin sedang menikmati sarapannya bersama Ppo Song, Dong Soo dan Choi Ajussi. Da Jin memuji soup anti mabuk yang dia kira buatan Choi ajussi. Dong Soo protes dan berkata dialah yang membuatnya, dan Da Jin sama sekali tak beterimakasih. Ini waktunya Da Jin mengatakan, "Go Cham See Eh" Da Jin pun mengatakannya dua kali dan bertanya apakah Dong Soo puas? Choi Ajussi memuji Dong Soo hingga Dong Soo membagikan makanan buatannya pada Choi Ajussi dan Ppo Song tapi dia tak memberikannya pada Da Jin.
Da Jin protes. Dong Soo berkata dia tigak ingin memberikannya pada orang yang pulang dalam keadaan mabuk dengan dibawa oleh orang asing. Da Jin kaget, dan bertanya, "Aku?" Dong Soo membenarkan. Da Jin berkata dia ingat dia kemarin memang minum banyak dan pasti berjalan sambil mabuk. Lalu segera pulang dan tertidur di kamar. Dong Soo bilang tidak seperti itu. Da Jin pulang dalam keadaan tertidur dan dibawah dibelakang punggung seorang pria.
Da Jin tak percaya, dan berkata Dong Soo pasti berbohong. Choi Ajussi membenarkan dan berkata bahwa Kapten Kim yang membawanya pulang. Da Jin masih tak percaya dan bertanya? "Kapten Kim Yun Seong?" Choi Ajussi dan Dong Soo membenarkan, Choi Ajussi berkata, Da Jin harus berterimakasih pada kapten Kim.
Da Jin kemudian mengingat semua kejadian yang dialaminya kemarin dari mulai mengajak Yun Seong minum hingga meminta Yun Seong menyanyi untuknya. Da Jin merasa malu karenanya, dia awalnya hanya senyum-senyum, tapi akhirnya dia mengacak-ngacak rambutnya sambil beteriak karena saking malu dan stress nya menyadari kebodohannya itu.
Da Jin berlari-lari untuk pergi bekerja, saat melewati rumah Yun Seong, dia berbalik dan berhenti. Da Jin berteriak: "Bukankah aku terlalu berat, Kapten? Dengan semua ‘skinship dan fellowship’ itu kita kan menjadi akrab kapten!"
Yun Seong sedang memeriksa jadwalnya di cafeteria Bandara. Dia melihat Da Jin yang akan menjadi Co-pilotnya di penerbangan hari ini. Dia kembali teringat pada kata-kata Da Jin yang tidak bisa memaafkan kesalahan orang yang membuat ibunya meninggal. Yun Seong kemudian mendatangi petugas pengaturan jadwal penerbangan dan minta jadwalnya diganti.
Manager protes dan bertanya kenapa tiba-tiba? Petugas mengecek jadwal dan berkata hari ini Yun Seong berpatner dengan Pilot Han Da Jin. Manager bertanya apakah Han Da Jin membuat masalah lagi? Yun Seong bilang bukan seperti itu, dia hanya punya alasan pribadi untuk hal ini, jadi dia memohon jadwalnya di rubah
Yun Seong dan Ji Won minum kopi bersama di Cafetaria. Yun Seong memberitahu Ji Won bahwa dia sudah mengajukan surat pengunduran dirinya hari ini. Ji Won kaget. Yun Seong terlalu takut untuk berlari ditumpukan Salju (Hmm.. mungkin ini pribahasa untuk rasa bersalah kali ya). JI Won berkata, tapi meskipun Yun Seong berhenti, itu tidak akan mengubah apapun.
Yun Seong bertanya apakah Ji Won baik-baik saja saat dia terbang dengan Pilot Han Da Jin. Ji Won berkata menghindari bukanlah solusinya. Han Da Jin bisa baik-baik saja jika tidak terbang bersama Ji Won. Yun Seong berkata, Jika Da Jin tahu bahwa Yun Seong lah Pilot yang menyebabkan insiden 7 tahun lalu, dia pasti tidak dapat menahan emosinya.
Ji Won berpendapat, itu adalah sesuatu yang harus dihadapi Han Da Jin. Tapi Yun Seong tetap merasa takut. Saat dia mengetahui bahwa Da Jin adalah putri dari Kapten Han dia merasa ketakutannya semakin besar dari waktu ke waktu. Menurut Ji Won, itu jugalah yang harus diatasi oleh Yun Seong.
Yun Seong bersikeras, dia merasa yang terbaik adalah dia harus pergi dan Han Da Jin akan merasa tenang. Namun Yun Seong mendapat telepon dari petugas pengatur jadwal bahwa sulit untuk mengubah jadwalnya. Yun Seong mengerti dan berkata dia akan tetap terbang.
Dong Soo mengambil kopi Da Jin yang baru dibelinya dari mesin penjual minuman, kemudian memberi semangat pada Da Jin yang akan pergi terbang. Dia mendoakan agar Da Jin terbang dengan aman, dan memberikan acungan jempolnya dari kejauhan pada Da Jin yang mengungkapkan bahwa Da Jin yang terbaik.
Sesampainya di menara pengontrol, Dong Soo melamun sambil menyesap kopi Da Jin. Junior nya dulu sempat menangis karena ulah Dong Soo (dan sepertinya naksir Dong Soo) mengambil gelas kopi yang telah kosong dan menggantinya dengan yang baru. Juniornya pertanya apa yang sedang Dong Soo khawatirkan?
Juniornya berkata, bahwa dia bisa membantu Dong Soo untuk merasa lebih baik, karena itu adalah keahliannya. Dong Soo pun akhirnya bertanya, Saat seorang wanita di bawa oleh seorang Pria apa yang dipikirkannya? Juniornya menjawab, "Hmm... dapatkah aku menggantungkan diriku pada pria ini?"
Jawaban juniornya membuat Dong Soo frustasi. Juniornya bertanya apakah Dong Soo membawa seorang wanita, siapa wanita itu? Juniornya memaksa Dong Soo untuk mengatakan siapa wanita itu agar dia bisa memberikan nasihat yang baik. Dong Soo tidak ingin menjawab dan malah menanyakan sapu tangannya membuat Sang Junior hanya bisa mengerucutkan bibirnya.
Da Jin sedang membaca nama-nama penumpang di pesawat yang akan diterbangkannya. Yun Seong ternyata sudah menunggunya. Da Jin memberi salam. Bukannya menjawab, Yun Seong malah menyuruh Da Jin untuk tidak terbang hari ini karena dia tidak ingin terbang bersama Da Jin.
Da Jin tertawa dan berkata dia ingin terbang dengannya. Yun Seong menyuruh Da Jin pulang saja. Da jin bertanya apakah kemarin dia melakukan kesalahan, katakan saja, dia akan memperbaikinya. Yun Seong tak menjawab.
Yun Seong mendekat ke arah Da Jin dan mengambil ID Card Pilot Da Jin, dan memasukannya ke dalam saku seragammnya. Da Jin kaget, apalagi saat melihat Yun Seong masuk ke dalam area lapangan terbang. Da Jin memanggil-manggil Yun Seong, tapi Yun Seong tak menggubris dan meninggalkan Da Jin di kantor Wings Air menuju area lapangan terbang. Tanpa ID Card itu, Da jin tidak bisa mengejar Yun Seong ke area lapangan terbang, dan sudah dipastikan dia tidak bisa terbang hari ini.
Yun Seong sedang mengecek keadaan pesawat yang akan diterbangkannya saat co-pilot Heo Jae Soo datang. Dia adalah pilot yang akan menggantikan Da Jin menemani Yun Seong terbang ke Hongkong hari ini. Yun Seong hanya menatapnya sebentar lalu kembali mengecek keadaan pesawat dan mengabaikannya. Jae Soo tahu bahwa penerbangannya kali ini akan menjadi penerbangan yang berat baginya.
Da Jin mengeluh pada managernya tentang ID Card nya yang diambil Yun Seong. Tapi Manager tak peduli dan memutuskan Da Jin tidak bisa terbang hari ini. Jika Da Jin terbang maka dia seperti berperang tanpa peluru (Bagi seorang pilot ID Card = Peluru)
Hong In Tae datang menemui Direktur yang sedang bersama Mi Joo. Dia menyerahkan surat pengunduran diri Yun Seong. Mi Joo dan Direktur kaget. Direktur menanyakan alasannya, Hong In Tae menjawab, Yun Seong hanya bilang dia punya alasan pribadi. Direktur berkata mereka sudah seperti keluarga mengapa Hong In Tae tidak menanyakan alasannya.
Mi Joo menatap tajam ayahnya, dia berpikir ini pasti ada hubungannya dengan ayahnya. Mi Joo membuka surat pengunduran diri Yun Seong dan berkata pada direktur untuk memberinya liburan seminggu agar pikirannya berubah.
Mi Joo dan Ayahnya keluar dari ruang Direktur. Saat di dalam Lift, Mi Joo bertanya Mengapa Ayahnya sangat membenci Yun Seong, apa yang sebenarnya Ayahnya takutkan dari Yun Seong? Ayahnya berkata dia tak takut apapun, tapi apa yang Mi Joo lihat adalah sikap ayahnya yang begitu pengecut. Mi Joo meminta Ayahnya untuk menghadapinya.
Ayahnya berkata, ini adalah untuk melindungi mereka berdua. Mi Joo bertanya apa Yun Seong merugikan mereka? Ayahnya menjawab, Yun Seong membuat mereka tidak bisa bernafas dengan lega. Mi Joo kesal dan berkata bahwa Ayahnyalah yang membuatnya tak bisa bernafas.
Hong In Tae kembali ke kantornya dan menelpon seseorang, dia meminta orang yang ada di telepon untuk mencari tahu hubungan antara Kapten Cha Myung Jin dan Kapten Kim Yun Seong, dia meminta hal itu dengan penuh amarah. (sebuah misteri lagi dari sikap Hong In Tae, siapa itu Cha Myung Jin?)
Yang Mal Ja (bibinya Da Jin) melihat-lihat ke rumah Choi Ajussi, saat melihat Ppo Song datang bersama Choi Ajussi dia segera bersembunyi.
Sementara itu, Choi Ajussi tiba-tiba ingat pada Yang Mal Ja dan bertanya apakah dia sudah makan? Yang menjawab malah Ppo Song yang berkata dia sudah makan di sekolah nya. Choi Ajussi bertanya apa yang Ppo Song makan? Nasi, sup, lobak kimchi dan kari, jawab Ppo Song. Choi Ajussi takjub, mereka pun masuk kedalam rumah.
Bibi Yang melihat PPo Song sedang menggunamkan namanya dia sangat merindukan keponakannya. Ponselnya berdering, ternyata dari Penagih hutang. Bibi Yang pun berpura-pura bahwa mereka salah nomor.
Da Jin yang sedang kesal semakin kesal karena kopi yang diinginkannya dari mesin minuman tidak keluar. Dia pun mulai berperang dengan mesin itu. Dong Soo datang dan bertanya, mengapa Da Jin berkelahi dengan mesin penjual minuman? Da Jin berkata mesin itu memakan uangnya. Dong Soo berkomentar Mesin itu pasti sangat lapar, sampai uang 300 won pun dimakan. Da Jin berkata, sebaiknya Dong Soo jangan menambah bensin pada rumah yang akan terbakar.
Dong Soo sadar ada yang tidak beres dengan Da Jin, dia bertanya ada apa? Da Jin berkata Kapten Kim yun Seong pasti sudah gila karena mengambil ID Card dan ijin terbangnya. Da Jin tidak bisa melakukan penerbangannya dan Kapten Kim sama sekali tak mengangkat teleponnya. Dong Soo kaget dan berkata kenapa dia mengambil semua itu padahal dia tidak akan mendapatkan uang dari barang-barang itu.
Dong Soo lalu berpikir, apakah kemaren malam Da Jin tidak melakukan suatu kesalahan? Memukulnya? atau muntah di hadapannya? Da Jin mengingat-ngingat dan dia tidak yakin apakah dia melakukannya atau tidak melakukannya.
Da Jin mengambil kopi Dong Soo yang berhasil di ambilnya dari mesin minuman. Da Jin meringis karena kopi itu panas (ya iyalah, dia mengambil ujung atas gelasnya). Dong Soo mengeluh mengapa Da Jin begitu ceroboh.
Da Jin kesal pada Kim Yun Seong dan terus menggunamkan namanya dengan kesal hingga kopi panas yang dipegangnya tumpah dan mengenai tangannya. Da Jin teriak-teriak kepanasan. Dong Soo panik mencari sapu tangan tapi tidak menemukannya.
Akhirnya dia mengelap tangan Da Jin dengan jas nya. Da Jin merasa tidak nyaman menerima perlakuan Dong Soo. (Aigoo... Dong Soo terhadap Da Jin ini.. All for You banget yah.. apapun deh dilakuin demi Da Jin)
Pesawat Wings Air yang dikemudikan Yun Seong telah kembali ke Incheon. Tapi Yun Seong tak segera keluar dari Kokpit. Dia diam di kokpit dan merasakan betapa dia akan merindukan kokpit setalah dia mengundurkan diri. Dia mengenang saat Ayahnya mengajaknya duduk di kokpit, Yun Seong kecil berkata bahwa dia akan menjadi Pilot yang hebat seperti ayahnya. Yun Seong kecil silau terkena cahaya matahari, Ayahnya melepaskan topi pilotnya dan memakaikannya pada Yun Seong. Ayahnya bertanya You Have? Yun Seong menjawab I Have. Yun Seong tersenyum mengingat kembali kenangannya bersama Ayahnya.
Ji Won masuk ke dalam Kokpit lalu bertanya pada Yun Seong
Ji Won: "Apa kau yakin kau tidak akan menyesal? Dapatkah kau meninggalkan langit dan hidup tanpanya bahkan untuk satu hari?"
Yun Seong: "Han Da Jin juga sepertiku ... Dia ingin tau langit bahkan lebih dari aku. "
Ji Won: "Kalian dapat berbagi langit bersama-sama"
Yun Seong: "Kau tidak tau Han Da Jin.... Kami tidak pernah bisa terbang bersama-sama. Ini adalah metode terbaik. Han Da Jin, tolong jaga dia"
Ji Won: "Satu-satunya orang yang dapat membantunya ... adalah kau"
Heo Jae Soo memuji kepandaian Yun Seong dalam mendaratkan pesawat. Jae Soo bertanya bagaimana Yun Seong melakukannya? Yun Seong bukannya menjawab, dia malah memberikan ID Card dan Sertifikat Ijin Terbang Da Jin. Yun Seong meminta Jae Soo untuk mengembalikan itu pada Da Jin.
Jae Soo memberikan ID Card dan Sertifikat Ijin Terbang Da Jin, setelah Da jin minta maaf karena Jae Soo terpaksa menggantikan jadwal penerbangannya. Da Jin bertanya lalu kemana Kapten Kim Yun Seong. Jae Soo tak menjawab.
Yun Seong datang bersama para rombongan pramugari. Da Jin langsung mendatanginya. Dia menujukan ID Card nya dan bertanya apa alasan Yun Seong tidak ingin terbang bersamanya. Yun Seong berkata dia hanya tidak ingin. Da Jin bertanya apakah dia melakukan kesalahan, jika ia katakan saja. Da Jin tahu Yun Seong bukan orang yang seperti ini. Lebih baik Yun Seong membentak dan memarahinya dari pada seperti ini. Yun Seong tak peduli dan terus pergi.
Di hadapan semua orang yang ada di tempat itu, Da Jin berteriak. Dia meminta Yun Seong meminta maaf jika dia tidak bisa menjelaskan alasan mengapa Yun Seong membuang ID Card nya. Yun Seong pun berbalik dan mendekat ke arah Da Jin. Yun Seong berkata pada Da Jin dengan pelan dan penuh karisma: "Inilah mengapa Kau selalu ada di bawah, Kau tidak sadar bukan hanya kita berdua di tempat ini?"
Tanpa banyak bicara Yun Seong mengambil ID Card Da Jin dan membuangnya ke tempat sampah. Da Jin kaget dan mencari ID Cardnya di tempat sampah. Ji Won yang melihat itu, hanya bisa menatap miris pada Yun Seong dan Da Jin.
Dong Soo melihat Da Jin di depan tempat sampah ketika dia berhasil mengambil ID Cardnya. Dong Soo melihat ID Card Da Jin kotor, dia pun membersihkannya dengan lengan Jas nya (Aih... lagi-lagi All for You yah... Dong Soo-ya...)
Dong Soo melihat Yun Seong yang baru saja keluar pintu. Dia tahu apa yang terjadi pada Da Jin karena Yun Seong. Dia pun jadi kesal.
Di ruang ganti, Yun Seong masih memasang wajah dingin saat melepas topi seragamnya, namun hatinya serasa teriris setelah bersikap begitu kejam pada Da Jin. Akhirnya dia duduk di lantai kemudian mengambil tanda Kaptain yang biasa tersemat di bahunya. Yun Seong menatap tanda 4 strip kuning itu, pastinya dia sedih karena harus melepaskannya.
Dong Soo mengantar pulang Da jIn, dan bertanya haruskah dia membiarkan Yun Seong begitu saja? Da Jin berkata lebih baik Dong Soo mengkhawatirkan dirinya sendiri.
Da Jin masuk rumah dan menemukan bibinya sedang makan bersama Ppo Song dan Choi Ajussi. Dia menjadi begitu marah. Choi Ajussi membela Bibi Yang, bahwa dialah yang memaksanya untuk masuk. Da Jin tidak peduli, dia meminta bibinya pergi atau dia yang pergi. Bibi Yang berkata dia dengar Ppo Song sakit parah dan dia ingin menjaga Ppo Song, Da Jin tak peduli dan memanggil Ppo Song yang sepertinya tak ingin berpisah dengan bibinya, Da Jin memanggil Ppo Song dengan keras dan akhirnya bibinya yang menyuruhnya untuk mendekat pada Da Jin.
Dengan terpaksa Ppo Song pun mendekat ke arah Da Jin yang kemudian berkata jika bibi nya tidak pergi maka mereka yang akan pergi. Da Jin menyuruh Ppo Song untuk berganti pakaian. Ppo Song merajuk memohon Da Jin mengijinkan bibi nya untuk tinggal bersama mereka. Da Jin tak menggubris dan bersikeras jika bibinya tak mau pergi maka mereka yang akan pergi.
Da Jin pergi ke kamar dan membereskan pakaiannya, Choi Ajussi menyusul dan memberi nasihat untuk membiarkan bibinya tinggal bersama mereka, tapi Da Jin tidak mau seperti itu.
Bibi Yang akhirnya mengalah. Dia memutuskan untuk pergi. Ppo Song menangis dan menghalangi bibinya untuk pergi. Bibi Yang memberi nasihat pada Ppo Song agar dia mendengarkan apa yang dikatakan Eonnie nya dan Ppo Song harus banyak makan.
Choi Ajussi datang dan berkata dia akan mencoba membujuk Da Jin lagi. Bibi Yang sudah memantapkan hati, Da Jin benar, dialah satu-satunya orang yang harus pergi dari sini.
Tuan Kang dan Dong So sedang membeli pakaian untuk Ppo Song. Dong Soo bertanya mengapa ayahnya harus membelikan baju untuk Ppo Song. Ayahnya berkomentar bahwa itu dia lakukan untuk membantu Dong Soo untuk mendapatkan hati Da Jin. Jika ayahnya begitu pandai mendapatkan hati wanita mengapa sampai sekarang masih sendiri. Ayahnya bilang itu terjadi karena dia belum menemukan wanita yang tepat.
Ayahnya mengajak Dong Soo untuk berburu pakaian bersama para Ahjuma. Tuan Kang memilih sebuah baju untuk wanita dewasa yang benar-benar disukainya. Dong Soo berkomentar baju itu tidak cocok untuk Ppo Song, semua baju di sana adalah untuk Ahjuma. Saat dia akan menyimpan kembali baju itu ke tempatnya ada tangan yang memegang baju itu, Tuan Kang tidak merelakan baju itu, namun saat melihat siapa yang memegangnya dia sangat terpana.
Bibi Yang lah yang memegang baju tersebut. Bibi Yang bertanya apakah Tuan Kang akan membeli baju itu? Tuan Kang menggeleng dan merelakan baju itu. Bibi Yang tersenyum pada tuan Kang yang membuatnya semakin terpesona pada nya. Setelah Bibi Yang pergi, tuan Kang tetap menatapnya yang pergi untuk membayar baju tersebut.
Mi Joo mendatangi rumah Yun Seong, dia berkata dia tidak bisa menerima surat pengunduran diri Yun Seong, itu pasti karena Ayahnya kan? Yun Seong berkata itu karena dirinya sendiri. Mi Joo berpendapat Ayahnya sama sekali tidak membenci Yun Seong. Sepertinya Yun Seong paham, Hong In Tae sangat merasa tidak nyaman padanya. Mi Joo berkata, pengunduran diri Yun Seong terlalu berlebihan. Tapi Yun Seong ingin istirahat. Mi Joo tersenyum dan berkata dia akan memberikan Yun Seong Liburan dan akan menunggu, Mi Joo berharap Yun Seong segera kembali.
Da Jin mendengar Yun Seong yang diberi liburan dari manager yang marah-marah karena harus menggantikan jadwal-jadwal penerbangan Yun Seong dengan Kapten Pilot lainnya. Da Jin sepertinya tidak terlalu nyaman mendengar berita ini, apalagi petugas pengatur jadwal berkata jika Yun Seong diber liburan karena perasaannya sedang tidak baik.
Yun Seong menghabiskan liburannya dengan pergi ke atas gunung untuk pergi ke sebuah Kuil. Hmmm sepertinya Yun Seong ingin melakukan pengakuan Dosa.
Da Jin mendatangi rumah Yun Seong dan bertemu dengan Mi Joo yang bertanya apa yang dilakukan Da Jin di rumah Yun Seong? Da Jin bertanya apa yang membawa Mi Joo datang ke sini? Mi Joo berkata rumahnya dekat sini, dan bertanya kembali apa yang dilakukan Da Jin di depan rumah Yun Seong? Apakah ada yang Da Jin butuhkan dari ‘Oppa’ nya? Da Jin kaget dengan sebutan Oppa Mi Joo pada Yun Seong.
Da Jin pun mengatakan dia harus mendapatkan maaf dari Yun Seong. Mi Joo bertanya Maaf untuk apa? Da Jin menjelaskan bahwa Yun Seong telah mengambil ID Card dan sertifikat terbangnya, sehingga dia tidak bisa pergi. Mi Joo heran, apa benar Oppa nya melakukan itu? Da Jin membenarkan dan berkata jika Mi Joo bertemu Yun Seong katakan jika dirinya datang mencarinya.
Da Jin pun pamit meninggalkan Mi Joo yang masih keheranan atas tingkah laku Yun Seong terhadap Da Jin. Sementara itu Da Jin juga kebingungan dengan panggilan Mi Joo terhadap Yun Seong, "Oppa?"
Yun Seong terus berjalan di gunung hingga malam tiba. Dia berjalan hingga kelelahan dan sempat beberapa kali terjatuh. Saat tak tahan lagi dia terjatuh karena kakinya tersandung dia pun berbaring diatas dedaunan kering dan menatap langit yang terhalang pohon-pohon tinggi yang menjulang.
Yun Seong teringat pada insiden kecelakaan 7 tahun lalu, tangisan Ji Won dan ekspresi wajah penuh kebencian Da Jin saat pemakaman ibunya. Wajah tersenyum Da Jin, pertemuan pertama mereka di Ausie dan juga kata-kata Da Jin bahwa dia sangat mencintai langit dan sangat ingin menjadi Pilot yang hebat seperti ayahnya. (Haduhhh... OSTnya sedih banget... It’s Cold~Song Ji Eun)
Yun Seong akhirnya sampai di Kuil dan menyembah payung budha puluhan kali sambil teringat kata-kata Da Jin saat gadis itu banyak minum di hari peringatan kematian ibunya. Bahwa karena orang itu (yang Da Jin maksud adalah Ji Won, namun Yun Seong merasa dirinya juga ikut andil) Da Jin kehilangan orang-orang yang dicintainya. Yun Seong terus melakukan gerakan penyembahannya hingga kelelahan.
Pulang dari Kuil, Yun Seong berdiri di rumah Choi Ajussi tempat Da Jin tinggal, dia menatap rumah itu penuh rasa bersalah. Hingga dia mendengar Ppo Song memanggilnya, "Penguin Ajussi" Yun Seong melihat Ppo Song yang berlari ke arahnya dengan penuh senyuman. (Aigoo... Ppo Song-a.. berapa lama nih ga ketemu Ajussi.. kayaknya seneng banget bisa ketemu yah)
Ppo Song diam di depan Yun Seong, dia bertanya apakah Yun Seong datang mengunjungi mereka? Apakah Yun Seong datang untuk bertemu dengannya? Bukannya menjawab. Yun Seong malah berjongkok mensejajarkan posisinya dengan Ppo Song. Yun Seong bertanya mengapa Ppo Song menunggu di luar? Ppo Song berkata, Eonnie nya belum pulang sementara dia harus membeli Krayon berwarna kuning dan merah. Yun Seong berkata Eonnie nya akan segera datang, tidak seharusnya menunggu di luar.
Ppo Song melihat wajah pucat Yun Seong dan bertanya apakah Ajussi nya itu sakit? Ppo Song menyentuh kening Yun Seong membuat Yun Seong sedikit bergidik. Ppo Song berkata, jika dia meniupnya maka Yun Seong akan segera sembuh. Kemudian Ppo Song pun meniup kening Yun Seong, sementara Yun Seong menatapnya dengan penuh kesedihan dan rasa bersalah.
Ppo Song berhenti meniup, Yun Seong masih menatapnya hingga akhirnya Ppo Song berseru "Kapten..." dan berlari ke arah Da Jin datang. Yun Seong segera berdiri sementara Da Jin menyambut Ppo Song dan bertanya mengapa Ppo Song menunggu di luar. Da Jin kaget saat melihat keberadaan Yun Seong.
Mereka saling menatap, hingga Da Jin bertanya: "Bagaimana liburanmu, Kapten?" Yun Seong tak menjawab. Dia malah mendekat ke arah Da Jin dan Ppo Song lalu mengajak Da Jin pergi. Da Jin bingung. Yun Seong bertanya pada Ppo Song, "Krayon warna merah dan kuning kan?" Ppo Song mengangguk penuh semangat.
Ppo Song sedang menggambar Pinguin bersama Choi Ajussi, Dong Soo datang dan Ppo Song menyambutnya dengan gembira "Oppa 300 won!" Dong Soo memberikan Ppo Song permen membuat gadis kecil itu kegirangan. Choi Ajussi berkata Da Jin tidak ada dirumah. Mata Dong Soo seolah bertanya kemana? Ppo Song menjawab bawa Eonnie nya sedang ke toko untuk membeli krayon untuk nya bersama Penguin Ajussi. Mendengar kata-kata Ppo Song, tanpa pikir panjang Dong Soo segera keluar rumah. Choi Ajussi berkomentar: "Hari ini seperti hari lainnya, dia selalu selangkah dibelakang"
Da Jin dan Yun Seong sampai di toko yang mereka tuju. Da Jin terpana saat melihat para wanita yang menari untuk mempromosikan suatu Toko, dia melihat Bibinya disana sedang menari dengan lincahnya dengan memakai baju yang baru dibelinya saat bertemu dengan Tuan Kang dan Dong Soo. Da Jin bergunam, " Aku tidak bisa hidup tenang" Yun Seong mendengar hal itu dan melihat ke arah yang dilihat Da Jin. Yun Seong bertanya apakah dia seseorang yang Da Jin kenal. Dengan jujur Da Jin berkata wanita itu adalah bibinya.
Bibi Da Jin sangat tidak beruntung hari ini, karena dia ditemukan oleh penagih hutang yang mengejar-ngejarnya untuk menagih hutang. Da Jin tidak bisa tinggal diam melihat hal itu. Dia bertanya dengan lantang apa yang sedang dilakukan oleh penagih hutang dan anak buahnya itu. Penagih hutang malah kesenangan melihat Da Jin dan berkata dia sudah lama mencari mereka. Yun Seong pun tak bisa tinggal diam dan bertanya apa mau penagih hutang?
Penagih hutang malah menyuruhnya pergi, namun Bibi Da Jin yang berhasil melepaskan diri dari tangkapan anak buah Penagih hutang berlari ke belakang Yun Seong dan memanggil Yun Seong dengan sebutan "Detektif Kim" ini tentu saja membuat Penagih hutang dan anak buahnya sempat agak lengah, namun mereka tak peduli dan mendorong Da Jin dan Bibi Yang.
Da Jin hampir saja terjatuh, untungnya Yun Seong segera menahannya. Da Jin kaget dengan perilaku Kaptennya. Yun Seong menyuruh Da Jin diam di belakang bersama bibinya. Yun Seong menghadapi para penagih hutang itu sendirian.
Anak buah penagih hutang menyerangnya, Yun Seong sempat beberapa kali menyerang dan terdesak. Saat dia sedang menyerang salah satu anak buah penagih hutang, anak buah yang lainnya membawa balok Kayu dan memukul kepala Yun Seong. Da Jin kaget melihatnya, apalagi Yun Seong pun akhirnya tumbang dan tak sadarkan diri.
Apakah yang akan terjadi pada Yun Seong?
Kim Yoon Sung melawan beberapa rentenir seorang diri. Tepat saat itu Dong Soo datang. Salah satu anak buah bos rentenir mengambil kayu dan memukulkan ke kepala Yoon Sung (kepala atau punggung ya?) yang pasti pukulan ini membuat Yoon Sung tak sadarkan diri.
Yoon Sung pun dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan terhadap kemungkinan yang terjadi. Da Jin menunggu di ruang tunggu. Dokter berkata pada Da Jin bahwa tak ada hal yang serius terhadap Yoon Sung.
Da Jin sangat bersyukur kalau semuanya baik-baik saja. Yoon Sung ingin tahu yang terjadi tadi itu apa. Da Jin menceritakan kalau dulu Bibi-nya seorang penyanyi tapi dia tertipu hingga akhirnya menjual rumah dan hidupnya menjadi susah.
Yoon Sung bertanya apa yang Da Jin lakukan selama ini sampai keadaannya jadi parah. Dengan kehidupan yang kacau seperti itu apa Da Jin pikir bisa terbang dengan baik. Da Jin berkata kalau ia sudah berusaha untuk menyelesaikan masalah, ini juga sulit untuknya dan ini juga bukan salahnya. Ia benar-benar sudah berusaha keras. Yoon Sung berkata kalau Da Jin pasti bisa mengatasi semua kesulitan ini.
Di parkiran rumah sakit Dong Soo dan Bibi Yang menunggu. Bibi mengamati mobil Dong Soo kemudian beralih menatap pemuda ini. Bibi Yang menebak kalau Dong Soo memiliki hubungan khusus dengan Da Jin. Dong Soo bilang kalau saat ini ia belum memiliki hubungan apa-apa dengan Da Jin.
Dong Soo ingin tahu berapa jumlah hutang yang harus Bibi Yang bayar. Bibi Yang bilang kalau bunga hutangnya selalu berlipat ganda. Ia sadar kalau sudah menyusahkan keponakan-keponakannya.
Yoon Sung dan Da Jin datang. Bibi Yang dan Dong Soo langsung menghampiri keduanya. Bukannya menanyakan keadaan Yoon Sung yang tadi terkena pukul, Dong Soo malah bertanya pada Da Jin apa baik-baik saja. Da Jin mengangguk kalau ia baik-baik saja.
Da Jin melirik ke Bibinya. Bibi Yang merasa tak enak bertanya bagaimana ia bisa membalas kebaikan Yoon Sung. Ia menawarkan bagaimana kalau biaya pengobatannya ia yang bayar. Yoon Sung bilang tak perlu.
Da Jin menyindir Bibinya mau bayar pakai apa, Hutang lagi. Bibi Yang langsung terdiam. Dong Soo berterima kasih pada Yoon Sung karena sudah menyelamatkan Da Jin. Ia menawarkan apa Yoon Sung perlu diantar pulang. Yoon Sung menolak ia akan naik taksi saja. Da Jin mengucapkan terima kasih pada kaptennya untuk apa yang dilakukan Sang Kapten hari ini.
Dong Soo mengantar Da Jin dan Bibi pulang ke rumah Paman Choi. Ia berpesan agar Da Jin segera beristirahat. Bibi berterima kasih pada Dong Soo. Dong Soo akan pamit pulang. Sebelum Dong Soo pergi Da Jin mengucapkan ‘Go Cham See Eh’. Dong Soo tersenyum senang dan mengucapkan 'Go Cham See Eh' juga pada Da Jin.
Yes... di dalam mobil Dong Soo kegirangan hehe.
Setelah Dong Soo pergi Da Jin menatap kesal Bibinya. Ia mengatakan kalau ia sudah menggunakan uang muka rumah untuk melunasi hutang Bibi Yang dan sekarang apa lagi yang bisa digunakan untuk membayar hutang. Bibi Yang bilang kalau yang dulu itu hanya untuk hutang pokoknya saja dan masih ada bunga yang harus dibayar. Bibi berjanji ia akan segera melunasinya jadi Da Jin tak perlu khawatir.
Da Jin: "Bagaimana melunasinya? Apa dengan menjualku?"
Da Jin tak mengerti apa hanya mimpi Bibinya saja yang terpenting. Bagaimana dengan mimpinya dan juga mimpi Ppo Song. Demi mencapai impian Bibi sebagai penyanyi apa harus mengacaukan impian dirinya dan Ppo Song. Bibi Yang berkata kalau ia menjadi penyanyi terkenal ia dan Da Jin tak akan kesusahan lagi dan bisa hidup bahagia.
Da Jin berkata kalau ia ingin hidup bahagia sekarang, "Kau satu-satunya keluargaku tapi kenapa kau selalu membuat masalah?" Da Jin lelah karena selalu saja seperti ini. Ia kesal dan meninggikan suaranya kalau ia sudah lelah dengan semua ini.
Dong Soo menemui ayahnya. Tanpa basa-basi Dong Soo langsung menodong ayahnya, "Kalau memang ayah sudah menyiapkan warisan untukku bagaimana kalau memberikannya padaku sekarang." (wahaha minta warisan di muka)
Paman Kang menilai kalau putranya pasti baru saja membuat masalah. Dong Soo membenarkan kalau ia sedang terkena masalah.
Paman Kang bertanya berapa berat badan Dong Soo. Dong Soo menjawab kalau berat badannya sekitar 70 Kg. Paman Kang mengira-ngira, "Harga besi 800 won/kg. 7 x 8 = 56. Jadi 56.000 won." (hahaha)
Dong Soo kesal karena ia disamakan dengan besi bekas. Paman Kang berkata kalau tak ada yang lebih adil daripada mematok harga besi bekas karena besi-besi ini dihargai sesuai dengan kondisinya. "Kau ini memang ada masalah atau hanya mau uangku saja? Anak-anak seharusnya berkorban untuk mengisi kantong orang tuanya. Itu baru namanya anak berbakti."
"Lupakan saja!" Dong Soo kesal. Ia meninggalkan ayahnya. Paman Kang berteriak karena Dong Soo putranya maka ia menyamakan Dong Soo dengan besi bekas, kalau saja Dong Soo itu produk gagal nilai Dong Soo bahkan tak akan sampai 10.000 won. (haha)
Han Da Jin mengingat perbincangannya dengan Yoon Sung di rumah sakit tadi. Dengan kehidupan yang kacau apa kau pikir bisa terbang dengan baik? Da Jin menutup rapat seluruh tubuhnya dengan selimut, Bibi Yang masuk ke kamar, ia melihat di lantai ada kasur. Ia ke tempat tidur Da Jin dan Ppo Song. Ia membetulkan letak kaki Ppo Song dan menyelimutinya dengan benar.
Da Jin membuka selimut dan langsung bangun membuat Bibi Yang terperanjat kaget. Da Jin menatap bibinya dengan tatapan galak. Da Jin berkata kalau bibinya ini selalu lari dan sembunyi, apa seperti itu caranya seseorang menjalani hidup. Bibi berkata apapun alasan yang ia katakan semuanya akan percuma. Ia minta izin untuk tidur di sini apa Da Jin membolehkannya.
Da Jin menatap sebal. Bibi mengerti ia akan keluar tapi Da Jin tiba-tiba berkata kalau ibunya selalu bilang orang itu harus tidur di rumah memangnya bibi mau pergi kemana. Da Jin mengizinkan Bibinya tidur disini. Ia langsung merebahkan tubuhnya kembali. Bibi terharu dan mengucapkan terima kasih. Da Jin tersenyum.
Yoon Sung melamun di rumahnya, ia mengingat ucapan Da Jin tadi kalau Da Jin juga sulit menghadapi semuanya dan sudah berusaha keras.
Presdir Wings Air bertanya pada wakil Presdir Hong tentang rencana pelatihan khusus, ia ingin pelatihan tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya karena ia mendengar kali ini banyak yang mendaftar menjadi kapten. Wk Presdir berkata kalau para co-pilot sangat memerlukan pelatihan khusus. Presdir menyarankan yang mengajar juga tak boleh sembarangan orang. Ia bertanya pada Mi Joo siapa kandidat pelatih yang direkomendasikan. Mi Joo merekomendasikan Kapten Kim Yoon Sung. Tapi Wakil Presdir tak setuju karena Kapten Kim tak ikut berpartisipasi. Ia menyarankan agar Presdir menerima pengunduran diri Kapten Kim.
Orang yang sedang dibicarakan pun tiba. Yoon Sung minta maaf karena sudah merepotkan. Wakil Presdir berkata bukankah Yoon Sung sendiri yang ingin keluar kenapa kembali lagi. Yoon Sung minta izin ia ingin menarik kembali pengunduran dirinya. Wakil Presdir Hong mencibir kalau Yoon Sung ini tak memiliki tanggung jawab. Presdir membenarkan ia sudah salah menilai Yoon Sung.
Yoon Sung menunduk minta maaf dan meminta agar dirinya diberi kesempatan sekali lagi. Wakil Presdir mengingatkan Presdir agar jangan menganggap enteng masalah ini karena ini bisa menjadi contoh buruk. Mi Joo berkata mumpung Kapten Kim sudah kembali ia meminta Presdir memberi kesempatan. Presdir merasa kalau saran Mi Joo masuk akal.
Yoon Sung berkata kalau tawaran untuk menjadi instruktur pelatihan khusus ia akan menerimanya. Wakil Presdir jelas tak suka, ia menilai kalau Yoon Sung benar-benar tak tahu malu karena jabatan itu bukan diperuntukan bagi orang yang tak memiliki tanggung jawab seperti Yoon Sung.
Presdir mengerti dan berkata kalau pengangkatan ini ia jadikan sebagai hukuman bagi Yoon Sung karena kurang bertanggung jawab. Mi Joo tersenyum dan berkata kalau keputusan Presdir sangat bijaksana. Presdir bertanya apa wakil Presdir setuju.
Wakil Presdir Hong mau tak mau harus menerima kembali Yoon Sung. Kapten Kim Yoon Sung akan memikul tanggung jawab atas pelatihan khusus. Yoon Sung permisi karena ia banyak tugas, sebelum pergi tak lupa ia mengucapkan terima kasih. Mi Joo menyusul Yoon Sung keluar.
Mi Joo berkata kalau ia mengkhawatirkan Yoon Sung. Yoon Sung minta maaf. Mi Joo menunjukan dan merobek surat pengunduran diri Yoon Sung. Mi Joo berkata alasan Yoon Sung kembali itu tak penting baginya. Mi Joo memeluk Yoon Sung, "Selamat datang kembali, Kak." Yoon Sung melepas pelukan Mi Joo dan berlalu.
Wakil Presdir Hong bertanya pada Ketua Tim kenapa dulu Yoon Sung pergi ke Australia. Ketua Tim belum tahu alasannya tapi ia mengetahui kalau Yoon Sung berhenti menjadi pilot 7 tahun yang lalu dan bekerja di ruangan pendingin di Australia. Wakil Presdir Hong heran.
Ketua Tim mengatakan kalau ia mendengar informasi bahwa Yoon Sung bekerja sebagai buruh. Ketua Tim ingin tahu kenapa Wakil Presdir penasaran tentang hal ini. Wakil Presdir Hong menatap tajam, "Apa kau bertanya padaku?" Ketua Tim langsung menunduk dan berkata kalau ia akan menyelidiki kapten Kim Yoon Sung.
Wakil Presdir Hong bertanya-tanya kalau 7 tahun lalu Kim Yoon Sung keluar dari pilot kira-kira kenapa dia kembali. Ia meminta Ketua Tim agar melaporkan semua yang berhubungan dengan Kim Yoon Sung padanya. Ketua Tim mengerti dan segera keluar dari ruangan Wakil Presdir Hong. Wakil Presdir Hong In Tae berfikir pasti ada sesuatu yang terjadi.
Sebelum melaksanakan penerbangan Kapten Kim Yoon Sung dan Wakil kapten Han Da Jin melakukan briefing dengan Tim pramugari. Yang bersama mereka adalah tim yang dipimpin oleh Choi Ji Won. Untuk penerbangan kali ini rutenya menuju ke Jeju menggunakan Wings Air 323.
Kapten Kim Yoon Sung menjelaskan tentang kondisi cuaca yang berawan dan itu kemungkinan akan terjadi turbulensi. Penumpang mereka kali ini kebanyakan siswa-siswi SMA yang sedang bertamasya untuk merayakan kelulusan. Ia meminta kerja sama agar menjaga situasi supaya tetap tenang.
Penumpang pun satu persatu mulai memenuhi kabin. Ada satu siswi yang sepertinya siswa pendiam dan ada dua orang siswi yang mencibir siswi tersebut.
Siswi yang pendiam itu disenggol secara sengaja oleh dua orang siswi yang lain hingga bukunya terjatuh. Ia akan mengambil bukunya tapi dua siswi sombong itu malah menendang dan mengambil bukunya.
Siswi yang pendiam itu meminta bukunya. Tapi bukannya diberikan kedua siswi itu malah mengoper buku dan membuangnya. Siswi itu berusaha untuk tak terpancing emosi ia mengambil bukunya tapi siswi sombong berjaket pink malah mendorongnya hingga terjatuh.
Da Jin melihat kejadian ini dan menolong siswi yang terjatuh tadi. Da Jin mengingatkan kalau mereka berdua tak sepantasnya melakukan hal ini pada teman sendiri. Kedua siswi sombong itu berkata kalau siswi itu bukan temannya.
Kedua siswi sombong berjalan menginjak buku. Da Jin berkata kalau ia Wakil kapten yang akan menerbangkan pesawat ini. Kedua siswi tersebut malah mencibir, "Ternyata supir pesawat."
Da Jin berusaha tersenyum dan meminta tolong agar mereka jangan mengganggu teman dan sebaiknya segera ke tempat duduk masing-masing. Siswi sombong itu bertanya apa Da Jin melihatnya mengganggu teman. Siswi yang pendiam itu akan mengambil buku yang masih di lantai tapi kaki siswi yang sombong itu menahan dengan cara menginjaknya.
Da Jin melihat ini sudah keterlaluan ia menahan siswi yang sombong itu dan membuat kaca cermin yang dibawa siswi itu terjatuh dan pecah. Ji Won melihat keributan ini. Da Jin berkata kalau siswi itu memiliki wajah yang cantik dan seharusnya memiliki hati yang cantik juga. Siswi itu marah karena kaca cerminnya pecah, "Apa kau tahu berapa harganya?"
Da Jin menilai kalau siswi tersebut seharusnya minta maaf. Siswi yang pendiam itu berdiri dan berkata pada Da Jin tak perlu ikut campur urusan orang lain dan mengumpat. Ia pun kembali ke tempat duduknya.
Da Jin membereskan pecahan kaca. Manajer Choi Ji Won membantu membersihkannya dan berkata kalau anak-anak seumuran mereka memang seperti itu jadi Da Jin tak perlu ikut campur. Da Jin menatap tajam Ji Won, "Apa kau sedang bicara denganku?" Da Jin meninggalkan Ji Won dan kembali ke kokpit.
Kapten Kim dan wakil kapten Han sudah berada di kokpit. Yoon Sung menanyakan kenapa Da Jin tak menyapanya. Da Jin mengatakan ‘Halo’ dengan malas dan pelan.
Yoon Sung meminta Da Jin mengucapkannya dengan jelas. Da Jin menoleh menatap Yoon Sung, "Halo kapten!" sapa Da Jin dengan suara lebih jelas namun kesal. Da Jin merasa kalau Yoon Sung seharusnya minta maaf padanya karena mengambil sertifikat penerbangannya hingga ia tak bisa terbang. Ia juga tak suka Yoon Sung ikut campur dalam urusan pribadinya.
Yoon Sung: "Aku tak mau terbang bersamamu lalu kau ingin aku minta maaf hanya gara-gara itu?"
Da Jin merasa senang tapi sekaligus kesal kalau terbang bersama Yoon Sung tapi ia tak punya pilihan lain karena harus bekerja, "Kapten. Kau jangan mencampuri urusanku lagi!"
"Aku tak mencampuri urusan pribadimu," ucap Yoon Sung membuat Da Jin menarik nafas kesal.
Ji Won memberi tahu kalau penumpang sudah lengkap semua. Yoon Sung menyuruh Da Jin minta izin lepas landas. "Roger!" ucap Da Jin mengikuti perintah kaptennya.
Da Jin pun menghubungi menara pengawas untuk minta izin lepas landas. Pihak menara pengawas menerima laporan dan mengizinkan terbang dari runway (landasan terbang) sebelah kiri dengan ragu-ragu. Da Jin mengerti dan menjawab sebelah kanan (wahaha salah) Yoon Sung tanya kanan atau kiri. Da Jin menjawab kanan. Yoon Sung menyuruh Da Jin bertanya lagi pada pihak pengawas menara. Da Jin pun bertanya untuk mengkonfirmasi dan jawaban dari pihak tower adalah sebelah kanan. Tapi Yoon Sung meminta dipastikan lagi. Da Jin meyakinkan kalau dari pihak tower sebelah kanan. Yoon Sung ngotot meminta memeriksa lagi dengan benar.
Dong Soo mendengar percekcokan ini dan menghampiri petugas yang menerima laporan dari Da Jin. Ia langsung bertanya pada bawahannya tangan mana yang digunakan untuk makan. Bawahannya langsung mengangkat tangan kanannya.
Dong Soo kesal, "Besok-besok makan dengan tangan kiri." Kata Dong Soo. Dong Soo pun mengkonformasi untuk runway di sebelah kiri. Da Jin yang mendengar itu langsung meralat pada Yoon Sung dan minta maaf.
Yoon Sung jelas marah, "Permintaan maafmu tak bisa menghidupkan kembali penumpang yang mati. Jangan membawa masalah pribadimu ke dalam kokpit. Kalau tak bisa lebih baik tak usah pegang kendali pesawat." Suara Yoon Sung meninggi, "Meskipun kau ini yang terburuk paling tidak kau harus tetap berusaha melakukan yang terbaik. Kalau tidak, kau akan tetap menjadi yang paling buruk."
Da Jin heran kenapa Yoon Sung selalu marah-marah padanya.
"Apa?" Bentak Yoon Sung.
Dan percekcokan di kokpit ini didengar oleh pihak menara pengawas. Dong Soo meminta keduanya mematikan saluran frekuensi kalau mau berdebat. Da Jin minta maaf dan mematikan saluran frekuensi. Yoon Sung berkata kalau Da Jin minta maaf seperti itu sama artinya dengan mengakui kalau Da Jin itu memang buruk.
Pesawat pun lepas landas. Pramugari mulai melayani penumpang. Ji Won bertanya pada siswi yang pendiam ingin minum apa. Siswi itu tak menjawab hanya membetulkan letak bukunya yang sobek, sebuah buku catatan dengan gambar pesawat.
Ji Won mengambilkan jus, siswi itu akan mengambilnya tapi kedua siswi yang sombong tadi menyenggol dengan sengaja dan minuman itu pun membasahi buku milik siswi itu. Kedua siswi sombong minta maaf tapi kemudian tertawa. (ah nyebelin banget nih dua anak)
Ji Won mengambil tisu dan membersihkan tumpahan jus. Siswi itu diam saja menahan perlakukan kedua temannya yang sombong (mungkin dia orang ga punya jadi diperlakukan kayak gitu sama temannya)
Da Jin berada di toilet membasuh wajahnya.
Siswi itu beranjak dari tempat duduknya ia akan ke toilet. Dua siswi yang sombong bergumam, "Mau kemana dia, sangat menyebalkan." Da Jin meminta air dingin pada pramugari. Da Jin melihat siswi itu berdiri sendirian di depan toilet sambil memeluk buku catatan yang memuat gambar pesawat. Gadis remaja itu tampak terdiam. Usai menerima dan meminum air Da Jin mendekatinya.
Da Jin menebak kalau siswi itu menyukai pesawat karena ia juga menyukai pesawat. "Bagaimana pesawat bisa terbang di langit? Karena ada orang yang benar-benar percaya kalau itu mungkin."
Siswi itu berkata kalau dirinya ingin menjadi pilot yang keren seperti Da Jin. Tapi ia tak bisa apa-apa, setiap hari ia selalu ditindas teman-temannya. Pintu toilet terbuka, siswi itu permisi dan minta maaf tentang kejadian tadi.
Di kokpit kapten Kim Yoon Sung akan memberikan pengumuman kepada para penumpang. Da Jin meminta izin ia yang akan menyampaikan pengumuman untuk para penumpang. Yoon Sung awalnya ragu tapi Da Jin memohon.
Yoon Sung pun membolehkannya, "You have!"
Da Jin tersenyum senang, "I have!" jawabnya.
Da Jin mengambil cacatan yang akan ia umumkan pada penumpang. Pengumuman yang bersifat umum seperti biasanya. Sapaan pada para penumpang, memberitahukan letak ketinggian dan kecepatan pesawat dan berapa lama lagi mereka akan sampai di Jeju dan juga memberitahukan cuaca di tempat tujuan.
Usai menyampaikan pengumuman itu Da Jin mengucapkan pengumuman yang berisi kata-kata motivasi pada siswa-siswi yang melakukan perjalanan wisata ke Jeju.
"Para siswa sekalian apa mimpi kalian?"
Yoon Sung terkejut dengan pengumuman yang disampaikan Da Jin.
"Kalian mungkin ingin menyerah pada mimpi kalian karena kesulitan yang kalian hadapi. Kalau kalian sedang mengalami masa-masa itu, majulah perlahan-lahan tapi jangan mundur. Tentu saja impian kalian itu terasa masih jauh dari sekarang. Tapi kalau kalian terus maju menuju impian maka suatu hari kalian akan bisa meraih mimpi kalian.
Lihatlah keluar, kalau kalian merasa sedih atau stres kalian bisa melempar semua perasaan itu ke langit. Aku berharap kalian bisa menikmati penerbangan ini."
"Ya..." sahut para siswa serempak. Ji Won dan pramugari lain tersenyum.
"Dan untuk siswa laki-laki tolong jangan mengambil foto kakak cantik dengan Hp-mu lebih baik kalian ambil gambar diri kalian sendiri untuk kenang-kenangan karena penampilan kalian sekarang ini adalah yang tercantik dan tertampan."
Para pramugari menoleh ke beberapa siswa laki-laki yang sedang asyik memotret haha. (emangnya hape boleh diaktifin ya?)
Da Jin mengajak para siswa mengucapkan kata semangat.
Para siswa mengikuti ajakan Da Jin. Mereka mengucapkan kata ‘semangat’ suasana pun menjadi riuh karena semangat mereka.
Dua siswi sombong itu malah mencibir, "Uh semangat apaan sih?"
Tapi siswi yang bercita-cita menjadi pilot tersenyum senang dan mengucapkan semangat dengan suara pelannya.
Da Jin menyudahi pengumumannya. Yoon Sung mengingatkan kalau yang namanya pengumuman itu untuk penumpang bukan pengumuman secara pribadi. Kalau tindakan Da Jin seperti itu lebih baik berhenti menjadi pilot dan menjadi DJ saja.
Da Jin tersenyum dan berkata kalau cuacanya selalu berbeda. Setiap hari para penumpang pasti bosan mendengar pengumuman yang sama. Meskipun hanya ada satu penumpang yang mendengarkan pengumumannya ia akan terus membuat pengumuman seperti tadi, "Kapten kau juga harus semangat." Kata Da Jin sambil tertawa-tawa.
Pesawat pun mendarat di Jeju. Ji Won memberikan kaca cermin pengganti kepada siswi sombong yang kaca cerminnya pecah. Siswi itu berkata kalau kaca cerminnya lebih mahal daripada kaca cermin pengganti dari Ji Won. Ji Won tersenyum berkata kalau kaca cermin ini akan membuat hati menjadi lebih cantik. Siswi itu mengambilnya secara kasar.
Siswi yang bercita-cita menjadi pilot sepertinya enggan keluar dari pesawat, ia terus melihat kesana kemari sebelum keluar.
Sebelum siswi itu pergi Da Jin memanggilnya. Ia memberikan sebuah buku pada siswi tesebut. Da Jin mengatakan kalau buku ini berisi catatan pribadinya. Ia tak memberikan buku ini pada sembarang orang. Siswi tersebut membuka tiap lembar buku catatan Da Jin, ternyata itu buku catatan tentang pesawat. Da Jin berpesan kalau keduanya harus bertemu lagi disini. Siswi itu tersenyum senang.
Kang Dong Soo berlari cepat mengejar Yoon Sung dan Da Jin yang baru tiba dari Jeju. "Kapten Kim Yoon Sung!" panggil Dong Soo.
Dong Soo berkata bukankah sudah menjadi aturan standar kalau suasana hati pilot sangat mempengaruhi penerbangan. Kalau menurut Yoon Sung suasana hati kapten penting maka suasana hati Wakil Kapten Han Da Jin juga sama pentingnya. Dong Soo mengungkit perdebatan antara Yoon Sung dan Da Jin sebelum penerbangan ke Jeju tadi.
Yoon Sung mengatakan kalau suasana hati Wakil Kapten Han Da Jin berada di bawah standar. Dong Soo berkata kalau siapapun bisa berbuat kesalahan. Da Jin mengerti kalau yang tadi itu kesalahannya, ia minta maaf.
Yoon Sung mengingatkan bahwa tak boleh ada kesalahan di dalam kokpit. Ini sama seperti kontrol lalu lintas pesawat yang menjadi tanggung jawab Dong Soo. Kesalahan sepersekian detik bisa berakibat fatal.
Yoon Sung akan pergi tapi Dong Soo bertanya apa Yoon Sung tak pernah sekalipun membuat kesalahan dan itu membuat langkah Yoon Sung terhenti. Yoon Sung berbalik menatap Dong Soo.
Dong Soo kembali bertanya apa Yoon Sung langsung mahir sejak pertama kali mengendalikan pesawat. Da Jin merasa kalau perdebatan ini tak akan ada ujungnya ia melerai dan mengaku kalau ia yang salah dan akan bertanggung jawab, ia minta maaf.
Dong Soo membentak kenapa Da Jin terus meminta maaf. Hal itu membuatnya tambah kesal dan meninggalkan keduanya. Yoon Sung menyahut kalau Dong Soo dan Da Jin sama saja. Ia pun meninggalkan Da Jin yang berdiri sendirian disana menghela nafas panjang.
Paman Choi pulang bersama dengan Dong Soo. Dong Soo membawa bossam (daging kukus yang dibungkus sayuran) Bibi Yang dan Ppo Song senang menerimanya. Tapi Bibi Yang bilang kalau ia sedang diet. Dong Soo tanya dimana Da Jin.
Da Jin berada di kamar tengah belajar. Dong Soo membuka pintu dan memainkan mainan anak-anak untuk mencari perhatian Da Jin. Tapi Da Jin mengabaikannya. Dong Soo menyahut kalau ia datang tapi Da Jin cuek padanya. Dong Soo membawakan makanan kesukaan Da Jin yang ia bawa. Ia meminta Da Jin mencobanya.
Dong Soo bertanya kenapa Da Jin belajar. Da Jin tak menjawab ia hanya bilang kalau Dong Soo jangan ikut campur urusannya. Dong Soo minta maaf karena tadi ia sudah marah-marah. Da Jin berkata bukankah Dong Soo sudah tahu sifat Kapten Kim Yoon Sung tapi kenapa Dong Soo masih marah-marah seperti itu dan kenapa Dong Soo ikut campur urusannya. Dong Soo tak menjawab.
Da Jin mengambil daging dan sayuran lalu memakannya. Ia melirik ke arah Dong Soo mengambil daging dan membungkusnya pada sayuran lalu menyodorkannya ke mulut Dong Soo (disuapin haha) Da Jin mengingatkan agar Dong Soo menjaga sikap mulai dari sekarang. Dong Soo mengangguk tersenyum sambil mengunyah dagingnya.
Yoon Sung makan malam bersama Presdir Wings Air. Presdir bertanya apa sekarang Yoon Sung merasa lebih baik setelah kembali bertugas. Ia merasa kalau Yoon Sung lebih baik tinggal di Korea daripada di Australia. Yoon Sung menjawab pendek ya.
Presdir mengungkapkan alasan kenapa ia mengajak Yoon Sung ke Wings Air. Ia membutuhkan orang seperti Yoon Sung untuk mengembangkan Wings Air. Yoon Sung minta maaf karena sudah mengecewakan Presdir. Presdir berkata kalau ia tak merasa kecewa ia yakin kalau Yoon Sung pasti punya alasan.
Yoon Sung berterima kasih karena Presdir sudah percaya padanya. Presdir berpesan agar Yoon Sung jangan menanggung beban sendirian. Kalau itu terasa berat Yoon Sung bisa berbagi dan ia juga akan melakukan hal yang sama.
Heo Jae Soo dan Jang Min Ah terkejut melihat daftar peserta pelatihan khusus. Nama keduanya dan Han Da Jin ada diantara nama peserta pelatihan khusus. Da Jin datang dan merangkul keduanya ia bertanya ada apa. Jae Soo mengeluh kalau mereka akan mati.
Da Jin membaca pengumuman peserta pelatihan khusus ia terkejut membaca namanya tercantum disana. Ditambah lagi ia terkejut mengetahui siapa instruktur yang akan melatih mereka, Kapten Kim Yoon Sung.
http://anishuchie.blogspot.com/2012/11/sinopsis-yes-captain-episode-6-part-2.html
Sinopsis Yes Captain Episode 6 Part 2
Tiba saatnya para co-pilot mengikuti pelatihan khusus dibawah arahan kapten Kim Yoon Sung. Semua co-pilot manatap tegang.
Kapten Kim Yoon Sung berkata, "Meskipun ada lubang kecil di pesawat tapi pesawat tak akan pernah jatuh. Yang bisa membuat pesawat jatuh adalah pilot-pilot yang dibawah standar seperti kalian." Kapten Kim Yoon Sung membuka daftar nama peserta pelatihan.
"Wakil Kapten Jang Min Ah, orang yang menganggap pekerjaan sebagai hobi, kurang tanggap dan terlalu santai."
"Wakil Kapten Heo Jae Soo, tipe orang yang paling mungkin menyebabkan kecelakaan pesawat."
"Wakil kapten Han Da Jin, sebuah bom nuklir... yang bisa meledakkan bumi."
Kapten Kim berkata kalau para co-pilot ini seperti bom waktu, "Sekali meledak bom.. bom.. bom... Kalian tak hanya membahayakan penumpang tapi juga rekan kerja."
Da Jin mengangkat tangan menyampaikan pendapat bahwa sebagai pilot tak peduli situasi apapun yang kita hadapi keselamatan penumpang adalah prioritas utama.
Kapten Kim Yoon Sung berjalan mendekat menatap tajam Da Jin, "Kau bahkan tak bisa melindungi dirimu sendiri. Kalau kau berfikir bisa melindungi penumpang dengan kata-kata visionermu tadi itu juga bom. Kalau kau gagal dalam pelatihan khusus ini, kau harus berhenti atau kau tak boleh menyentuh kontrol penerbangan selamanya."
Kapten Kim kembali ke tempatnya ia berpesan pada para co-pilot agar tetap datang ke pelatihan khusus ini, ia menunjukan beberapa buku tebal yang harus dipelajari dalam waktu seminggu, mereka harus menghafalnya.
Da Jin dan keduanya temannya ngobrol disela-sela istirahat. Jae Soo menilai kalau kharisma Kapten Kim Yoon Sung benar-benar menakutkan. Min Ah berkata menakutkan apa, nasib ketiganya saja yang jelek bagaimana caranya mereka bisa menghafal semuanya. Ia bertanya apa Da Jin mau menghafal semua itu, lebih baik cari saja salinan soal ujian itu jauh lebih mudah. (wahahah nyari bocoran soal ujian ya)
Jae Soo merasa kalau itu ketahuan mereka bisa tamat. Min Ah berkata kalau sekarang juga ketiganya sudah tamat, kalau gagal dalam pelatihan khusus ini ketiganya tidak bisa terbang lagi. Jae Soo bertanya kalau mereka tak bisa terbang untuk waktu yang lama bukankah mereka akan dipaksa berhenti. Min Ah menyahut bukankah sudah jelas seperti itu.
Jae Soo: "Min Ah, kalau kau keluar dari sini mungkin bukan masalah besar bagimu tapi aku masih harus membantu orang tuaku di kampung."
Min Ah: "Siapa bilang kalau orang tuanya tidak tinggal di kampung bisa berhenti kerja seenaknya?"
Jae Soo bilang bukan begitu maksudnya. Da Jin melerai keduanya dan berkata kalau lebih baik mereka menggunakan waktu yang ada untuk belajar, siapkan diri dan berikan yang terbaik. Min Ah berkata kalau begini Da Jin sama menyebalkannya seperti Kapten Kim Yoon Sung. Jae Soo mengeluh hanya dengan mendengar namanya saja sudah merusak suasana hatinya.
Ketiganya tertawa bersama, tak jauh dari sana Kim Yoon Sung memperhatikan Da Jin yang tertawa cerah ceria.
Da Jin pulang melewati rumah Yoon Sung. Mobil Yoon Sung tepat berhenti di depan rumah itu. Yoon Sung keluar dari mobilnya.
"Kapten...!" terdengar panggilan Ppo Song yang berlari ke arah keduanya.
Da Jin tersenyum senang dan membuka tangan siap memeluk adiknya, tapi Ppo Song berlari melewati Da Jin dan memeluk Yoon Sung.
"Paman Pinguin!" sapa Ppo Song.
"Ya, Ppo Song apa kau sehat?" Tanya Yoon Sung.
Da Jin berbalik menatap adiknya yang memeluk Yoon Sung, "Hei Han Da Yeon, aku tidak kelihatan ya?"
Ppo Song berkata pada Yoon Sung kalau kaptennya (Da Jin) memanggilnya Han Da Yeon kalau dia sedang marah, lucu kan?
Yoon Sung tersenyum dan jongkok menatap Ppo Song, "Benarkah? Kalau kapten marah apa dia seperti itu?" Ppo Song mengangguk tersenyum.
Da Jin: "Hei Han Da Yeon, ketika kau berteriak ‘kapten’ seharusnya kau memelukku kenapa kau tak datang ke arahku?"
Ppo Song mendekat ke arah kakaknya dan meminta kakaknya menekan perutnya. Da Jin mengikuti apa yang disuruh Ppo Song. Ia menekan perut adiknya.
"I love you, I love you!" ucap Ppo Song seperti sebuah boneka bersuara setelah ditekan.
(haha lucu banget nih anak)
Da Jin gemes dengan tingkah adiknya. Yoon Sung tertawa melihatnya. Saking gemesnya Da Jin mengecup kening adiknya, "Karena kau semua kelelahanku hilang menguap seperti asap di udara."
Ppo Song mengajak Yoon Sung mampir ke rumahnya, ia mengatakan kalau Bibi Yang memasak banyak makanan lezat. Yoon Sung bilang tak usah. Tapi Ppo Song memaksa, ia menunjukan wajah memohon dan memelasnya agar Yoon Sung mau mampir makan di rumahnya. Yoon Sung tak tega melihat wajah memelas Ppo Song.
Yoon Sung akhirnya mau makan bersama di rumah Paman Choi. Bibi Yang penasaran karena Ppo Song selalu memanggil Yoon Sung dengan sebutan Paman Pinguin, ia mengira kalau Yoon Sung itu memiliki kepala besar dan pantat yang besar. Ia dan Paman Choi tertawa tapi Da Jin memberi kode agar Bibi Yang diam.
Bibi Yang ingat dengan kejadian beberapa waktu lalu ketika Yoon Sung membantunya dari para rentenir. Ia benar-benar ingin membalas kebaikan Yoon Sung. Yoon Sung bilang tak perlu.
Paman Choi menyuruh Yoon Sung menambah makanan karena kemarin ia tak sempat menjamu Yoon Sung. Bibi Yang heran kemarin ada apa. Paman Choi mengatakan kalau Yoon Sung menggendong Da Jin di punggung ketika Da Jin mabuk.
Bibi tak percaya yang benar, ia pun berterima kasih pada Yoon Sung karena Da Jin ini suka kalap kalau sedang mabuk. Ia bertanya apa Yoon Sung baik-baik saja. Da Jin meralat ucapan Bibinya kalau ia tak kalap ketika mabuk. Paman Choi menambahkan ketika Da Jin mabuk, dia juga suka lupa. Da Jin menahan malu.
Ppo Song mengajak Yoon Sung ke kamarnya, ia menunjukan boneka pinguin miliknya. Ia berucap mewakili boneka pinguinnya memberi salam pada Yoon Sung. Yoon Sung jongkok dan membalas sapaan pinguin dengan ucapan yang canggung.
Ppo Song menyerahkan boneka itu, Yoon Sung mengamatinya. (Yoon Sung mungkin mikir apa dirinya sama dengan pinguin itu haha)
Ppo Song menunjukan pada Yoon Sung album foto yang dibuatkan oleh Da Jin. Album foto yang berisi tempat-tempat wisata. Ppo Song berkata kalau ia makan dengan lahap dan minum obat secara teratur kakaknya berjanji akan mengajaknya ke tempat ini.
Yoon Sung: "Benarkah? Kalau begitu kau harus cepat sembuh. Jadi kau bisa pergi kesana."
Ppo Song: "Paman apa kau tahu dimana kampung halamanku?"
Yoon Sung: "Dimana?"
Ppo Pong: "Kampung halamanku adalah San Francisco. Katanya ibuku melahirkanku di dalam pesawat. Kakak juga akan mengajakku ke San Francisco suatu hari nanti."
Hati Yoon Sung sedih mendengarnya. Ia hampir menangis. Ppo Song menunjukan foto ayah dan ibunya, tentu saja ini membuat perasaan Yoon Sung semakin pedih melihat foto Kapten Han bersama sang istri. Tangannya gemetaran.
Yoon Sung langsung memeluk Ppo Song penuh kasih.
Da Jin masuk ke kamar membawakan buah-buahan. Yoon Sung langsung berdiri dan permisi akan pulang. Tapi Ppo Song ingin paman pinguinnya makan buah dulu. Yoon Sung bilang lain kali saja.
Yoon Sung pun keluar dari kediaman Paman Choi. Da Jin heran ia mengejar dan memanggil tapi Yoon Sung mengabaikannya. Yoon Sung berlari meninggalkan rumah paman Choi.
Yoon Sung terus berlari, sampai di jalan besar ia berhenti menoleh ke belakang dilihatnya Da Jin tak mengejar. Ada mobil yang melintas dan sorot lampu mobil menyilaukan matanya. Yoon Sung berada di sebuah gurun dengan matahari bersinar sangat terik. Tubuhnya penuh dengan peluh.
Dengan kaki telanjangnya ia berjalan menyusuri gurun yang gersang. Tubuhnya lemas dan terjatuh tapi ia berusaha untuk berdiri dan kembali berjalan.
Yoon Sung terbangun dari mimpinya ia melihat sekeliling dan tersadar kalau ia sudah berada di rumahnya. Tubuhnya penuh keringat.
Paman Kang menyetel musik kesukaannya dari penyanyi Yang Ma Ri (hoho itu kan gambar Bibi Yang Mal Ja Bibinya Da Jin). Ia terkagum-kagum akan kecantikan yang Ma Ri. Ia menebak pasti yang Ma Ri hanya minum tetesan embun.
Dong Soo datang menemui ayahnya. Ia masuk sambil bersiul-siul. Tapi ayahnya tak menyadari kehadirannya, Paman Kang menikmati alunan lagu yang dinyanyikan Yang Ma Ri. Dong Soo mengambil payung dan memainkannya hingga membuat ayahnya terkejut, "Dasar anak ini kenapa membuka-buka payung di dalam rumah? Berhenti membuat masalah, masuk kamar saja sana!"
Dong Soo dengan wajah memelasnya kali ini meminta ayahnya meminjami dirinya uang. Paman Kang tanya putranya punya jaminan apa. Dong Soo kesal, "Anakmu sedang berusaha mendapatkan pacar tapi ayah masih saja mencemaskan tentang uang?"
Paman Kang: "Hei bocah, obat terbaik adalah dengan menjadi pelit. Kalau kau punya uang di tanganmu kau harus tahu kapan menghabiskannya atau kapan harus menyimpannya."
Dong Soo merengek kalau ia benar-benar butuh uang sekarang. Paman Kang tanya untuk apa. Dong Soo ragu mengatakannya, Paman Kang menebak apa ini untuk Han Da Jin. Dong Soo sudah kesal menjawab tak tahu. Dong Soo berkata kalau ibunya pasti mewariskan sesuatu untuknya jadi ia bisa memakai itu sebagai jaminan.
Paman Kang: "Woman and money, same same. Wanita dan uang itu sama saja. Mereka itu jinak-jinak merpati. Mereka akan lari kalau kau kejar dan kalau kau menunggu mereka akan datang sendiri. Tapi, sekarang waktunya untuk mengejar."
Paman Kang menyuruh putranya menutup mata. Ia mengambil sesuatu dari bawah tumpukan buku, ia memperingatkan putranya jangan mengintip.
Dong Soo membuka matanya, Paman Kang menaruh buku rekening tabungan dan apa itu ya. Dong Soo senang melihatnya. Paman Kang menyuruh putranya mengambil itu. Dong Soo menggenggam tangan ayahnya dan berkata kalau ayahnya yang paling hebat. Ia berjanji akan mengembalikan uangnya. Dong Soo senang bukan main. Paman Kang bergumam apa kali ini ia perlu turun tangan.
Kim Yoon Sung menemui para rentenir dengan membawa tas besar yang berat. Bos rentenir tak menyangka kalau Yoon Sung akan datang langsung ke tempatnya bukankah seharusnya Yoon Sung menelepon biar ia yang mampir ke tempat Yoon Sung, seperti dugaannya bertransaksi dengan pilot itu enak karena cepat dan akurat.
Yoon Sung tak mau berbasa-basi, ia mengangkat tas besarnya menaruh di atas meja. Mereka langsung membukanya. Ternyata tas besar itu berisi uang pecahan seribu won banyak pisan. Mereka kaget campur kesal. haha. Yoon Sung berniat membayarkan hutang keluarga Da Jin.
Yoon Sung mengingatkan agar uang itu dihitung dengan benar, cepat dan kurat. Bos rentenir menahan kesal tapi apa mau dikata daripada tak dapat uang ia pun menerimanya. Ia menyuruh anak buahnya mengambil mesin hitung untuk menghitung jumlah uangnya.
Mereka pun mulai menghitung uangnya. Diikat dengan karet tiap seratus lembar. Haha. Yoon Sung diam saja memperhatikan.
Ternyata Dong Soo juga ke tempat yang sama dimana Yoon Sung membayar hutang keluarga Da Jin. Dong Soo tampak kepayahan dan keberatan membawa dua koper besar.
Yoon Sung keluar dari ruangan tempat tinggal si rentenir. Ia akan masuk lift dan menyeringai puas udah ngerjain si rentenir haha.
Dong Soo sampai di depan lift dengan nafas ngos-ngosan hehe. Ketika Dong Soo masuk lift, Yoon Sung keluar dari lift sebelah. Dong Soo keluar dari lift, "Dasar orang-orang ini. ini akan membuat kalian menderita." Dong Soo kembali mengangkat dua koper besar yang dibawanya.
Mereka pun selesai menghitung uang pecahan seribu won. Mereka mengeluh lelah. Ketika mereka tengah menumpuk uang, mereka dikejutkan dengan kedatangan Dong Soo sambil mendorong dua koper besar.
Mereka jelas bingung apa ini. Apa yang kau lakukan? Dong Soo yang tadinya agak takut mencoba memberanikan diri dan berkata kenapa kalian kasar pada orang yang datang untuk bayar hutang. Bos rentenir heran siapa Dong Soo ini.
"Kau tahu Han Da Jin kan?" Tanya Dong Soo galak. Ia memperingatkan jangan lagi berani menindas Han Da Jin. Dong Soo mengangkat koper besar ke meja dan membukanya. Isinya ternyata beberapa kantong uang recehan sepertinya 500 won hahaha.
Bos rentenir kesal melihatnya dan menyuruh Dong Soo pergi. Ia sudah cukup lelah menghitung pecahan uang seribu won masa ia harus menghitung uang recehan 500 won. Dong Soo bingung bin melongo hahaha.
Dong Soo pun membawa kembali dua koper besar berisi uang recehnya. Rentenir itu memberi tahu kalau ada seorang pria bernama Kim Yoon Sung yang telah melunasi hutang keluarga Han Da Jin. Dong Soo berteriak kesal, "Kenapa harus Kim Yoon Sung?"
Paman Kang benar-benar akan turun tangan langsung untuk membantu kisah asmara putranya. Ia mendatangi tempat tinggal Da Jin. Ia membawa alamatnya (dapet darimana ya dari Dong Soo kan?) "Nomor 300. Dongchun-dong. Choi Dal Ho, namanya jelek sekali." sahut Paman Kang.
Paman Kang melihat ada orang di halaman rumah, ia berusaha menyapa dan bersikap sopan. Ia bertanya benarkah disini rumah Han Da Jin. Belum sempat Paman Choi menjawab Paman Kang terkejut melihat ada penyanyi idolanya, Yang Ma Ri yang tak lain adalah Bibi Yang Mal Ja.
Paman Choi mengenali Paman Kang ketika ia makan bersama atasan Dong Soo, "Kau si kupon makan?"
Paman Choi pun menjamu Paman Kang ke rumahnya. Paman Choi menanyakan kenapa datang kesini mancari Da Jin, ada keperluan apa. Paman Kang menjawab kalau waktu itu ia sempat merepotkan Da Jin sedikit.
"Menurutku kau malah sudah menimbulkan masalah untukku. Berikan padaku kupon makan siang waktu itu!" Paman Choi mengulurkan tangannya meminta kupon makan siang miliknya tapi Paman Kang malah menjabat tangan Paman Choi, "Senang bertemu denganmu!" sahut Paman Kang haha.
Ppo Song memberi tahu Paman Kang kalau kakaknya tak berada di rumah. Paman Kang bersikap manis terhadap Ppo Song, "Jadi kau adiknya kapten Han Da Jin? Kau benar-benar cantik!" kata Paman Kang sambil mencubit pipi Ppo Song.
Paman Kang memberikan hadiah untuk Ppo Song berupa baju baru. Paman Kang berkata kalau ia tak mungkin datang dengan tangan kosong. Bibi Yang berseru kalau Paman Kang ini baik sekali.
Paman Kang mengamati rumah dan berkata kalau rumah Paman Choi terawat dengan baik. Paman Choi menyahut kalau ia hanya merapikan sedikit. Paman Kang menilai kalau Paman Choi ini terlalu rendah hati, ia melengkapi ucapannya rumah ini hanya terawat dengan baik tapi belum rapi haha. Itu jelas membuat Paman Choi jengkel.
Paman Kang melihat suatu, Bibi Yang langsung ke tempat yang dilihat Paman Kang. Ia mengambil CD lagu miliknya, "Apa kau mau CD ini?" Paman Kang menebak kalau ini pasti harganya mahal. Ia kemudian menyebutkan judul lagu di album pertama Bibi Yang. Tak hanya menyebutkan judul lagu ia juga menyanyikannya. Bibi Yang tentu saja senang dan menyanyi bersama.
Kang Dong Soo datang ke rumah Kim Yoon Sung, ia menggedor pintu rumah Yoon Sung keras-keras. Yoon Sung keluar dan celingukan (nyari siapa Om) Dong Soo ingin bicara dengan Yoon Sung.
Keduanya bicara di sebuah tempat makan. Dong Soo memesan soju dan arak beras. Ia juga memesan bir dan semua yang ada di sini. Dong Soo menantang Yoon Sung minum sampai mati. Yoon Sung bersikap tenang dan bertanya apa benar-benar harus sampai mati.
Dong Soo meralat dan berkata kalau ia hanya bercanda, "Kenapa? Apa kau benar-benar ingin mati?"
"Apa kita sedekat itu sampai bisa bebas bercanda?" Tanya Yoon Sung.
"Kenapa tidak?" Ucap Dong Soo.
Yoon Sung meminta Dong Soo cepat mengatakan apa yang ingin Dong Soo katakan selama Dong Soo masih sadar. Tapi Dong Soo ingin minum-minum dulu.
Dong Soo mencampur minumannya soju dengan arak beras. Ia memberikan segelas campuran minuman itu pada Yoon Sung. Tapi Yoon Sung tak suka mencampur minuman ia mengambil sendiri minumannya. Keduanya meminum minuman mereka bahkan minuman yang tadinya Dong Soo sodorkan untuk Yoon Sung ia meminumnya sendiri.
1 gelas 2 gelas 3 gelas 4 gelas. Keduanya melepas jaket mereka dan terus minum. Keduanya mulai mabuk tapi masih sadar.
Dong Soo mulai bicara, "Kau pikir dirimu siapa bisa melunasi hutang Da Jin-ku? Kenapa kau selalu mengalahkanku?"
"Apa kau menyukai Han Da Jin?" tanya Yoon Sung.
"Apa aku tak boleh menyukainya? Kenapa kau bersikap jahat di depannya tapi diam-diam membantunya. Itu namanya licik."
Yoon Sung berkata kalau yang ia lakukan hanya tak ingin Da Jin mengganggu penerbangannya. Dong Soo tertawa kesal.
Yoon Sung memiliki permintaan, tolong katakan pada Da Jin kalau yang melunasi hutang adalah Dong Soo bukan dirinya. Dong Soo terkejut dengan permintaan Yoon Sung.
Yoon Sung akan pergi meninggalkan tempat tapi Dong Soo menahan tangannya ia meminta penjelasan. Yoon Sung berkata kalau Da JIn tahu ia yang melunasinya semua akan menjadi rumit, ia tak mau repot karena hal ini. Mata Yoon Sung terlihat memohon pada Dong Soo, ia pun permisi.
Yoon Sung berjalan sempoyongan menuju rumah. Di belakangnya Da Jin lari-lari kecil usai membeli makanan. Ia heran melihat Yoon Sung berjalan sempoyongan, ia pun mengimbangi langkah berjalan di samping Yoon Sung sambil memakan makanan yang ia beli. Yoon Sung benar-benar mabuk dan berjalan tak tentu. Ia sempoyongan dan bersandar pada dinding. Da Jin pun terkejut dan terkunci terdiam bersandar di dinding.
Yoon Sung menatapnya dalam keadaan mabuk. Makanan yang di makan Da Jin tetap berada di mulutnya.
Yoon Sung terus menatap Da Jin, "Han Da Jin!" ucap Yoon Sung pelan. Kemudian kedua tangannya mengunci tubuh Da Jin, jatuhlah makanan yang dimakan Da Jin.
"Han Da Jin!" suara Yoon Sung meninggi. Ia memejamkan mata, "Aku minta maaf." ucapnya penuh penyesalan.
Da Jin bingung kenapa Yoon Sung bersikap begini. Yoon Sung segera berdiri dan meninggalkan Da Jin seorang diri dengan tatapan tak mengerti.
Esok harinya di tempat kerja Da Jin mencegat Yoon Sung, ia menanyakan kenapa semalam Yoon Sung minta maaf padanya. Ia berpesan lain kali kalau mau minta maaf harus dalam keadaan sadar.
Yoon Sung mendekat dan menatap tajam Da Jin, "Apa kau habis minum-minum?" Tanya Yoon Sung. Da Jin menjawab tidak dan berkata justru Yoon Sung lah yang kemarin mabuk dan bilang maaf.
Yoon Sung menyentuh dahi Da Jin membuat gadis ini terdiam. Yoon Sung berkata kalau ini aneh, Da Jin tidak demam. "Pergilah ke rumah sakit untuk cek kesehatanmu ke bagian kejiwaaan." hahaha.
Yoon Sung berlalu, Da Jin terdiam menatap kaptennya yang pergi. Apa Yoon Sung lupa kalau semalam ia bilang maaf ke Da Jin.
Wakil Presdir Hong berkata pada putrinya kalau menteri Kim Young Sub sudah menjadi orang penting. Bukankah Mi Joo tahu hal ini, tak mudah membuat janji dengan putra Menteri Kim. Ia menyarankan putrinya jangan hanya pergi minum teh tapi pergilah makan dan menonton film. Mi Joo menjawab ya dengan malas.
Wakil Presdir Hong berkata kalau Mi Joo memerlukan kekuatan untuk bertarung dan untuk mendapatkan apa yang Mi Joo inginkan, "Masa depan Wings Air kita bergantung padamu. Demikian juga dengan masa depan keluarga kita!"
Mi Joo diam saja tak menanggapi ucapan ayahnya. Wakil Presdir Hong tanya kenapa putrinya tak menjawab. Mi Joo menatap tajam ayahnya kemudian tersenyum dan menjawab ya. Wakil Presdir Hong mengingatkan perasaan yang tak perlu hanya akan membuat Mi Joo hancur. Hanya putra Menteri Kim yang bisa memberi Mi Joo sayap.
Mi Joo pun mengikuti acara kencan buta dengan Putra Menteri Kim. Putra menteri kim minta maaf kalau ia sudah tak sopan mengatakan hal ini pada pertemuan pertama tapi ia jujur dan berkata Mi Joo benar-benar cantik. Mi Joo tersenyum berterima kasih.
Mi Joo merasa ruangannya agak panas ia pun melepas jaketnya dan terlihatlah bekas luka bakar di lengan kiri Mi Joo. Putra Menteri Kim melihatnya. Hmm sepertinya Mi Joo sengaja memperlihatkan bekas lukanya agar putra Menteri Kim meralat ucapan bahwa ia cantik.
Putra Menteri Kim jelas terkejut. Mi Joo tanya apa putra menteri Kim takut melihat bekas lukanya. Putra Menteri Kim menjawab tidak. Mi Joo berkata bukankah bekas lukanya agak menjijikan atau sangat menjijikan. Putra Menteri Kim minum air untuk menenangkan diri. Hmm sepertinya ia mulai ilfeel nih tapi masih mencoba bersikap sopan. Mi Joo tersenyum senang sepertinya rencananya berhasil.
Di sela-sela istirahat dari pelatihan khusus Da Jin dan kedua temannya belajar bersama. Tapi Min Ah yang sudah lelah menutup buku yang tengah dibaca Da Jin dan Jae Soo. Ia berkata kalau jantungnya akan meledak. Da Jin tanya apa Min Ah sakit. Min Ah jelas kesal karena ia harus mengikuti tes tes dan tes terus. Ia sudah muak setengah mati. Ia berdiri menggebrak meja, ia tak bisa membiarkan terus begini. Ia mengajak Da Jin dan Jae Soo ikut dengannya.
Kemana Min Ah mengajak Da Jin dan Jae Soo. Ke sebuah klub malam. Hehe. Di klub malam ternyata Mi Joo juga ada disana tengah menari seksi. Da Jin dan kedua temannya melihat Mi Joo menari.
Mereka berempat pun minum dan makan bersama. Mi Joo yang sudah mabuk memesan banyak makanan. Min Ah mengeluh kenapa ia dan kedua temannya harus berada disini bersama salah satu petinggi Wings Air.
Mi Joo kesal dengan ocehan mereka, Hei you guys. Kalian peserta pelatihan khusus. Orang tak berguna nomor 1 katanya sambil menunjuk Min Ah. Nomor 2 menunjuk Jae Soo dan nomor 3 menunjuk ke arah Da Jin. Kalian bertiga tak berguna.
Min Ah kesal dan pergi meninggalkan tempat, Jae Soo mengikutinya. Ia tak mau kemalaman karena besok ia ada jadwal penerbangan. Tinggallah Mi Joo dan Da Jin berdua.
Yoon Sung minum teh bersama Ji Won di sebuah kafe. Ji Won merasa tempat ini sama sekali tak ada yang berubah. Ia menyendokan gula dan mengaduknya ke gelas Yoon Sung. Yoon Sung bilang Ji Won tak perlu melayaninya seperti itu. Ji Won berkata kalau ini sudah menjadi kebiasaannya.
Yoon Sung tersenyum berterima kasih karena Ji Won sudah menasehatinya untuk tidak melarikan diri. Ji Won menatap Yoon Sung dan mengucapkan selamat karena Yoon Sung sudah kembali ke posisi Yoon Sung. Yoon Sung meminta Ji Won jangan memandangnya seperti itu ia tak tahu kenapa ia kembali dan ia juga tak tahu apa yang harus ia lakukan nanti.
Ponsel Yoon Sung berdering, Mi Joo yang meneleponnya. Ji Won menyuruh Yoon Song pergi saja kalau itu memang hal penting. Yoon Sung minta maaf, ia pun segera pergi. Ji Won menatap sedih kepergian Yoon Sung.
Yoon Sung menjemput Mi Joo yang sudah mabuk. Da Jin pun ikut pulang bersamanya. Da Jin mencoba menjelaskan apa yang terjadi, Mi Joo memang minum bersama ia dan temannya tapi sebenarnya Mi Joo sudah minum lebih dulu ketika di klub malam dan sepertinya Mi Joo minum terlalu banyak. Da Jin tak ingin Yoon Sung salah paham padanya. Da Jin penasaran apa hubungan antara Yoon Sung dengan Mi Joo. Yoon Sung tak menjawab.
Mi Joo bicara dalam mabuknya, ia memberi tahu Yoon Sung kalau hari ini ia melakukan kencan buta. Latar belakang keluarga yang bagus dan wajah yang tampan. Tapi baginya.... Mi Joo tak melanjutkan kata-katanya ia tak sadarkan diri karena terlalu banyak minum.
Wakil Presdri Hong melihat jam, sudah malam tapi Mi Joo belum pulang. Ia tersenyum puas karena sepertinya acara kencan buta putrinya dengan putra Menteri Kim berjalan baik. Ponselnya berdering. Ia tersenyum senang mengetahui siapa yang menelepon. Menteri Kim. Tapi bukan kabar baik yang ia dengar. Ia malah mendengar kabar yang tak mengenakan hatinya. Senyumnya berubah menjadi wajah penuh keterkejutan.
Mobil Yoon Sung sampai di depan rumah Mi Joo. Da Jin membantu menekan bel. Sementara Yoon Sung memapah Mi Joo. Mi Joo terbangun dan berkata kalau ia merasa sangat senang bisa bertemu lagi dengan Yoon Sung. Mi Joo langsung memeluk erat Yoon Sung.
Da Jin melihat keakraban yang ditunjukan Mi Joo. Yoon Sung melepas pelukan Mi Joo.
"Hong Mi Joo..!" tiba-tiba ada yang memanggil Mi Joo, ayahnya Wakil Presdir Hong In Tae. Wakil Presdir Hong langsung menghampiri Yoon Sung dan tanpa berkata-kata ia langsung menampar Yoon Sung.
Semua terkejut. Wakil Presdir Hong menatap Yoon Sung penuh amarah.
Melihat Yun Seong dan Mi Joo berpelukan Hong In Tae begitu marah. Setelah memisahkan mereka dengan kasar dia berkata pada Yun Seong, berani sekali Yun Seong menyentuh Mi Joo. Bukankah Hong In Tae sudah memperingatkannya untuk tidak muncul lagi di hadapan Mi Joo dengan alasan apapun.
Da Jin tidak terima Yun Seong disalahkan, dia langsung protes jika Wakil Direktur Hong salah paham. Karena Mi Joo lah yang memanggil Yun Seong untuk datang. Yun Seong mencegah Da Jin berbicara lebih banyak lagi dengan menggenggam kerah Jaketnya.
Mi Joo pun berkata bahwa Ayahnya salah paham, dia lah yang memanggil Yun Seong. Mendengar Mi Joo memanggil Yun Seong dengan sebutan Oppa, Hong In Tae menjadi kesal. Dia berkata pada Mi Joo, jika putrinya itu terus memanggil Yun Seong dengan sebutan Oppa maka Mi Joo bukan lagi putrinya.
Saat Hong In Tae akan pergi, Yun Seong kini bersuara. Yun Seong berkata dia tidak dapat menerimanya lagi perlakuan Hong In Tae padanya. Jika Hong In Tae menginjaknya, Yun Seong akan menanggapinya. Jika Hong In Tae berlaku tidak adil padanya dia aka melawannya. Yun Seong akan melawan jika dia bisa memenangkan pertarungan itu. Yun Seong pun beranjak pergi meninggalkan Hong In Tae, Mi Joo dan Da Jin.
Baru berjalan beberapa langkah, Yun Seong terhenti karena perkataan Hong In Tae: "Melawan jika kau bisa menang? Di masa lalu kau tidak bisa, sekarang dan selamanya.... Kau tidak akan pernah bisa masuk ke dalam duniaku lagi" Yun Seong merasa sagat geram mendengarnya, apa yang terjadi di masa lalu antara Hong In Tae dan Yun Seong pastilah bukan sesuatu yang baik.
Da Jin melihat kepalan tangan Yun Seong saat Hong In Tae mengatakan semua itu, dia mungkin berpikir apa yang sebenarnya terjadi antara Kaptennya, Wakil Direktur Hong dan GM Hong Mi Joo.
Hong In Tae segera menyeret Mi Joo masuk ke dalam rumah meskipun Mi Joo memberontak. Sesampainya di rumah Hong In Tae begitu kesal mendengarkan perkataan putrinya. Dia meminta putrinya mengatakannya sekali lagi. Mi Joo pun mengulanginya dengan penuh emosi dia berkata agar Ayahnya tidak lagi memperlakukan Yun Seong dengan keras lagi. Kalau bukan karena Yun Seong dia pasti sudah mati. Yun Seong terbakar karena dirinya. Yun Seong batal diadopsi karena dirinya. Jadi kali ini Mi Joo lah yang akan melindungi Yun Seong. Hong In Tae menjadi sangat geram mendengar perkataan Mi Joo, apalagi Mi Joo melanjutkan perkataannya: "Aku akan menjadi putrimu... juga adik perempuannya" Mi Joo pun pergi meninggalkan ayahnya yang masih tersulut api amarah.
Di rumahnya Yun Seong merenung di tangga. Dia mengingat apa yang terjadi antara dirinya dan Hong In Tae di masa lalu.
Yun Seong kecil sedang tertidur saat Hong In Tae datang dan mencoba mencekiknya, tapi dia mengurungkan niatnya dan membangunkannya. Yun Seong terbangun dan kaget melihat Hong in Tae yang begitu marah di depannya. Hong In Tae membawa Yun Seong pergi dengan mobilnya. Yun Seong kecil nampak kebingungan.
Di depan sebuah panti asuhan, Hong In Tae menurunkan Yun Seong dan hendak meninggalkannya. Yun Seong kecil memohon pada Hong In Tae yang saat itu dia panggil Ayah. Dia berkata dia tidak akan melakukannya lagi, dia akan mendengarkan perkataan ayahnya, jadi dia memohon agar Hong In Tae membawa Yun Seong bersamanya. Hong In Tae mendekat dan berkata pada Yun Seong, bahwa dia bukan anaknya jadi jangan pernah memanggilnya dengan sebutan ayah lagi.
Hong In Tae pun meninggalkan Yun Seong dan pergi dengan mobilnya. Yun Seong kecil berusaha mengejar mobilnya sambil memanggil-manggil Ayah padanya. Namun Hong In Tae sama sekali tidak peduli, dia malah menatap Yun Seong kecil dengan penuh kebencian, sementara Yun Seong kecil menangis setelah terjatuh dan tak berhasil mengejar mobilnya Ayah angkatnya.
Yun Seong menahan amarahnya mengingat kejadian itu, peristiwa dimana Hong In Tae yang dulu adalah Ayah angkatnya membuangnya begitu saja di panti asuhan.
Hong In Tae bertanya pada manager apa alasan Yun Seong keluar dari Mirae Airlines (Hmm.. ini maskapai penerbangan tempat Yun Seong dan Ayah Da Jin bekerja 7 tahun lalu kan?) dan juga mengapa dia memutuskan keluar dari maskapai penerbangan di New Zeland dan datang lagi ke Korea. Manager berkata dia tidak terlalu yakin. Hong In Tae marah besar dan menyuruh Manager untuk memastikannya apakah Yun Seong Keluar karena mengundurkan diri atau Dipecat dari Mirae.
Da Jin menjadi orang pertama yang datang di kelas pelatihan Khusus. Yun Seong nampak sedikit kaget saat melihat Da Jin datang lebih dulu dibanding para pilot junior lainnya. Yun Seong memberi salam pada Da Jin dan duduk di kursinya.
Da Jin bertanya pada Yun Seong apakah Yun Seong baik-baik saja karena kejadian kemarin? Yun Seong tidak menjawab dan berkata pada Da Jin, bukankah Da Jin yang bilang bahwa Yun Seong harus mengurus masalahnya sendiri. Da Jin pun diam tak lagi bersuara.
Pelatihan Khususpun berlangsung. Yun Seong berkata apa yang mereka pelajari selama ini, semuanya ada di buku yang mereka baca. Namun semua itu tak hanya sekedar kata-kata yang harus dipahami. Yun Seong memanggil Jang Min Ah, Heo Jae Soo dan Han Da Jin untuk berkumpul di Strorage* dalam dua jam.
*Strorage artinya tempat penyimpangan, karena mereka berada dalam bidang penerbangan Strorage mengacu pada Bangkar Pesawat terbang, yaitu tempat penyimpanan pesawat terbang.
Min Ah, Jae Soo dan Da Jin berjalan menuju bangkar pesawat terbang. Mereka bertanya-tanya untuk apa Yun Seong memanggil mereka ke sana. Da Jin berkomentar ini pasti akan menjadi sesuatu yang sulit. Min Ah menawarkan apa mereka ingin mencoba peruntungan hidup dan mati dengan melempar Koin? Min Ah pun melemparkan koinnya dan koin tersebut menggelinding ke dalam bangkar.
Mereka bertiga mengejarnya. Koin tersebut berhenti tepat di bawah sepatu Yun Seong, namun mereka bertiga tidak melihatnya. Da Jin berusaha menanyakan koin tersebut pada Yun Seong, meski Min Ah memberi kode untuk tidak bertanya. Bukannya menjawab dimana koin itu berada, Yun Seong hanya menatap mereka.
Da Jin, Min Ah dan Jae Soo telah bertukar pakaian dengan seragam Aviator (Orang yang memeriksa keadaan Pesawat sebelum dan sesudah berangkat, sama seperti pegawai bengkel pada mobil dan motor. OOT: kalo liat seragam Aviator inget dramanya Yoon Kye Sang Oppa yang Crazy for You). Yun Seong menyuruh Da Jin, Min Ah dan Jae Soo untuk membersihkan Bangkar dengan Lap Pel.
Mereka bertiga hanya bisa pasrah dan mulai melakukan bersih-bersih. Min Ah bertanya pada Jae Soo, apakah ini Pelatihan Khusus? Da Jin mendengar hal itu kemudian mengambil inisiatif untuk bertanya pada Yun Seong.
Da Jin bertanya apakah setelah bersih-bersih mereka akan mendapatkan pelajaran tentang penerbangan? Yun Seong berkomentar pesawat untuk mereka belum dibuat, bahkan sekrup kecilnya pun belum terpaksa. Tapi Orang seperti Han Da Jin telah melompat kesana kemari di dalam Bangkar tanpa tahu apa-apa. Yun Seong berkata, sebelum Da Jin menemukan Koin yang tadi mereka jatuhkan, mereka harus terus bersih-bersih.
Ppo Song sedang membaca buku saat Da Jin datang ke kamar. Ppo Song menyambutnya dan memeluk Da Jin yang sudah berbaring karena kelelahan. Da Jin pun akhirnya duduk dan menggendong Ppo Song dipangkuannya. Da Jin bertanya apakah Ppo Song baik-baik saja hari ini? Ppo Song meminta Da Jin membacakan buku untuknya, tapi Da Jin menolak karena merasa sangat lelah. Ppo Song meraba kening Da Jin, dan Da Jin tersenyum sambil berkata dia baik-baik saja.
Ppo Song kemudian merangkul leher Da Jin dan berkata: "Pengisian Ulang dimulai" Da Jin membalas pelukan Ppo Song dan berkata: "Isi Ulang" (Akh... Charger ala-ala Dokko Jin di Best Love nih)
Esok harinya Da Jin dkk masih membersihkan Bangkar sebelum memulai penerbangan. Da Jin teringat kata-kata Yun Seong tentang Kualifikasi seseorang sebagai pilot padanya:
"Mesin yang telah selesai terbang terasa panas. Bagaimana hatimu yang baru mulai terbang. Hatimu harus selalu panas dengan antusiasme. Tetapi Otak harus dingin sehingga kau dapat membuat keputusan yang tepat. Oleh karena itu, kau tidak memenuhi syarat untuk berada di pesawat!"
Da Jin merasa kata-kata Yun Seong benar dan dia ingin menunjukan bahwa dia Han Da Jin layak menjadi seorang Pilot.
Sementara itu, Yun Seong melihat Da Jin dari balik pintu bangkar. Dia berbalik dan mengeluarkan koin yang ditemukannya kemudian tersenyum kecil. Choi Ajussi datang, Yun Seong meminta Choi Ajussi untuk melakukan sesuatu selama beberapa hari (Hmm mungkin membiarkan Da Jin dkk bersih?) Choi Ajussi mengeluh itu pasti sulit untuk Pilot Han. Yun Seong meminta Choi Ajussi untuk memberikan Koin yang ditemukannya pada Da Jin.
Yun Seong bertemu Mi Joo yang meminta maaf. Yun Seong terus pergi, namun dia berhenti saat Mi Jo terus meminta maaf. Di belakang Yun Seong Mi Joo berkata, Karena dirinyalah, Ayahnya telah berkata kasar pada Yun Seong, Mi Joo meminta Yun Seong untuk memahami Ayahnya. Yun Seong tidak peduli dan berkata dia tidak ingin berhadapan dengan Wakil Direktur Hong, kemudian pergi begitu saja tanpa menoleh lagi ke belakang.
Dong Soo mentraktir Da Jin makan. Da Jin makan dengan lahap seperti orang yang sudah lama tak makan. Dong Soo berkata agar Da Jin makan dengan baik, Dong Soo bertanya ada apa dengan Da Jin? Da Jin menjawab dia sibuk dengan pekerjaan bersih-bersih. Dong Soo bertanya mengapa Da Jin melakukan hal itu? Da Jin berkata: "Dia bilang ini untuk Pelatihan Khusus?".
Dia? Dong Soo tahu siapa yang dimaksud Da Jin, pastinya Kapten Kim Yun Seong kan? Da Jin hanya tertawa nyengir. Dong Soo kemudian mencoba menyuapi Da Jin, Da Jin awalnya menolak dan berkata dia bisa makan sendiri, namun Dong Soo berseru harusnya Da Jin merasa terhormat dan memaksa Da Jin untuk menerima suapan. Da Jin merasa tak enak akhirnya menerima suapannya. Selesai memberikan sebuah suapan, Dong Soo menatap Da Jin membuat Da Jin salah tingkah dan merasa ada yang salah pada wajahnya. Da Jin mencoba membersihkan mulutnya, tapi Dong Soo tak berhenti menatapnya. Da Jin kemudian menduga.. "Ah... Go Cham See Eh..."
Dong Soo tak berkomentar, dia kemudian bertanya tentang hutang Da Jin. Bagaimana jika ada orang yang akan membayarkan Hutangnya. Da Jin berkata mengapa ada orang yang harus membayarkan hutangnya? Dong Soo berkomentar Da Jin bisa meminjam uang padanya agar bisa membayar hutang. Da Jin berterimakasih sebelumnya, namun dia tidak menginginkan itu. Da Jin meminta Dong Soo menjaga kebanggaannya agar dapat membayar hutangnya sendiri.
Dalam perjalanan pulang, Dong Soo dan Da Jin tertahan oleh kemacetan. Melihat Da Jin tertidur, Dong Soo melepaskan jaketnya dan menyelimutkannya pada Da Jin, dia pun menurunkan letak kursi mobil tempat Da Jin duduk agar Da Jin tidur lebih nyaman. Dong Soo tersenyum melihat Da Jin yang tertidur pulas (Aigo... sekali lagi Dong Soo bertindak All For You pada Da Jin nih)
Tapi kemacetan yang terjadi di depan mereka membuat keributan karena kacaunya lalu lintas. Sepertinya ada beberapa mobil yang tidak ingin mengalah dan menimbulkan kemacetan. Orang mulai marah dan membunyikan klakson. Dong Soo berpikir dia harus menyelesaikan kekacauan ini.
Dengan pengalaman sebagai pengontrol Pesawat Dong Soo pun dengan mudah mengatur mobil-mobil itu agar tidak lagi terjadi kemacetan. Da Jin terbangun dari tidurnya karena suara ribut-ribut. Dia melihat Dong Soo yang sedang mengatur mobil-mobil tersebut untuk menyelesaikan masalah kemacetan itu, Da Jin tersenyum melihat aksi Dong Soo.
Setelah lalu lintas lancar, Dong Soo masuk mobil dan menyadari Da Jin melihat aksinya. Dong Soo bertanya bagaimana aksinya tadi? Da Jin mengacungkan jempol dan memuji bahwa Dong Soo adalah "Masterpiece Controler" atau sesuatu yang seperti itu. Dong Soo senang dan merasa bangga karena Da Jin mengakui kehebatannya.
Bibi Yang sedang berlatih menyanyi ditemani Choi Ajussi dihadapan Da Jin, Ppo Song dan Dong Soo. Bibi Yang kesal karena Choi Ajussi menyanyi dengan tidak benar. Dong Soo memberi contoh dengan lebih baik. Bibi Yang memuji Dong Soo, dan Dong Soo membanggakan diri bahwa dia memang baik dalam segala hal.
Saat Dong Soo kembali duduk disamping Da Jin, Da Jin bertanya mengapa Dong Soo tidak pulang, dia malah memeletkan lidahnya menandakan dia tak mau pulang. Da Jin hanya tertawa melihatnya. Lalu bel rumah Choi Ajussi berbunyi.
Yang datang ternyata Ayah Dong Soo (yang kini sedang falling in Love pada Bibi Yang). Da Jin berterimakasih atas hadiah baju yang diberikan tuan Kang pada Ppo Song. Dong Soo memberi isyarat pada ayahnya untuk berbicara di luar tetapi Tuan Kang tak mempedulikannya.
Choi Ajussi menatap tidak senang pada kehadiran Tuan Kang. Apalagi saat Tuan Kang berkata bahwa dia tak menyangka jika Dong Soo dan Pilot Han dekat. Tuan Kang berkata bahwa pertemuannya dengan Nona Mal Ja (alias Bibi Yang) adalah takdir. Choi Ajussi mencibir, "Apanya yang Takdir? Omong Kosong!"
Tuang Kang mulai menggombal dengan berkata bahwa dia memulai hari-harinya dengan mendengarkan lagu Yang Mal Ja. Bibi Yang tampak senang namun Choi Ajussi dan Dong Soo sama sekali tidak senang melihat kedekatan antara Tuan Kang dan Bibi Yang.
Da Jin, Min Ah dan Jae Soo masih semangat bersih-bersih bangkar. Choi Ajussi datang dan memberikan tangannya yang terkepal. Da Jin bingung, namun wajahnya berubah sumringah saat melihat apa yg ada ditangan Choi Ajussi. Koin yang harus ditemukannya agar dia, Min Ah dan Jae Soo berhenti bersih-bersi dan memulai Pelatihan Khusus mereka tentang pesawat.
Da Jin dkk terlihat sangat senang karena mereka akhirnya menemukan Koin. Dari kejauhan Yun Seong menatap kebahagiaan Da Jin dan tersenyum kecil. Da Jin mulai menatap pesawat yang akan dipelajarinya dengan takjub lalu duduk di depan salah satu mesin pesawat itu dengan penuh senyuman.
Lee Joo Ri dan para pramugari lain sedang minum di sebuah kedai kopi saat mereka melihat Dong Soo membeli Kopi. Joo Ri mencibir pada keberadaan Dong Soo dan memanggilnya si 300 won. Salah satu rekan pramugarinya berkata, menurut Rumor Dong Soo sering membawa mobil bagus dan pakaiannya pun bermerk, awalnya Joo Ri tak percaya, namun dia berbalik ke arah Dong Soo yang sedang membayar Kopi dengan kartu keditnya, sepertinya Joo Ri terpesona pada (kekayaan) Dong Soo.
Da Jin pamit pada Choi Ajussi, dia akan meninggalkan pesawat yang akan dipelajarinya di bangkar karena dia harus terbang. Da Jin berjanji dia akan segera kembali. Choi Ajussi berkata agar Da Jin tidak perlu mengkhawatirkan keadaan disini, terbanglah dengan aman. Choi Ajussi pun berkata dia akan menjaga Ppo Song dan Bibi Yang dengan baik.
Dong Soo datang dan mulai mengomel mengapa Da Jin memintanya untuk melakukan "Coffe Delivery Service" padahal dia sedang banyak pekerjaan. Da Jin hanya tertawa dan menerima Coffe dari Dong Soo dan membaginya juga bersama Choi Ajussi. Da Jin menikmati Kopi yang dibelikan Dong Soo dan berkata bahwa Kopi itu sangat nikmat. Dong Soo berbangga hati karena Kopi itu diantarkan oleh Master Controler. Da Jin hanya tersenyum.
Da Jin berjalan menuju keluar bangkar, Dong Soo mengikutinya setelah pamit pada Choi Ajussi. Da Jin berhenti di depan pintu Bangkar dan menatap langit. Da Ji berkata langitnya sangat Indah. Dong Soo meminta Da Jin menikmati Kopinya, karena dia sengaja mempersiapkannya untuk Da Jin agar Da Jin melewati Penerbangan yang baik. Da Jin lalu berkata "Go Cham See Eh" pada Dong Soo, kemudian kembali menatap langit yang indah sementara Dong Soo berkata "Kau lebih cantik" tapi hanya di dalam hati sehingga Da Jin tidak mendengarnya.
Sebelum penerbangannya, Da Jin bertemu dengan seorang nenek yang sedang berdoa disamping kaca yang menghadap lapangan terbang, (sebelumnya Da Jin pernah bertemu juga dengan nenek ini di lain hari dan melakukan ritual yang sama: Berdoa).
Nenek senang melihat Da Jin dan bertanya apakah Da Jin adalah seseorang yang menerbangkan pesawat? Da Jin membenarkan Nenek bertanya lagi apakah pesawat akan tetap di terbangkan jika langit hujan atau bersalju pesawat akan tetap terbang. Da Jin menjawab pesawat akan tetap terbang jika hujan atau saljunya tidak terlalu besar. Nenek berkata ini pertamakalinya dia naik pesawat, dia sangat takjub bagaimana benda sebesar itu ada di langit, itu seperti sebuah keajaiban.
Da Jin bertanya memangnya Nenek mau kemana? Nenek bilang dia mau ke Inggris untuk bertemu anaknya. Nenek mengagumi tangan kecil Da Jin yang Indah yang bisa menerbangkan pesawat yang begitu besar, baginya itu adalah sesuatu yang menakjubkan.
Min Ah membawa banyak belanjaan ke ruang ganti wanita dimana Da Jin sedang membaca. Da Jin berkomentar apakah Min Ah sudah gila? Min Ah bilang dia sedang menghilangkan stress karena Pria yang bertemu dengannya beberapa waktu lalu membuangnya hanya karena dia seorang pilot. Da Jin merasa miris mendengarnya. Min Ah berkata menurut pria itu, Min Ah jadi hilang sisi feminimnya karena terlalu sering bergaul dengan laki-laki.
Da Jin tetap tidak habis pikir mengapa Min Ah harus belanja sebanyak itu. Min Ah berkata dia melakukan ini semua agar lain kali dia tidak dibuang lagi, lalu mencoba sebuah gaun yang dibelinya dengan begitu bahagia. Da Jin hanya bisa meringis melihat kelakuan sahabatnya itu. Min Ah mendengar Da Jin akan terbang ke Inggris, Min Ah pun memberi Da Jin semangat untuk terbang dengan aman, Da Jin menjawabnya: "Roger"
Para Kapten dan Co-pilot memulai briefing. Yang menjadi Pilot pada penerbangan kali ini adalah Yun Seong dan Da Jin serta Kapten Choi dan Jae Soo. Sementara pramugarinya adala tim Ji Won. Da Jin sepertinya masih terlihat tidak nyaman, namun dia menekan rasa itu demi penerbangan yang nyaman. Ji Won melaporkan keadaan penumpang, hari ini mereka akan membawa bayi, balita dan seorang anak lelaki yang akan di adopsi di Inggris. Mendengar kata Adopsi, Yun Seong nampak tak tenang namun mengabaikannya.
Yun Seong dan Da Jin menjadi Kapten dan Co-Pilot pertama yang menerbangkan pesawat. Yun Seong merasa tak enak saat dia melihat kacamata hitam yang dipakai Da Jin adalah kacamata hitam yang dirusaknya saat mereka berada di Australia. Da Jin bertanya apakah pelatihan khususnya sudah berakhir? Yun Seong menjawab, sampai Da Jin bisa mengendalikan Roda dengan benar, Pelatihan itu akan terus berlangsung. Da Jin pun meminta ijin untuk lepas landas.
Waktunya Da Jin dan Yun Seong beristirahat di kabin VIP. Yun Seong dan Da Jin saling mengucapkan terimakasih atas kerja keras mereka dalam menerbangkan pesawat. Da Jin berkata bahwa dia lebih senang harus melepas landaskan atau mendaratkan pesawat dari pada mengendalikan pesawat di langit yang tenang, karena dia merasa lebih hidup saat melakukan itu. Da Jin bertanya pada Yun Seong yang sudah memejamkan matanya bagaimana dengan Kapten? Yun Seong berkomentar baginya semuanya sama saja.
Suasana Kabin Pesawat Ekonomi sedikit tidak tenang karena tangisan Bayi dan Balita yang akan di adopsi. Para penumpang mulai mengeluh. Ji Won datang dan berusaha menenangkan sang balita sementara para pramugari lain menenangkan penumpang yang merasa terganggu. Nenek yang berbicara dengan Da Jin datang dan berkata bolehkah dia menenangkan anak itu? Ji Won memberikannya pada sang nenek, tidak berapa lama anak itu pun berhenti menangis setelah Nenek menyanyikan sebuah lagu untuknya.
Da Jin yang pergi ke toilet melihat insiden itu dan bagaimana adik balita tersebut belum tenang. Da Jin kembali ke kursinya dan berkata pada Yun Seong, apakah mereka bisa bertukar tempat menjadi duduk di kelas Ekonomi? Yun Seong bertanya kenapa? Da Jin menjelaskan bahwa ada bayi dan balita yang menangis di kabin ekonomi. Bisakah mereka melakukannya agar para anak-anak bisa terbang dengan nyaman.
Yun Seong pun setuju. Da Jin dan Yun Seong kini duduk di kelas ekonomi di kursi dimana wanita yang membawa Bayi dan balita tadi duduk. Yun Seong duduk bersebelahan dengan anak laki-laki yang usianya sekitar 6 atau 7 tahunan. Dia juga salah satu anak yang akan diadopsi. Tidur Yun Seong terganggu karena anak itu menangis. Awalnya Yun Seong tidak peduli dan kembali tertidur, setelah sebelumnya berkata:
"Menangislah. Jika kau ingin menangis, menangislah. Jika kau ingin tertawa, tertawalah."
Namun saat melihat anak itu dia merasa melihat dirinya sewaktu kecil saat dia dibawa oleh Ibu Mi Joo ke rumah keluarga Hong untuk di adopsi. Sementara Hong In Tae menatapnya penuh kebencian pada Yun Seong.
Saat terbangun Yun Seong melihat anak itu sedang berusaha tidak mengeluarkan suara tangisnya dengan menggigit jarinya. Yun Seong mengeluarkan tangan Anak itu dari mulutnya dan memberikan lencana pilotnya pada Anak tersebut.
Yun Seong berkata pada anak laki-laki itu: "Jangan pernah melupakan hari ini. Meskipun ada orang disampingmu, meskipun banyak orang yang memperlakukanmu dengan kasar. Di Dunia ini, kau orang yang berharga, jangan lupakan hal itu" Yun Seong menggenggam tangan anak itu yang juga menggenggam tangannya kemudian melanjutkan kata-katanya: "Jika kau kesepian, katakanlah kau kesepian. Jika kau terluka, katakanlah kau terluka. Itulah cara untuk menjadi dewasa" Yun Seong menatap anak itu penuh haru, sementara Da Jin pun merasa kagum pada Yun Seong yang berusaha menenangkan anak itu dan juga merasa terharu dengan kata-kata sang Kapten.
Pesawat pun tiba di Inggris. Kedua wanita yang membawa bayi dan balita berterimakasih karena diijinkan pindah ke kabin VIP sehingga anak-anak yang mereka bawa tidak menangis lagi. Ji Won berkata tidak masalah. Ji Won mendekat pada anak lelaki yang dibawa dua wanita itu. Ji Won memberikan sesuatu untuk anak itu sebagai hadiah.
Kedua wanita dan anak lelaki itupun pergi. Yun Seong datang kemudian menatap anak lelaki itu. Anak tersebut berbalik kepadanya, Yun Seong memberikan acungan jempolnya pada anak tersebut dan menatapnya dengan haru, dan Anak itu tersenyum dan menunjukkan lencana Pilot yang diberikan Yun Seong
Sementara itu Ji Won dan Da Jin menatap Yun Seong yang sedang menatap anak itu juga dengan terharu tanpa Yun Seong ketahui (Hmm.. aku rasa Yun Seong benar-benar merasa melihat dirinya saat kecil ketika melihat anak itu).
Da Jin sedang menikmati paginya di halaman Hotel tempatnya menginap di Inggris. Dia melihat nenek yang ditemuinya di bandara. Dia mendekati nenek itu dan menyapanya. Tiba-tiba petugas sosial yang menemani Nenek ke Inggris datang dan mengabarkan jika dia tidak bisa menghubungi nomor Putra sang Nenek, hal ini membuat Nenek menjadi panik mendengarnya
Da Jin mencoba membantu menelpon, tapi memang tidak tersambung. Petugas sosial berkata, itu sangat aneh, padahal dia jelas-jelas memberitahukan bahwa mereka akan datang hari ini. Mungkin putranya tidak ingin menemui sang nenek, karena saat dia kecil sang nenek membiarkan anak itu untuk diadopsi dan dibawa ke Inggris demi kehidupan yang lebih baik. Petugas Sosial berkata dia hanya punya alamat rumahnya saja, tapi dia tak yakin bisa menemukannya karena ini pertama kalinya dia ke Inggris.
Da Jin pun berinisiatif untuk mengantar Nenek dan Petugas Sosial mencari alamat Putra sang Nenek yang bernama Lee Jung Sook. Sayangnya, berdasarkan keterangan tetangganya, ternyata Lee Jung Sook sudah pindah minggu lalu. Nenek menjadi sedih mendengar hal itu.
Di perjalanan kembali ke Hotel, Nenek batuk-batuk dan tampak tak sehat. Petugas Sosial bertanya apakah Nenek membawa obat diabetesnya. Nenek berkata dia membawanya, dia ingin bertemu dengan putranya, karena itu dia tidak boleh sakit. Di masa lalu, kehidupannya sangat sulit, dia ingin anaknya hidup dengan orang kaya. Dan sekarang, sebelum dia mati dia ingin melihat putranya sekali saja, itu adalah keinginan terakhirnya.
Yun Seong pergi ke toko kacamata untuk membeli kaca mata Da Jin yang dia rusak di Australia. Sayangnya dia tak menemukan model yang sama. Akhirnya Yun Seong berinisiatif untuk membelikan kaca mata yang sama dengan kaca mata miliknya. (ah... Sunglass Couple... hehehe)
Saat sampai di hotel, Yun Seong melihat Da Jin sedang berbicara dengan Petugas Sosial. Dia mendengarkan pembicaraan Da Jin dengan petugas sosial yang berkata bahwa Da Jin akan membawa Jung Soo pada Nenek.
Da Jin pun mulai mencari Jung Soo ke tempat kerjanya, tapi Jung Soo sudah keluar beberapa hari yang lalu. Rekan kerja Jung Soo menyarankan agar Da Jin mencari informasi di tempat kerja istri Jung Soo, Da Jin pun bersemangat untuk mencarinya. Namun saat tiba disana, Da Jin pun tak mendapatkan informasi dari sana. Tanpa Da Jin sadari, Yun Seong mengikuti semua gerak gerik Da Jin saat mencari Jung Soo.
Saat sampai di hotel, Da Jin melihat seorang pria yang mirip dengan pria yang ada di foto Lee Jung Soo yang diberikan oleh petugas sosial padanya. Setelah memastikannya Da Jin bertanya bukankah orang itu Lee Jung Soo? Apakah dia datang untuk menemui ibunya?
Da Jin pun menarik orang itu ke arah pintu masuk. Tapi Lee Jung Soo menghentakan pegangan tangan Da Jin dengan kasar dan pergi dengan taksi.
Da Jin memanggilnya dan berkata bagaimana Lee Jung Soo bisa kabur setelah dia mencarinya kemana-mana. Yun Seong datang dengan mobilnya dan menandakan bahwa dia menawarkan tumpangan pada Da Jin untuk mengejar taksi Lee Jung Soo.
Yun Seong dan Da Jin pun berhasil mengikuti taksi yang dinaiki Lee Jung Soo hingga sampai ke rumahnya. Sebelum Da Jin menemui Lee Jung Soo, Yun Seong bertanya apakah Da Jin harus melakukan ini? Da Jin berkata Lee Jung Soo pasti sangat merindukan ibunya, makanya dia datang ke depan hotel.
Da Jin pun menggedor pintu rumah Lee Jung Soo, pria itu keluar dan berkata dirinya bukan Lee Jung Soo saat Da Jin sekali lagi bertanya apakah dia Lee Jung Soo. Lee Jung Soo pun masuk lagi ke dalam. Da Jin kembali memanggil-manggilnya sambil menggedor-gedor pintu rumahnya tapi dia tak keluar lagi.
Tak berapa lama, seorang wanita keluar dari rumah itu. Sepertinya istri Lee Jung Soo. Wanita itu pergi untuk mengambil pakaian kering yang telah dijemurnya. Da Jin bertanya apakah hubungan Jung Soo dan Ibunya buruk? Istri Jung Soo berkata dia sudah merasa kesepian sejak pergi meninggalkan rumah (orang tua yang mengadopsinya) sejak dia berusia 15 tahun. Lee Jung Soo membenci ibunya yang telah mencampakannya. Istrinya berharap Da Jin tidak mengganggunya lagi.
Yun Seong mengajak Da Jin pergi, tapi Da Jin terlihat enggan. Yun Seong mengingatkan bukankah istri Jung Soo bilang supaya tidak mengganggunya lagi, Da Jin tidak akan mengerti perasaan anak yang dicampakan oleh orang tuanya. Da Jin membenarkan dia tidak akan tahu, karena dia tidak pernah merasa dicampakan oleh orang tuanya. Dia tumbuh dengan banyak cinta dari orang tuanya, sehingga dia tidak bisa mengerti perasaan Lee Jung Soo. Tapi Da Jin tahu, Lee Jung Soo akan menyesal jika dia tidak menemui ibunya sekarang. Orang tua tak selamanya ada, dan dia tahu dengan baik bagaimana rasanya penyesalan setelah menyakiti orang tua namun tak sempat meminta maaf.
Da Jin berkata dia ingin memberikan kenangan yang indah untuk Ibu Lee Jung Soo yang dengan semangat berkata dia melakukan penerbangan ini untuk bertemu dengan anaknya yang sudah lama tak ditemuinya. Da Jin tidak ingin Ibu Jung Soo mengenang pesawat sebagai alat transportasi saja ataupun sepotong baja.
Yun Seong berkata Da Jin juga harus memikirkan dari sisi Lee Jung Soo. Akan tidak benar jadinya jika seorang anak yang ditinggalkan orang tuanya dia akan merasa baik-baik saja. Yun Seong berkata bahwa semuanya terserah Da Jin saja, tapi dia akan pergi. Yun Seong pun meninggalkan Da Jin sendirian di depan rumah Lee Jung Soo.
Da Jin menunggu di depan rumah itu hingga menjelang petang, dan kaget saat melihat Yun Seong kembali. Ternyata Yun Seong pergi untuk membeli makanan membuat Da Jin tersenyum melihat makanan yang ditunjukkan Yun Seong padanya.
Mereka pun pergi memakan makanan itu di suatu tempat di dekat rumah Lee Jung Soo. Da Jin makan dengan rakus, sedangkan Yun Seong makan dengan elegan.
Saat Da Jin tersedak, Yun Seong menatapnya sejenak lalu membuka tutup botol salah satu air mineral. Da Jin sudah mengulurkan tangannya berpikir Yun Seong membukakan botol air mineral itu untuknya, tapi Da Jin salah, Yun Seong ternyata membuka botol air itu untuk diminumnya sendiri.
Malam itu Da Jin dan Yun Seong menunggu di depan rumah Lee jung Soo di dalam mobil sewaan Yun Seong. Yun Seong bertanya pada Da Jin, mau sampai kapan Da Jin menunggu? Da Jin menjawab dia hanya akan memintanya sekali lagi, jika Lee Jung Soo masih menolak menemui ibunya, dia akan pergi.
Da Jin tidak terlalu nyaman dengan perutnya, karena sejak tadi berbunyi terus, bukan karena lapar, sepertinya dia ingin buang air besar, tapi bingung harus bagaimana. Da Jin bilang dia kedinginan, Yun Seong mengambilkan selimut yang ada di jok belakang dan mempersilahkan Da Jin memakainya jika Da Jin membutuhkannya. Da Jin bertanya apakah Yun Seong sengaja mempesiapkan selimut itu? Yun Seong mengelak dan berkata selimut itu sudah tersedia di mobil.
Perut Da Jin masih saja berbunyi. Yun Seong merasa tak enak, dia memutuskan keluar mobil untuk menghirup udara segar. Sementara Da Jin hanya bisa meringis menahan malu. Namun dia menemukan sebuah fakta. Selimut yang diberikan Yun Seong adalah selimut baru karena masih ada harganya, itu artinya Yun Seong memang sengaja membeli selimut itu. Da Jin bengong dengan harga selimut itu yang mahal menurutnya "55 Pounds?" (kira-kira berapa rupiah ya??)
Da Jin sepertinya tidak bisa menahan lebih lama lagi "Nature Call" dia pun akhirnya buang hajat di antara semak-semak yang ada di lapangan di sekitar rumah Lee Jung Soo. Sementara Yun Seong menungguinya di tempai yang agak jauh. Da Jin berkata agar Yun Seong jangan pergi meninggalkannya, tapi Yun Seong tidak menyahut panggilannya saat Da Jin memanggilnya. Setelah berkali-kali akhirnya Yun Seong berkata bahwa dia tidak pergi.
Da Jin berkomentar sepertinya Yun Seong tidak pernah menyanyi, Da Jin meminta Yun Seong bertepuk tangan. Yun Seong pun bertepuk tangan dengan terpaksa, Da Jin tidak mendengarnya dan meminta Yun Seong bertepuk tangan lebih keras lagi... lagi... dan lagi... sampai Yun Seong bertepuk tangan dengan penuh kekesalan. (wkwkwkwkwk,,, aku ngakak banget liat scene ini.. mau-maunya tuh Yun Seong di suruh-suruh tepuk tangan sama Da Jin, Captain yang dingin itu??)
Malam semakin larut, Yun Seong dan Da Jin sudah terlelap di dalam mobil. Yun Seong terbangun di tengah malam dan melihat selimut yang dipakai Da Jin melorot, Yun Seong membenarkannya dan mencoba kembali tertidur, namun saat melihat Da Jin sepertinya masih kedinginan dia akhirnya memberikan selimut yang dipakainya pada Da Jin.
Yun Seong akhirnya tertidur tanpa selimut. Saat giliran Da Jin yang terbangun saat menjelang pagi hari, dia melihat Yun Seong tak berselimut. Akhirnya Da Jin memberikan selimutnya pada Yun Seong dan keluar dari mobil.
Da Jin melihat jendela rumah Lee Jung Soo yang masih menyala dan terlihat siluet Jung Soo yang sedang mondar mandir. Da Jin bergunam, ternyata Lee Jung Soo tidak bisa tidur nyenyak, dia merasa masih punya kesempatan untuk membujuknya.
Pagi hari, Lee Jung Soo akhirnya keluar rumah. Da Jin berusaha membujuk Lee Jung Soo menemui ibunya. Dia berharap Jung Soo bisa melupakan apa yang terjadi di masa lalu. Da Jin mengerti kekecawaan Lee Jung Soo pada ibunya, tapi Lee Jung Soo harus tahu bahwa ibunya selalu mencari-cari Lee Jung Soo, sayang nya dia tidak punya kesempatan untuk menemuinya. Da Jin sangat berharap Lee Jung Soo mau menemui ibunya.
Lee Jung Soo tidak peduli dan berkata bahwa Wanita itu adalah orang asing baginya. Dia meminta Da Jin untuk tidak datang lagi. Da Jin bertanya lalu mengapa Lee Jung Soo ke hotel, bukankah dia ingin menemui ibunya, bahkan Lee Jung Soo masih bisa berbahasa Korea, itu berarti dia tak pernah melupakan negaranya, artinya dia pun tak pernah melupakan ibunya. Da Jin mencoba mengatakan bahwa ibunya sangat mencintai Jung Soo dan selalu menangis setiap mengingatnya. Namun Lee Jung Soo tidak peduli, mengabaikan semua kata-kata Da Jin dan tetap pergi tanpa mempedulikan Da Jin yang memanggilnya berkali-kali.
Yun Seong mengingatkan Da Jin untuk segera pergi. Da Jin sudah melakukan hal yang lebih dari cukup untuk membujuk Lee Jung Soo menemui ibunya. Da Jin mengacak-ngacak rambutnya merasa frustarsi karena tidak berhasil membujuk Lee Jung Soo, namun dia tak punya pilihan, dia hanya bisa menurut pada Yun Seong.
Sebelum pulang, Da Jin dan Yun Seong mampir dulu ke sebuah tebing yang indah (bener-bener indah menurutku).
Da Jin berkata pada Yun Seong, dia merasa kasihan pada Lee Jung Soo dan ibunya. Mereka pasti sebenarnya saling merindukan tapi tidak bisa bertemu. Da Jin berterimakasih pada Yun Seong yang telah membantunya. Yun Seong mengatakan tidak apa-apa. Lalu Da Jin bertanya mengapa Yun Seong menyewa mobil di perjalanannya ke Inggris kali ini, apakah Yun Seong harus berpergian ke suatu tempat. Yun Seong langsung salah tingkah, dan berkata dia ingin menemui temannya. Da Jin percaya saja dan memuji bahwa pergaulan Yun Seong sangat luas. (padahal kan Yun Seong Khusus menyewa mobil buat ngikutin gerak gerik Da Jin dalam mencari Lee Jung Soo, Hmm... gengsinya Captain emang setinggi gunung yah??)
Dengan sedih Da Jin mengabarkan pada nenek jika Putranya Lee Jung Soo tidak ingin menemuinya. Nenek menjadi sedih karenanya.
Da Jin memberikan alamat Lee Jung Soo pada Nenek, mungkin lain kali, dikunjungan Nenek selanjutnya ke Inggris dia bisa mengunjungi putranya. Nenek menerima alamat itu dan menatapnya dengan haru, lalu memeluk kertas itu seolah benda adalah putranya, dia menangisi alamat itu sambil memangil-manggil nama sang anak.
Siang harinya, Da Jin dan Yun Seong telah bersiap untuk penerbangan mereka kembali ke Seoul. Saat Da Jin dan Yun Seong mengobrolkan tentang rencana penerbangan, Petugas Sosial yang mengantar nenek ke Inggris menemui Da Jin dan bertanya apakah Da Jin melihat Nenek? Da Jin bertanya apakah Nenek tidak ada di kamarnya? Petugas Sosial berkata Nenek berkata dirinya pusing jadi dia pikir Nenek tertidur dikamarnya, tetapi malah tidak ada. Da Jin berpraduga mungkin saja nenek pergi ke rumah Lee Jung Soo. Da Jin berinisiatif untuk menjemput Nenek, dia berjanji pada Yun Seong bahwa dia tidak akan terlambat untuk penerbangan. Masalahnya Yun Seong tidak bisa membiarkan Dan Jin pergi sendiri, akhirnya dia pun ikut pergi untuk menjemput Nenek bersama Da Jin.
Benar saja, Nenek pergi ke rumah Lee Jung Soo. Nenek menangis memanggil-manggil Jung Soo di balik pintu rumahnya. Lee Jung Soo yang ada di dalam menjadi begitu gelisah, tapi dia tak juga membukakan pintu, padahal Nenek terus menerus memanggil namanya sambil meminta maaf dan mengatakan bahwa dia tak punya pilihan selain membiarkan Jung Soo diadopsi di masa lalu.
Nenek terus meminta maaf sambil menangis, dibalik pintu Jung Soo pun menangis apalagi saat Nenek memasukan gumpalan uang untuknya, dia tak bisa lagi menahan tangisnya, namun dia tetap tak juga menemui Sang Ibu yang merasa sangat bersalah padanya.
Da Jin dan Yun Seong yang sudah tiba dengan taksi merasa tak tega menyela adegan menyedihkan itu dan menunggu sejenak. Hingga akhirnya mereka berhasil membawa Nenek untuk kembali ke Hotel.
Di Heathrow International Airport, Jae Soo cemas karena Da Jin dan Yun Seong belum juga kembali. Kapten Choi yang datang bersama rombongan Cabin Crew menemui Jae Soo dan bertanya tentang Da Jin, akhirnya dengan terpaksa Jae Soo menceritakan kebenarannya hingga Kapten Choi tahu alasan mengapa Yun Seong dan Da Jin belum tiba di bandara hingga saat ini.
Cabin Crew yang sudah mengetahui rumor tentang Da Jin dan Yun Seong yang belum juga datang, Di dalam pesawat mereka mulai bergosip apa mereka tahu apa akibatnya jika mereka terlambat. Mereka pasti akan dipenggal. Dengan keterlambatan mereka artinya mereka sudah siap melepaskan pekerjaan mereka. Salah satu Pramugari berkata, bahwa mereka selalu melakukan pekerjaan dengan baik, seharusnya mereka di maafkan. Kapten Choi mencoba mengalihkan kecemasan para cabin crew dengan berkata bahwa mereka harus memulai briefing.
Choi Ji Won yang ada di situ hanya bisa bungkam mendengar Yun Seong dan Da Jin belum juga datang karena menjemput seorang Nenek.
Pesawat akan segara lepas landas. Kapten Choi berkata mereka harus segera pergi, mereka tak bisa lagi menunggu Da Jin dan Yun Seong. Jae Soo berkata dia akan mempersiapkan agar mereka bisa segera pergi.
Apa yang membuat Yun Seong dan Da Jin tidak juga tiba di bandara? Ternyata mereka terjebak kemacetan yang cukup parah. Da Jin putus asa melihat hal ini. Dia mengusulkan pada Yun Seong agar mereka pergi dengan berlari saja, dengan begitu mereka lebih cepat sampai di bandara. Yun Seong setuju.
Saat Da Jin membukakan pintu untuk Nenek, tubuh tua Nenek terjatuh ke jalan dari dalam mobil dalam keadaan tak sadarkan diri. Hal ini tentu saja membuat Da Jin dan Yun Seong menjadi begitu panik.
Para Pramugari cemas menunggu Kim Yoon Sung dan Han Da Jin yang tak kunjung datang. Padahal pesawat sebentar lagi tinggal landas. Lee Joo Ri mengeluh apa yang harus mereka lakukan kalau Kapten Kim dan Han Da Jin tak segera datang.
Yoon Sung dan Da Jin naik taksi bersama Nenek tapi mereka terjebak macet, ada kendaraan yang mogok dan menghalangi jalan.
Kapten Choi dan co-pilot Jae Soo sudah berada di kokpit siap berangkat tapi mereka masih menunggu kedatangan Yoon Sung dan Da Jin. Jae Soo tak mengerti karena tak seperti biasanya mereka terlambat.
Da Jin cemas ia tak sabar dan keluar dari taksi untuk melihat situasi. Ia menyarankan pada Yoon Sung lebih baik lari saja karena itu sepertinya lebih cepat. Yoon Sung melihat jam tangan dan setuju usul Da Jin. Ia segera keluar dari taksi.
Da Jin membuka pintu taksi dimana Nenek duduk tapi ketika ia membuka pintunya Nenek ambruk tak sadarkan diri. Da Jin dan Yoon Sung panik, apa yang harus keduanya lakukan. Mereka dikejar waktu karena pesawat sebentar lagi akan berangkat.
Penumpang sudah memenuhi kabin. Ji Won melihat jam tangannya menunggu cemas.
Yoon Sung dan Da Jin membawa Nenek ke rumah sakit. Dokter langsung memeriksa dan mengatakan kalau kadar gula nenek turun, hal ini biasa terjadi pada pasien diabetes.
Yoon Sung tanya apa ini akan menjadi masalah kalau nenek naik peswat. Dokter mengatakan selama penerbangannya lancar maka nenek akan baik-baik saja. Nenek yang sudah sadar berkata kalau ia tak apa-apa lebih baik cepat ke bandara. Da Jin menatap Yoon Sung. Yoon Sung mengangguk setuju.
Da Jin dan Yoon Sung tiba di bandara, keduanya mendorong kursi roda nenek. Keduanya tergesa-gesa menuju pesawat yang akan kembali ke Korea.
Di kokpit Kapten Choi sudah menahan kesal karena Kapten Kim dan Da Jin tak kunjung datang. Jae Soo mencoba menghubungi Da Jin.
Penumpang protes karena pesawat tak kunjung lepas landas padahal sudah lewat 10 menit dari jadwal keberangkatan. Lee Joo Ri berusaha menjelaskan kalau ada beberapa penumpang yang belum masuk ke pesawat.
Ada salah satu penumpang menghampiri Ji Won di pintu pesawat. Pria itu bertanya dalam bahasa inggris apa Ji Won manager kabin. Ji Won menjawab ya dan bertanya dalam bahasa inggris pula apa yang bisa ia bantu.
Pria itu berkata lebih baik bicara dalam bahasa Korea saja supaya cepat dimengerti. Pria itu bertanya kenapa pesawatnya belum berangkat. Ji Won bersikap ramah meminta maaf karena masih ada penumpang yang belum masuk.
Pria itu bilang kalau hal tersebut bukan urusannya, kalau pesawat terlambat dan bisnisnya berantakan bagaimana cara Ji Won mengganti nilai kontrak bisnis senilai 60 juta won. Ia meminta Ji Won memberi tahu pihak kokpit kalau pesawat tidak segera berangkat ia tak akan tinggal diam.
Ji Won kembali minta maaf ia memohon pengertian. Selain itu menurut laporan dari kokpit mereka akan mengalami Jet Stream pada penerbangan kali ini, "Kalau kita memanfaatkan arus ini kita bisa sampai 20-30 menit lebih awal."
(Jet Stream: arus kencang di aliran udara kecil di atmosfer. Dengan memanfaatkan ini penerbangan akan lebih cepat)
Da Jin dan Yoon Sung tiba bersama nenek dan petugas dari dinas sosial. Yoon Sung dan Da Jin langsung menuju kokpit. Ji Won menyuruh pramugari yang bernama Sa Rang untuk memindahkan nenek ke kabin kelas 1. Da Jin berhenti mendengar permintaan Ji Won. Nenek bilang tak usah tapi petugas dari dinas sosial berkata kalau Ji Won akan memindahkan nenek ke tempat duduk yang lebih bagus. Nenek bersikeras tak usah tapi Ji Won mengatakan tak apa-apa karena masih ada kursi di kabin kelas 1 yang masih kosong. Sa Rang pun mengantar nenek ke tempat duduk di kabin kelas 1.
Da Jin akan ke ruang kokpit tapi langkahnya kembali terhenti ketika penumpang pria itu berkata kalau pilot Korea Selatan sangat tidak disiplin. Da Jin akan maju menyanggahnya tapi tak jadi karena Ji Won mengatakan kalau pria itu sudah salah paham maskapai penerbangannya sangat memperhatikan masalah waktu. Kalau bukan karena ada penumpang yang bermasalah penundaan keberangkataan seperti ini tak akan terjadi. "Tapi bagaimanapun juga setiap penumpang adalah keluarga. Kami tak bisa membiarkan anggota keluarga yang sedang mengalami kesulitan."
Ji Won kembali minta maaf atas ketidaknyamannya. Penumpang pria itu kembali ke kursinya. Ji Won berbalik dan bertemu pandang dengan Da Jin. Da Jin mengabaikannya dan segera ke ruang kokpit.
Di ruang kokpit Yoon Sung dan Da Jin minta maaf pada Kapten Choi karena keterlambatannya. Kapten Choi berkata kalau mereka sudah terlambat dan harus segera take off. Ia menyuruh Yoon Sung dan Da Jin istirahat dulu nanti ia akan menyerahkan kendali pesawat pada keduanya.
Terdengar pemberitahuan dari pramugari kalau penumpang sudah lengkap semua, apa boleh mereka menutup pintunya. Kapten Choi pun memberi ijin menutup pintu.
Wings Air 202 penerbangan dari Inggris ke Korea pun lepas landas.
Da Jin menemui beberapa pramugari dan minta maaf atas keterlambatannya. Lee Joo Ri menatap kesal kenapa Da Jin terlambat mereka sudah cemas tadi, "Kau seharusnya tahu terlambat sedikit saja akan membuat penumpang tak senang." Da Jin tersenyum mengerti dan kembali minta maaf.
Da Jin dan Ji Won pun kembali bertemu pandang. Da Jin juga meminta maaf atas keterlambatannya tadi pada Ji Won.
Dan ternyata ada salah satu penumpang yang menguping pembicaraan mereka, "Sulit dipercaya ternyata pilotnya yang terlambat!" Gumam si penumpang.
Da Jin kembali ke tempat duduknya di samping Yoon Sung, sekali lagi ia mengucapkan permintaan maaf. Tapi Yoon Sung sudah bosan mendengar ucapan permintaan maaf Da Jin. Da Jin meyakinkan kalau nenek itu sedang dalam kesulitan besar ia tak bisa membiarkannya begitu saja. Tapi menurut Yoon Sung kesulitan yang Da Jin hadapi jauh lebih besar, "Seseorang yang selalu melakukan sesuatu untuk orang lain perlu melakukan sesuatu untuk dirinya juga. Han Da Jin, kau orang yang membosankan."
Da Jin berkata kalau ia hanya ingin menolong. Yoon Sung berterima kasih untuk hal itu dan Da Jin sudah membuang waktu 300 penumpang. Pada saat itu seseorang kehilangan kontrak bisnis, kehilangan momen kelahiran mereka dan mungkin juga ada yang kehilangan orang yang dicintainya. Yoon Sung tak ingin bicara lagi, ia memejamkan mata. Da Jin tertunduk diam.
Di menara pengawas Incheon. Atasan Dong Soo mengeluhkan kegagalan tes kesehatan Young Jae (sepertinya salah satu anak buahnya gitu) staf pengawas menara menanyakan seberapa buruk keadaannya. Pak Kepala mengatakan kalau tekanan darah dan kolesterolnya tinggi dan itu benar-benar masalah yang besar untuk Yoong Jae. Bawahannya tanya lalu apa yang akan terjadi pada Yong Jae.
Dong Soo menyahut apa lagi tentu saja dia tak akan bisa secepatnya berada di kantor. Dia harus minum obat dan mudah-mudahan bisa lulus tes kesehatan di tes berikutnya. Ia mengingatkan anak buahnya agar berhati-hati dengan kesehatan dan jangan lupa jenguk dia. Pak kepala menasehati bawahannya agar menjaga kesehatan, ia merasakan sakit di perutnya dan segera minum obatnya. Ia berpesan jangan sampai seperti dirinya. Pak ketua meminum obatnya dan segera berlalu.
Bawahan Dong Soo memberi tahu kalau ia mendengar pak ketua sudah kehilangan kesempatan untuk dipromosikan lagi. Dong Soo tak percaya. Bawahannya yang lain berkata kalau pak kepala tidak bagus dalam bekerja, dia tak bisa menyampaikan informasi dengan cepat.
Dong Soo marah mendengar hal buruk tentang pimpinannya dan berkata apa pak kepala memiliki waktu untuk itu, dia sudah melakukan semua hal sulit sendirian. Bagaimana seandainya kalau pak kepala tak ada disini apa menara pengawas ini bisa beroperasi.
Bawahannya tertunduk tapi ada seorang yang bernama Lee Kyung Mi yang tersenyum mendengar kemarahan Dong Soo. Ia pun meminta pendapat Lee Kyung Mi. Kyung Mi tak tahu harus berkomentar apa ia pun berdiri dan mengatakan kalau ia setuju pendapat Dong Soo. Dong Soo menatap bawahannya dan berkata kalau ia hanya bisa mempercayai anak baru.
Paman Kang duduk di ayunan di depan rumah Paman Choi. Ia melihat jam tangannya hehe sepertinya Paman Kang lagi janjian nih ya. Paman Kang melihat orang yang ia tunggu sudah keluar rumah, siapa lagi kalau bukan Bibi Yang. Paman Kang mengatakan kalau ia sudah memesan tempat di restoran dan suasana disana juga sangat bagus.
Ppo Song keluar dari rumah sudah siap dengan pakaian lengkapnya. Paman Kang heran dan bertanya apa Ppo Song tak sekolah. Ppo Song menjawab tidak. Bibi Yang memberi tahu kalau di sekolah Ppo Song ada banyak anak yang terkena flu jadi ia tak bisa membiarkan Ppo Song pergi ke sekolah. Paman Kang berkata bukankah seharusnya Ppo Song istirahat saja di rumah. Ia pun bertanya pada Ppo Song apa Paman Dal Ho (Paman Choi) ada di rumah.
Tiba-tiba orang yang dimaksud datang dan mengagetkan Paman Kang. Paman Kang berkata kalau ada yang bilang ‘seekor harimau datang dengan sendirinya ketika orang-orang membicarakannya’ Tapi ini bukannya harimau yang datang malah seeokor rakun.
Paman Choi kesal, Apa?
Paman Kang membalas, Apa?
Paman Choi, apa?
Paman Kang berkata apa orang ini makan nasi hanya setengah kenapa bicara dengannya dengan bahasa informal. Paman Choi berkata kalau Paman Kang ini pasti lebih muda darinya. Bibi Yang menengahi dan segera mengajak Paman Kang pergi. Ia minta tolong pada Paman Choi agar menjaga Ppo Song. Sebelum pergi paman Kang berkata kalau ia itu lahir di tahun 1958 tahun anjing yang terkenal.
Paman Choi menyenggol Ppo Song dengan sengaja, sepertinya Ppo Song mengerti ia langsung memanggil Bibinya. Ia juga ingin ikut kemana Bibinya pergi dan yang pastinya paman Choi juga ikut. Wajah Ppo Song memelas ingin diajak, Bibi Yang melihatnya tak tega. Ia pun mengajak keponakannya.
Kemana mereka pergi, ke tempat karaoke. Bibi Yang dan Paman Kang berduet romantis dan itu jelas membuat Paman Choi jengah. Ia memilih lagu yang akan ia nyanyikan bersama Ppo Song. Ia membuka lembar buku pilihan lagunya dengan kasar. hehe.
Paman Kang dan Bibi Yang selesai menyanyi. Paman Choi berniat memberikan minuman pada Bibi Yang tapi ia kalah cepat karena Paman Kang lebih dulu memberikan minuman. Sementara minuman yang diambilkan Paman Choi diambil Paman Kang haha.
Kini saatnya Ppo Song dan Paman Choi nyanyi (kayaknya lagu anak-anak deh haha) Tapi Paman Choi tak konsentrasi menyanyi. Ia melihat Paman Kang dan Bibi Yang saling berbisik dan tertawa-tawa. Paman Choi jengkel dan mengganggu keduanya, ia menyanyi dengan suara keras-keras. Paman Kang jelas kesal haha.
Mereka pun pulang ke rumah paman Choi. Ppo Song terlelap Paman Choi membopongnya untuk dipindahkan ke kamar. Ia kesal karena Paman Kang tak kunjung pulang. Apalagi ia melihat Bibi Yang tertawa-tawa dan bercanda mengamati CD lagu Bibi Yang. Paman Kang memuji foto di cover CD itu sangat cantik.
Paman Choi berada di ruang mesin ia tengah mendengarkan lagu dari CD. Ia mencoba menyanyikannya tapi ditengah-tengah ia lupa liriknya haha.
Di dalam pesawat Ji Won mengambilkan minuman jus jeruk yang dipesan salah satu penumpang (pria tadi yang protes kenapa pesawatnya terlambat) Tapi pria itu bilang kalau ia ingin dibawakan air putih saja. Ji Won mengerti ia pun mengambilkannya, tapi ketika Ji Won mengantarkan air putih penumpang itu minta dibawakan kopi. Ji Won bersikap seramah mungkin dan tersenyum.
Ji Won mengambilkan kopi pesanan penumpang. Pramugara yang saya belum tahu namanya bertanya apa penumpang itu minta ganti minuman lagi. Ia menilai kalau pria itu sungguh keterlaluan. Pramugari yang lain membenarkan ini sudah yang kesekian kalinya. Si pramugara membaca nama penumpang yang dimaksud Tony Brian. Ji Won teringat kalau si bapak Tony Brian sempat menyentuh perut. Ia pun tak jadi membuatkan kopi ia mengambilkan minuman jahe.
Lee Joo Ri mengeluh kesalahan apa yang ia buat di kehidupan sebelumnya sampai ia berulang kali mengucapkan ‘saya minta maaf’ Sa Rang bertanya memangnya ada apa. Joo Ri mengatakan kalau ada salah satu penumpang yang terus meminta alkohol.
Ji Won memberikan minuman jahe pada penumpang yang bernama Tony Brian. Tony Brian berkata kalau ia meminta kopi. Ji Won mengatakan kalau ia melihat perut Pak Tony Brian ini kembung, ia pun bertanya apa pak Tony Brian alergi terhadap jahe. Tony Brian menjawab tidak. Ji Won mengatakan kalau minuman ini berkhasiat untuk meringankan perut kembung. Ji Won permisi.
Yoon Sung dan Da Jin beristirahat di kursi kelas bisnis. Sa Rang dan pramugari lain melayani penumpang. Tapi lihat ada penumpang yang mencoba mencuri kesempatan. Ia melirik bagian kaki Sa Rang.
Sa Rang menuangkan wine ke gelas pria yang tadi menatap kakinya, tangan pria itu mengambil kesempatan dengan menggenggam tangan Sa Rang. Sa Rang tentu saja kaget tapi ia masih berusaha bersikap tenang.
Sa Rang menuangkan wine untuk pria yang ada di sebelah dan lagi-lagi pria tadi berusaha menyentuh kaki Sa Rang tapi ada tangan seseorang yang mencegahnya, tangan Ji Won. Sa Rang segera menyingkir.
Ji Won mengingatkan kalau penumpang dilarang keras melakukan hal yang tak pantas di dalam pesawat. Pria itu berkata kalau ia hanya melakukan hal yang biasa saja. Ji Won kembali mengingatkan pria itu kalau masih seperti ini demi keamanan penumpang lain dan kru mereka harus mengambil tindakan khusus.
"Tindakan khusus?" Pria itu menilai kalau hal ini terdengar menarik.
Ji Won berkata kalau berdasarkan peraturan keamanan penerbangan Korea jika ada kru yang dilecehkan mereka diperbolehkan menahan penumpang tersebut bahkan memborgolnya dan menyerahkan ke polisi, dia bahkan akan dituntut ke pengadilan.
Tanpa sengaja Da Jin mendengar semuanya. Yoon Sung pun demikian ia membuka matanya. Pria itu terdiam setelah mendengar penjelasan Ji Won, sepertinya ia menahan kesal deh. Ji Won memberi kode pada Sa Rang agar segera pergi. Sa Rang mengangguk mengerti.
Pak Tony Brian terlelap, Ji Won berjalan melintas dan album foto milik Tony Brian pun jatuh, Ji Won mengambilkannya. Tony Brian terbangun. Ji Won melihat album foto milik Tony Brian. Foto pemandangan langit dengan awan-awannya.
Ji Won tersenyum mengembalikan album foto dan bertanya apa perut pak Tony Brian sudah baikan. Tony Brian mengangguk. Ji Won mengambil kaleng kosong minuman jahe yang sudah dihabiskan oleh Tony Brian. Tony Brian membuka album fotonya.
Ji Won masuk ke toilet, belum sempat ia mengunci pintu tiba-tiba ada seseorang yang membuka dan memaksa masuk ke toilet bersamanya. Ia jelas terkejut ternyata itu pria yang melakukan pelecehan terhadap Sa Rang.
Ji Won ketakutan, apa lagi pria itu mulai membelainya. Sesaat kemudian pria itu mencengkeram baju Ji Won.
Ji Won berkata kalau pria itu keluar dengan tenang ia tak akan menuntut. Tapi pria itu makin mencengkeram baju Ji Won dan berkata kalau masalahnya ia bisa menyelesaikannya sendiri. Ia menarik baju Ji Won keras membuat kancing bajunya lepas. Ji Won berteriak ketakutan.
Tiba-tiba ada tangan yang menarik baju pria itu. Kapten Kim Yoon Sung. Ia menarik dan menjatuhkan si lelaki hidung belang.
Yoon Sung menatap marah seakan ingin membunuh pria ini. Ji Won berusaha menahan dan menenangkan Yoon Sung. Beberapa pramugari datang, tapi Yoon Sung tak bisa membiarkan pria ini lolos begitu saja. Ia mendorong Ji Won agar menyingkir.
Yoon Sung yang sudah marah akan memukul tapi dengan cepat Da Jin datang menahan tangan Yoon Sung, pria itu mulai ketakutan.
Yoon Sung yang sudah hilang kesabaran pun mendorong pria itu hingga tersungkur dan jatuh di kabin kelas ekonomi. Penumpang jelas saja terkejut dengan keributan ini.
Pria itu tak terima diperlakukan seperti itu, pramugara berdiri dan menutup tirai agar keributan tak terlihat oleh penumpang. Pria itu mengatakan kalau dirinya itu penumpang kelas bisnis apa Yoon Sung tahu berapa harga tiket kelas bisnis. Yoon Sung berkata kalau harga tiket para penumpang tak termasuk bonus para pramugari. Pria itu menuduh kalau wanita itu (Ji Won) yang menggodanya lebih dulu. Ji Won menyangkal kalau ia tak melakukan hal seperti itu.
Yoon Sung berkata kalau mereka akan menyerahkan pria ini ke polisi bandara ketika sudah mendarat nanti. Si pramugara mengerti, ia akan membawa pria itu kembali ke tempat duduk. Pria itu jelas tak terima sudah diperlakukan seperti ini, ia mengancam akan menuntut. Ji Won tak takut dengan ancaman itu, silakan saja karena ia akan menjadi saksi di pengadilan nanti.
Yoon Sung berusaha menenangkan pikirannya, ia memberi pengumuman kepada penumpang. "Wings Air 202. Aku kapten Kim Yoon Sung, mohon maaf atas kekacauan yang baru saja terjadi. Para pramugari akan memprioritaskan keamanan dan kenyamanan anda. Maka dari itu, mohon untuk menjaga keselamatan pramugari seperti anda menjaga keselamatan diri anda. Sekali lagi saya mohon maaf."
Pria itu kembali ke kursi tempat duduknya dengan kesal. Ia pun memanggil pramugari Sa Rang untuk memasangkan sabuk pengaman. Tapi Sa Rang antara mau tak mau melayani penumpang seperti pria tadi.
Da Jin datang dan menggantikan Sa Rang. Ia menatap pria tadi dan mengencangkan sabuk pengaman dengan kasar, "Apa pendapatmu tentang aku?" tanya Da Jin. "Aku seksi kan?" Pria itu merasa kesakitan karena Da Jin mengencangkan sabuk terlalu kencang
Da Jin menatap tajam, "Apa tugas pramugari hanya untuk menyuguhkan teh?" Rasanya ia benar-benar ingin melempar pria itu keluar tapi ia tak bisa karena itu akan mencemari langit. Da Jin pergi, Pria itu mendesah kesal.
Ji Won menjahit kancing bajunya sendiri. Sa Rang minta maaf dan merasa bersalah. Ji Won berkata kalau ini bukan kesalahan Sa Rang jadi tak perlu dipikirkan. Joo Ri menyuruh teman-temannya kembali bekerja. Tangan Ji Won masih gemetaran ketika menjahit kancing bajunya.
Saatnya pergantian pilot dan co-pilot. Kapten Choi dan Jae Soo beristirahat kendali pesawat digantikan oleh Kapten Kim Yoon Sung dan Da Jin. Da Jin melirik ke arah kaptennya dan berkata kalau hari ini banyak hal yang terjadi. Ia melihat kalau hari ini kapten Kim bukan seperti diri kapten yang sebenarnya. Tapi ia ingin percaya kalau yang dilakukan Yoon Sung itu untuk semua orang. Yoon Sung diam saja.
Di menara pengawas Incheon, Dong Soo berulang kali melihat jam tangannya. Ia gelisah. Pak Kepala heran dan bertanya apa ada masalah. Dong Soo memberi kode kalau tak ada apa-apa.
Tepat saat itu Dong Soo menerima laporan dari Wings Air 202 dimana pesawat dari Inggris meminta izin mendarat. Dong Soo tentu saja senang mendengar suara Da Jin. Sebelum menerima laporan Da Jin ia bahkan mengetes suaranya dulu hehe.
Dong Soo menatap jendela melihat ke langit luar, ia tersenyum senang. "Aku lega bisa melihatnya sekarang."
Pesawat pun mendarat di bandara Incheon dengan selamat. Para pramugari menyalami penumpang dan meminta maaf atas penundaan keberangkatan. Pak Tony Brian akan keluar dari kabin, Ji Won berkata kalau pesawat akhirnya bisa mendarat 20 menit lebih awal karena Jet Stream. Ia masih khawatir kalau hal ini membuat Tony Brian tak nyaman tapi ia lega ternyata hal itu tak terjadi.
Ji Won memberikan bingkisan kepada Tony Brian. Tony Brian bingung dan bertanya apa ini. Ji Won berkata meskipun sudah berusaha melakukan yang terbaik tapi tentu saja masih jauh dari harapan Tony Brian. Ia meminta Tony Brian menghilangkan semua perasaan tak enak ia berdoa semoaga perjalanan Tony Brian menyenangkan. Tony Brian bilang lupakan saja karena hal seperti ini tak bisa diselesaikan dengan cara seperti ini. Ji Won sekali lagi minta maaf.
Para pramugari mengagumi tindakan Yoon Sung di pesawat tadi bahkan kata seorang pramugara kalau Kapten Kim Yoon Sung sungguh menawan. Lee Joo Ri menambahkan karena itulah Kaptem Kim menawan dimata para wanita, ia bertanya-tanya apa perlu diselidiki lebih lanjut tentang latar belakangnya.
Joo Ri menebak kalau ada sesuatu antara Kapten Kim dengan manajer kabin Choi Ji Won. Sa Rang tanya kenapa. Joo Ri merasa walaupun hati Kapten Kim keras tapi dia adalah seseorang yang siap mencekik leher orang lain atas insiden pelecehan. Joo Ri pun menyuruh Ji Na untuk mencari tahu lebih lanjut.
Tony Brian melihat album foto langitnya di ruang tunggu. Da Jin menelepon Ppo Song memberi tahu kalau ia akan segera pulang. Ia bertanya pada adiknya apa sudah makan. Ketika Da Jin berjalan, Tony Brian bangkit dari duduknya dan bertabrakan dengan Da Jin.
Barang bawaan Tony Brian pun berhamburan bahkan wig yang dikenakan Tony Brian pun bergeser (ya ampun ternyata itu wig tho haha) Da Jin minta maaf dan membantu merapikan barang bawaan. Tapi tatapannya beralih pada kepala si Tony Brian.
Tony Brian tak menyadari kalau wig-nya tak terpasang rapi. Da Jin berusaha memberi tahu tapi sepertinya Tony Brian tak menyadari kode Da Jin. Da Jin pun bingung harus ngomong apa. Pengen bilang, pak itu wig-nya miring hahaha. Tony Brian pun berlalu setelah membereskan barang-barangnya, tapi ada satu foto yang terjatuh. Da Jin memanggilnya, pak permisi.
Langkah Tony Brian terhenti dan berbalik. Da Jin mendekat ia bingung apa yang harus dikatakannya, ia pun memberanikan merapikan wig Tony Brian.
Apa yang dilakukan Da Jin jelas membuat Tony Brian terkejut, "Apa yang kau lakukan?"
Da Jin bilang kalau sekarang sudah tak apa-apa, sudah tertata rapi hehe. Tony Brian pun merapikan wig-nya, "Kau seharusnya memberitahuku lebih dulu. Benar-benar menjengkelkan!"
Da Jin berkata kalau ia menyesal sudah membuat Tony Brian jengkel tapi ia melihat Tony Brian membawa barang bawaan sangat banyak, ia minta maaf. Tony Brian kesal dan berlalu meninggalkan Da Jin.
Da Jin melihat ada sesuatu di lantai, ia memungutnya. Sebuah foto pemandangan langit. Da Jin sadar kalau itu milik pria yang bertabrakan dengannya tadi. Da Jin pun berlari mengejar tapi ia tak menemukannya. Da Jin mengamati foto itu ia tersenyum dan membaca tulisan yang tertera pada foto, ‘Tahun 2003 langit Inggris juga indah’
Ji Won berdiri terdiam di depan loker. Ia tertunduk sedih atas apa yang menimpanya selama penerbangan kali ini. Ia mengambil tanda co-pilot ber-strip tiga milik Yoon Sung dan menggenggamnya erat penuh kasih.
Ji Won berada di mobilnya sendirian, ia tak segera pulang. Ia kembali tertunduk sedih.
Ada seseorang yang mendekati mobilnya, Kim Yoon Sung. Yoon Sung menatap pilu kesedihan Ji Won, ia seakan ingin mengusir kegalauan hati Ji Won. Tangannya mengusap lembut kaca mobil seolah ia mengusap lembut Ji Won. Ji Won menyadari ada seseorang di sebelahnya, ia menoleh dan dilihatnya Yoon Sung berada di luar mobilnya.
Yoon Sung pun mengantar Ji Won pulang. Ia tak tega membiarkan Ji Won mengendarai mobil sendirian dalam keadaan seperti ini. Di dalam mobil keduanya hanya diam. Yoon Sung sesekali melirik ke arah Ji Won yang terus melamun.
Keduanya berada di tempat bermain anak-anak di dekat rumah Ji Won. Keduanya duduk di ayunan. Yoon Sung berdiri dan menyuruh Ji Won segera pulang agar bisa beristirahat. Ji Won mengucapkan terima kasih dengan nada sedih.
Yoon Sung mendekat tangannya terangkat ingin mengusap kepala Ji Won tapi sepertinya ia berat melakukannya. Ji Won menangis pelan.
Yoon Sung akan membiarkan Ji Won sendiri, tapi sepertinya Ji Won tak ingin berpisah dengan Yoon Sung. Dengan mata yang terus berurai air mata Ji Won bangkit mengejar Yoon Sung dan memeluknya dari belakang. Yoon Sung terdiam, tangis Ji Won membuat hatinya ikut sedih.
Ji Won sampai di rumahnya. Ia menyandarkan tubuhnya ke sofa sambil menggenggam tanda strip co-pilot milik Yoon Sung.
Yoon Sung terdiam di mobil di depan rumahnya, ia tak segera masuk ke rumah. Da Jin melintas dan tepat saat itu Yoon Sung keluar dari mobilnya.
Keduanya bertemu pandang tapi tak ada kata- kata yang keluar dari mulut keduanya. Yoon Sung berlalu masuk ke rumahnya tapi sebelum masuk ke rumah ia melirik sepintas ke arah Da Jin. Da Jin bergumam kalau Yoon Sung hari ini sedikit bertindak keren. Ia terheran-heran kenapa terus memikirkan Yoon Sung. Ia pun beranggapan kalau kemungkinan ia lapar. Ia pun segera pulang.
Tony Brian menginap di sebuah hotel, wig-nya tak terpasang. Ia membuka album foto langitnya. Ia pun menyadari kalau ia kehilangan satu foto langit koleksinya. Ia berusaha mencari di dalam koper dan di sela-sela buku. Tapi ia tak menemukannya.
Da Jin ke rumah sakit tempat dimana Nenek Lee di rawat. Disana sudah ada petugas sosial yang menemani nenek. Petugas sosial tak tahu kalau Da Jin akan datang, ia mengucapkan terima kasih. Tampak nenek Lee sedang terlelap.
Da Jin bertanya kenapa petugas sosial berada disini bukankah seharusnya berada di kantor dinas sosial. Petugas sosial mengatakan kalau penyakit komplikasi diabetes nenek bertambah parah, perjalanan kemarin terlalu berat untuk orang seusia nenek yang kesehatannya tak baik. Ia merasa tak lama lagi Nenek mungkin akan kehilangan penglihatannya. Ia juga merasa akan lebih baik kalau nenek bertemu anaknya sebelum buta.
Min Ah akan melakukan penerbangan ke Inggris, Da Jin memohon pada Min Ah agar menemui putra Nenek Lee di Inggris. Tapi Min Ah menolak, ia mengatakan kalau kapten Lee itu orang yang sangat tegas ia tak bisa terbang untuk bersenang-senang lagi pula jangka waktunya sangat pendek dan ia sendiri ingin berbelanja.
Da Jin memohon kalau ini bukan sesuatu yang sulit untuk Min Ah dikerjakan, hanya pergi mencari putra Nenek dan memberikan surat ini sambil mengatakan kalau si nenek benar-benar sakit. Min Ah menyuruh Da Jin agar bisa sedikit menahan, ‘Jangan suka mencampuri urusan orang lain’ Ia minta maaf tak bisa membantu Da Jin. Kapten Kim Yoon Sung mendengar apa yang diperbincangkan antara Da Jin dan Min Ah.
Setelah Min Ah pergi Kapten Kim Yoon Sung menghampiri Da Jin. Ia melihat surat yang ingin Da Jin titipkan pada Min Ah. Da Jin segera menyembunyikan surat itu. Yoon Sung bertanya apa yang sedang Da Jin lakukan. Da Jin berusaha mengalihkan pembicaraan dan balik bertanya apa Kapten baru pulang dari penerbangan.
"Aku tanya, apa yang kau lakukan?" tanya Yoon Sung lagi.
Da Jin pun akhirnya berkata kalau Nenek Lee sedang sakit dan dia kemungkinan akan kehilangan penglihatannya. Kalau bukan sekarang dia mungkin tak bisa melihat wajah putranya, Lee Jong Su. Ia tahu kalau Jang Min Ah akan melakukan penerbangan ke Inggris jadi ia ingin minta tolong pada Min Ah.
Yoon Sung meminta Da Jin menghentikan semua ini. Sudah cukup yang Da Jin lakukan. Da Jin tak mengerti ternyata kaptennya sungguh tak berperasaan. Ia tak bisa melakukan apa yang diminta Yoon Sung.
"Apa hanya ibunya yang memiliki perasaan?" tanya Yoon Sung. "Apa anaknya tak memiliki perasaan? Dia bilang kalau dia tak ingin bertemu dengan ibunya." Da Jin menilai kalau itu kemungkinan bukan perasaan Lee Jong Su yang sebenarnya. Ia sangat yakin kalau Lee Jong Su juga ingin melihat ibunya.
Yoon Sung bertanya apa Da Jin pernah memikirkan perasaan Lee Jong Su yang ditelantarkan. "Bagaimana pedihnya? Tanggapannya begitu buruk hingga dia bereaksi seperti ini. Pernahkah kau memikirkannya?" Ia minta Da Jin berhenti menghancurkan hati Lee Jong Su.
Da Jin merasa kalau orang yang menelantarkan dan yang ditelantarkan juga merasakan sakit yang sama. Tapi sekarang ia berharap mereka berdamai. Saat ini nenek Lee mungkin tak bisa melihat putranya lagi.
Yoon Sung berkata dengan suara bergetar kalau orang yang menelantarkan tak akan pernah mengetahui apa yang dirasakan oleh orang yang ditelantarkan. "Ketika kesulitan mereka menelantarkan dan setelah sukses mereka mencoba mencari kembali. Bukankah mereka itu tak tahu malu?"
Da Jin : "Kapten, kau tahu bagaimana indahnya untuk bisa melihat seseorang ketika kau ingin melihat mereka?"
Yoon Sung mengalihkan pembicaraan, "Wakil kapten Han Da Jin konsentrasi-lah dalam penerbanganmu!"
Da Jin berkata kalau ia akan akan melakukannya. Yoon Sung menyela ucapan Da Jin kalau ia akan selalu memeriksa setiap penerbangan Da JIn. Ia pun segara berlalu dari hadapan Da Jin.
Da Jin masuk ke ruang loker pilot, disana ada Yoon Sung yang tengah mencatat sesuatu. Da Jin berkata kalau ia marasa apa yang Yoon Sung katakan padanya benar. Da Jin berusaha tersenyum kemudian melanjutkan kata-katanya, kalau ia akan tetap bertemu dengan nenek kalau ia ingin.
Da Jin menerima telepon dari petugas sosial yang mengurus Nenek Lee. Da Jin terkejut mendengar kabar, ia pun berkata kalau ia akan segera ke rumah sakit. Yoon Sung menatap penasaran.
Penglihatan Nenek Lee benar-benar menurun, ia meminta pada Da Jin dan petugas sosial agar tidak memberitahukan kondisi yang sebenernya kepada putranya. Tapi menurut Da Jin putra nenek perlu mengetahui hal ini. Tapi nenek tak mau menjadi beban bagi putranya. Da Jin menggenggam tangan Nenek Lee. Sesaat kemudian ia menoleh ke arah pintu masuk dan dilihatnya Lee Jong Su sudah berdiri di pintu.
Dengan pandangan mata yang sudah kabur Nenek Lee seolah merasakan kehadiran putranya. "Jo.. Jo.. Jong Su?" Suara Nenek Lee berat dan terbata-bata. Jong Su sedih melihat keadaan ibunya. Jong Su mendekat. Nenek bertanya apa Jong Su merasa kesulitan ketika berada di dalam pesawat selama perjalanan. Ia terus bertanya apa Jong Su sudah makan. Jong Su menjawab sudah.
Tangan nenek meraba-raba ingin menyentuh putranya, Jong Su mendekat ke arah ibunya dan membiarkan ibunya mengganggam tangannya. Nenek bertanya orang tua angkat Jong Su itu seperti apa, karena menggunakan bahasa asing bukankah itu sulit. Nenek terus bertanya apa Jong Su makan dengan baik, apa Jong Su pergi ke sekolah, "Kau sangat menderita kan?"
Jong Su mengeluarkan sebuah foto. Ia menujukan foto itu dan mengatakan kalau itu istri dan anaknya. Jong Su juga mengatakan kalau mereka semua dalam keadaan baik. Nenek menerima foto itu dan memeluknya. Ia merasa kalau mata, hidung dan mulut cucunya mirip seperti putranya. Nenek memeluk foto dan berulang kali mengucapkan terima kasih.
"Ibu.... Aku sungguh minta maaf. Aku bersalah." Ucap Jong Su penuh penyesalan. Nenek Lee berkata kalau ia tak memiliki hak meminta ini tapi bolehkah ia memeluk putranya sekali saja. Jong Su menangis dan memeluk ibunya erat. Keduanya menangis.
Nenek : "Jong Su, karena kau selama ini aku bertahan hidup. Kalau aku mati sekarang aku tak akan menyesal."
Jong Su berjanji lain kali ia akan membawa keluarganya untuk menemui ibunya. Da Jin dan petugas sosial tak bisa menahan tangis. Keduanya ikut menangis terharu.
Yoon Sung ke rumah sakit tempat Nenek Lee dirawat, ia berdiri di depan pintu kamar melihat pertemuan antara ibu dan anak yang mengharukan. Setelah dirasa cukup ia pun berlalu dari sana.
Da Jin dan Jong Su bicara berdua. Da Jin terkejut kalau Kapten Kim berada dibalik semua ini. Jong Su berkata karena bantuan Kapten Kim ia bisa datang kesini.
Flash Back
Di Inggris, Yoon Sung menemui Jong Su tapi Jong Su menyuruh Yoon Sung pulang. Yoon Sung mengungkapkan kalau ia juga seorang yatim piatu. "Ayahku sudah meninggal, ibuku menelantarkanku. Orang tua adopsiku membatalkan adopsinya. Aku membenci ibuku karena mencampakanku. Aku bahkan tak ingin memikirkannya. Kalau kau tak bisa memaafkannya maka jangan maafkan. Tak ada yang memaksamu melakukan itu karena ini bukan kesalahanmu.
Tapi karena dia (Da Jin) merasa harus menyatukan ibu dan putranya. Dia ingin wanita tua itu memiliki kenangan tentang pesawat terbang. Karena dia tak mau kalau pesawat hanya dikenang sebagai seonggok logam transportasi. Aku hanya ingin menyampaikan maksud hati teman kerjaku yang suka ikut campur hal tak berguna ini. Aku tak tahu apakah tindakanku ini juga tak berguna. Tapi aku harap kau tak hidup dengan cara yang sama denganku selama kau masih memilki kesempatan."
Flash Back End
Jong Su menebak kalau Da Jin ini kapten yang suka ikut campur urusan orang itu. Ia mengatakan kalau Kapten Kim melarang dirinya memberitahu hal ini pada Da Jin. Ia sangat berhutang budi pada Kapten Kim Yoon Sung. "Aku juga ingin memberinya kesempatan untuk tersenyum lagi, kalau dia terus menyalahkan dan membenci dia akan kehilangan senyumannya. Jadi aku mohon Kapten Han, kau harus membantu memulihkan senyumannya." Jong Su berterima kasih pada Da Jin karena sudah membantu mempertemukan dirinya dengan ibunya.
Da Jin berada di bus ia teringat ucapan Yoon Sung yang mengatakan bahwa Da Jin tak tahu seperti apa rasanya menjadi anak yang dicampakkan orang tuanya. Tidak benar bahwa orang tua yang mencampakan anak mereka sangat menderita sedangkan anak yang dicampakan baik-baik saja.
Keesokan harinya Da Jin mengajak Ppo Song mengunjungi rumah Yoon Sung. Da Jin mengingatkan adiknya, begitu pintu dibuka Ppo Song harus langsung memeluk Yoon Sung, "Kau tahu kan caranya?"
"Paman...!" ucap Ppo Song mengucapkannya dengan suara manja. Da Jin menyuruh adiknya nanti menggoyangkan bahu agar terkesan manja. Ppo Song pun memperagakannya. Da Jin gemes dengan tingkah adiknya.
Ppo Song tanya kenapa mereka pergi ke rumah paman pinguin. Apa paman pinguin mengundang mereka. Da Jin menjawab kalau paman tak mengundang tapi kita yang mengunjunginya, "Ppo song kau harus membuat paman sering tertawa!"
Ppo Song mengerti ia akan mencoba mengulang kalimat itu, "Abalone adalah harta karun dari lautan sangat bermanfaat bagi tubuh. Makan yang banyak tubuh menjadi kuat. Bbasha (kau bisa) kakak aku benar kan?" Da Jin tertawa dan memuji kepandaian adiknya.
Yoon Sung membuka pintu dan benar saja Ppo Song langsung memeluk kaki Yoon Sung, "Paman pinguin!" Yoon Sung jelas kaget dengan kedatangan Ppo Song dan Da Jin yang mendadak.
Da Jin beralasan kalau Ppo Song selalu merengek ingin menjenguk Yoon Sung. Ppo Song cemberut karena alasan Da Jin itu hehe. Da Jin kembali beralasan kalau Ppo Song bersikeras ingin menjenguk Yoon Sung.
Makanan yang dibawa Da Jin pun sudah ada di depan Yoon Sung. Da Jin menyuruh Yoon Sung segera memakannya. Ia memberi kode pada Ppo Song agar mengucapkan kalimat yang tadi.
Ppo Song tersenyum mengerti, "Abalone adalah harta karun dari lautan sangat bermanfaat bagi tubuh. Makan yang banyak tubuh menjadi kuat. Bbasha." Yoon Sung tertawa mendengarnya (wow kapten tawamu sangat manis hehe) ia pun memakan abalon yang dibawa Da Jin.
Da Jin mengelus kepala adiknya dan memberikan jempol tanda apa yang diucapkan Ppo Song sudah mempan membuat Yoon Sung tersenyum.
Ppo Song bertanya apa makanannya enak. Yoon Sung tersenyum dan berkata kalau makanannya enak. Yoon Sung bertanya kenapa Ppo Song tak berangkat ke TK. Ppo Song mengatakan kalau teman-temannya banyak yang sakit. Da Jin menjelaskan kalau sistem kekebalan Ppo Song lemah. Yoon Sung terdiam, tapi ia tersenyum ketika melihat Ppo Song tersenyum padanya.
Da Jin melihat-lihat dapur, ia memuji kalau rumah Yoon Sung sangat bersih. Ia merasa sepertinya pembantu rumah tangga sudah bekerja keras. Ppo Song melihat sekeliling dan bertanya kenapa tak ada orang lain disini. Da Jin dan Yoon Sung terdiam.
Bel rumah berbunyi ada yang datang, Hong Mi Joo. Mi Joo langsung melingkarkan tangannya ke lengan Yoon Sung. Ia terkejut melihat Da Jin di rumah Yoon Sung.
Mi Joo bertanya kenapa Da Jin datang ke rumah Yoon Sung. Da Jin bilang kalau ia kebetulan lewat jadi ia hanya menjenguk saja. Yoon Sung pun bertanya kenapa Mi Joo datang. Belum sempat Mi Joo mengatakannya ia melihat ada makanan disana. Ia pun bertanya kenapa Yoon Sung makan bubur, ia membawakan sushi untuk Yoon Sung. Mi Joo melihat ada anak kecil disana, Da Jin menyuruh adiknya memberi salam pada Mi Joo.
"Halo Bibi...!" sapa Ppo Song. Mi Joo jelas kesal dipanggil Bibi hehe. Da Jin mengingatkan adiknya menyapanya tanpa kata Bibi. Dan Ppo Song mengikuti apa yang Da Jin ucapkan ‘Tanpa Bibi’
Mi Joo kembali menanyakan alasan Da Jin ke rumah Yoon Sung, Da Jin bahkan tak memberi waktu Yoon Sung untuk istirahat. Da Jin pun berkata kalau ia juga akan pergi. Yoon Sung mengatakan kalau ia mengajak Da Jin dan Ppo Song makan malam dengannya. Mi Joo tak percaya kalau Yoon Sung yang mengajaknya. Yoon Sung berkata kalau ia tak ingin makan sendirian.
Da Jin pamit, sebelum pergi Ppo Song minta izin pada Yoon Sung bolehkah ia datang lagi ke rumah Yoon Sung. Yoon Sung tersenyum membolehkan. Yoon Sung berterima kasih atas makanan kiriman Da Jin.
Da Jin di kamarnya memeluk Ppo Song yang sudah tertidur pulas, matanya masih terjaga. Ia mengingat perkataan Yoon Sung tadi kalau dia tak ingin makan sendirian dan mengajak Da Jin dan juga Ppo Song makan bersamanya. Da Jin bergumam kalau ia berhasil membuat Yoon Sung tersenyum, "Dia mirip denganku. Tak punya ayah atau ibu,"
Keesokan harinya di parkiran bandara Incheon, Lee Joo Ri terkejut melihat Kang Dong Soo datang menggunakan mobil bagus. Ia pun terkesan dengan gaya kelas atas-nya Dong Soo.
Lee Joo Ri berdiri di loker penjualan minuman, ia sengaja menunggu Dong Soo disana. Ketika Dong Soo lewat ia langsung mencegat dan menyodorkan uang 300 won. Dong Soo yang tengah mengulum permen lolipop menatap heran.
Joo Ri berkata kalau ia benar-benar menyesal tidak memberikan Dong Soo uang 300 won sebelumnya karena hari ini ia memiliki banyak kembalian uang receh, ia akan memberikan 300 won pada Dong Soo. Tapi Dong Soo menolak ia bilang kalau ia tak perlu uang 300 won lagi karena ia telah menemukannya. Dong Soo berlalu meninggalkan Joo Ri yang terheran-heran apa yang sudah Dong Soo temukan.
Dong Soo duduk di bangku dekat loker penjualan minuman, ia celingukan menunggu kedatangan seseorang, siapa lagi kalau bukan Da Jin. Ia kesal kenapa Da Jin tak lewat lewat juga. Ia ingin pertemuannya dengan Da Jin hari ini terkesan seperti kebetulan. Ia ingin memulai hari setelah melihat wajah Da Jin.
Ada seseorang yang lewat tapi itu bukan Da Jin melainkan Choi Ji Won. Dong Soo menyapanya, ia memperkenalkan diri. Dong Soo berkata kalau ia ingin menemui Ji Won tapi selalu tak ada kesempatan.
Ji Won tanya kenapa ingin menemuinya. Dong Soo berharap kalau Ji Won tak keberatan ia ingin tahu apa yang terjadi antara Ji Won dengan co-pilot Han Da Jin. Ji Won terdiam.
Dong Soo berkata kalau Da Jin selalu berada dalam masalah ketika dia bersama Ji Won. Kalau ia bertanya pada Da Jin sudah tentu Da Jin tak akan menjawabnya. Jadi ia ingin mengetahui dari Ji Won apa yang sebenarnya terjadi.
Ji Won: "Kenapa kau bertanya padaku pertanyaan yang tak akan dia jawab?"
Dong Soo minta maaf karena sudah merepotkan Ji Won. Ji Won pun berlalu, tapi Dong Soo memohon, ini membuat langkah Ji Won terhenti. Dong Soo memohon agar Ji Won tidak lagi membuat Da Jin terluka. Walaupun terlihat kuat tapi Da Jin lebih mudah terluka daripada siapapun. Ia tak ingin Da Jin terluka lagi karena hal itu akan menyakiti hatinya.
Setelah Ji Won pergi Dong Soo kembali duduk di bangku dekat loker penjualan minuman. Ia mengeluh apa tadi ia sudah berlebihan, ia bingung sebenarnya apa yang terjadi bukankah mereka sudah bukan anak-anak lagi.
Ada seseorang yang mengambil minuman, Kim Yoon Sung. Keduanya bertemu pandang.
Yoon Sung duduk di bangku sebelah, ia menyilangkan kakinya menikmati minumannya. Melihat cara duduk Yoon Sung, Dong Soo ikutan menyilangkan kakinya. Dong Soo bertanya kenapa ia harus berpura-pura kalau ia yang membayar hutang keluarga Da Jin.
Dong Soo menatap tajam Yoon Sung, ia ingin tahu apa Yoon Sung memiliki alasan khusus sampai membuat kesan kalau ia yang membayar hutang keluarag Da Jin. Yoon Sung bilang kalau itu tak ada alasan khusus. Tapi Dong Soo tak percaya, apa tak aneh membayar hutang sebesar itu kalau tak ada alasan khusus dibalik semuanya.
Yoon Sung menatap balik Dong Soo dan berkata kalau ia hanya membalas hutang budi. Setelah minumannya habis Yoon Sung meninggalkan Dong Soo yang menatapnya penuh tanda tanya.
Dong Soo berusaha menerka, "Apa itu berarti Yoon Sung meminjam uang pada Da Jin?"
Hong Mi Joo berada di ruangannya tengah membaca komentar positif dari beberapa penumpang melalui situs resmi Wings Air. Tapi wajahnya tiba-tiba terkejut ketika ia membaca sebuah komentar yang buruk tentang Wings Air, ‘Kapten begitu terhina sepertinya Wings Air akan hancur lebur’ Mi Joo jelas menahan kesal atas komentar buruk itu.
Ketua Tim menemui Wakil Presdir Hong. Ia mengatakan kalau saatnya telah tiba, ia menyerahkan laporan pada Wakil Presdir Hong. Wakil Presdir membaca laporannya, "Pilot terlambat. Pramugari menyebabkan gangguan. Keberangkatan terlambat." Wakil Presdir menyeringai puas sepertinya ia akan menggunakan kesalahan ini sebagai senjata untuk mengusir Kim Yoon Sung dari Wings Air.
Wakil Presdir Hong menerima telepon, ia terkejut mendengar kalau Inspektur dari Skytrax Asia Utara yang bernama Tony Brian berada di penerbangan yang bermasalah itu.
Wakil Presdir Hong menemui Presdir memberi tahu kalau Tony Brian berada di dalam pesawat yang terlambat itu. Ia mengatakan kalau Tony Brian adalah seseorang yang sangat tegas.
Presdir berkata mereka sedang tak beruntung. Memberikan bantuan kepada penumpang yang berada dalam kesulitan adalah motto Wings Air. Dari semua hal ini, seorang inspektur ada di dalam pesawat. Wakil Presdir memutuskan kalau mereka harus bertanggung jawab atas peristiwa ini. Presdir bertanya apa wakil Presdir tidak terlalu terburu-buru membuat keputusan.
Wakil Presdir menegaskan kalau ini adalah kasus keterlambatan pilot dan juga pramugari yang menggunakan kekerasan terhadap penumpang. Ia khawatir peringkat 5 bintang Wings Air akan turun seketika. Presdir berkata kalau ia akan melihat perkembangan selanjutnya terhadap kasus ini, kalau inspektur memiliki pertimbangan yang baik bukankah dia akan menilai dengan adil dan mengenai pelanggaran pelecehan seksual ia akan melakukan hal yang sama.
Wakil Presdir berkata kalau inspektur Tony Brian menilai dengan sangat tegas. Tapi Presdir berkata bukankah ketulusan adalah hal yang terpenting. Ini tentu saja membuat wakil presdir tak suka, ia menebak apa ini karena Kapten Kim Yoon Sung, kenapa Presdir berusaha menutupi kejadian ini. Presdir terkejut dengan ucapan wakil presdir Hong.
Han Da Jin dipanggil menghadap Hong Mi Joo. Mi Joo bertanya apakah Da Jin tahu Da Jin itu adalah bom waktu yang bisa meledak kapan saja dan dimana saja. "Dan kau tak tahu siapa yang akan terbakar oleh serpihanmu. Atas sikap perikemanusiaanmu yang begitu menyentuh aku memberikan tepuk tangan." kata Mi Joo. "Tapi, kau seharusnya mengakhirinya dengan kepuasan diri."
Da Jin berkata kalau hal itu bukan semata-mata hanya perikemanusiaan. 35 tahun yang lalu nenek Lee memberikan anaknya untuk diadopsi dan dia sudah menjalani hidup penuh dengan air mata. Dia mengatakan naik pesawat untuk pertama kalinya dalam 70 tahun adalah sebuah mukjizat. Ia ingin Nenek Lee bertemu dengan putranya.
Mi Joo berkata kalau setiap penumpang memiliki prioritas tersendiri. Kapten Kim Yoon Sung memikirkan langit dan para penumpang tanpa memperdulikan hal lain. "Kau seharusnya mengerti perasaannya dan menghentikan tingkah lakumu yang tidak rasional sejak hari ini."
Kapten Kim Yoon Sung, Han Da Jin dan Choi Ji Won dipanggil menghadap Wakil Presdir terkait masalah penerbangan kemarin.
Wakil Presdri berkata tertundanya keberangkatan yang disebabkan oleh terlambatnya pilot, gangguan selama penerbangan dan sikap pramugari yang meremehkan penumpang. "Kenapa kau tak menjelaskannya kapten Kim Yoon Sung?"
"Itu kesalahanku!" ucap Da Jin. Ia mengatakan kalau ia memberikan bantuan kepada seorang nenek yang berada dalam kesulitan. Itu sebabnya mereka terlambat.
Mi Joo: "Kapten Han, karena keputusan yang kau buat, apa kau tahu berapa banyak penumpang yang telah direpotkan?"
Yoon Sung minta maaf. Mulai sekarang mereka akan memperhatikan hal ini.
Wakil Presdir: "Selama gangguan, inspektur Skytrax berada di dalam pesawat kan?"
Mi Joo menjawab benar dengan suara pelan.
Wakil Presdir berkata bukankah ia sudah mengatakannya seribu kali agar memberikan pelayanan yang pantas untuk dicontoh. Tapi kenapa malah sebaliknya, mereka bersatu melakukan skenario terburuk.
Wakil Presdir: "Manajer kabin Choi, aku kira kau adalah orang yang profesional. Kau pernah mengalami situasi seperti ini sebelumnya, aku pikir kau mendapatkan posisi sekarang karena pengalamanmu yang luas apakah kau tak memiliki kesabaran sedikit? Apakah kau akan terus menggunakan peraturan penerbangan untuk mengancam penumpang?"
Ji Won berkata kalau saat itu hanya hal itu yang merupakan pilihan terbaik untuk mempertahankan ketertiban.
"Terbaik?" Wakil Presdir meninggikan suaranya. "Dan hasilnya seperti ini?"
Yoon Sung berkata kalau selama penerbangan ada banyak hal yang tak terbayangkan di luar kekuasaan mereka.
Wakil Presdir melempar kertas laporan, "Apa kau begitu bertekad ingin menghancurkan perusahaan ini? mereka menuntut kita, apa yang akan kau lakukan?"
Da Jin berkata kalau ini tidak adil, kita yang seharusnya menjadi pihak penuntut. Itu adalah tindakan mempertahankan diri. Dia sudah melakukan pelanggaran seksual.
"Jadi apa kau menggunakan kekerasan?" Wakil presdir mengingatkan kalau mereka hidup tergantung dengan para penumpang, tapi kenapa Kapten dan awak pesawat bekerja sama untuk mempermalukan para penumpang.
Yoon Sung berkata bila diperlukan ia akan menanggung semua tanggung jawab. Ia akan menerima hukuman tindakan tak disiplin. Jadi ia berharap wakil Presdir tak menghancurkan usaha para awak pesawat yang sudah memberikan yang terbaik bagi Wings Air.
"Aku juga akan bertanggung jawab!" ucap Da Jin tegas. Ia bersedia menerima hukuman bersama kapten Kim Yoon Sung. Tapi Yoon Sung bilang tak usah, karena ia kaptennya dan semua ini terjadi karena pertimbangan dan keputusannya.
"Aku akan menerima hukuman denganmu!" ucap Da Jin menatap kapten Kim Yoon Sung.
Yoon Sung menatap tajam Da Jin dan membentak, "Sudah kubilang kau tak usah terlibat!"
Wakil Presdir pun memutuskan bahwa Kapten Kim Yoon Sung yang akan bertanggung jawab atas peristiwa ini. Ia menyuruh Mi Joo untuk membentuk komite disiplin agar meng-evaluasi peristiwa ini.
Ji Won tentu saja tak bisa menerima semua ini, apa mereka harus mengalah terhadap tindakan pelecehan seksual untuk memperlihatkan pelayanan terbaik. Layanan seperti apa yang harus ia berikan kepada seseorang yang melakukan pelecehan seksual.
Wakil Presdir berkata kalau Ji Won harus meminta maaf dengan tulus dan akhiri permasalahan ini secara diam-diam. Yoon Sung jelas tak suka, hanya demi menjaga nama baik perusahaan apa Wakil Presdir ingin mereka minta maaf pada orang yang seperti itu.
Ketua Tim masuk dan mengatakan kalau ia sudah membawa seseorang, siapa itu. Dia adalah penumpang yang melakukan pelecehan seksual di pesawat. Wakil Presdir berdiri memberi hormat dan meminta maaf atas semua kejadian yang sudah terjadi.
Penumpang itu kesal dan berkata kalau ia sudah diperlakukan seperti sampah, apa ia harus kesini secara langsung hanya untuk menerima permintaan maaf. Penumpang itu menatap marah Ji Won, "Apa itu masuk akal." bentaknya. Ji Won menatap tak suka.
Da Jin akan maju melawan tapi Yoon Sung memberi tanda agar Da Jin bersikap tenang. Wakil Presdir sangat menyesal dan menyuruh Ji Won cepat minta maaf. Penumpang itu masih manatap dan mencibir Ji Won sambil berkata kalau hal ini hanya menghabiskan waktu saja. Ia akan pergi untuk mengajukan tuntutan. Tapi Ketua Tim menahannya, ia pun menyuruh Ji Won cepat meminta maaf secara tulus.
"Aku... apa yang harus kulakukan?" Mata Ji Won berkaca-kaca menahan marah. Penumpang itu berkata kalau Ji Won bisa berlutut padanya.
Ji Won maju perlahan tangannya mengepal menahan marah. Ketika sampai di depan penumpang itu Ji Won sudah bersiap akan berlutut dengan tangan yang gemetaran.
Tapi Yoon Sung tak bisa membiarkannya. Ia menarik Ji Won keluar ruangan. Semua menatap terkejut.
Demi menjaga image Wings Air, Ji Won, Yun Seong dan Da Jin diminta Hong In Tae untuk meminta maaf pada penumpang yang telah dipukul Yun Seong karena mencoba melecehkan Ji Won. Mereka berusaha membela diri dan mengatakan bahwa itu adalah usaha untuk mempertahankan diri dari sebuah pelecehan. Hong In Tae tidak peduli dan tetap meminta mereka untuk meminta maaf.
Manager datang membawa Pria yang merupakan Penumpang yang dipukul Yun Seong. Hong In Tae berdiri memberi hormat. Pria tersebut terlihat marah karena merasa diperlakukan seperti sampah di dalam kabin pesawat. Dia menatap Ji Won dengan tatapan sinis yang juga dibalas Ji Won dengan tatapan yang sama saat penumpang tersebut berkata ketus pada Ji Won.
Da Jin bersiap untuk melawan, tapi Yun Seong mencegahnya. Yun Seong sepertinya ingin melihat dulu situasi agar masalah tidak semakin keruh.
Hong In Tae meminta Ji Won untuk meminta maaf pada pria itu. Ji Won masih menatap pria tersebut dengan pandangan tak suka. Pria itu mencibir bahwa dia hanya membuang-buang waktu saja dengan datang ke tempat itu, dia akan mengajukan tuntutan. Manager menahannya dan menyuruh Ji Won untuk meminta maaf.
Dengan berat hati dan sambil menahan amarah Ji Won pun akhirnya bertanya apa yang harus dia lakukan untuk meminta maaf. Pria tersebut berkata bahwa Ji Won harus berlutut padanya. Da Jin dan Yun Seong kaget mendengar permintaan pria itu. Ji Won mendekat ke arah penumpang tidak tahu malu tersebut dengan tangan gemetaran yang sebenarnya menahan amarah.
Saat Ji Won bersiap berlutut di hadapan penumpang tersebut. Yun Seong menarik Ji Won dan membawanya keluar dari ruangan. Mencegah Ji Won untuk melakukan hal bodoh yang seharusnya tidak dilakukannya.
Aksi Yun Seong membuat semua orang kaget, tak terkecuali Hong Mi Joo dan juga Da Jin. Mi Joo bahkan langsung mengikuti Yun Seong yang membawa Ji Won keluar ruangan.
Pria itu tentu saja merasa semakin di permalukan, dia mulai mengumbar ancaman bahwa Wings Air harus bersiap-siap. Dia meminta perminta maaf-an Publik. Da Jin jengah mendengar kicauan pria itu dan berkata satu-satunya orang yang seharusnya meminta maaf adalah pria itu sendiri.
Da Jin mendekat ke arah pria tersebut yang semakin marah mendengar kata-kata Da Jin. Pria itu bertanya, apa Da Jin tidak tahu siapa dirinya sehingga berani berkata seperti itu? Da Jin sepertinya tidak peduli bahkan ketika manager berusaha mencegahnya terus bicara, Da Jin tetap berencana melawan kata-kata penumpang tersebut.
Da Jin berkata, dia sangat mengenal orang seperti penumpang tersebut. Orang yang tak berguna yang bahkan tidak menyadari bahwa dirinya sendiri adalah sampah. Pria tersebut semakin geram, suasana ruangan semakin panas.
Rombongan Pramugari masuk ke ruangan dan berkata bahwa perkataan Da Jin benar, penumpang tersebut adalah sampah. Da Jin meminta pria itu untuk meminta maaf pada para pramugari. Pria itu tampak sangat tidak nyaman mendengar permintaan Da Jin dan kedatangan para pramugari sebagai saksi. Saat melihat Da Jin, pria itu teringat insiden yang dilakukan Da Jin terhadapnya. Pria itu tersenyum penuh kelicikan.
Pria itu mendekat pada Da Jin, dan berkata sepertinya Da Jin tampak akrab baginya. Pria itu berbisik pada Da Jin dan berkata, jika Da Jin mau menunjukan seberapa liar nya Da Jin sebagai wanita, dia akan melupakan insiden ini. Da Jin kesal mendengar perkataan pria itu dan berkata, "Liar?" Da Jin mulai membuka kancing Jas seragam pilotnya, kemudian memberikan pukulan di perut lelaki itu dengan lututnya. Semua orang kaget melihat apa yang dilakukan Da Jin.
Pria itu menggeram kesakitan sambil menahan amarah, dia bahkan kesal saat Manager mencoba membantunya. Pria itu berkata bahwa dia tidak akan membiarkan kejadian ini begitu saja dan melangkah keluar ruangan saking kesalnya. Da Jin berteriak pada pria itu, "Bukankan itu Liar?"
Hong In Tae mengingatkan Da Jin, orang yang sebaiknya berhati-hati adalah Da Jin, lalu pergi ke luar ruangan. Da Jin baru sadar apa yang diperbuatnya barusan pasti akan membuat masalah baginya.
Da Jin mulai mengacak-ngacak rambutnya. Sementara para pramugari mengerumuninya dan mengagumi tindakan Heroik yang dilakukan Da Jin barusan.
Yun Seong menarik Ji Won hingga menuju lapangan parkir. Ji Won melepaskan tarikan tangan Yun Seong hingga membuat mereka berhenti. Yun Seong bertanya apakah Ji Won bodoh? Rela meminta maaf pada orang itu di hadapan banyak orang. Ji Won berkata dia pun tak ingin melakukannya. Maka Ji Won tidak perlu melakukannya, kata Yun Seong.
Ji Won berkata jika dia tidak melakukannya, maka Yun Seong akan berada dalam situasi yang sulit. Yun Seong mengingatkan, jika masalahnya seperti sekarang ini, Ji Won tidak seharusnya melakukan perminta maaf-an itu.
Mi Joo datang dan bertanya apa yang sedang mereka lakukan. Mi Joo bertanya pada Ji Won, apakah dia akan meninggalkan masalah ini seperti ini saja? Ji Won berkata dia lah yang akan menanggung semua kesalahan. Yun Seong langung meyela dan berkata bahwa dia yang akan bertanggung jawab sepenuhnya. Yun Seong memohon pada Mi Joo untuk mengaturnya menjadi seperti itu.
Yun Seong masuk ke dalam mobilnya kemudian pergi meninggalkan Ji Won dan Mi Joo.
Mi Joo langsung memperingatkan Choi Ji Won, bahwa dirinya dan Yun Seong berada dalam hubungan spesial. Ji Won bertanya mengapa Mi Joo mengatakan hal tersebut padanya. Mi Joo ingin Ji Won memperhatikan tindakannya. (Ommo... Mi Joo mulai terbakar api cemburukah? bukannya dia bilang dia akan bertindak jadi adik Yun Seong ya.. apa ini??)
Mi Joo pergi meninggalkan Ji Won yang juga sepertinya tidak senang dengan perkataan Mi Joo, dia menatap kepergian Mi Joo, kemudian menatap mobil Yun Seong yang sudah mulai menghilang dari pandangannya. (Sekarang giliran Ji Won yang terbakar api cemburu, ckckckck)
Han Da Jin, kena sial lagi. Manager Tim memarahinya karena mengatai pria yang melakukan pelecehan terhadap Ji Won sebagai sampah. Manager bilang saat membakar sampah membutuhkan bensin, dan Han Da Jin adalah bensin yang dapat memperbesar api saat membakar sampah. Manager bertanya apa yang akan Da Jin lakukan sekarang. Da Jin bilang dia akan mengikuti keputusan Manager. Maka manager berkata Jika perusahaan dituntut maka Da Jin akan kehilangan pekerjaannya. Manager pun menyuruh Da Jin untuk pergi.
Mi Joo menjadi galau diruangannya karena insiden hari ini. Mi Joo mencoba menelpon seseorang, tapi tidak tersambung. Mi Joo kesal dan membanting ponselnya hingga rusak (sayang banget tuh ponsel)
Dong Soo datang ke sebuah kedai minuman dan melihat Da Jin yang sendirian di mejanya. Dong Soo kegirangan karena Da Jin sendirian. Dong Soo merapikan dulu penampilannya sebelum menemui Da Jin, tapi tingkahnya malah membuat para pengunjung lain salah paham karena wajah Dong Soo seolah mengejek mereka. Dong Soo pun masuk ke dalam.
Dong Soo menemui Da Jin dan bertanya Apa yang membuat Da Jin memanggilnya untuk minum bersama? Apa yang terjadi pada Da Jin.
Saat Da Jin yang sudah cukup mabuk berniat mengambil lagi soju. Dong Soo menghalanginya dan menggantikan isi gelas Da Jin dengan air mineral. Dong Soo berkata bahwa dia sudah mendengar insiden yang dilakukan Da Jin terhadap salah satu penumpang pria. Da Jin berkomentar ternyata gossip sangat cepat tersebar. Dong Soo membela Da Jin, dari yang dia dengar Da Jin melakukan itu untuk pertahanan diri, mana mungkin Da Jin dipecat karena hal itu.
Da Jin tetap cemas dia akan di pecat karena insiden itu. Da Jin mulai mencemaskan banyak hal. Ppo Song harus membeli seragam TK nya yang baru bulan depan. Dia harus mencarikan tutor untuk Ppo Song belajar bahasa Inggris dan.. bibinya... Hutang bibinya, mana mungkin Da Jin melupakannya. Dong Soo kemudian berkomentar agar Da Jin tidak mencemaskan masalah uang. Jika Da Jin dipecat dia akan bertanggung jawab pada kehidupan Da Jin.
Da Jin hanya tertawa miris, dan berkata tentu akan sangat menyenangkan jika kehidupannya ada yang menanggung, namun tentu saja dia tidak bisa melakukan itu.
Da Ji bangun dari duduknya dengan sempoyongan. Dong Soo berusaha menahan Da Jin namun Da Jin menolaknya. Sambil berjalan sempoyongan Da Jin keluar dari kedai minuman.
Da Jin berjalan sendirian dalam keadaan mabuk, sementara Dong Soo mengikutinya dari belakang. Dong Soo membunyikan klakson dan meminta Da Jin agar gadis itu masuk mobil. Tapi Da Jin sama sekali tidak mempedulikannya.
Da Jin berbalik, membuat Dong Soo kaget. Da Jin menyebutkan nomor polisi mobil Dong Soo dan menyuruhnya belok kiri, belok kanan, belok kiri, belok kanan kemudian memintanya untuk berbalik arah. Dong Soo menurut dan mulai memundurkan mobilnya sambil melihat ke belakang. Saat dia berbalik ke depan Da Jin sudah tidak ada.
Da Jin berjalan dengan sempoyongan menuju rumahnya. Seperti biasa, dia akan melewati rumah Yun Seong. Di depan rumah Yun Seong, Da Jin berhenti dan menatap lampu kamar Yun Seong yang mati. Da Jin akhirnya bersandar di dekat pagar rumah Yun Seong.
Sementara itu, Dong Soo sibuk mencari Da Jin yang tiba-tiba menghilang dari pandangannya dengan meninggalkan mobilnya disuatu tempat.
Yun Seong baru saja datang dengan mobilnya. Saat akan masuk rumah, dia kaget melihat Da Jin yang duduk di dekat pintu masuk rumahnya sambil tertidur. Yun Seong menatap Da Jin, dan buru-buru mendekatinya saat tubuh Da Jin hampir terjatuh karena tertidur sambil duduk.
Yun Seong mencoba membangunkan Da Jin, mulai dari memanggilnya Pilot Han dan Ha Da Jin berkali-kali, namun Da Jin tidak juga terbangun. Yun Seong pun akhirnya berteriak "Da Ji-na, bangun"
Bertepatan dengan panggilan Da Jin-na yang keluar dari mulut Yun Seong, Dong Soo datang dan bertanya, mengapa Pilot Han bisa menjadi Da Jin-na bagi Yun Seong. Yang berhak memanggil Da Jin dengan sebutan Da Ji-na hanyalah Dong Soo. Mendengar hal itu, Yun Seong segera melepaskan tangannya dari punggung Da Jin. Dong Soo berkata pada Yun Seong, jika Da Jin dipecat itu semua karena Kapten Kim Yun Seong.
Da Jin akhirnya terbangun mendengar suara ribut-ribut. Dong Soo membantu Da Jin yang masih sempoyongan untuk bangun. Da Jin akhirnya terbangun dari tidurnya tapi masih dalam keadaan mabuk. Da Jin melihat Yun Seong dan tersenyum "Akh.. Ini adalah Kapten, Kapten... Figthing!" Kata Da Jin sambil mengacungkan kepalan tangannya memberi semangat pada Yun Seong.
Dong Soo mengajak Da Jin pulang sambil memapahnya, sementara Yun Seong hanya bisa menatap kepergian mereka dari kejauhan.
Esok harinya Da Jin membaca pengumuman bahwa Kim Yun Seong dipanggil oleh Komite Pertimbangan diskualifikasi. Da Jin segera menemui Yun Seong dan bertanya mengapa hanya Yun Seong yang dipanggil, padahal dia pun ikut andil dalam masalah ini. Yun Seong berkata semua telah diputuskan, jika Da Jin ingin membantu sebaiknya Da Jin diam dan tidak mengganggunya.
Da Jin mencari Ji Won di ruangan para pramugari. Seorang pramugari berkata bahwa Ji Won sedang berada dalam penerbangan. Da Jin kemudian diminta untuk menandatangani sebuah petisi yang menyatakan bahwa Kim Yun Seong tidak bersalah, para pramugari sedang berusaha untuk membantu Kim Yun Seong. Da Jin pun menandatanganinya.
Pramugari junior yang ternyata bernama Sa Rang menganggumi aksi Da Jin tempo hari. Da Jin tak mengerti. Sa Rang memperagakan aksi Da Jin yang memukulkan lututnya pada perut Pria yang melecehkan Ji Won, namun dia malah menyakiti Pramugara senior yang berdiri disampingnya, tak elak insiden itu membuat semua orang tertawa tak terkecuali Da Jin.
Da Jin akhirnya memutuskan menemui Direktur Wings Air. Dia meminta nomor Tony Brown, Inspektur Penerbangan yanga akan memberikan bintang pada Wings Air. Da Jin berkata jika mereka mendapatkan 5 bintang dari Tony Borwn, Da Jin berharap mereka bisa menyelamatkan Yun Seong. Direktur tak yakin dengan hal itu, namun Direktur mencoba membantu dengan memberikan alamat hotel tempat Tony Brown biasa menginap saat di Korea.
Dong Soo melihat Da Jin berjalan, dia mencoba menyapa Da Jin, namun Da Jin mengabaikannya. Dong Soo berkata apakah dirinya orang yang transparan? Da Jin hanya menyuruh Dong Soo tidak menghalangi jalannya. Saat Da Jin telah menjauh, Dong Soo pun berteriak, "Han Da Jin! Aku khawatir kau bolos kerja setelah kau minum" Da Jin berbalik, Dong Soo jadi salah tingkah karena merasa telah mempermalukan Da Jin dengan berteriak seperti itu di depan banyak orang.
Da Jin mendekat ke arah Dong Soo membuat Dong Soo merasa semakin bersalah dan mencoba menjelaskan. Da Jin kemudian bertanya apakah Dong Soo punya waktu luang. Dengan penuh semangat Dong Soo berkata dia punya banyak waktu luang.
Da Jin meminta Dong Soo mengantarnya ke Hotel dimana Tony Brown kemungkinan menginap. Da Jin bertanya pada resepsionis apakah Tony Brown menginap di hotel tersebut? Resepsionis mengecek dan membenarkannya. Da Jin meminta resepsionis untuk menelpon Tony Brown dikamarnya. Sayangnya Tony Brown tidak mengangkatnya. Dengan terpaksa Da Jin memohon agar resepsionis memberikan nomor kamar Tony Brown, karena Da Jin ada keperluan mendesak pada Tony Brown.
Resepsionis meminta maaf karena dia tidak bisa membantu, berdasarkan peraturan hotel mereka tidak boleh memberikan nomor kamar orang yang menginap di hotel tersebut. Da Jin mengerti dan kemudian pergi dengan lemas.
Tapi kemudian Da Jin berbalik dan berkata pada resepsionis,
" Orang ini... aku sangat menghormatinya. Dia adalah seorang pilot. Dia sangat bangga dan bertanggung jawab atas pekerjaannya. Namun, ia dituduh baru-baru ini. Dia mungkin tidak bisa terbang lagi. Kami sangat membutuhkan bantuan Tony Brown. Aku benar-benar ingin dia terbang lagi."
Da Jin memohon pada resepsionis agar memberikan nomor kamar Tony Brown. Namun Resepsionis tetap menolak dengan alasan kebijakan hotel. Ini membuat Dong Soo berang dan mulai membentak resepsionis. Da Jin mencoba menenangkan Dong Soo, dan akhirnya memilih menyerah.
Sebelum Da Jin dan Dong Soo mencapai pintu keluar, resepsionis itu berkata, "Mr. Tony menyukai Mentimun" Dong Soo mencibir, siapa yang bertanya apa yang disukai Tony Brown. Namun dia dan Da Jin menyadari sesuatu, "Mentimun... Tony... " Dong Soo pun berkata pada Da Jin, bahwa dirinya pasti seorang yang jenius.
Da Jin dan Dong Soo telah berada di depan kamar 502* kamar Tony Brown menginap. Dong Soo merasa bangga karena dapat memecahkan perumpamaan yang diberikan resepsionis untuk memberitahu nomor kamar Tony Brown.
(*aku gak tau apa hubungan mentimun dengan 502)
Da Jin mengetuk pintu kamar Tony Bown, hingga pemilik kamar keluar. Da Jin kaget melihat siapa yang membuka pintu, dia adalah pria yang ditemuinya di bandara, yang salah memakai rambut palsunya. Tony Brown bertanya ada apa Da Jin kemari, dia mengenal Da Jin sebagai karyawan Wings Air dan berkata dia belum selesai memberikan penilaian pada Wing Airs kemudian menutup pintu, sama sekali tidak memberikan kesempatan Da Jin berbicara. Dong Soo jadi kesal dan mulai mengetuk kembali pintu kamar hotel Tony Brown.
Da Jin menghentikan Dong Soo dan mengajaknya pergi. Dong Soo berkata, Da Jin sudah sejauh ini, apa dia hanya akan menyerah. Da Jin tidak tahu lagi harus berbuat apa. Da Jin pun teringat sesuatu, foto langit yang dia temukan setelah dia bertemu dengan pria ber wig itu.
Da Jin kembali mengetuk pintu kamar Tony Brown. Da Jin menyerahkan sebuah amplop putih yang membuat Tony Brown salah paham. Tony Brown berpikir amplop putih itu bersisi uang suap yang disiapkan Da Jin, Tony Brown jadi sedikit kesal dan berkata dia bukan orang seperti itu dan menutup kembali pintu kamarnya. Da Jin gagal mengembalikan foto langit itu juga gagal membujuk Tony Brown agar bisa membantu Yun Seong.
Ji Won bersama beberapa pramugari menemui Manager Tim dan menyerahkan petisi yang telah ditandatangai banyak orang. Mereka berkata itu bukti bahwa Kapten Kim Yun Seong tidak melakukan kesalahan. Manager hanya tertawa mengejek dan berkata agar mereka meninggalkannya saja disana. Manager berkata semua belum diputuskan, hanya karena Yun Seong dibawa ke Komite pertimbangan diskualifikasi, itu belum menentukan dia diberhentikan.
Saat keluar mereka bertemu dengan Mi Joo dan bertanya apa yang terjadi. Pramugara meminta Mi Joo menandatangani petisi Yun Seong tidak bersalah. Mi Joo mencibir dan berkata, hal tersebut tidak akan mencegah Yun Seong dibawa ke Komite Pertimbangan Diskualifikasi. Mi Joo berkata pada Ji Won, sebaiknya dia berpikir lebih realistis (Mi Joo sepertinya lebih senang Ji Won meminta maaf pada pria yang melecehkannya yang telah dipukul Yun Seong). Mi Joo pun pergi, namun dia berbalik dan berkata dia akan menandatangi petisi tersebut, meskipun itu tidak realistis, tapi jika itu memberikan sedikit harapan itu adalah hal yang baik.
Manager Tim memberitahu Hong In Tae bahwa Tony Brown menelpon bahwa dia akan mengumumkan hasil penilaiannya terhadap penerbangan Wings Air besok. Manager dan Hong In Tae berpikir bahwa ini menjadi waktu yang tepat untuk menyingkirkan Yun Seong. Karena Kapten Kim Yun Seong telah memukul seorang penumpang saat Tony Brown sedang memberikan penilaian terhadap maskapai penerbangan mereka.
Tuan Kang sedang membersihkan mobilnya sambil menyanyi didepan rumah Choi Ajussi. Bibi Yang keluar sambil membawa Ppo Song. Tuan Kang langsung kegirangan dan menyuruh Ppo Song segera masuk mobil karena cuaca sangat dingin. Setelah Ppo Song masuk Tuan Kang bertanya pada bibi Yang apakah dia akan duduk di belakang. Bibi Yang berkata dia akan duduk di depan, dan itu membuat Tuan Kang kegirangan.
Tuan Kang sedang menunggu bibi Yang di depan TK Ppo Song. Bibi Yang meminta maaf karena membuat Tuan Kang menunggu lama. Tuan Kang mencegahnya dan berkata, "Cinta... Tidak mengenal kata menyesal" Kemudian Tuan Kang memberikan minuman yang dia keluarkan dari balik jaketnya, Tuan Kang memberikan minuman tersebut sambil berkata, "Aku sudah menghangatkannya dengan hatiku yang membara" Semua gombalan Tuan Kang tentu saja membuat Bibi Yang tersipu malu dan berkata bahwa Tuan Kang sangat perhatian.
Tuan Kang berkata, mulai sekarang dia akan menjadi 9-1-1 nya Yang Mal Ja. Bibi Yang bingung, Tuan Kang pun menjelaskan bahwa saat Yang Mal Ja membutuhkannya tuan Kang akan siap sedia datang kapanpun. Bibi Yang makin terharu apalagi saat mendengar Tuan Kang menamai hari ini dengan nama "Mal’s Day" dan mengajak Bibi Yang untuk pergi ke gereja terdekat dan membuat beberapa kenangan indah. Bibi Yang kemudian berkata bahwa dia ingin makan spageti dengan saus. Tuan Kang pun bersedia mengabulkannya.
(Aku tahu, kenapa Dong Soo bisa All for You banget sama Da Jin, lha bapaknya pandai menggombal kayak gini)
Hari dimana Kim Yun Seong dipanggil ke Komite Pertimbangan Diskualifikasi pun tiba. Para pramugari dan Da Jin cemas menanti di depan ruangan tempat Yun Seong disidang.
Di dalam ruangan sidang, Yun Seong mulai di-interogasi tentang insiden di pesawat dari Inggris menuju Korea hari itu. Mulai dari mengapa dia terlambat datang hingga merembet ke kasus pemukulan yang dilakukannya terhadap penumpang yang melecehkan Ji Won.
Yun Seong berkata dia terlambat datang hari itu karena keadaan Nenek yang menjadi salah satu penumpangnya sangat kritis hingga harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan terlebih dahulu. Yun Seong merasa dirinya bertanggung jawab terhadap keselamatan semua penumpangnya.
Pernyataan Yun Seong ini, dijadikan tameng oleh Hong In Tae untuk menekan Yun Seong. Hong In Tae setuju dengan pendapat Yun Seong yang harus bertanggung jawab terhadap semua penumpangnya. Namun bagaimana bisa orang yang berpikiran seperti itu malah memukul penumpangnya sendiri. Yun Seong berkata dia tidak bisa membiarkan orang yang tidak tahu malu seperti penumpang yang telah dipukulnya.
Hong In Tae berkata Orang yang tidak tahu malu itu tetap saja penumpang mereka. Yun Seong berkata bahwa orang tersebut bahkan tidak bisa dimaafkan hanya karena dia seorang penumpang. Yun Seong berpendapat, sekalipun perusahaan mereka bangkrut, Mereka harus tetap memberikan perlindungan terhadap para Pramugari. Hong In Tae berkata, jika Yun Seong pergi maka mereka akan melindungi para pramugari.
Yun Seong tidak diam saja, dia melawan dengan berkata, yang seharusnya dilakukan wakil direktur saat ini adalah meminta maaf bukannya memeras. Yun Seong meminta Hong In Tae meminta maaf karena telah memihak pada pihak yang bersalah bukannya membela awak kabinnya. Hong In Tae menjadi geram mendengar kata-kata Yun Seong.
Peninjauan Komiite Pertimbangan Diskualifikasi terhadap Kapten Kim Yun Seong akan dilanjutkan minggu depan. Manager Tim orang yang pertama keluar dan meminta para Pramugari yang berkerumun di depan ruanga sidang untuk pergi, dia tidak ingin lagi menerima petisi apapun. Para Anggota Komite keluar namun Yun Seong sama sekali tidak terlihat Da Jin langsung masuk ke dalam ruangan sidang dan menemukan Yun Seong yang masih duduk dengan tegak.
Ji Won yang belum lama datang menatap Da Jin yang mencari Yun Seong, tak lama Yun Seong keluar dari ruangan sidang tanpa mengatakan apapun dan meninggalkan semua orang. Da Jin berusaha mengejarnya, sedang kan Ji Won hanya bisa menatap kepergian Yun Seong.
Di atas Ayunan dia depan rumah Choi Ajussi, Da Jin mencemaskan nasib Yun Seong. Dia meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja karena itu hanya usaha mempertahankan diri. Namun di dalam hatinya dia tetap cemas. Da Jin menatap langit dan meminta bantuan pada Ayahnya
Di rumahnya Ji Won pun mencemaskan hal yang sama dia pun berdiri disamping jendela dan menatap langit malam dan meminta bantuan pada Kapten Han Kyu Pil pada apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dua orang wanita mencemaskan nasib seorang pria pada orang yang sama ditempat yang berbeda, sungguh ironi.. #abaikan
Bagaimana nasib Yun Seong selanjutnya? nantikan di part-2 nya.
Hari pengumuman penilaian Inspektur Penerbangan pun tiba. Tony Brown datang ke Wings Air dengan sambutan yang resmi. Semua karyawan Wings Air datang di ruang pengumuman. Da Jin, Ji Won dan Mi Joo terlihat cemas karena penilaian ini akan menentukan hidup dan matinya Yun Seong di Wings Air. Sementara Hong In Tae tampak tersenyum puas karena sebentar lagi dia akan melihat kehancuran karir Yun Seong.
Yun Seong sendiri hanya bisa cemas di ruangan lain saat Tony Brown mulai mengumumkan hasil penilaiannya. Tony Brown menceritakan tentang pelayanan pramugari Wings Air yang begitu sabar melayani penumpang yang rewel seperti dirinya, hingga fakta bahwa Wings Air menunda jadwal penerbangan demi menunggu penumpang yang diabetes nya kambuh. Tony Brown memberikan penilaiannya, membuat Da Jin awalnya sama sekali tak peduli.
Yun Seong yang tidak tenang akhirnya masuk ke dalam ruangan tempat Tony Brown memberikan penilaiannya. Dia memperhatikan dengan seksama apa yang disampaikan Tony Brown dan merasa bersalah mendengar penuturannya tentang penundaan jadwal keberangkatan juga aksi pemukulan yang dilakukannya pada pria yang melecehkan Ji Won. Namun kemudian semua orang kaget dan berbalik senang, saat Tony Brown memuji aksi Yun Seong yang telah menjadi Pilot yang sangat mempedulikan keselamatan penumpangnya dan menjaga kehormatan pramugari sebagai awak kabinnya dengan baik. Tony Brown bahkan memberikan 1 bintang Khusus untuk Yun Seong.
Hal ini tentu saja membuat Da Jin, Ji Won, Mi Joo dan para karyawan lain selain Hong In Tae dan Manager Tim bahagia. mereka memberikan tepuk tangan yang meriah pada Yun Seong yang berdiri di pintu masuk. Sementara Yun Seong merasa terharu dengan apa yang baru di dengarnya.
Manager Tim berkata pada Hong In Tae, bahwa Yun Seong tidak akan bisa lepas dari peninjauan ulang Komite Pertimbangan Diskualifikasi. Jadi Hong In tae tenang saja. Namun sepertinya Hong In Tae sama sekali tidak tenang. Dia terlihat sangat geram saat mengetahui bahwa dalam penilaian penerbangan kali ini, Yun Seong bukannya mendapat cacat tetapi malah mendapatkan bintang khusus.
Yun Seong mengucapkan terimakasih pada Tony Brown. Tapi Tony Brown berkata Inspektur yang adil tidak mengenal kata terimakasih.
Saat Tony Brown kembali melangkah ke depan, Da Jin sudah menunggunya. Da Jin menyodorkan amplop warna putih yang gagal diberikannya pada Tony Brown kemarin.
Tony Brown langsung waspada dan bertanya apa itu? Da Jin berkata itu adalah suap yang tidak diterimah Tony Brown kemarin. Kata-kata Da Jin membuat Direktur, Yun Seong dan Ji Won kaget. Tony Brown semakin waspada namun akhirnya menerima amplop itu.
Tony Brown kaget saat membuka amplop yang ternyata berisi foto langit miliknya yang hilang. Tony Brown ingin bertanya bagaimana Da Jin mengetahui itu miliknya. Da Jin langsung berkata bahwa dia melihat hati Tony Brown di foto langit itu, karena itulah dia ingin mengembalikannya.Tony Brown senang karena fotonya yang hilang telah kembali. Tony Brown berterimakasih pada Da Jin.
Sebelum pergi, Tony Brown berbisik pada Da Jin, dia bertanya apakah letak rambut palsunya kali ini sudah benar. Da Jin memberikan jempol dan berkata itu sudah benar. Tony Brown memberikan senyuman pada Da Jin yang juga dibalas Da Jin dengan senyuman.
Da Jin menatap Yun Seong yang sedang menatapnya sambil tersenyum, begitu pun Ji Won yang tersenyum padanya. Tapi kemudian Ji Won melihat tatapan Yun Seong pada Da Jin. Hmm... sepertinya Ji Won mulai merasakan sesuatu pada tatapan itu.
Pagi hari yang cerah, di ruang ganti Karyawan Wings Air. Kapten tampan kita, Kim Yun Seong sedang bersiap-siap untuk penerbangannya. Sebelum pergi Yun Seong kembali membuka lokernya dan mengambil sebuah kacamata yang dibelikannya untuk mengganti kacamata Da Jin yang rusak. Kacamata itu adalah kacamata yang sama dengan kacamata miliknya.. (Arghhh... pairing sunglass yeah..)
Yun Seong mengambil kacamata itu dan berniat menyimpannya diam-diam di loker kerja Da Jin (sepertinya itu tempat menyimpan jadwal terbang or semacamnya ya.. soalnya lobernya kecil sih). Setelah mengatur kacamata itu baik-baik, Yun Seong yang berniat pergi malah kepergok Da Jin yang datang tiba-tiba.
Da Jin menyapa Yun Seong dengan panggilan "Kapten Satu Bintang" tapi Yun Seong berpura-pura tak peduli dan menghindar kemudian pergi dari ruangan itu dengan kikuk. Da Jin sempet heran melihat kelakuan Yun Seong.
Namun saat dia menemukan sebuah kacamata di loker kerjanya itu, Da Jin mengerti dengan sikap Yun Seong. Da Jin tahu benar, dari mana kacamata itu berasal. Da Jin pun tersenyum bahagia saat menyadari hal tersebut.
Wings Air 112 dengan tujuan Osaka akan segera berangkat. Hari ini sepertinya hari pasangan, karena banyaknya penumpang yang berpasangan yang naik pada penumpangan kali ini.
Di ruang Kokpit, Da Jin berkata bahwa kacamatanya dan kacamata Yun Seong sama, artinya mereka pasangan (dalam hal kacamata).
Mendengar kata pasangan dari mulut Da Jin, Ji Won yang tadinya akan mengantar minuman ke kokpit langsung berhenti di pintu dan menguping pembicaraan Da Jin.
Da Jin berkata bahwa Yun Seong punya selera yang bagus, Yun Seong tersenyum kecil, sangat kecil hingga mungkin Da Jin tak menyadarinya. Di hadapan Da Jin Yun Seong bersikap seolah tak peduli pada perkataan Da Jin dengan tak menjawab apapun. Da Jin pun berkata, bahwa dia tahu semuanya, bahwa Yun Seong lah yang membelikan kacamata itu untuknya, setelah Da Jin memakai kacamata tersebut. Da Jin berterimakasih, Yun Seong kembali tersenyum tipis.
Di luar Kokpit Ji Won mendengar semua perkataan Da Jin tentang Yun Seong yang membelikan kacamata untuknya. Ji Won mulai tegang, sepertinya hatinya mulai diliputi api cemburu.
Hati Ji Won bahkan tak tenang selama penerbangan.
Para penumpang sedang menikmati makanan yang disajikan para pramugari, sementara Ji Won mengamatinya. Pasangan yang memakai jaket hijau bertengkar karena si perempuan minta tolong dicampurkan makanan oleh si pria, tapi pria itu malah menyodorkan sendok yang sudah dibersihkannya dengan air ludah, Si wanita menolak dan berkata itu kotor, di pria kesal karena hal ini.
Sementar itu, Sepasang Kakek dan Nenek begitu rukun. Si Kakek menyuapi si Nenek yang buta dengan begitu telaten. Ji Won datang menghampiri pasangan itu dan berkata bahwa dia akan menggantikan si kakek menyuapi istrinya dan meminta si kakek untuk makan. Tapi si Kakek menolak, dia berkata dengan melihat istrinya makan dia sudah merasa kenyang.
Pasangang berjaket hijau jadi malu sendiri melihat pasangan kakek nenek itu. Si Pria berkata agar mereka makan bersama-sama. Si Wanita juga berkata agar Si Pria cepat makan dan mulai menyuapinya. Penerbangan kali ini pun menjadi penerbangan aman yang tanpa masalah.
Di Menara control Wings Air, Dong Soo kesal pada Hobae nya *ini nih.. si Hobae favoriteku, sampe sekarang belum tahu namanya*
Dong Soo kesal karena Hobae nya itu tidak lancar menyebutkan angka-angka dalam bahasa Inggris, padahal itu adalah skill yang penting yang dimiliki seorang ATC (Air Traffic Controller). Dong Soo berkata bukankah dia sudah menyuruh Hobae itu untuk berlatih. Hobae nya bilang dia sudah berlatih, namun sepertinya tidak ada hasil.
Dong Soo pun menyuruh Hobae nya untuk berdiri, Hobaenya menjadi bingung. Dong Soo ternyata mengajak Hobaenya ke lapangan parkir. Dia meminta sang Hobae untuk menyebutkan sebuah plat mobil dalam bahasa inggris, tapi hobae nya masih saja salah. Dong Soo jadi gemas, dia menjiwel *aduh apa ya bahasa indonesianya* pipi Hobae nya dan menyuruh Sang Hobae mengatakan "Ah, eh, ee, oo, uu" dengan pipi yang masih berada dalam jewel-an Dong Soo. Hoabe nya melakukan itu dengan susah payah.
Setelah itu Dong Soo mengajak Hobaenya untuk menyebutkan satu persatu nomor plat mobil yang ada dilapangan parkir. Sepertinya semakin lama, Hobaenya itu semakin mahir menyebutkan nomor dalam berbasa inggris, saat mobil terakhir Hobaenya menyebutkan nomor itu dengan sempurna, merekapun melakukan toast saking girangnya.
Pesawat Wings Air 112, akan melewati Aurora di langit.
Da Jin merasa ini sangat romantic dan berkata pada Yun Seong, "Kapten, apakah kau tahu? aurora membuat suara. Uhm ... Apakah itu sekali dalam 5 tahun? Apa 7? lagi pula, jika Anda mendengar suara itu, keberuntungan akan mengikuti, ketika jatuh cinta akan mendapatkan cinta mereka terjamin" Da Jin mengatakan itu sambil tersenyum bahagia melihat pantulan aurora yang indah di depannya. Sementara Yun Seong sama sekali tak menanggapi.
Namun Yun Seong akhirnya berkata, "Apa saat ini kau ingin berkencan?" Da Jin kaget dan menoleh pada Yun Seong yang melanjutkan perkataannya, "Yang pertama kali harus kau lakukan adalah tetap mendarat dalam keadaan hidup" Da Jin menjadi bingung dengan perkataan Yun Seong.
Yun Seong menjelaskan bahwa Aurora dapat menyebabkan gangguan komunikasi pesawat, seharusnya Da Jin tahu hal itu meskipun Da Jin seorang amatir. Tapi Sepertinya Da Jin tidak tahu hal itu. Yun Seong menyuruh Da Jin memeriksa GPS, tapi sepertinya Da Jin masih bengong, jadi dia memerikasnya dengan tidak fokus. Yun Seong akhirnya membentak Da Jin untuk melakukannya dengan benar.
Bibi Yang baru saja pulang, dia minta maaf pada Ppo Song karena baru datang. Dia mengajak Ppo Song untuk makan malam, Tapi dia kaget saat melihat tak ada Nasi di ricecooker dan tumpukan piring kotor di wastafel. Bibi Yang bertanya pada Choi Ajussi bukan kah hari ini hari liburnya, kemana saja dia seharian? Choi Ajussi malah baik bertanya, kemana saja Bibi Yang seharian.
Bibi Yang berkata dia pergi bersama tuan Pal Bong. Mendengar hal tersebut Choi Ajussi makin kesal, mereka jadi bertengkar dan saling menyalahkan. Bibi Yang bertanya kemana saja Choi Ajussi seharian. Ppo Song yang menjawab kalau mereka sudah makan jajamyung. Bibi Yang kaget mendengarnya, bagaimana bisa Choi Ajussi memberi makan Ppo Song dengan jajamyung. Choi Ajussi membela diri bahwa itu adalah makanan yang ingin dimakan Ppo Soong.
Bibi Yang jadi kesal dan bertanya mengapa Choi Ajussi tidak membereskan dan membersihkan rumah. Choi Ajussi berbisik apakah dia seorang pelayan, namun bibi Yang tidak terlalu jelas mendengarnya. Dia pun bertanya apa yang dikatakan Choi Ajussi. Lagi-lagi Ppo Song yang menjawabnya, "Ajussi berkata apakah dia seorang pelayan" Bibi Yang hanya bisa diam, tidak tahu harus berkata apalagi.
Sepulang dari penerbangan Osaka, hati Ji Won sangat tidak tenang, dia merasa sangat galau melihat kedekatan Da Jin dan Yun Seong. Ji Won akhirnya memutuskan mendatangi rumah Yun Seong. Setelah ragu-ragu apakah harus memencet bel atau tidak, Ji Won memutuskan untuk menggedor pintu rumah Yun Seong.
Yun Seong pun keluar, tanpa bicara apa-apa Ji Won segera berhambur memeluk Yun Seong dan mengajaknya untuk kembali bersama. Yun Seong tampak enggan, namun Ji Won memeluknya semakin erat dan mengajaknya untuk memulai dari awal dan tidak lagi melarikan diri serta saling merasa bersalah lagi. Yun Seong akhirnya membalas pelukan Ji Won.
Tepat disaat itu Da Jin melewati rumah Yun Seong dan melihat pemandangan yang tidak menyenangkan baginya. Kaptennya sedang memeluk orang yang menyebabkan kematian ibunya. Da Jin jadi salting, semakin salting saat Yun Seong melihatnya. Yun Seong pun menjadi lebih galau melihat ekspresi Da Jin, yang kemudian memilih berbalik arah untuk pulang ke rumah Choi Ajussi.
Dong Soo datang ke rumah Choi Ajussi dengan membawa daging. Dong Soo menanyakan Da Jin, sayangnya Da Jin belum pulang. Akhirnya Dong Soo dan Choi Ajussi menikmati daging tersebut berdua ditemani dengan berbotol-botol Soju. Choi Ajussi mengatai Dong Soo bahwa Dong Soo adalah orang bodoh karena tidak bisa mengatakan kata-kata "maafkan aku, aku menyukaimu, aku mencintaimu" Dong Soo tertawa, seperti Choi Ajussi berpengalaman saja. Choi Ajussi awalnya menyangkal tuduhan Dong Soo, namun akhirnya mengakui, bahwa dia juga orang bodoh yang tida bisa mengatakan tiga kalimat itu.
Hari mulai malam, Da Jin belum juga pulang. Dong Soo membereskan sisa minumannya setelah Choi Ajussi jatuh tertidur karena mabuk. Dong Soo mengkahwatirkan Da Jin yang belum pulang. Saat Da Jin akhirnya pulang, Dong Soo bertanya mengapa Da Jin baru pulang. Tapi Da Jin sama sekali tidak menghiraukannya, bahkan saat Dong Soo bertanya apakah Da Jin sudah makan atau belum.
Da Jin terlalu galau untuk menanggapi pertanyaan Dong Soo, sesampainya di kamar dia merapikan selimut Ppo Song dan Bibi Yang, Sementara dirinya tertunduk di bawah tangga, mengingat kembali Yun Seong yang memeluk Ji Won. Hatinya terasa sakit memikirkan hal itu.
Yun Seong mengantar Ji Won masuk ke mobilnya. Ji Won berterimakasih pada Yun Seong (apa ini? apa mereka benar-benar memulai kembali??) Yun Seong tersenyum dan mengantarkan kepergian Ji Won.
Setelah Ji Won pergi, Yun Seong teringat pada Da Jin. Hatinya tidak tenang dan antara sadar dan tidak, Yun Seong berjalan menuju rumah Choi Ajussi. Dia menatap rumah itu, rumah tempat Da Jin tinggal. Yun Seong mengingat semua kenangannya bersama Da Jin, mulai dari pertemuan pertama mereka, saat kacamata Da Jin rusak, saat dia menemani Da Jin untuk berjuang bertemu anak sang Nenek di Inggris dan semuanya. Tapi Yun Seong hanya bisa mengingat semua itu, tak ada yang bisa dia lakukan. Yun Seong pun memilih pergi dan kembali kerumahnya.
Ji Won mengajak Yun Seong ke tempat kenangan mereka. Tempat mereka sering menghabiskan waktu saat Yun Seong baru saja menjadi seorang pilot, Ji Won memberikan sesuatu pada Yun Seong.
Sementara itu Da Jin jogging ditemani Dong Soo. Da Jin sangat bersemangat, sementara Dong Soo sudah kelelahan, tetapi saat mereka beristirahat di suatu tempat, Dong Soo lebih dulu memberikan minuman pada Da Jin ketimbang dirinya yang minum duluan, padahal dirinya yang terlihat lebih lelah. (Ahhh... All for You nya Dong Soo kambuh deh)
Ternyata tidak jauh dari tempat Da Jin dan Dong Soo istirahat, Yun Seong sedang melihat-lihat album foto kenangannya bersama Ji Won dengan bahagia. Ji Won melihat Da Jin dan Dong Soo dan merasa tak senang akan hal itu. Dia merapatkan dirinya pada Yun Seong.
Dong Soo melihat Ji Won dan Yun Seong bersama, dia pun jadi tak tenang, seolah tahu, itu tidak akan membuat Da Jin senang. Dugaannya benar, saat Da Jin melihat Yun Seong yang sedang tertawa bersama Ji Won, mimik muka Da Jin berubah menjadi tak senang. Da Jin bertanya apakah Dong Soo tidak sibuk? Dong Soo berkata dia sangat punya banyak waktu.
Da Jin berkata dia akan lari lagi sebelum penerbangannya. Saat Da Jin memulai acara joggingnya kembali, dia bertemu Yun Seong dan Ji Won.
Yun Seong memanggilnya dengan keras, bahkan nyaris membentaknya. "Pilot Han Da Jin." Yun Seong mendekati Da Jin dia bertanya apa jadwal penerbangan Da Jin hari ini? Da Jin menjawab pulang pergi ke Jeju pada jam 3 sore. Yun Seong langsung memarahi Da Jin dan berkata apa Da Jin gila, menghabiskan energy dua jam sebelum penerbangannya? Da Jin meminta maaf. Yun Seong berkata, itulah sebabnya Da Jin selalu menjadi pemula yang berada di bawah.
Dong Soo kesal mendengar kata-kata Yun Seong, dan berkata apakah Yun Seong tidak terlalu keras pada Da Jin? Yun Seong berkata pada Dong Soo, Da Jin adalah Da Jin-na bagi Dong Soo, tapi bagi Yun Seong Pilot Han Da Jin adalah seorang Pilot Junior. Yun Seong pun pergi meninggalkan Da Jin dan Dong Soo diikuti Ji Won yang sebelumnya berpamitan pada Da Jin dan Dong Soo.
Da Jin berteriak, dia akan memperbaikinya. Ini membuat Dong Soo kesal dan bertanya mengapa Da Jin selalu merasa bersalah dan meminta maaf pada Yun Seong. Da Jin bukannya menjawab, dia malah memukuli dada Dong Soo.
Da Jin Sudah kembali dari Jeju. Dia terlihat lelah, Yun Seong melihatnya namun tak menyapanya, dia hanya menatap Da Jin dari kejauhan.
Da Jin berjalan masuk halaman rumah Choi Ajussi diikuti Dong Soo yang meminta maaf. Da Jin mengabaikan Dong Soo lalu berkata bahwa dia tidak ingin melihat Dong Soo. Karuan saja hal ini membuat Dong Soo kesal dan berkata meskipun Da Jin tidak ingin melihatnya dia harus melihat Dong Soo, bagaimana mungkin Da Jin hanya melihat apa yang ingin dilihatnya saja. Da Jin berkata tapi itulah dirinya, seorang Han Da Jin.
Saat Da Jin akan pergi, Dong Soo mencegahnya dan berkata, "Kemudian, mulai sekarang aku akan melihat apa yang ingin aku lihat dan akan melakukan apa yang ingin aku lakukan"
Dong Soo menatap Da Jin Intens, kemudian menciumnya membuat Da Jin kaget setengah mati. (Ahhh... First Kiss Da Jin di drama ini diambil Kang Dong Soo ternyata ya... Chukae Kang Dong Soo)
Da Jin berkata kalau ia tak ingin melihat Dong Soo jadi ia menyuruh Dong Soo pulang. Ia akan masuk ke rumahnya tapi Dong Soo menarik tangannya. Dong Soo meminta Da Jin melihatnya walaupun Da Jin tak mau melihanya. Ia tak mengerti kenapa Da Jin hanya melihat apa yang ingin Da Jin lihat.
Da Jin berkata kalau itulah dirinya. Mendengar Da Jin mengatakan itu Dong Soo pun memutuskan kalau mulai sekarang ia juga akan melihat apa yang ingin ia lihat dan melakukan apa yang ingin ia lakukan.
Da Jin menatap tak mengerti. Dong Soo dengan cepat meraih wajah Da Jin dan menciumnya. Da Jin hanya berdiri diam terkejut.
Paman Choi dan Ppo Song keluar rumah dan melihat keduanya. Paman Choi yang terkejut melihat pemandangan ini langsung menutup mata Ppo Song dan mengajaknya kembali masuk ke rumah. Da Jin mendorong Dong Soo yang sudah kurang ajar padanya, ia marah. "Apa ini?" Dong Soo mengatakan kalau itu ungkapan perasaannya pada Da Jin.
Dengan ketus Da Jin meminta maaf kalau ia tak merasakan apapun terhadap ciuman yang barusan. Ia mengajak Dong Soo berteman saja dengannya sebagai teman baik.
Da Jin akan masuk ke rumah tapi Dong Soo kembali menahan tangannya. Dong Soo jelas kecewa dan menebak apa ini karena Kapten Kim Yoon Sung. Da Jin diam, ia hanya menatap Dong Soo. Da Jin pun meninggalkan Dong Soo sendirian yang menatapnya dengan perasaan sedih. (huwaaaa kakak 300 won patah hati)
Dong Soo berada di rumahnya membunyikan alarm buatannya. Ia kembali teringat ucapan Da Jin tadi kalau Da Jin tak merasakan apapun terhadap ciuman Dong Soo dan mengajak Dong Soo berteman saja.
Paman Kang datang dan melihat putranya tengah dirundung kesedihan. Ia heran kenapa Dong Soo seharian memainkan alat itu. Dong Soo diam saja. Paman Kang tambah heran kenapa ekspresi wajah Dong Soo sepert itu, "Kenapa kau terlihat murung?" Dong Soo tetap diam saja.
Paman Kang bertanya-tanya bagaimana caranya mengembalikan semangat putranya. Ia mengambil minuman kaleng dan menyuruh Dong Soo meminumnya, karena setelah meminum bir suasana hati Dong Soo pasti akan lebih baik.
Dong Soo menerima minuman pemberian ayahnya tapi ia tak segera meminumnya dan kembali melamun. Paman Kang bertanya kenapa lagi apa ada sesuatu yang tak berjalan sesuai dengan keinginan Dong Soo.
Dong Soo tak menjawab ia malah bertanya pada ayahnya, "Perempuan dan uang. Apa keduanya akan benar-benar datang pada kita kalau kita mengejarnya?"
Paman Kang berkata kalau Dong Soo harus sangat dekat dan akrab ketika mengejar keduanya. "Jangan coba-coba mempertahankan dia kalau dia tak mau. Semakin kau melakukannya dia akan semakin menjauh pergi. Apa kau tak tahu tentang strategi mundur? Hanya menunggu dan sabar."
Dong Soo kembali bertanya bagaimana kalau ia kehilangan ketika ia menunggu. Paman Kang sepertinya tahu situasi putranya dan memberi saran agar putranya lebih bergembira dan bersemangat. "Sama seperti uang yang tak ada artinya kalau kau tak peduli. Cinta tanpa tantangan itu membosankan."
Paman Kang menyuruh putranya meneguk minuman satu teguk saja. Dong Soo menarik nafas dan meneguk minuman kalengnya. Paman Kang ikut merasakan kegalauan putranya nih.
Da Jin menghampiri Paman Choi yang tengah berada di ruang mesin. Paman Choi melihat wajah muran Da Jin dan bertanya kenapa. Ia teringat kejadian yang ia lihat tadi dan bertanya apa terjadi sesuatu. Da Jin menggeleng menjawab tidak.
Paman Choi mengingatkan Da Jin jangan hanya memikirkan Ppo Song dan pekerjaan saja, pergilah berkencan. Da Jin memegang dadanya dan berkata kalau ia merasakan ada yang aneh. Paman Choi menebak Da Jin memiliki perasaan pada Dong Soo, ia mengatakan kalau itu terjadi karena Da Jin memikirkan seseorang.
Da Jin berusaha tertawa dan berkata kalau kadang-kadang ia seperti itu. Paman Choi tersenyum dan berkata kalau Dong Soo itu pria yang baik. Da Jin terkejut dengan apa yang dikatakan paman Choi tentang Dong Soo. tapi yang membuat Da Jin seperti ini bukanlah Kang Dong Soo.
Keesokan harinya Kang Dong Soo bersiap akan berangkat kerja dan wuih... penampilannya berubah. Lihat gaya rambutnya udah ga ikal lagi. Rambut lurus dengan poni lempar kanan hehe. (Chun Hee jadi kelihatan gemuk)
Dong Soo berkaca merapikan pakaiannya. Paman Kang datang dan berkata kalau ia sudah memanggil Dong Soo berkali-kali untuk sarapan. Tiba-tiba Paman Kang terdiam melihat penampilan baru putranya. Ia kaget putranya jadi terlihat lebih tampan.
Paman Kang mengamati Dong Soo dari kepala sampai kaki dan bertanya-tanya bisakah Dong Soo ini menjadi model. Ia heran dan bertanya kenapa Dong Soo berubah penampilan seperti ini. Dong Soo tak menjawabnya.
Dong Soo sampai di parkiran bandara, penampilan barunya membuat pramugari menatapnya terkagum-kagum (menurutku lebih cakepan yang rambut ikal) Para pramugari berada di loker minuman. Da Jin ke sana untuk membeli minuman tapi ketika ia merogoh sakunya ia tak menemukan uang receh.
Dong Soo melihat Da Jin yang kebingungan mencari uang receh. Ia pun menghampiri Da Jin. Para pramugari jelas terkejut melihat penampilan baru Dong Soo. Dong Soo memasukan uang koin dan mengambil minuman. Da Jin yang berada di sebelah terus menatapnya heran.
Dong Soo memberikan minuman itu pada Da Jin. Da Jin menerimanya dan dengan iseng Lee Joo Ri memotret penampilan baru Dong Soo dengan kamera ponselnya hehe.
Da Jin yang masih heran bertanya apa ini Kang Dong Soo. Dong Soo balik bertanya memangnya siapa yang Da Jin harapkan. Da Jin berkata kalau Dong Soo yang ia kenal berbeda dengan Dong Soo yang sekarang. Dong Soo mengatakan kalau ia sudah berubah dan mengucapkan selamat bekerja pada Da Jin.
Dong Soo berlalu dari sana dan diikuti oleh beberapa pramugari yang berjalan di belakangnya. Da Jin menatap tak mengerti kenapa Dong Soo tiba-tiba berubah seperti ini (ini karena kau hehe)
Lee Joo Ri dan beberapa pramugari berjalan mengekor di belakang Dong Soo. Lee Joo Ri mengagumi cara berjalan Dong Soo. Ia heran bagaimana bisa seseorang berubah menjadi sangat tampan dalam waktu semalam. Joo Ri gregetan liat tampang baru Dong Soo hehehe.
Wakil Presdir Hong mengadakan rapat dengan beberapa Direktur. Ia mengatakan kalau dewan komite akan memutuskan tentang insiden penerbangan sebelumnya. Kapten Kim Yoon Sung dan co-Kapten Han Da Jin akan bertanggung jawab bersama-sama. Ia akan meminta pendapat dari semua anggota panitia rapat sebelum melakukan keputusan.
Salah satu peserta rapat mengatakan kalau Wings Air sudah menerima lima bintang jadi apa masih perlu melakukan rapat evaluasi untuk staf. Mi Joo mengangguk setuju apa yang disampaikan peserta rapat.
Ketua Tim datang menyampaikan dokumen pada Wakil Presdir Hong. Mi Joo penasaran dokumen apa itu karena ayahnya terlihat sangat puas. Wakil Presdir Hong mengatakan kalau sepertinya semuanya belum berakhir. Penumpang yang tidak puas dengan layanan dalam insiden tersebut telah mengajukan tuntutan terhadap perusahaan. Peserta rapat dan Mi Joo terkejut, mau tak mau mereka pun harus mengevaluasi staf.
Han Da Jin melihat Kapten Kim Yoon Sung sibuk dengan tab-nya. Da Jin teringat kejadian dimana ia melihat kapten Kim Yoon Sung dan Ji Won berpelukan di depan rumah Yoon Sung. Ada rasa marah dalam hatinya, hal itu ia tunjukan dengan sikap juteknya pada Yoon Sung.
Da Jin yang kesal (karena cemburu-mungkin) duduk tak sopan. Tapi Yoon Sung tak mempedulikannya. Da Jin membuka lembar majalah dengan suara keras dan cepat. Yoon Sung merasa terganggu dengan cara Da Jin membuka lembaran majalah. Yoon Sung mengatakan kalau Da Jin berisik. Da Jin menyahut kalau hatinya bahkan lebih berisik. Da Jin pindah tempat duduk dan kembali membuka tiap halaman majalah dengan kasar.
Ketua Tim datang menghampiri keduanya sambil mengeluh kenapa ia merasa seluruh tubuhnya sakit setiap kali melihat Yoon Sung dan Da Jin. Ia menyampaikan pada keduanya kalau ia sudah menerima instruksi dari atasan bahwa keduanya diskors dan itu merupakan keputusan komite kualifikasi.
Da Jin dan Yoon Sung jelas terkejut, skorsing? Ketua Tim menyampaikan kalau tuntutan sudah diajukan kepada perusahaan. Ia memberi tahu kalau penumpang itu adalah salah satu pembeli tiket terbesar perusahaan Wings Air. "Kalian seharusnya tak membuat kekacauan terhadap seseorang tanpa mengetahui siapa dia."
Da Jin menilai kalau hal ini tak masuk akal. Ketua Tim mengingatkan Da Jin jangan mencoba memohon padanya. Yoon Sung diam saja tak memprotes apapun tapi ia mencoba berfikir untuk mencari jalan keluar.
Da Jin menemui Wakil Presdir menanyakan apa maksud ia diskors itu ia tak boleh terbang. Wakil Presdir menghubungi sekertarisnya ia marah kenapa mengizinkan Da Jin masuk ke ruangannya. Da Jin mengatakan kalau ia diskors terbang ia tak akan pernah bisa menjadi seorang kapten. Wakil Presdir berkata kalau keputusan itu dibuat karena ada alasannya. Seorang pemarah seperti Da Jin sebaiknya tak diberikan izin untuk terbang. Ia tak bisa membiarkannya lagi.
Da Jin berkata kalau pramugari juga keluarga mereka. Ia tak bisa membiarkan keluarganya menyimpan pemangsa seks. Wakil Presdir menyarankan Da Jin mencari pekerjaan lain di maskapai penerbangan lain. Wakil Presdir mengatakan kalau Da Jin hanya diskors dari terbang seharusnya Da Jin merasa beruntung.
Tapi Da Jin memohon untuk tak diskors dan biarkan ia menjadi pilot. "Tolong biarkan aku terbang!" Wakil Presdir mengingatkan bahwa tak semua orang yang memiliki sayap pasti bisa terbang. "Kau dianggap wanita. Wanita dengan sayap tapi tak pernah bisa terbang." Da Jin menunduk dan ada seorang lagi yang masuk ke ruangan Wakil Presdir, siapa itu? Kim Yoon Sung.
Kim Yoon Sung meminta Da Jin keluar. Tapi Da Jin tetap di tempatnya berdiri menatap Wakil Presdir dan berkata kalau ia harus bekerja demi keluarganya. Wakil Presdir mencibir memangnya ada orang yang tanpa keluarga. Yoon Sung merasa ucapan Wakil Presdir yang barusan itu menyinggung dirinya.
Da Jin memberi tahu kalau adiknya sedang sakit. Wakil Presdir menyahut kalau itu sangat disayangkan. Da Jin kembali mengatakan kalau ia melakukan pekerjaan disini untuk keluarganya, "Bagiku untuk bisa terbang ke langit memberi harapan untuk keluargaku. Itu adalah mimpiku."
Wakil Presdir menyuruh Da Jin pulang saja dan bermimpilah di malam hari. Yoon Sung menahan marah ia menyuruh Da Jin keluar, ia menarik tangan Da Jin. Semantara ia kembali lagi menghadap Wakil Presdir.
Da Jin yang berada di luar ruangan cemas. Hong Mi Joo heran melihat Da Jin ada di depan ruangan ayahnya. Ia pun bertanya apa yang dilakukan Da Jin disini. Da Jin tak menjawab. Mi Joo akan masuk ke ruangan ayahnya tapi Da Jin mencegah karena sekarang bukan saat yang tepat untuk masuk ke ruangan Wakil Presdir tapi Mi Joo tak peduli ia tetap membuka pintu.
Kemudian ia mendengar apa yang Yoon Sung dan ayahnya bicarakan. Ia tak jadi masuk dan mendengarkan yang mereka bicarakan. Terdengar permohonan dari Yoon Sung yang meminta wakil Presdir Hong tetap membiarkan Da Jin terbang. Mi Joo masuk ke ruangan ayahnya.
Yoon Sung bertanya apa wakil Presdir tak mau menunggu kesempatan untuk menyingkirkannya. Ia mengatakan kalau ia akan mengambil semua tanggung jawab ini jadi ia memohon agar wakil presdir mempertimbangkan lagi keputusan itu.
Wakil Presdir berkata kalau Yoon Sung ingin menyelamatkan pekerjaan Da Jin maka sebagai gantinya Yoon Sung yang harus pergi. Mi Joo jelas terkejut dan tak setuju. Yoon Sung akan keluar dari ruangan wakil presdir tapi wakil Presdir memperingatkan agar Yoon Sung jangan mengganggu putrinya lagi. Yoon Sung dengan tegas kalau ia mengerti ia tak akan melakukannya.
Mata Mi Joo berkaca-kaca mencegah Yoon Sung. Ia bertanya kenapa Yoon Sung begitu cepat menyerah terhadapnya. Karena dulu Yoon Sung begitu melindunginya. Tapi sekarang kenapa selalu saja dirinya seseorang yang tak bisa dilindungi oleh Yoon Sung. Yoon Sung hanya berkata maaf dan keluar dari ruangan Wakil Presdir.
Di depan ruangan wakil Presdir, Da Jin mempertanyakan hasil pembicaraan Yoon Sung dengan Wakil Presdir. Yoon Sung mengatakan kalau Da Jin hanya perlu mempersiapkan dan melakukan pekerjaan Da Jin dengan baik. Itu saja yang terpenting yang harus Da Jin lakukan. Da Jin jelas ingin tahu hasil yang sebenarnya. Yoon Sung berkata kalau saat ini Da Jin harus menunggu dan sabar.
Da Jin mengerti, kemudian keduanya berjalan berlainan arah tapi sejenak Yoon Sung menoleh untuk menatap Da Jin yang cemas dengan pekerjaannya.
Mi Joo meminta pada ayahnya menghentikan tindakan ayahnya pada Yoon Sung. Wakil Presdir marah kenapa Mi Joo mengatakan itu padahal Mi Joo mendengar sendiri apa yang Yoon Sung katakan. Mi Joo meminta ayahnya harus menepati janji. Wakil Presdir berkata kalau ia tak pernah menjanjikan apa-apa. Mi Joo mengatakan kalau berkat Yoon Sung citra perusahaan meningkat dan penjualan tiket juga semakin meningkat. Tapi ia tak mengerti alasan ayahnya ingin memecat Yoon Sung. Wakil Presdir berkata kalau itulah keputusannya ia tak mengerti kenapa Mi Joo membela Yoon Sung.
Mi Joo: "Ketika aku bersama kakak dulu, aku bahagia. Ketika kakak berada di usia yang tak bisa mengurus dirinya sendiri ia menyelamatkan hidupku. Ayah, kalau ayah benar-benar mencintaiku, aku tak harus melakukan ini pada kakak bahkan kalau itu karena aku." Wakil Presdir terdiam, mata Mi Joo berkaca-kaca hampir menangis.
Mi Joo yang kesal dengan sikap ayahnya melampiaskan semuanya dengan berbelanja. Ia mendapatkan penghormatan khusus ketika memasuki tempat perbelanjaan. Ia tak memilih benda yang akan dibelinya tapi hanya menunjuk saja. Yang ini, yang ini satu, lalu ini, ini, dan ini juga. Dompet merah, yang pink, orange.
Mi Joo melihat disana ada Ji Won yang tengah memilih kaca mata hitam (hmm kemungkinan besar untuk Yoon Sung) Ji Won memilih kaca mata pilihannya untuk dibeli. Mi Joo menghampirinya. Mi Joo tertawa menyindir dan berkata kalau Yoon Sung sudah diskors terbang karena seseorang dan ia heran kenapa Ji Won malah belanja.
Ji Won jelas kaget mendengar Yoon Sung mendapatkan skorsing terbang. Mi Joo memberi tahu kalau ada orang yang mengajukan tuntutan terhadap perusahaan. Ia mengatakan kalau Yoon Sung pernah melindungi Ji Won seharusnya Ji Won tak meminta sesuatu sebagai imbalan pada Yoon Sung.
Mi Joo merebut kacamata pilihan Ji Won dan menyuruh pelayan untuk menambahkan kacamata itu ke dalam daftar belanjaannya. Tapi Ji Won mengambil kembali kacamata pilihannya dan berkata kalau ia yang akan membeli kacamata ini.
Mi Joo menatap marah, "Sepertinya kau tak mengerti apa yang kukatakan sebelumnya. Kakak dan aku memiliki hubungan yang khusus."
Ji Won minta maaf karena Yoon Sung juga orang yang istimewa baginya. Mi Joo jelas marah mendengar ini. Ia merebut paksa kacamata yang ada di tangan Ji Won dan menginjaknya keras-keras.
Sambil menatap tajam Ji Won ia mengatakan kalau ia membenci hal yang sulit dan rumit, "Hanya aku satu-satunya yang menyukainya. Hanya satu-satunya di negara ini. Seperti barang ini, di dunia ini hanya ada satu kakak."
Ji Won: "Dia juga satu-satunya orang yang istimewa bagiku." Mi Joo tertawa remeh, "Benarkah? ini akan menarik. Bahkan ketika masih muda aku tak suka berbagi dengan orang lain. Kalau aku tak bisa memilikinya, maka tak ada satu pun yang akan memilikinya."
Para Pramugari membahas masalah tuntutan yang ditujukan pada perusahaan. Salah satu staf berkata ia tak berfikir kalau itu akan sampai pada tingkat tuntutan. Ia menilai kalau ini benar-benar buruk. Pramugara berkata kalau ia berfikir inilah saatnya mereka ikut melibatkan diri. Sa Rang setuju. Lee Joo Ri sepertinya punya ide.
Rombongan pramugari mendatangi orang yang melakukan tuntutan terhadap perusahaan Wings Air, dia yang tak lain adalah orang yang melakukan pelecehan terhadap Ji Won di pesawat. Mereka mendatangi pria itu di tempat kerjanya.
Staf perusahaan disana terkejut mendapat kunjungan rombongan pramugari. Pria itu tak menyangka kalau ia akan didatangi secara langsung oleh rombongan pramugari, ia bingung. Ji Won berkata sambil tersenyum kalau kedatangan mereka itu untuk minta maaf. Semuanya menunduk mengatakan maaf.
Pria itu menahan kesal karena para Pramugari mendatangi tempat kerjanya langsung. Ia celingukan melihat rekan kerja yang terus menatapnya. Ji Won berkata ketika pria itu melakukan penerbangan dengan Wings Air mereka berjanji akan memberikan pelayanan terbaik. Joo Ri berkata kalau ia akan tersenyum lebih seksi.
"Ketika kami memberikan pelayanan makanan kami akan melakukannya dengan lebih seksi." ujar pramugari lain membuat pria itu menahan kesal dan malu karena dilihat rekan kerjanya.
"Minuman layanan kami juga akan disediakan dengan lebih seksi." ujar Sa Rang.
"Mungkin aku tak bisa seperti mereka, aku minta maaf." kata Pramugara. hahaha.
Pria itu mengajak Ji Won dan yang lainnya keluar. Ia ingin membahas masalah ini di luar supaya tak dilihat rekan kerjanya. Tapi Ji Won malah berkata apa nanti mereka akan bertemu dengan pria itu lagi besok. Dan sikap para pramugari ini membuat pria itu malu hehe karena diperhatikan rekan kerjanya.
Wakil Presdir menemui Presdir. Presdir berbasa-basi bertanya sudah berapa lama keduanya bekerja sama. Wakil Presdir menjawab sudah sekitar 20 tahun. Presdir menyahut apa sudah selama itu.
Presdir sepertinya sulit untuk mengatakan apa yang ingin ia katakan pada wakil presdir, ia mengatakan kalau saat ini ia sudah dipindahkan untuk bekerja di kantor international airlines. Wakil Presdir mengucapkan selamat dan berkata kalau presdir akan terkenal di dunia sekarang. Presdir tertawa terkenal apanya.
Presdir berkata karena itu posisi yang bagus rasanya itu memberatkan baginya. Ia pun mengungkapkan apa yang ingin ia katakan, "Wakil Presdir aku harus menyerahkan Wings Air ke tanganmu."
Wakil Presdir Hong kaget dan berdiri lebih dekat menatap Presdir, aku?
Presdir membenarkan tapi sebagai gantinya ia minta kapten Kim Yoon Sung dan co-kapten Han Da Jin tetap berada di Wings Air. Ia telah memikirkan hal itu, seandainya ia berada di usia dan keadaan yang sama seperti Yoon Sung ia juga akan melakukan hal yang sama.
Wakil Presdir berkata kalau mereka sudah melanggar aturan dan nama baik perusahaan sudah rusak. Ia harap Presdir membuat keputusan yang rasional. Presdri berkata sebenarnya insiden ini menjadikan image perusahaan mereka sebagai maskapai yang setia dan bisa dipercaya dan bahkan sebelum tuntutan dibatalkan (haha tuntutannya sudah dibatalkan ya)
Wakil Presdri yang tak setuju Kim Yoon Sung tetap berada di Wings Air akan pergi dari ruangan Presdir tapi Presdir berkata apa ada orang seperti Kim Yoon Sung dan Han Da Jin yang bisa menempatkan kepentingan perusahaan lebih dahulu dalam melaksanakan pekerjaannya.
"Hei, In Tae." Presdir menyebut nama Wakil Presdri Hong karena keduanya memang sudah akrab. "Jangan hanya mencari hal yang menguntungkan untukmu. Tak ada yang tahu kalau permata akan tersembunyi dibalik semua ini." Presdir berharap kalau Wakil Presdir ada waktu bawa Mi Joo ke Kanada untuk mengunjunginya. Wakil Presdir mengangguk.
Keduanya pun berjabat tangan, Wakil Presdir Hong berterima kasih atas kerja keras Presdir selama ini. Presdir berkata kalau ia percaya pada Wakil Presdir untuk menggantikan posisinya. Wakil Presdir Hong tampak tersenyum licik, sepertinya ia akan merencanakan sesuatu dan menggunakan posisi barunya ini.
Wakil Presdir Hong memanggil Kim Yoon Sung dan Han Da Jin ke ruangannya. Di dalam ruangan itu juga ada Mi Joo. Wakil Presdir mengatakan kalau Yoon Sung dan Da Jin sangat beruntung. Tapi Yoon Sung berkata kalau ia tak bergantung pada yang namanya keberuntungan ketika ia terbang. Wakil Presdir berkata meskipun ia tak menyukai ini ia tetap akan mematuhi permintaan Presdir
Da Jin bertanya apa itu artinya ia dan Yoon Sung diizinkan untuk terbang. Wakil Presdir mengingatkan keduanya kalau ia tak akan memberikan kesempatan lagi untuk lain kali karena sekarang di Wings Air ia yang berkuasa. Da Jin tersenyum dan mengucapkan terima kasih tapi tidak dengan Yoon Sung, ia hanya cukup memberi hormat lalu keluar dari ruangan.
Keluar dari ruangan Wakil Presdir membuat Da Jin tersenyum-senyum riang. Yoon Sung bertanya apa Da Jin senang. Da Jin menjawab pendek ya sambil tersenyum.
Yoon Sung menghela nafas dan berkata ketika ia berfikir terbang dengan Da Jin ia masa depan terlihat sebagai sebuah firasat untuknya (hah... bener ga nih terjemahannya ya). Da Jin menyahut jadi selama ia tak masalah bisa terbang siapa saja. Ia tak peduli dengan kehidupan pribadi orang itu, Da Jin berlalu mendahului Yoon Sung.
Ketua Tim memberikan bucket bunga ucapan selamat pada Presdir Wings Air yang baru. Presdir Hong menjawab kalau itu belum resmi. Ketua Tim bertanya dimana Presdir Hong In Tae akan melakukan upacara pelantikan sebagai Presdir baru karena kemungkinan ia harus menggundang semua orang dari yang tua sampai yang muda. Ia akan membuat daftar semua orang yang berpengaruh.
Presdir Hong tersenyum dan Ketua Tim terus-menerus menjilat dengan mengatakan kalau ia sangat menghormati dan mulai sekarang ia akan mengikuti perintah Presdir Hong.
Presdir terdahulu melihat beberapa miniatur pesawat dan berbicara dengan mereka seolah berpesan, "Kau kendalikan emosimu. Kau tingkatkan kecepatanmu. Kau harus hati-hati!"
Kim Yoon Sung menemui Presdir lama. Yoon Sung menanyakan apa Presdir benar-benar akan pergi. Presdir menjawab ya, ia harus pergi kemana saja ia diperlukan dan menggunakan apa yang tersisa dari tubuhnya. Ia mengatakan walaupun ia tak lagi berada disini semuanya akan tetap berjalan lancar.
Presdir berkata karena Yoon Sung berada di Wings Air itu membuatnya bisa pergi dengan tenang. "Aku sangat mencintai langit seperti kau. Kau tahu itu kan?" Yoon Sung menjawab kalau ia tahu itu. Presdir berpesan kalau Yoon Sung dalam penerbangan ke Kanada jangan lupa temui dirinya. Yoon Sung mengerti ia akan melakukannya.
Yoon Sung masih menyebut dengan nama Presdir tapi Presdir bilang kalau ia bukan presdir lagi. Ia bertanya sapaan apa yang harus Yoon Sung sebut ketika memanggilnya. Presdir mengusulkan bagaimana kalau memanggilnya dengan sebutan ‘kakak’ bukan Presdir. Yoon Sung tersenyum.
Bagaimanakah dengan kepemimpinan Presdir baru di Wings Air, apa Presdir Hong In Tae akan menggunakan kekuasaannya untuk menekan Yoon Sung.
Paman Choi berada di tempat kerjanya memeriksa kondisi pesawat yang akan terbang. Yoon Sung dan Da Jin menghampirinya. Paman Choi begitu sayang dengan pesawat yang sebentar lagi akan terbang ini. Ia bertanya pada Da Jin apa tahu siapa nama pesawat ini. Da Jin tertawa apa pesawat ini memiliki nama. Paman Choi bilang tentu saja, namanya Makarel. Da Jin dan Yoon Sung tertawa mendengar nama itu.
(Hmm Makarel adalah nama ikan yang memiliki nilai komersial tinggi, sering dijadikan ikan sarden hehe. ikan ini mampu menaikkan suhu darahnya diatas suhu air hal ini menyebabkan mereka dapat hidup di air yang lebih dingin dan dapat bertahan dalam kondisi beragam.... itulah sebabnya paman Choi menamai pesawat itu dengan sebutan makarel karena ia meyakini pesawat ini mampu bertahan dalam kondisi apapun_tebakan saya aja sih)
Paman Choi berkata bukankah dia sangat halus dan tampan. Tapi dia itu jenis pesawat yang cepat marah dan rewel, dia memerlukan begitu banyak perbaikan dan banyak menderita. Ketika ia mulai menangani setiap bagian pesawat ini ia mulai dekat dengannya. Jadi ketika ia menunjukan cintanya, pesawat ini tak lagi rewel terhadapnya.
Paman Choi berfikir kalau pesawat ini memerlukan cinta karena pesawat juga seperti manusia, "Aku mohon jaga!" dia ucap Paman Choi. Yoon Sung mengerti ia berjanji akan terbang dengan hati-hati. Paman Choi terlihat sangat sedih harus berpisah dengan pesawat ini karena ia sudah berulang kali menjadi teknisinya. Ia mengelus badan pesawat dengan lembut.
Pramugari sibuk menyiapkan perlengkapan layanan untuk penumpang. Lee Joo Ri membuka ponselnya. Ia membuka foto Kang Dong Soo yang ia upload dan melihat banyak yang mengirimkan komentar. Kebanyakan komentarnya positif memuji penampilan Dong Soo.
Joo Ri senyum-senyum senang tapi raut wajahnya kesal ketika ada yang memberikan komentar bahwa mereka tak suka dengan gadis yang berdiri di sebelah Dong Soo. Joo Ri pun ikut kesal, ia menyahut kalau co-pilot Han Da Jin merusak pemandangan fotonya.
Teman-temannya yang sibuk heran ingin tahu apa yang dilihat Joo Ri. Ji Won datang dan mereka pun kembali bekerja.
Ji Won memeriksa kesiapan anggota pramugarinya, penampilan jelas sangatlah penting. Ji Won tersenyum karena anak buahnya tampil dengan sempurna. Ji Won meminta anak buahnya untuk melakukan rileksasi pada otot wajah supaya ketika tersenyum pada penumpang terlihat ramah dan menyenangkan.
Hehe lucu deh latihan relaksasinya mulutnya dimonyongin gitu haha...
Saatnya penerbangan dari Incheon menuju Toronto-Kanada dengan menggunakan Wings Air 747 alias si Makarel. Para pramugari memberikan pelayanan terbaik pada penumpang.
Salah satu penumpang yang duduk di kelas ekonomi adalah mantan Presdir Wings Air yang akan pergi ke Kanada menuju tempat tugasnya yang baru. Ji Won tersenyum melayaninya, ia bertanya apa yang ingin Presdir minum. Presdir yang tengah membaca majalah meminta jus tomat. Ji Won mengambilkannya. Ji Won mengatakan kalau Presdir membutuhkan apa saja bisa memanggil dirinya. Kemudian terdengar pengumuman dari kokpit, pengumuman yang seperti biasa diumumkan oleh pilot. Presdir mendengarkannya dengan seksama.
"Aku Kapten Kim Yoon Sung. Hari ini pesawat ini akan menyelesaikan penerbangan terakhirnya. Meskipun dalam kondisi hujan dan cuaca bersalju, pesawat ini telah melayani seluruh penumpang dan kru kami, selalu membawa penumpang ke tujuan mereka dengan selamat. Meskipun kadang kala dia ingin menyerah karena kelelahan. Pesawat ini adalah teman luar biasa yang pantang menyerah.
Oh ya, nama teman kita yang satu ini adalah makarel. Hari ini adalah penerbangan terakhir makarel. Tapi dia akan berada di negara lain dengan lebih banyak orang membawa lebih banyak penumpang. Terbang ke langit yang baru. Tidak ada akhir, juga tak ada waktu akhir.
Penerbangan ini bersama seseorang yang menyukai pesawat terbang dan mencintai langit. Penerbangan ini bersama seseorang yang saya hormati. Penerbangan baru seseorang dan perjalanan indah di pesawat membuat mereka bahagia. Selama ini anda sudah bekerja keras."
Presdir terharu mendengar apa yang disampaikan Yoon Sung. Ia hampir menitikan air mata, Ji Won juga menatap Presdir penuh haru.
Paman Choi duduk menatap jauh ke langit, "Si brengsek makarel itu. Aku ingin tahu apa dia mengalami perjalanan yang menyenangkan?"
Da Jin mengingatkan kaptennya bukankah pengumuman yang bersifat pribadi itu tak diperkenankan. Yoon Sung berkata kalau ia hanya memberikan pengumuman yang bersifat objektif. Tapi Da Jin menilai kalau pengumuman itu sangat subjektif. Yoon Sung membalas jadi apa Da Jin ingin berdebat dengannya. Da Jin menjwab tidak dan berkata kalau pengumuman tadi tak buruk.
Para pramugari kembali ke dapur pesawat dan kelelahan karena sudah melayani banyak penumpang. Mereka mengeluh bahu dan kakinya sakit. Ji Won mengeluarkan makanan yang sengaja dibuat untuk kru. Pramugari menyambutnya dengan senang hati dan melahap makanan itu tapi Sa Rang diam saja ia merasa badannya tak enak. Ia tak ikut makan. Ji Won menyarankan kalau Sa Rang lelah lebih baik istirahat dulu. Sa Rang akan pergi istirahat tapi Joo Ri bertanya apa Sa Rang tahu kalau di ruang istirahat itu ada hantunya. Mata Sa Rang membesar terkejut. Joo Ri berkata kalau itu adalah hantu seorang senior yang meninggal karena bekerja terlalu keras. Ji Won dan pramugari lain tersenyum dengan candaan Joo Ri tapi Sa Rang sepertinya agak ketakutan juga nih.
Joo Ri menjelaskan kalau pramugari yang meninggal itu istirahat karena kelelahan kemudian tidur memakai selimut dan dia langsung meninggal, selimut itu berwarna merah. Pramugari yang lain cekikikan dengan cerita yang disampaikan oleh Joo Ri tapi tidak dengan Sa Rang sepertinya ia mulai takut hehe.
Pramugara bertanya apa dari sekian banyak selimut dia hanya menyukai warna itu. Joo Ri berkata Sa Rang tak perlu takut karena meskipun dia sudah meninggal tapi dia akan menjaga para pramugari kok. Mendengar cerita horor Sa Rang enggan ke tempat istirahat hehe.
Ji Won masuk ke kokpit mengantarkan makanan untung Yoon Sung dan Da Jin. Tapi Da Jin menolak makanan yang dibawakan Ji Won. Ia bilang ia tak mau makan. Ji Won bertanya apa perut Da Jin merasa tak enak sehingga tak nafsu makan, haruskah ia mengambilkan obat. Da Jin bilang tak usah ia hanya tak mau makan.
Ji Won tak memaksa Da Jin untuk makan ia berpesan kalau nanti ia akan menyiapkan makanan untuk Da Jin. Da Jin diam saja. Ji Won berkata kalau pengumuman yang disampaikan Yoon Sung tadi sangat bagus. Da Jin kesal mendengarnya dan ada yang membuat Da Jin tambah kesal lagi. Ji Won memberikan kacamata sunglasses (kaca mata anti ultraviolet) untuk Yoon Sung. Ji Won menilai kalau kacamata milik Yoon Sung sudah tak bagus.
Yoon Sung menerimanya tapi ia melirik ke arah Da Jin yang diam saja. Ji Won kembali berkata pada Da Jin kalau Da Jin membutuhkan makanan katakan saja padanya. Da Jin yang sudah kesal meninggikan suaranya bukankah ia sudah bilang kalau ia tak mau makan kalau ia bilang tidak mau ya tidak mau. Yoon Sung terkejut mendengar kemarahan Da Jin yang tiba-tiba.
Ji Won mengerti ia pun keluar dari ruang kokpit. Ji Won menatap sedih atas sikap Da Jin padanya.
Yoon Sung berkata kalau Da Jin bebas memilih makanan yang tak ingin Da Jin makan tapi jangan pernah mencampuradukan emosi ke dalam ucapan Da Jin. Da Jin mengingatkan kalau Yoon Sung tak tahu apa-apa jangan ikut campur urusannya.
Da Jin mengembalikan kacamata pemberian Yoon Sung. Ia ingin tahu ada hubungan apa antara Yoon Sung dengan Ji Won. Yoon Sung bilang kalau pertanyaan Da Jin ini tak ada hubungannya dengan penerbangan.
Da Jin merasa kalau Ji Won itu bukan tipe orang yang akan memikirkan Yoon Sung (kalau ga ada maunya kali ya). Yoon Sung mengingatkan Da Jin tak boleh menghakimi orang lain dengan cara seperti itu. Da Jin berkata Yoon Sung itu tak tahu kalau Ji Won sudah membuat seseorang merasakan sakit atau sudah melakukan kesalahan.
Yoon Sung merasa apa yang dikatakan Da Jin ini ditujukan padanya juga. Ia mengatakan kalau tak ada orang yang ingin membuat kesalahan secara sengaja. Tapi menurut Da Jin walaupun itu tak sengaja tetap saja itu sebuah kesalahan. Yoon Sung sedih mendengarnya. Da Jin berkata kalau ia belajar dari Yoon Sung. Yoon Sung berusaha fokus dengan penerbangannya.
Malam hari suasana di dalam kabin terlihat sepi, penumpang sudah terlelap. Tapi ada seorang yang masih terjaga memperhatikan setiap penumpang yang terlelap. Dia mantan Presdir Wings Air. Presdir mengambilkan barang-barang yang terjatuh seperti bantal, majalah dan yang lainnya. Ia meletakan kembali barang itu ke penumpang tanpa membangunkannya.
Presdir melihat kalau ada salah satu selimut penumpang tak terpasang dengan rapi. Beliau merapikannya agar penumpang itu tak merasa kedinginan. Tanpa sengaja Ji Won menyaksikannya, ia tersenyum. Hmmm Sebuah dedikasi seorang pemimpin maskapai terhadap pelanggannya.
Para Pramugari istirahat di ruang istirahat. Semuanya terlelap. Tapi Sa Rang tak bisa tidur, ia membolak-balikan tubuhnya. Ia mencoba tidur dengan menggumamkan hitungan domba. Satu domba, dua domba, tiga domba. Ia mencoba memejamkan mata sepertinya ia terbayang-bayang cerita horor Joo Ri.
Pramugara masih terjaga dan berada di dapur pesawat. Seseorang membuka tirai sedikit pramugara yang sedang menuangkan minuman merasa ada yang mengintainya. Ia pun melirik ke arah tirai yang bergoyang tapi disana tak ada siapa-siapa.
Sa Rang sudah terlelap di ruang istirahat. Ada seseorang yang masuk ke ruang istirahat pramugari. Orang itu mendekat ke arah Sa Rang dan menyelimutinya dengan selimut berwarna merah.
Sa Rang merasakan ada yang menyentuhnya, ia pun membuka mata dan terkejut. Ia berteriak... agrhhhh.... dan langsung bangun karena terkejut.
Siapa orang itu? Presdir hehe.
Melihat Sa Rang yang menjerit ketakutan Presdir juga ikut kaget. Tapi tak lama kemudian keduanya bernafas lega. Hehe.
Semua Pramugari bangun. Pramugara bertanya apa Sa Rang baik-baik saja. Presdir tertawa melihat Sa Rang yang tadi begitu ketakutan. Ji Won menyuruh Joo Ri mengambilkan air untuk Sa Rang. Presdri kembali tertawa semua ini terjadi karena ia menyelimutkan selimut merah. Ia minta maaf karena sudah membuat Sa Rang terkejut. Presdir menyuruh semuanya kembali beristirahat.
Pesawat pun mendarat di Toronto. Semua penumpang sudah keluar dari kabin tapi Presdir masih duduk di tempat duduknya. Ia pun berdiri mengambil jaket dan tasnya. Sebelum keluar ia melihat sekeliling ruangan kabin.
Di pintu keluar pilot, co-pilot dan para pramugari menunggunya. Ji Won memberikan bunga pada Presdir. Mereka bertepuk tangan sebagai tanda ucapan selamat.
Presdir berkata kalau Custumer Sevice Wings Air itu yang terbaik di dunia. Ia memberikan jempolnya untuk mereka. Ia merasa lega.
Yoon Sung memberi hormat dan Presdir menepuk Yoon Sung sebagai ungkapan pemberian semangat darinya. Yoon Sung berkata kalau Presdir sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Karena berkat Presdir ia mampu bertahan sampai sekarang dan bisa terbang lagi. Yoon Sung mengucapkan terima kasih, mata Presdir berkaca-kaca dan kembali menepuk Yoon Sung untuk menyemangatinya. Presdir juga menoleh ke arah Da Jin yang tersenyum padanya.
Di bengkel pesawat tempat kerja Paman Choi. Ia berbicara dengan Makarel-nya dan bertanya apa makarel-nya ini melakukan perjalanan dengan baik. Paman Choi bertanya pada Da Jin dan Yoon Sung apa Makarel membuat masalah selama penerbangan. Yoon Sung menjawab tidak dan menyampaikan kalau Makarel sangat patuh. Paman Choi kembali memandang makarel-nya dan berkata kalau Makarel sudah bekerja keras.
Da Jin ingin tahu ke negara mana Makarel ini akan dikirim. Paman Choi menjawab ke Panama. Da Jin menyentuh badan makarel dan berpesan, "Ketika kau sampai disana tetaplah sehat dan dengarkan pilotmu dengan patuh." Yoon Sung memperhatikan apa yang Da Jin ucapkan pada si Makarel.
"Selamat bekerja teman," Paman Choi memberi hormat. Da Jin dan Yoon Sung bertemu pandang tapi keduanya hanya saling menatap diam. Da Jin pamit pada Paman Choi kemudian diikuti oleh Yoon Sung.
Paman Choi mengelus lembut Makarel sambil menitikan air mata dan kembali berkata kalau si Makarel sudah bekerja keras.
Da Jin berada di ruang loker bersama Yoon Sung. Keduanya hanya diam saling curi pandang, ah greget deh hehe...
Da Jin menerima telepon dari Dong Soo yang mengajaknya makan malam. Da Jin langsung keluar pergi makan malam bersama Dong Soo. Yoon Sung hanya bisa diam menatap kepergian Da Jin.
Da Jin melihat sekeliling rumah makan ia merasa tak nyaman. Dong Soo berkata kalau Da Jin tak perlu bersikap seperti itu berperilakulah seperti biasa. Da Jin bertanya memangnya apa yang salah dengan dirinya. Dong Soo berkata kalau sikap Da Jin terlihat canggung. Tapi Da Jin berkata kalau ia sama sekali tak bersikap canggung di depan Dong Soo memangnya hubungan apa yang ia miliki dengan Dong Soo sampai ia harus bersikap canggung.
Dong Soo bertanya hubungan apa yang keduanya miliki saat ini. Da Jin menjawab kalau ia dan Dong Soo berteman. Bahkan dimasa depan pun masih sebagai teman baik. Dong Soo terdiam. Da Jin ingin tahu alasan Dong Soo merubah gaya rambut karena menurutnya gaya rambut Dong Soo yang sebelumnya terlihat lebih keren (setuju lebih suka gaya rambut Dong Soo yang dulu)
Dong Soo meminta Da Jin melupakan Kang Dong Soo yang dulu. Da Jin tak mengerti apa Dong Soo akan terus melakukan ini. Dong Soo tak menjawabnya dan mengalihkan pembicaraan, bukankah Da Jin bilang kalau Da Jin tadi tak makan siang ia menyuruh Da Jin segera makan.
Ternyata Yoon Sung dan Ji Won juga makan bersama di rumah makan yang sama. Keempatnya terkejut. Yoon Sung dan Ji Won akan makan di ruangan dalam tapi Dong Soo mengajak keduanya untuk makan satu meja dengannya dan Da Jin.
Da Jin tak setuju usul Dong Soo, Yoon Sung juga menolak tapi Ji Won setuju bergabung dengan Da Jin dan Dong Soo. Mau tak mau Yoon Sung pun makan bersama satu meja dengan Da Jin.
Yoon Sung sepertinya agak terkejut dengan penampilan rambut baru Dong Soo. Ia terus menatapnya dan memegang rambutnya sendiri. Yoon Sung bertanya apa Dong Soo mau masuk tentara.
Dong Soo menjawab kalau ia bertekad untuk memiliki hati yang baru dengan harapan baru pula masuk tentara juga tak masalah untuknya. Tentu saja dengan keuntungan pengalaman bertempur dan belajar menembak target dengan benar kata Dong Soo sambil menodongkan tangan itu seolah pistol ke arah Yoon Sung. Yoon Sung membalas ucapan Dong Soo ia berharap Dong Soo menembak target meskipun itu akan sulit.
Ji Won menyiapkan tisu dan perlengkapan makan lain untuk Yoon Sung. Dong Soo memperhatikan keduanya ia menebak kalau Yoon Sung dan Ji Won sepertinya memiliki hubungan khusus. Ji Won malah balik berkata kalau Da Jin dan Dong Soo juga terlihat memiliki hubungan khusus. Da Jin menyangkal mengatakan kalau ia dan Dong Soo hanya berteman saja. Tapi Dong Soo berkata lain, ia dan Da Jin bukan hanya berteman.
Ji Won menilai kalau Da Jin dan Dong Soo terlihat cocok jika bersama. "Benarkan?" Ji Won meminta pendapat Yoon Sung. Tapi Yoon Sung diam saja sambil sesekali melirik Da Jin. Ji Won mengajak Yoon Sung nonton film ia yang akan memesan tiketnya. Mendengar itu Da Jin jadi ikut terprovokasi ia juga mengajak Dong Soo pergi nonton dengannya. Tapi Dong Soo yang tahu kalau hal itu bukan ajakan tulus ia berkata kalau ia akan mengantar Da Jin.
Dong Soo mengantar Da Jin pulang. Da Jin mengucapkan ‘Go Cham Si Eh’. Dong Soo berkata kalau kata-kata yang Da Jin ucapkan ia berharap Da Jin akan sering mengatakannya mulai dari sekarang.
Dong Soo akan pergi tapi Da Jin menahannya, "Ayo kita berteman. Teman baik." ajak Da Jin. "Aku senang kalau kau menjadi temanku. Dengan Ppo Song, Paman dan aku. Aku akan bersyukur dan senang kalau kau mau menjadi temanku." Dong Soo berkata kalau ia bisa berteman dengan siapa saja tapi berteman dengan Da Jin, ia tak bisa melakukannya. Dong Soo pamit pulang.
Bibi Yang, Paman Choi dan Ppo Song makan buah bersama. Bibi Yang mengatakan kalau keluarga Paman Kang (bapaknya Dong Soo) sangat kaya. Dari luar terlihat seperti rumah biasa tapi bagian dalamnya sangat wah... dia adalah seorang raja yang sebenarnya. Paman Choi kesal mendengar Bibi Yang terus memuji Paman Kang.
Paman Choi bertanya memangnya dari mana Bibi Yang mendapatkan alamat rumah Paman Kang. Ia menebak kalau itu mungkin bukan rumahnya. Bibi Yang mengatakan kalau Paman Kang hanya tinggal dengan Dong Soo di rumah sebesar itu. Ia merasa kalau kedua pria itu pasti kesepian. Bibi Yang melihat sekeliling rumah, "Lihatlah rumah ini. Seluruh rumah bisa menyimpan banyak barang dan masih ada ruang untuk sisanya," (ngerasa rumah ini udah sempit gitu kali ya nyindirnya haha) Paman Choi tambah kesal, kalau ada ruangan kosong disana kenapa Bibi Yang tak pergi dan tinggal disana.
Bibi Yang heran kenapa Paman Choi tiba-tiba marah, bukankah ia hanya mengatakan hal yang sebenarnya. Mendengar Paman Choi menyarankan Bibi Yang pergi ke rumah Paman Kang, Ppo Song bertanya pada Paman Choi haruskah ia dan Bibinya pindah ke tempat lain. Paman Choi berkata tidak, ia ingin tetap tinggal bersama Ppo Song selamanya. Ppo Song kembali bertanya lalu apa bibinya hanya akan pergi sendiri. Paman Choi menjawab kalau ia tak yakin. Tepat saat itu Da Jin masuk ke rumah.
"Kapten..." Ppo Song langsung memeluk kakaknya. Ppo Song langsung bertanya, apa kakaknya sakit karena ia melihat kakaknya murung. Da Jin mengatakan kalau ia tak sakit dan pamit akan masuk ke kamar dulu. Paman Choi heran melihatnya ia bertemu pandang dengan Bibi Yang. Bibi Yang menunjukkan wajah jeleknya dan membuat Paman Choi membuang muka hahaha lucu deh.
Bibi Yang masuk ke kamar Da Jin, ia ingin tahu bagaimana pendapat Da Jin tentang Dong Soo. Da Jin tak menjawab ia malah balik bertanya apa Dong Soo mengatakan sesuatu pada Bibi Yang. Bibi Yang menggeleng menjawab tidak, "Kenapa? Apa terjadi sesuatu?" Ia berharap hubungan Da Jin dan Dong Soo tak terikat dalam hubungan seperti pegangan tangan dan dari bibir ke bibir.
Da Jin kaget, kenapa Bibinya berkata begitu karena anjing jalanan pun akan menertawakan omong kosong ini. Bibi Yang tentu saja senang kalau Da Jin dan Dong Soo tak memiliki hubungan khusus.
Yoon Sung bersiap akan berangkat kerja. Da Jin dan Ppo Song melintas di depan rumah Yoon Sung. Ppo Song langsung berteriak memanggilnya, "Paman pinguin...!" Ppo Song lari berhambur ke arah Yoon Sung.
Yoon Sung jongkok sambil tersenyum menyambut Ppo Song. Ia bertanya apa Ppo Song akan berangkat ke TK. "Ya Paman!" ucap Ppo Song.
"Sepertinya kau kedinginan!" Yoon Sung menyentuh kedua pipi Ppo Song, "Kau sangat menggemaskan."
Yoon Sung beralih menatap Da Jin. Tiba-tiba ada suara klakson mobil. Dong Soo datang menjemput Da Jin. Dong Soo menyuruh Da Jin masuk ke mobilnya ia mengajak Da Jin berangkat bersama. Tapi Da Jin bilang kalau ia akan naik bus saja. Dong Soo memaksa dan berkata cuaca sangat dingin. Dong Soo juga menyuruh Ppo Song masuk ke mobilnya.
Ppo Song yang baru tahu penampilan baru Dong Soo sedikit terkejut ketika melihatnya. Yoon Sung bertanya kenapa. Ppo Song berbisik ke telinga Yoon Sung dan berkata kalau kakak 300 won untuk kakaknya...
Dan cup... Ppo Song mengecup bibir Yoon Sung... hehe... ahhh ini anak hahaha...
Da Jin dan Dong Soo kaget melihat apa yang Ppo Song lakukan. Yoon Sung menatap bingung campur kaget. Ia bergantian menatap Da Jin dan Dong Soo. Da Jin langsung menarik Ppo Song masuk ke mobil Dong Soo. Dari dalam mobil Ppo Song melongokkan kepala melambaikan tangan pada Yoon Sung.
Bersiap untuk penerbangan. Di ruang kokpit, Da Jin dan Yoon Sung siap akan terbang. Yoon Sung meminta izin pada menara pengawas Incheon untuk lepas landas.
Dong Soo yang menjawabnya, nada suara keduanya terkesan gimana gitu kayak ada perang dingin nih. Da Jin diem aja, apa lagi Yoon Sung sesekali meliriknya.
Dong Soo sedikit mambanting peralatan tugasnya, anak buahnya heran. Mereka bertanya apa ketua tim-nya ini berada dalam suasana hati yang buruk, mereka menebak kalau ini pasti masalah pribadi. Dong Soo menyangkal sejak kapan ia begitu. Anak buahnya yang bernama Kyung Mi berkata kalau ketua tim-nya ini agresif berarti ini adalah suasana hati yang baru. Dong Soo memarahi anak buanynya, pikirkan saja urusanmu sendiri.
Dalam perjalanan penerbangan Yoon Sung memberi tahu Da Jin kalau kebiasaan Dong Soo minum tidak baik. Tapi Da Jin berfikir lain menurutnya itu baik. Yoon Sung kembali memberi tahu kalau Dong Soo suka mencampur minuman dengan acak secara bersamaan kemudian tak sadarkan diri dan menurutnya ini tak baik.
Da Jin mengingatkan agar Yoon Sung tak mendiskusikan hal-hal yang tak ada kaitannya dengan penerbangan (hahaha kemakan senjatanya sendiri nih kapten) tapi Yoon Sung membela diri, ia mengatakan karena hal ini mengganggu penerbangan. Da Jin berkata kalau ia lebih mengenal Dong Soo dengan baik daripada Yoon Sung. Yoon Sung pun menyerah berdebat dengan Da Jin tentang Dong Soo, "Aku kira begitu karena kalian berdua berciuman." (haha jadi Yoon Sung liat ya)
Usai penerbangan Da Jin menyampaikan kalau Kapten Kim sudah melakukan pekerjaan dengan sangat baik. Yoon Sung menyuruh Da Jin pulang cepat jangan bepergian yang membuat skandal. Da Jin berkata kalau ia tak pernah berkeliaran dan membuat skandal, "Tapi kenapa kapten khawatir tentang hal ini?" Yoon Sung berkata bukankah yang namanya skandal bisa menimbulkan kekhawatiran. (haha kapten jaim nih)
Yoon Sung menuju meja absensi. Da Jin bergumam tak mengerti, "Apa ini? apa dia mengkhawatirkanku?"
Da Jin tertidur di ruang loker ketika membaca buku. Yoon Sung masuk ke ruangan itu dan melihat Da Jin yang tertidur. Yoon Sung melepas jaket dan memakaikannya untuk menyelimuti Da Jin. Dibalik pintu Ji Won melihatnya.
Ji Won merasa kalau Yoon Sung memiliki perhatian lebih pada Da Jin. Ia juga merasa kalau Da Jin mungkin akan menjadi penghalang baginya untuk kembali pada Yoon Sung.
Da Jin membawa jaket milik Yoon Sung, ia tersenyum tahu kalau jaket itu pasti milik kapten Kim Yoon Sung. Di pintu keluar Da Jin berpapasan dengan Ji Won mengajak bicara dengannya.
Da Jin dan Ji Won berada di restauran. Da Jin bertanya apa yang ingin Ji Won katakan padanya. Ji Won malah balik bertanya apa jaket itu milik kapten Kim Yoon Sung, apa Da Jin menyukai kapten Kim Yoon Sung.
Da Jin kaget dengan pertanyaan yang tiba-tiba, "Aku? Siapa yang bilang kalau aku menyukainya?" Ji Won berkata kalau itu melegakan jika Da Jin tak menyukai Yoon Sung. Da Jin Juga bertanya ada hubungan apa antara kapten Kim Yoon Sung dengan Ji Won. Ji Won mengaku kalau dirinya dengan Yoon Sung pernah pacaran. Da Jin jelas kaget.
Ji Won memberi tahu kalau ia dan Yoon Sung sudah putus lama dan akhir-akhir ini ia mencoba untuk pacaran lagi. Da Jin tak mengerti kenapa Ji Won mengatakan ini padanya. Ji Won berkata kalau Da Jin perlu mengetahui tentang ini.
Da Jin menegaskan kalau ia tak menyukai kapten Kim Yoon Sung. Ia bertanya lagi apa ada hal lain yang ingin Ji Won katakan, kalau tidak ia akan pergi lebih dulu. Da Jin pergi meninggalkan Ji Won sambil membawa jaket Yoon Sung.
Setelah Da Jin pergi Ji Won bergumam, "Ini karena aku merasa tak aman itulah kenapa aku harus mengatakan ini."
Da Jin pulang melewati rumah Yoon Sung. Ia melihat ada mobil yang berhenti di depan rumah Yoon Sung. Ji Won keluar dari mobil dan langsung ke rumah Yoon Sung untuk menekan bel rumah. Ji Won melihat kalau di jalan ada Da Jin. Pintu terbuka Ji Won langsung mengacungkan wine yang dibawanya, ia mengajak Yoon Sung minum wine bersama. keduanya masuk membuat Da Jin terdiam dengan mata berkaca-kaca.
Bibi Yang memakai masker sambil tiduran di sebelah Ppo Song yang terlelap. Ia menyuruh Da Jin memakai masker seperti dirinya. Ia heran kenapa Da Jin terus melamun karena itu akan membuat Da Jin cepat tua.
Da Jin bertanya pada Bibinya, kalau mantan kekasih keduanya menjalin hubungan lagi apa artinya. Bibi Yang berkata kalau itu hal baik, "Mereka saling bertemu kembali dan mereka masih memiliki perasaan saling mencintai satu sama lain. Kalau tidak seperti itu, apa mungkin mereka memiliki hutang yang belum dibayar. Kenapa?" "Mereka masih memiliki perasaan, apa mereka mencintai satu sama lain sampai mati?" Da Jin menatap jaket Yoon Sung yang dibawanya pulang.
Ji Won menuangkan wine untuk dirinya dan Yoon Sung. Ji Won beralasan kenapa ia ingin minum wine bersama Yoon Sung, itu karena ia tak memiliki teman minum selain dengan Yoon Sung.
Yoon Sung berkata kalau ini sudah malam, ia akan mengantar Ji Won pulang. Yoon Sung meletakan gelas wine-nya. Ji Won tersenyum kecut (mungkin merasa kalau ini sebuah penolakan untuknya) Da Jin berlari ke luar rumah membawa jaket milik Yoon Sung.
Ji Won berada di kamar mandi meletakkan wine yang sudah hampir habis di meja kamar mandi. Ia menatap bayangan dirinya di kaca. Ia melepas satu persatu kancing bajunya.
Da Jin sampai di depan rumah Yoon Sung. Ia menekan bel rumah tapi pintu tak segera dibuka. Da Jin mengetuk pintu, "Kapten!" panggilnya.
Pintu terbuka Ji Won yang membukanya. Ia mengenakan kemeja milik Yoon Sung membuat Da Jin kaget campur terheran-heran. Keduanya saling menatap.
Yes Captain episode 11 diawali dengan datangnya Da Jin ke apartemen Yun Seong untuk mengembalikan jasnya. Seperti sudah mendapat firasat kalau Da Jin datang, Ji Wan langsung mempersiapkan semuanya. Da Jin mengetuk pintu rumah Yun Seong, agar dia cepat keluar, namun yang membukakan pintunya adalah Ji Wan yaang sudah berganti pakaian dengan kemeja Yun Seong. Ji Wan sengaja melakukan itu semua untuk membuat Da Jin salah paham. Ji Wan takut kalau Yun Seong akan beralih pada Da Jin, karena sampai sekarang Yun Seong masih belum mau kembali padanya.
Jelas saja, Da Jin shock melihat Ji Wan memakai kemeja Yun Seong. Ji Wan melihat jas Yun Seong yang Da Jin bawa, dia juga teringat saat dia melihat Yun Seong memakaikan jas nya pada Da Jin. (hahaha... Sepertinya Ji Wan ingin memperlihatkan, kalau dia juga bisa memakai pakaian Yun Seong)
Ji Wan dengan santai bertanya 'apa yang kau lakukan disini malam-malam begini?'
Da Jin menjawab dengan jujur, 'Untuk menemui Kapten Kim Yoon Sung'
Ji Wan pun menyuruh Da Jin masuk, dan menunggu Yoon Sung didalam rumah, di dalam Da Jin melihat dua gelas anggur. Ji Wan juga tahu kalau Da Jin melihatnya. Ji Wan beralasan kalau dia tidak bisa tidur, diapun langsung mengambil gelas anggur itu dari hadapan Da Jin. Dan menawari Da Jin kopi.
Sudah bisa ditebak, Da Jin benar-benar dibakar cemburu. (yang jadi pertanyaanku Yoon Seung kemana yaaah, bukannya tdi dia nyuruh Ji Wan pulang) tak mau berlama-lama, Da Jin langsung menanyakan apakah Yoon Sung sedang pergi? Bukannya menjawab, Ji Wan malah balik bertanya 'apakah kau datang untuk mengembalikan itu?' (mengarah pada jas milik Yoon Sung)
Da Jin pun tidak memberi jawaban, dia balik bertanya, 'kenapa kau di sini?'
Ji Wan menjawab, seperti yang sudah dia katakan, kalau mereka pacaran lagi. (Ji Wan bohong aah... Orang Yoon Sung dingin sama dia) beralih ke jalan, Yoon Sung sedang dalam perjalanan pulang, dia terlihat membawa sesuatu yang baru saja dia beli.
Kembali ke rumah, Da Jin kesal, dia berdiri dan mengatakan kalau orang seperti Ji Wan tidak pantas mencintai, apalagi mencintai kapten Kim Yoon Sung.
Dengan tenang, Ji Wan bertanya apakah Da Jin tahu makanan kesukaan Yoon Sung? Berapa nomor pakaiannya, sepatunya, sabun, parfum favoritenya, apakah Da Jin tahu? Apa Da Jin tahu film kesukaannya, atau apa yang selalu membuatnya sedih, apa Da Jin tahu? Ji Wan menambahkan, 'cinta itu harus tahu semua hal tentang dia, tapi kau belum memenuhi kriteria itu. Jadi berhentilah'
Da Jin menyuruh Ji Wan jangan berfikir sejauh itu, karena dia hanya datang untuk mengembalikan jas Yoon Sung. Dengan kesal Da Jin melempar jas itu di sofa dan pergi.
Setelah Da Jin pergi, Ji Wan terduduk lemas, dia merasa apa yang dia lakukan salah. Tapi tidak ada cara lain, dia ingin mempertahankan hubungannya dengan Yoon Sung.
Tepat saat Da Jin berlari pergi, Yoon Sung datang, namun dia tidak melihat Da Jin. Didalam rumah, Ji Wan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang baru dibeli Yoon Sung untuknya.
Saat akan pulang, Yoon Sung meminta maaf pada Ji Wan karena dia menyuruh Ji Wan pulang. Tapi dengan senyumnya, Ji Wan mengatakan tidak apa-apa, dia juga berterima kasih atas pakaian yang Yoon Sung belikan untukknya, Ji Wan senang karena Yoon Sung tidak melupakan tipe pakaian kesukaan Ji Wan.
Da Jin sudah sampai di rumah, dia tidak bisa menahan kesedihan hatinya mengetahui semuanya kalau Ji Wan dan Yoon Sung bersama. Dia terus menangis.
Keesokan harinya, Yoon Sung membuka lemari pakaiannya dan melihat jas yang dia pinjamkan pada Da Jin sudah tergantung rapi dalam lemari. Yoon Sung menyadari kalau Da Jin datang ke rumahnya dan Ji Wan yang menemuinya.
Seperti biasa, Da Jin berangkat kerja melewati rumah Yoon Sung, tepat pada saat itu Yoon Sung juga akan berangkat kerja. Melihat Da Jin, Yoon Sung meminta Da Jin masuk ke mobilnya dan akan menjelaskan semuanya. Dia tidak ingin ada kesalah pahaman. Tanpa menjawab sepatah katapun, Da Jin melanjutkan perjalanannya melewati Yoon Sung. Itu membuat Yoon Sung memanggilnya, 'Han Da Jin!'
Da Jin menghentikan langkahnya, dan di waktu bersamaan, Dong Su datang dengan mobilnya, untuk menjemput Da Jin. Dong Su keluar dari mobilnya, dia melihat Yoon Sung juga ada disana, saat dia melihat Da Jin, dia bertanya 'apa yang terjadi dengan matamu? Kenapa bengkak?'
mendengar pernyataan Dong Su, Yoon Sung kaget. Dong su pun langsung melihat ke arah Yoon Sung karena dia tau, pasti penyebabnya adalah Yoon Sung.
Da Jin beralasan kalau tadi malam dia makan ramyun. Da Jin langsung berlari masuk ke dalam mobil Dong Su. Dong Su pun ikut masuk dan mereka pergi.
Da Jin melihat dari kaca spion, dimana Yoon Sung masih berdiri disana dan melihat ke arah mereka. Dong Su mengetahui Da Jin melihat Yoon Sung, dia juga menyadari kalau sudah terjadi sesuatu pada mereka. Dengan sengaja Dong Su langsung menutup spionnya. Dia mengatakan pada Da Jin, ' jangan melihat pria lain didepanku'
Da Jin dan Dong Soo awalnya sama-sama diam, sampai akhirnya Da Jin memulai percakapan dengan menanyakan 'apa warna favoritmu?'
Dong Soo menjawab, biru langit.
Da Jin melanjutkan, 'apa makanan favoritmu?'
Dong Soo menjawab makanan pesawat. Jawaban Dong Soo membuat Da Jin tertawa. Da Jin melanjutkan, 'apa film favoritmu?'. Dong soo menjawab Top Gun. Da Jin mengangguk dan melanjutkan pertanyaannya, 'buku favoritemu?'. Dong Soo menjawab Flight Control (sesuai dengan pekerjaannya). Da Jin tertawa, Dong Soo pun ikut tertawa, walau tertawa mereka berdua terlihat seperti dipaksakan.
Da Jin pun bertanya lagi kenapa Dong Soo tertawa? Dong Soo malah balik bertanya bagaimana dengan Da Jin sendiri, kenapa dia juga tertawa? Da Jin menjawab kalau dia selalu tersenyum. Dong Soo pun mengatakan kalau dia juga akan selalu tersenyum ketika bersama Da Jin, Dong Soo menambahkan, 'jangan hanya tersenyum dari luar, tersenyumlah dari dalam'.
Yoon sung sedang membolak balik kertasnya, mungkin jadwal penerbangannya, saat Da Jin masuk. Mereka bertemu mata satu sama lain, namun Da Jin langsung mengalihkan pandangannya dan menuju lokernya setelah itu dia langsung pergi. Melihat sikap Da Jin yang seperti itu padanya, Yoon Sung langsung mengejar Da Jin.
Sambil berjalan cepat mengimbangi langkah Da Jin, Yoon Sung bertanya, 'kau semalam ke rumah ku?'
'bukan aku saja' jawab Da Jin.
Mendengar jawaban Da Jin, Yoon Sung langsung berdiri di depan Da Jin untuk menghentikan langkahnya, 'ini bukan seperti yang kau pikirkan'
'yang aku pikirkan? Kenapa kau harus mengatakan itu padaku?' jawab Da Jin.
'aku bilang tak seperti itu', Yoon Sun terus meyakinkan Da Jin.
Namun dengan santai Da Jin mengatakan kalau itu bukan urusannya. Lalu dia berjalan pergi, namun langkahnya di hentikan Yoon Sun yang menangkap lengan Da Jin.
Yoon Sung mengatakan kalau dia tidak senang dengan asumsi Da Jin padanya. Tepat pada saat itu, Ji Wan datang dan melihat mereka. Da Jin melihat Ji Wan, Da Jin pun mengatakan pada Yoon Sun kalau dia juga tidak suka, setelah melepaskan tangannya dari Yoon Sung, Da Jin berjalan pergi.
Yoon Sung berbalik dan melihat Ji Wan dibelakangnya. Ji Wan pun langsung menghampiri Yoon Sung dan mengatakan alasan kenapa dia tidak mengatakannya kalau Da Jin datang, semua itu untuk kebaikan mereka.
Tanpa sepengetahuan mereka, salah satu pramugari Ji Wan melihat mereka. (hehhe... Aku lupa nama pramugari yang satu ini siapa)
Da Jin dan Yoon Sung melakukan penerbangan bersama lagi.
Saat pesawat sudah tinggal landas, Yoon Sung bertanya sekali lagi kenapa Da Jin tidak percaya pada apa yang dia katakan? Mengikuti cara Yoon Sung, Da Jin mengatakan kalau dia tidak mau mendengar sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan penerbangan.
Yoon Sung pun mengulang kata-kata Da Jin yang mengatakan 'emosiku berhubungan dengan penerbangan'.
Da jin: 'kenapa kau terus membuat alasan untuk membela diri sendiri?'
Yoon Sung: 'ini bukan alasan, itu adalah kebenaran'
Da Jin: 'kebenaran ataupun alasan, aku tak ingin mendengarnya'
Yoon Sung: 'baiklah, terserah'
Dong Soo berada di kamarnya yang penuh alat-alat elektroniknya. Dia berkata pada dirinya sendiri, 'cepatlah pulang Han Da Jin'.
Di Harbin Taping Internasional Airport. Didalam pesawat Yoon Sung sebagai kapten mengadakan pertemuan terlebih dulu bersama Da Jin dan pramugari lainnya.
Yoon Sung: '8 Februari 2012. Wings Air 339. Terbang dari Bandara Incheon. Target waktu adalah 3 jam 20 menit. Mendarat di incheon diizinkan, tetapi cuaca diperkirakan akan buruk. Harap ekstra hati-hati'
saat Yoon Sung mengatakan semua itu, Ji Wan sempat melihat ke arah Da Jin. Dan setelah Yoon Sung selesai mengatakan itu semua, Ji Wan berkata, 'baik saya mengerti'.
Para penumpang masuk ke pesawat. Semuanya biasa saja, namun Ji Wan melihat ada salah satu penumpang yang terlihat resah. Ji Wan menghampiri wanita itu, dan meletakkan tas milik wanita itu di tempatnya. Namun wanita itu masih terlihat gelisah.
Ji Wan pun menanyakan apakah wanita itu baik-baik saja. Sambil memegang cincinnya, wanita itu mengatakan kalau dia baik-baik saja, tapi dia masih terlihat gelisah, diapun bertanya pada Ji Wan berapa lama mereka akan terbang? Ji Wan menjawab sama seperti yang disampaikan Yoon Sung yaitu kalau mereka akan tiba di Incheon pada pukul 3:20. Wanita itu bertanya lagi, bisakah mereka sampai lebih cepat? Ji Wan menjawab kalau semua itu tergantung pada cuaca, bisa lebih cepat atau lebih lambat.
Wanita itu meraih tangan Ji Wan dan memohon padanya, 'tolong buat sedikit lebih cepat'. Sebagai pramugari yang baik, Ji Wan mengiyakannya.
Terlihat seorang laki-laki yang sedang dirawat di rumah sakit. Dan laki-laki itu memakai cincin yang sama dengan yang dipakai wanita di dalam pesawat tadi.
Cuaca buruk, banyak kabut sehingga petugas menara pengawas tidak bisa melihat dengan jelas, padahal ada 25 pesawat yang ada diatas dan menunggu untuk mendarat.
Dong Soo sudah bersiap di menara pengawas. Dia menyebut nama Han Da Jin. Tiba-tiba ada suara masuk ke radionya, 'Incheon Tower, ini adalah Wings Air 340. Siap untuk mendarat. Minta izin mendarat'
Dong soo tau itu suara Da Jin. Dia pun langsung menjawab, 'Wings Air 340, Incheon Tower. tahan pada ketinggian 3000, tunggu petunjuk selanjutnya'
Di dalam pesawat, penumpang sudah merasa gelisah semua, mereka bertanya-tanya kenapa mereka belum juga mendarat. Wanita yang gelisah tadi langsung berdiri, Ji Wan melihatnya. Wanita itu berjalan menuju pintu pesawat. Ji Wan pun langsung mengejarnya.
Ji Wan menangkap wanita itu dan mengatakan kalau itu akan berbahaya, wanita itu melepaskan dirinya dan bertanya dengan marah, kenapa mereka belum juga mendarat? Karena waktu kedatangan sudah lewat.
Ji Wan menjawab, pesawat tertunda mendarat karena ada kabut tebal. Tapi wanita itu tetap tidak mau mengerti, dia langsung berlari menuju pintu pesawat, dia mencoba membuka pintu pesawat. Ji Wan dan pramugari yang lainnya menghentikannya, Ji Wan meminta dia untuk menunggu sebentar lagi. Wanita itu pun mengatakan kalau dia tidak bisa menunggu lagi, dia mengungkapkan kalau suaminya sedang kritis, jadi biarkan dia keluar. (hmmmm... Terus kalo wanita ini keluar apa dia bisa langsung ketemu suaminya... Pake logika doong... itu pesawat bukan mobil... Kalo pintu pesawat di buka... Bukan hanya suaminya yang mati karena gak ketemu sama dia, tapi juga dia sendiri dan penumpang yang lain akan mati...)
Ji Wan pun merasa iba, dan langsung menghubungi ruang kockpit. Ji Wan mengatakan pada Yoon Sung kalau ada masalah di dalam kabin, ada seorang wanita yang memaksa turun, belum sempat Ji Wan menyelesaikan kata-katanya wanita itu masuk dan mengambil telponnya.
Wanita itu mengatakan pada Yoon Sung untuk membiarkannya turun, dia juga mengatakan kalau suaminya kecelakaan saat bekerja, dia akan mati, suaminya ingin melihatnya. Wanita itu mengatakan kalau dia tidak pernah punya kesempatan untuk mengatakan, 'aku minta maaf karena membuatmu menderita karena tidak ada bersamamu', mendengar penyataan wanita itu, membuat Yoon Sung dan Da Jin melihat satu sama lain.
Wanita itu ingin mengatakan semua itu pada suaminya. Tiba-tiba wanita itu berlari ke pintu kokpit, Ji Wan berusaha menghentikannya. Yoon Sung dan Da Jin juga dapat mendengar keributan itu, dimana Ji Wan berusaha menghentikan wanita itu.
Wanita itu terus meminta agar dia bisa bertemu suaminya, wanita itu juga berkata, 'hanya kita berdua di dunia ini, tanpanya aku tidak bisa hidup', mendengar keributan itu, membuat Yoon Sung memanggil Ji Wan dengan marah Yoon Sung meminta Ji Wan menenangkan wanita itu.
Wanita itu terduduk lemas, 'jika dia tahu kalau aku punya bayi didalam perutku, dia pasti akan bangun, aku harus memberitahu dia kalau bayinya merindukan dia, dan ingin dia melindunginya, bayinya mencintainya... Mencintainya... Aku harus memberitahunya, jadi tolong... Biarkan aku....' wanita itu mengatakan itu sambil menangis, sampai-sampai dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya karena jatuh pingsan.
Wanita itu pingsan, mendengar teriakan Ji Wan yang memanggil wanita itu, membuat pramugari yang lain datang untuk membantu.
Ji Wan meminta para pramugari untuk membawa wanita itu ke ruang darurat dan dia akan memberi tahu Yoon Sung kalau wanita itu pingsan.
Di rumah sakit, suami dari wanita itu tidak bisa diselamatkan lagi. Dia meninggal.
Mendengar kabar wanita itu pingsan, Yoon Sung masih bersikap biasa saja. Tapi Da Jin tidak seperti itu, dia mulai panik dan berniat menghubungi menara pengawas. Yoon Sung menghentikannya karena menara pengawas sudah mengatakan untuk menunggu.
Da Jin dengan sedikit emosi mengatakan: 'suaminya sedang kritis'. Yoon Sung menanggapi, 'ada ribuan orang yang punya masalah di pesawat ini, kita tidak bisa melihat hanya pada satu masalah saja, hanya keputusan yang objektif yang akan menjamin keselamatan penumpang' (kata-kata yang hampir sama dengan yang pilot Han katakan waktu itu)
Da Jin: 'bayi yang tidak bisa melihat ayahnya sendiri, walaupun kita mendarat sekarang, belum tentu ia bisa melihat ayahnya' (kata-kata Da Jin benar, karena suami wanita itu sudah meninggal).
Yoon Sung : 'walaupun dia tidak bisa melihat bayinya, ia bisa merasakannya'
Da Jin terkejut dengan kata-kata Yoon Sung. Da Jin memberitahu Yoon Sung, 'adikku Ppo Song merasakan orang tuanya waktu itu, hingga hari ini dia masih merasakannya. Merasa sendirian di dunia ini, apakah kau tahu seperti apa rasanya?'
Tentu saja Yoon Sung tau, bagaimana rasanya sendirian di dunia ini, karena dia memang sendirian. Tapi karena Da Jin membawa nama Ppo Song, itu membuat Yoon Sung terdiam, karena dia juga ikut andil dalam kejadian yang membuat Ppo Song tidak bisa melihat orang tuanya.
Beralih pada Ji Wan yang sedang merawat wanita itu. Wanita itu akhirnya sadar. Ji Wan kemudian dengan lembut mengenggam tangan wanita itu. Ji Wan mengatakan, 'dia akan menunggumu, jika dia adalah orang yang selalu menanggung rasa sakit di masa sulit dulu untukmu, dia pasti akan menunggumu, dan melakukan yang terbaik untukmu, jadi jangan menyerah, kau bisa mencintainya lagi'. Wanita itupun mau mendengarkan Ji Wan.
Dia langsung duduk, dan Ji Wan memberinya bubur. Wanita itupun mau makan, untuk bayinya. wanita itu memakannya sambil menangis.
Kembali lagi ke ruang kokpit, dimana Da Jin mengatakan, 'ketika aku memarahi Ppo Song, aku selalu berfikir tentang orang tuaku. Lalu aku berbohong, kalau aku sangat kuat. Kau tidak bisa melihatnya, tapi ketika kau saling mencintai, kau bisa merasakannya'.
Setelah menceritakan itu, Da Jin bersiap melakukan panggilan pada menara pengawas. Namun belum sempat dia mengucapkan sepatah kata. Yoon Sung mendahuluinya dengan memanggil menara pengawas. Da Jin terkejut.
Yoon Sung meminta kesempatan untu mendarat. Dia juga mengatakan kalau mereka harus segera mendarat karena ada pasien dalam pesawat mereka.
Beralih ke kabin perlengkapan. Dimana para pramugari berkumpul. Salah satu pramugari mengatakan kalau dia sangat kagum pada Ji Won. Satu-satunya pramugara yang ada disana mengatakan, 'jangan bilang kalau cinta itu menyedihkan'. Tentu saja pramugari yang menyukai Dong Soo mengatakan kalau cinta itu membahagiakan.
Menara pengawas memberikan jawaban, kalau Wings Air 340 bisa melakukan pendaratan sekarang. Da Jin yang menjawab dan mengatakan kalau mereka memiliki pasien, sehingga meminta pihak bandara menyiapkan peralatan medis.
Dong Soo menjawab, kalau mereka akan menyiapkannya. Dong Soo tanpa menggunakan bahasa formal mengatakan pada Da Jin untuk hati-hati. Mendengar Dong Soo mengatakan itu membuat Da Jin menoleh ke arah Yoon Sung.
Tanpa banyak kata, Yoon Sung langsung menyiapkan pendaratan. Situasi untuk mendarat memang tidak tepat. Kabut tebal. Tapi Yoon Sung tetap akan melakukan pendaratan, dan itu membuat Da Jin terkejut.
Yoon Sung pun bertanya, apakah Da Jin percaya padanya, 'aku percaya padamu.'
Mendengar Yoon Sung yang percaya padanya, Da Jin juga mengatakan kalau dia juga percaya pada Yoon Sung. Yoon Sung dan Da Jin bekerja sama, melewati kabut yang tebal. Dan akhirnya mereka berdua berhasil mendarat dengan selamat.
Ji Wan mengantar penumpang Wanita itu. Ji Wan mengatakan pada wanita itu untuk tidak khawatir, karena semuanya akan baik-baik saja.
Dalam ruang kokpit, masih ada Da Jin dan Yoon Sung, Da Jin teringat akan kata-kata penumpang wanita itu yang mengatakan "aku harus mengatakan padanya untuk menjagaku dan aku mencintainya". Da Jin lalu bertanya, "seberapa besar cintamu untuk melindungi seseorang?" Yoon Sung melihat ke arah Da Jin, begitu juga Da Jin, dia bertanya pada Yoon Sung, "orang yang kau lindungi, apakah manager Choi Ji Won? saat kita terbang tadi, aku bisa mempercayai pendaratanmu, apa kau akan melindungiku juga?"
Mendapat pertanyaan seperti itu dari Da Jin, Yoon Sung menjawab, "aku bahkan tidak bisa melindungi diriku sendiri." setelah mengatakan itu dia langsung keluar.
Di luar ruang kokpit, Yoon Sung menggenggam handle pintu, sepertinya ada penyesalan yang terlihat pada wajahnya, sepertinya, Yoon Sung ingin mengatakan kalau orang yang ingin dia lindungi adalah "Han Da Jin".
Pal Bong, ayah Dong Soo sedang menunggu Mal-ja, tapi ternyata Mal-ja keluar rumah bersama dengan Ppo Song. Karena lagi-lagi Ppo Song tidak pergi kesekolah. Pal Bong mengeluh, kalau Ppo Song seperti itu terus hanya akan membuang-buang uang. Pal Bong kemudian bertanya pada Mal-Ja, apakah Mr Choi sedang pergi? Mal Ja menjawab kalau Mr Choi sedang pergi.
Sedikit kecewa, Pal Bong: "aigo.. Apa ada film untuk anak-anak?"
Ppo Song: "Ada banyak film animasi hari ini, ahjussi juga dapat memiliki harapan dan mimpi"
Mal-ja: "Ayo kita pergi".
Mal-ja bersama Ppo Song pergi duluan meninggalkan Pal Bong.
Pal Bong: "Aigo..."
(hahhaha..... Pal Bong berharap bisa berduan dengan Mal-ja, tapi sayangnya, Ppo Song tidak sekolah, jadi dia harus ikut bersama mereka)
Pal Bong: "Hari ini harapan dan impianku hanya dengan Marie (Mal-ja)... aaaah.... benar-benar.."
Akhirnya mereka bertiga pergi bersama, dan saat melewati rumah Yoon Sung, tepat saat itu Yoon Sung pulang. Ppo Song yang meliat Yoon Sung keluar dari mobilnya, langsung berteriak, "Pinguin ahjussi!" Yoon Sung menoleh dan Ppo Song langsung berlari mendekatinya.
Yoon Sung lalu memberi salam pada Mal-ja, Pal Bong yang tidak kenal dengan Yoon Sung langsung bertanya, "Siapa dia?"
Mal Ja menjawab kalau Yoon Sung adalah tetangga mereka, dan Yoon Sung benar-benar dekat dengan Ppo Song. Mendengar itu, Pal Bong langsung punya ide bagus, agar dia bisa hanya berdua dengan Mal Ja.
Ppo Song dititipkan pada Yoon Sung, jelas saja Yoon Sung tidak keberatan karena dia memang suka pada Ppo Song.
Di rumahnya, Yoon Sung mengajak Ppo Song membuat tempura (makanan jepang berupa makanan laut dan sayuran). Ppo song mengatakan kalau dia sangat menyukai tempura, tapi sayang kakaknya jarang membuatkannya karena kakaknya malas.
Ppo Song : "Hanya ketika hari hujan"
Yoon Sung: "Hari sedang hujan?"
PPo Song: "Unnie bilang, suara hujan dan menggoreng tempura sama, lalu dia bilang rasanya sangat lezat"
Yoon Sung tertawa mendengar kata-kata Ppo Song. (Ppo Song lucu euy kalo ngomong.....)
Yoon Sung mencolek tepung dan menempelkannya di hidung Ppo Song. Ppo Song pun tak mau kalah dia memenuhi tangannya dengan tepung dan berusaha membalas Yoon Sung.
Mereka pun kejar-kejaran untuk saling menempelkan tepung pada wajahnya. hehehhe... mereka sangat akbrab dan bahagia. Suka ngeliatnya.
Mal Ja dan Pal Bong sudah ada di sebuah tempat makan. Mereka minum dan makan bersama. Tapi Pal Bong ternyata tidak makan dia hanya membelikan semua makanan untuk Mal Ja, karena dengan melihat Mal Ja makan, Pal Bo sudah merasa senang.
Melihat begitu ramainya restoran tempat dia makan, Mal Ja terfikir untuk membuat restoran juga, dan bertanya-tanya kira-kira berapa biaya mendirikan bisnis seperti itu. Mendengar itu Pal Bong terkejut, bukan kah Mal Ja ingin merilis sebuah album.
Pal Bong: "Marie dan daging babi..... tidak! itu seperti langit dan bumi."
Mal Ja melihat sudut restoran dan berkata: "Jika ada panggung disebelah sana, bisnis seperti ini akan makin sukses".
Pal Bong: "Oh, kau benar! benar-benar ide yang bagus, setelah makan mak-chang (usus babi) kau mendapat ide yang cemerlang"
Mal Ja: "Tidak juga, aku bahkan tidak punya uang untuk membeli mak-chang"
Mendengar Mal Ja mengatakan seperti itu, Pal Bong langsung memesan 3 porsi mak-chang lagi. Mal Ja menolaknya, dia beralasan kalau dia sudah kenyang, tapi Pal Bong mengatakan kalau dia akan membelikan mak-chang berapa pun, karena makanan ini, dia bisa bersama wanita seperti Mal-ja.
Mal Ja tersenyum dan melanjutkan makanannya, saat dia melihar ponselnya, Mal Ja terkejut dan langsung mengatakan pada Pal Bong kalau sudah waktunya dia pergi untuk menjemput Ppo Song, sebelum Da Jin pulang.
Pal Bong, tidak terima, karena itu dia meminta Mal Ja tetap tinggal bersamanya, dan membujuknya dengan mengatakan kalau terkadang anak-anak menjadi mandiri ketika mereka berada di tangan orang lain dan mencari teman baru. Namun Mal Ja tidak mendengarkan sambil makan, Mal Ja meminta pelayan restoran untuk membungkus makanannya.
Ji Wan datang ke rumah Yoon Sung. Di dalam rumah, Yoon Sung masih bersama Ppo Song. Yoon Sung membawakan tempura yang sudah matang untuk Ppo Song. Ppo Song makan dengan lahap.
Yoon Sung lalu meninggalkan Ppo Song yang sedang makan tempura dengan asik. Ternyata Yoon Sung pergi mengambil kameranya. Yoon Sung mengambil beberapa gambar Ppo Song. Bak foto model, Ppo Song pun bergaya dengan lucunya. hehehhe... ngegemesin dah.
Setelah mengambil beberapa gambar Ppo Song, mereka berdua pun melihat hasilnya bersama-sama. Yoon Sung sangat menikmati kebersamaannya bersama Ppo Song begitu juga Ppo Song, terlihat dari senyum yang tak lepas dari wajah mereka berdua.
Tapi sayang kebahagiaan mereka terganggu dengan kedatangan Ji Wan. Yoon Sung yang tadinya selalu tersenyumpun langsung terlihat murung.
Walaupun terlihat tidak suka, Yoon Sung tetap mempersilahkan Ji Wan masuk. Saat melihat Ji Wan, Ppo Song langsung lari bersembunyi pada Yoon Sung. Ji Wan melihat Ppo Song dan dia langsung menyadari kalau anak itu adalah Ppo Song adik Da Jin.
Ji Wan berjalan mendekati Ppo Song. Ji Wan: "namamu Ppo Song kan?"
Ppo SOng pun menyapa Ji Wan: "Anyong haseo, ngomong-ngomong kau tahu namaku?"
Ji Wan mengangguk, "Ya, aku tahu, Ppo Song".
Ppo Song: "Kita sedang makan udang goreng, ayo kita makan bersama."
Ji Wan pun langsung melihat ke arah Yoon Sung, Yoon Sung pun langsung pergi meninggalkan Ji Wan bersama Ppo Song, dengan membawa barang-barang bawaan Ji Wan.
Mal Ja lari dengan tergesa-gesa untuk mengambil Ppo Song dari rumah Yoon Sung, sebelum Da Jin pulang, namun tiba-tiba Da Jin datang dari belakang mengejarnya. Mal Ja benar-benar terkejut saat dia melihat ponakannya itu sudah pulang.
Da Jin mengatakan kalau dia tidak pulang cepat, malah dia pulang terlambat, karena bus yang dia naiki lambat. Da jin pun langsung menanyakan dimana Ppo Song. sedikit bingung dan ragu-ragu, Mal Ja mengatakan kalau Ppo Song sedang berada di rumah Yoon Sung. Mal Ja beralasan kalau Ppo Song yang memintanya. Namun Da Jin tidak perduli dengan alasan bibinya, dia menganggap bibinya tidak mau mengasuh Ppo Song sehingga dia menitipkannya pada orang lain. Mal Ja beralasan kalau Yoon Sung bukan orang lain lagi untuk mereka. Tapi Da Jin dengan kesal menegaskan kalau Yoon Sung itu adalah orang lain, dan dia meminta pada bibinya untuk tidak membiarkan Ppo Song bersama Yoon Sung lagi. Da Jin marah dan langsung pergi ke rumah Yoon SUng.
Di rumah Yoon Sung, Ji Wan, Ppo Song dan Yoon Sung makan tempura bersama. Ppo Song mengambilkan satu tempura dan menawarkannya pada Ji Wan, dia juga mengatakan,"Unnie ku mengatakan kalau kau harus makan supaya sehat walau tidak makan obat". Ji Wan menerimanya. Sedangkan Yoon Sung yang ada disana hanya terdiam tak banyak bicara, sampai Ppo Song mengatakan, "Ahjussi yang terbaik". Yoon Sung tersenyum pada Ppo Song, namun setelah pandangannya beralih dari Ppo Song, dia terlihat murung lagi.
Ppo song melihat Ji Wan ingin memegang wajahnya namun tidak jadi. Ppo Song langsung meraih tangan Ji Wan. Ji Wan pun langsung berkata, "Ppo Song, jangan sakit.... jangan sakit....." terus mengenggam tangan Ppo Song, "Kau jangan sakit..." sambil melihat Ji Wan, Ppo Song mengangguk.
Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan Da Jin yang langsung masuk rumah tanpa permisi. Da Jin terkejut adiknya bersama Yoon Sung dan juga Ji Wan.
Melihat kedatangan kakaknya, Ppo Song langsung berlari kearahnya, sambil berteriak, "Kapten". Da Jin langsung mengambil mantel Ppo Song dan memakaikannya, dia mengatakan pada Ppo Song kalau bibi ada di luar, dan menyuruhnya pergi ke bibinya.
Ppo Song: "Aku belum selesai makan udang gorengnya, unnie, ayo kita makan bersama."
Da Jin : "Ayo kita pergi saja"
Ppo Song pun menurut apa yang dikatakan kakaknya, dia berpamitan pada Yoon Sung dan Ji Wan.
Yoon Sung menawarkan diri untuk mengantarkan Ppo Sung pulang, namun Da Jin langsung menolaknya. Saat Ji Wan melambaikan tangannya pada Ppo Song, Da Jin langsung menyuruh Ppo Song pergi.
Da Ji melihat ke arah Yoon Sung, namun Yoon Sung tidak berani melihat ke arahnya, sehingga Da Ji langsung melihat ke arah Ji Wan, dan mengatakan padanya, untuk tidak bermain dengan Ppo Song lagi. Saat Da Jin akan pergi, Ji Wan mengatakan, "Sepertinya kau sering datang kesini".
Da Jin pun berbalik lagi dan mengatakan," Aku tidak akan kesini lagi".
Yoon Sung sempat melihat ke arah Ji Wan, dan tak percaya apa yang sudah dia katakan. Saat Da Jin pergi, Yoon Sung melihatnya, dan seperti ada rasa penyesalan dalam dirinya.
Setelah kepergian Da Jin dan Ppo Song, kebekuan terjadi antara Yoon Sung dan Ji Wan, mereka hanya berdiri diam tanpa berkata sepatah katapun. dan itu membuat Ji Wan memutuskan untuk pulang.
Ji Wan berjalan pergi, tepat saat itu, Yoon Sung memanggilnya dan mengatakan padanya untuk tidak datang kerumahnya lagi, "Alasan kenapa aku dan kau tidak bisa mencintai, itu karena mereka."
Mendapat pernyataan seperti itu dari Yoon Sung, Ji Wan tidak mengatakan sepatah katapun, dia pun langsung pergi.
Da Jin, Ppo Song dan Mal Ja jalan pulang. Da Jin menghentikan langkahnya dan langsung berlutut didepan Ppo Song. Ppo Song tahu apa yang sedang kakaknya rasakan saat ini.
Ppo Song mengatakan, "Unnie, kau marah?" Da Jin mengangguk. Ppo Song langsung memeluk Da Jin dan berkata, "Isi ulang". Mal Ja terharu dengan apa yang dilakukan kedua ponakannya itu. Ppo Song melanjutkan, "Semuanya tidak akan apa-apa, semuanya akan baik-baik saja, unnie," Da Jin pun sudah bisa tersenyum.
Mal Ja sudah tidak tahan lagi, dia dibuat menangis, karena itu dia memilih pergi dengan alasan akan membelikan susu untuk Ppo Song. Da Jin mengatakan tidak usah, namun Mal Ja tetap ingin membelikan, jadi dia meminta Da Jin cepat membawa Ppo Song masuk, karena nanti dia bisa kedinginan.
Ji Wan keluar dari rumah Yoon Sung, dia terlihat terguncang dengan permintaan Yoon Sung yang memintanya untuk tidak datang ke rumahnya lagi. Di tambah lagi pertemuannya dengan Ppo Song yang mengingatkannya pada kejadian waktu itu. Ji Wan tak langsung pulang, dia masih berdiri di samping mobilnya.
Mal Ja melewati rumah Yoon Sung, dan dia menghentikan langkahnya, saat dia menyadari kalau dia kenal seseorang yang sedang berdiri di belakangnya.
Mal Ja mendekati Ji Wan, untuk melihat dengan jelas, apakah dia adalah wanita yang datang ke pemakaman kakaknya saat itu. Saat berhadapan dengan Ji Wan, Mal Ja terlihat jelas sangat tidak menyukainya sama seperti Da Jin.
Mal Ja: "Beraninya kau ada disini..."
Ji wan juga mengenali wanita yang ada dihadapananya sekarang, Ji Wan pun menyapanya, "Anyong haseo.."
Mal Ja langsung menarik kerah baju Ji Wan, "Ucapan itu tak harus datang dari orang yang membunuh kakakku, beraninya kau datang ke sini? bagaimana bisa kau berada di sini?" Mal Ja dengan kemarahannya, menyeret Ji Wan, dan terus mengatakan, "Karena kau, kau tahu berapa banyak sulitnya hidup kami?"
Mal Ja menjatuhkan Ji Wan di tanah, dan dia terus memakinya, "Orang sepertimu tidak seharusnya bahagia, itulah hukuman karena membunuh kakakku dan membuat keluargaku menderita"
Ji Wan tak sedikitpun melawan dia hanya diam saja. Sampai Yoon Sung datang menyelamatkannya.
Yoon Sung membantu Ji Wan berdiri, dan membawanya ke mobilnya. Dan menyuruh Ji Wan pergi, sedangkan dia menghalangi Mal Ja, untuk memukulinya. Mal Ja terus menyebut Ji Wan pembunuh. Ji Wan tak kunjung pergi. Dia masih terpaku di samping mobilnya, dan Yoon Sung terus menyuruhnya pergi.
Akhirnya Ji Wan masuk kemobilnya, tanpa berkata sepatah katapun, Ji Wan pergi. Mal Ja berteriak menyuruuh Ji Wan jangan pergi, dia meminta Ji wan mengembalikan kakaknya. setelah Ji wan pergi, Mal Ja terduduk lemas, dan masih berteriak-teriak memanggil Ji Wan pembunuh.
Yoon Sung tak tahu harus berbuat apa-apa, dia menangis, dan menatap ke langit, andai saja Da Jin dan keluargannya tahu, dia juga yang menyebabkan kematian ibunya Da Jin, apa yang akan mereka lakukan padanya.
Mal Ja pulang ke rumah dengan nafas ngos-ngosan, dan itu membuat Da Jin menebak kalau bibinya habis dikejar-kejar rentenir. Mal Ja pun mengatakan bukan karena itu, namun dia tidak mengungkapkan alasan yang sebenarnya, kalau dia baru saja bertemu dengan Ji Wan. Mal Ja pun mengatakan kalau dia mau tidur. Saat Da Jin bertanya tentang susu, dengan sedikit bingung, Mal Ja menjawab kalau dia sudah menjatuhkan susunya. Da Jin pun merasa aneh pada bibinya.
Di rumahnya, Ji Wan terus menangis. Begitu juga dengan Yoon Sung di rumahnya, raut wajahnya terlihat sedih sambil melihat bekas tempat membuat tempura bersama Ppo Song.
Di kantor, Yoon Sung diberi tahu kalau untuk penerbangan hari itu, Ji Wan di ganti, dan dia diberi tahu kalau kemungkinan Ji Wan sakit.
Yoon Sung langsung berusaha menghubungi Ji Wan, namun Ji Wan tidak bisa dihubungi. Tepat saat Yoon Sung berbalik, dia bertemu Da Jin.
Da Jin dan Yoon Sung duduk bersama untuk berbicara, Da Jin memulai pembicaraan dan menanyakan kenapa harus Ji Wan, "Bagaimana kau bisa mencintai wanita itu?" Yoon Sung langsung melihat ke arah Da Jin saat mendengarnya. "Siapapun wanita yang kaptain cintai, tidak masalah bagiku."
Yoon Sung menjawab, "Apa maksudmu?"
Da Jin: "Tapi jangan manager Choi Ji Wan? aku tidak bisa menjelaskan mengapa aku mengatakan ini, tapi...."
Belum sempat Da Jin menyudahi kata-kata nya, Yoon Sung langsung menyelanya dan mengatakan, "Aku tak mau tau".
Mendengar itu, Da Jin terdiam sejenak, lalu melanjutkan kata-katanya, "Baik di langit dan di darat, kapten tampak sempurna, jadi aku sangat mengagumimu. Aku rasa aku harus berhenti sekarang."
Yoon Sung menjawab, "Itu pilihan tepat"
Setelah mengatakan, "Maaf telah mengganggumu," Da Jin langsung pergi.
Namun langkah Da Jin terhenti saat Yoon Sung berteriak nama Ji Wan. Yoon Sung akhirnya dihubungi Ji Wan. Dia menanyakan apa yang terjadi? Yoon Sung terlihat sangat khawatir pada Ji Wan dan langsung berlari pergi ke rumahnya. Da Jin hanya bisa melihat kepergiannya.
Di rumah Ji Wan, Yoon Sung merawatnya. Ji Wan benar-benar sakit. Dia terngiang-ngiang terus kata-kata Mal Ja yang mengatakan, "Orang sepertimu tidak boleh bahagia, itulah hukuman karena membunuh kakakku dan membuat keluargaku menderita, Kau pembunuh!!!"
Melihat kondisi Ji Wan sekarang, benar-benar membuat Yoon SUng khawatir.
Kembali ke bandara, dimana rombongan pramugari Ji Wan berbondong-bondong berjalan beriringan, dengan dikepalai Lee Joo Ri. Mereka bertemu dengan Han Da Jin. Da, dan mereka menyapanya. Salah satu pramugari bertanya pada Da Jin apakah Da Jin mau ikut bersama mereka? Da Jin yang tau mereka akan kemana langsung bertanya mereka akan pergi kemana? satu-satunya Pramugara dirombongan itu berkata, kalau mereka akan mengambil gaji mereka, dia juga mengatakan kalau dia akan mentratir, jadi dia mengajak Da Jin ikut serta.
Dengan tersenyum Da Jin berkata, "Oh, hari ini sudah gajian yah,"
Mendengar itu Joo Ri ikut bicara, dengan nada sinis dia berkata, "Omo, karena Co-Pilot Han sudah kaya, lalu kau lupa tentang gajimu."
Da Jin tidak menjawabnya, dia hanya menyuruh mereka pergi duluan, dan dia akan ikut rombongan di lain waktu.
Masih dengan nada sinis, Joo Ri berkata, "Sayang sekali, padahal aku akan menghiburmu, karena hari ini aku tidak jadi menghiburmu, jadi tolong hibur kami dilain waktu." Setelah itu rombongan pramugari pergi.
(hmmmmm.... awalnya aku mikir-mikir kenapa Joo Ri terlihat sinis pada Da Jin dan mengatakan kalau Da Jin sudah kaya. Dan akhirnya aku ingat, kalau Joo Ri menyukai Dong Soo, dan Dong SOo menyukai Da Jin. Itulah yang menjadi Joo Ri memperlakukan Da Jin seperti itu).
Di rumah, Mal Ja minum-minum sendiri. Da Jin datang dan langsung duduk di hadapannya. Da Jin menyambar gelas milik Mal Ja, lalu meminum Soju juga. Melihat ponakannya seperti itu, Mal Ja langsung bertanya apakah Da Jin punya masalah. Da Jin hanya menggeleng.
Mal Ja lalu angkat bicara tentang kejadian malam itu, dia menceritakan tentang pertemuannya dengan Ji Wan di depan rumah Yoon Sung.
Mal Ja berkata: "Wanita itu, Choi Ji Wan, " Mendengar nama Ji Wan, Da Jin langsung mengangkat kepalanya dan melihat bibi. Mal Ja meneruskan, "Apa mungkin kau bertemu dengan nya?"
Dengan wajah serius, Da Jin bertanya, "Bibi, apa kau bertemu dengannya? kapan?"
Mal Ja mejawab: "Kemari, di depan rumah kapten Kim. Apa hubungan mereka?"
Da Jin tidak menjawab. Sehingga Mal Ja meneruskan kata-katanya, "Mereka terlihat akrab". Mal Ja langsug berdiri marah, saat menyadari Yoon Sung memiliki hubungan dengan Ji Wan, "Aku harus pergi dan memisahkan mereka! kebahagiaan Choi Ji Wan... aku tidak bisa melihat mereka dengan mataku" Mal Ja hendak pergi, namun di halangi Da Jin.
Mal Ja terus bersikeras, kalau Yoon Sung jangan bersama Ji Wan. Mal Ja bergitu menyayangkan dari begitu banyaknya gadis, kenapa Yoon Sung memilih Ji Wan. Dia mengatakan, kalau saja Yoon Sung tahu siapa Ji Wan, Yoon Sung pasti merasa takut dan menjauhinya. Mal Ja pun bertanya, bukankah Yoon Sung menyukai Da Jin?
Da Jin yang mendapat pertanyaan itu, langsung mengatakan, "tidak."
Mal Ja: "Dia tampaknya menyukaimu."
Da Jin : "Itu tidak benar, 100 % tidak benar"
Da Jin langsung berdiri dan hendak pergi, Mal Ja pun bertanya Da Jin mau kemana, saat Da Jin menjawab kalau dia akan pergi ke bank untuk mengambil uang dan membayarkannya ke retenir. Mal Ja langsung tidak enak hati, dan meminta maaf pada Da Jin atas ulahnya menghutang pada rentenir. Mal Ja pun ingin ikut, karena bahaya kalau Da Jin pergi menemui rentenir sendirian. Tapi Da Jin menolak, dan menyuruh Mal Ja menjaga Ppo Song.
Setelah Da Jin pergi, Mal Ja langsung menelpon Dong Soo, dan memintanya menemani Da Jin.
Saat melewati rumah Yoon Sung, Da Jin berhenti dan menatap ke arah kamar Yoon Sung. Tepat pada saat itu Dong Soo tiba, dan menghentikan mobil tepat di belakang Da Jin.
Dengan perasaan sedikit tidak senang dengan apa yang Da jin lakukan, Dong Soo langsung keluar dari mobilnya dan berdiri di samping Da Jin. Da Jin yang melihat kedatangan Dong Soo, langsung bertanya, "Apa kau akan pergi ke rumah ku lagi?"
Dong Soo: "Apa kau akan menemui rentenir?"
Da Jin tertawa, "Wow.. bibiku cepat sekali, aku akan pergi sendiri."
Dong Soo lalu menceritakan kalau dia sudah membayar hutangnya itu, "Uang itu, aku sudah membayarnya, jadi kau tidak usah pergi,"
Da Jin: "Kenapa?"
Dong Soo, "Aku tidak ingin melihatmu menderita, itu sebabnya aku membayarnya."
Da Jin : "Apa aku pernah menderita? apa aku memintamu membayar hutangku?"
Dong Soo : "Aku hanya tidak ingin melihatnya"
Da Jin : "Kau sepertinya sangat kaya, apa aku sekarang harus bahagia? apa aku harus berterima kasih padamu sekarang?"
Dong Soo meminta maaf, karena dia tidak memberi tahu Da Jin terlebih dahulu. Da Jin marah, "Apa kau fikir mudah bagiku? kenapa kau juga memperlakukanku seperti itu?"
Da Jin akan pergi, namun Dong Soo menahannya dengan menangkap tangannya, "Siapa pun yang membayarnya, apa itu penting? Setelah ini, kau bisa membayar hutangmu padaku."
Da Jin melihat ke arah Dong Soo, dan berkata "Kau juga salah satu orang yang tidak ingin ku lihat. Aku mendapatkan kebanggaanku dengan susah payah. Apa yang kau lakukan sungguh menyakitkan". Da Jin meminta Dong Soo melepaskan tangannya, "Kau siapa? siapa kau? kau siapa? apa kau orang kaya?" teriak Da jin sambil terus mendorong Dong Soo.
Dong Song langsung menarik Da Jin dalam pelukannya, "Maafkan aku.... aku hanya memikirkan diriku sendiri"
Dikantor, Da Jin mendapat kabar kalau Yoon Sung sakit dan dia juga sudah membatalkan penerbangannya hari ini.
Tiba-tiba kaki tangan In Tae, tim leader mereka, datang dan berkata pada Da Jin, "Ketika yang satu datang, yang satunya tidak, apa kalian sedang lari estafet? bukankah dia tahu kalau kesehatan sangat penting untuk pilot?"
Denga kesal Da Jin mejawab, "Apa menurutmu, dia sakit karena dia ingin? jika ia tahu ia akan sakit, ia akan menghindarinya."
Da Jin langsung pergi.
Da Jin khawatir pada Yoon Sung, sedikit ragu-ragu, Da Jin pun menghubungi ponsel Yoon Sung.
Yoon Sung masih di rumah Ji Wan. Dia tertidur di samping tempat tidur Ji Wan. Ji Wan bangun terlebih dahulu. Melihat Yoon Sung menjaga dirinya sampai tidur disampingnya, Ji Wan membelai rambut Yoon Sung. Tiba-tiba ponsel Yoon Sung berbunyi. Ji Wan mengambilnya, itu adalah panggilan dari Da Jin.
Ternyata Ji Wan tidak membangunkan Yoon Sung, dia langsung keluar kamar da menjawab telphon Da Jin, "Ya, ini ponsel Kapten Kim Yoon Sung". Mendengar suara Ji Wan yang menjawab telponnya, Da jin langsung mematikan telphonnya.
Tanpa Ji Wan sadari, Yoon Sung sudah berada dibelakangnya, dan mengetahui apa yang dia lakukan, terlihat jelas sekali kalau Yoon Sung marah. Namun dia tidak menunjukkannya.
Saat berbalik, Ji Wan terkejut melihat Yoon Sung ada dibelakangnya. Yoon sung langsung mengambil mantelnya dan hendak pergi, namun dengan wajah tanpa dosa, Ji Wan mengatakan kalau yang menelpon adalah Da Jin, karena ponsel ini terus berdering, jadinya Ji Wan memutuskan untuk mengangkatnya. Yoon Sung tidak mau membahasnya, setelah menerima ponselnya balik, Yoon Sung bertanya keadaan Ji Wan.
Ji Wan: "Sudah baikkan. Kau ada penerbangan hari ini, apa kau membatalkannya karena aku?"
Untuk kedua kalinya, Yoon SUng tidak mau membahas apa yang Ji Wan katakan, dia malah mengatakan, "Syukurlah, banyaklah istirahat" dan dia langsung pergi.
Ji Wan yang tidak mau ditinggalkan, langsung menyuruh Yoon Sung memakan sesuatu sebelum pergi. Tapi Yoon Sung menolak, dia memilih untuk pergi.
Ji Wan: "Ini karena aku tidak ingin makan sendirian"
Mendengar permintaan Ji Wan yang seperti itu, membuat Yoon Sung akhirnya, mau menemai Ji Wan makan.
Mereka makan bersama.
Pada saat makan, Ji Wan terus mengingatkan Yoon Sung tentang masa lalu mereka. Kalau mereka selalu makan bersama seperti itu, "waktu itu, kenapa kita begitu senang, dengan makanan yang sederhana dan kita hanya pergi ke restoran murah, waktu itu, kita sangat senang saat kita bersama-sama," Yoon Sung hanya diam saja. Ji Wan meneruskan, "Hari ini, apa tak bisa kau tinggal bersamaku?"
Akhirnya Yoon Sung bicara, "Ada masanya saat kau adalah aku dan aku adalah kau, tapi sekarang tidak lagi."
Ji Wan: "Apa karena Co-Pilot Han?" Yoon Sung tidak menjawab, "Memberi perhatian pada Pilot Han, sama saja menyakiti dia untuk yang kedua kalinya."
Yoon Sung tidak lagi mau membahasnya, dia langsung bangkit untuk pergi, sebelum pergi Yoon Sung berkata, "Ketika aku melihatmu, aku terus memikirkan kejadian itu, kau juga seharusnya merasakan hal yang sama," Yoon Sung berjalan pergi.
Namun saat dia melewati Ji Wan, dengan cepat Ji Wan menangkap tangan Yoon Sung untuk menghentikannya. Ji Wan meminta Yoon Sung jangan pergi. Namun Yoon Sung berkata, "Jangan sakit, karena aku tidak akan datang lagi ke sisimu". Yoon Sung menarik tangannya dan berjalan pergi meninggalkan Ji Wan yang terus menangis.
Lagi-lagi, Da Jin menunggu di depan rumah Yoon Sung, "Aku juga ingin disampingnya, aku juga khawatir dan merindukannya"
Tanpa sepengetahuan Da Jin, Dong Soo ada didalam mobil dan memperhatikannya. Dong Soo lalu mengambil ponselnya dan mencoba menelpon Da Jin, namun Da Jin tidak mengangkatnya, Da Jin terus menatap rumah Yoon Sung. Semua itu membuat Dong Soo sadar kalau Da Jin benar-benar menyukai Yoon Sung.
Dong Soo masih berada di mobilnya, sampai Da Jin berjalan pergi. Dong Soo keluar mobil untuk melihat Da Jin berjalan pergi, "Orang itu tidak memperdulikanmu, sampai kapan kau akan menunggu....ini semua akan meyakitimu... bodoh..."
Tepat pada saat Da Jin sudah tidak terlihat lagi. Yoon Sung pulang dan bertemu dengan Dong Soo.
Dengan marah, Dong Soo langsung meghampiri Yoon Soo. Dong Soo langsung mencengkram baju Yoon Sung, "Kau bilang kau sudah membayar hutang, tapi kenapa kau terus muncul dihadapan Da Jin dan menyulitkannya?" Yoon Sung tidak mengerti maksud Dong SOo. Dong Soo menambahkan, "Jangan berhutang pada Da Jin lagi, kau tahu, kalau hutang hati adalah hutang yang paling besar? mulai sekarang, aku yang akan membayar semua hutang Da Jin."
Dengan santai Yoon Sung menjawab kalau dia tidak perduli pada hutang Da Jin maupun kekayaan Dong Soo. Yoon Soo membuang tangan Dong Soo dari bajunya. Namun Dong Soo mencengkram baju Yoon Soo lagi dengan kedua tangannya, "Perdulikan dia, wanita itu menyukaimu, jadi, mulailah perdulikan dia"
Masih berusaha tenang, Yoon SUng mengatakan "Sia-sia mengurusi urusan orang lain, sia-sia kau berteriak... dan sia-sia kau marah.... aku benci wanita seperti itu..."
Mendengar perkataan Yoon Sung untuk Da Jin, Dong Soo tambah marah dan langsung memukulnya, "Tipe wanita seperti itu, bisa menjadi segalanya bagiku". Dong Sung meminta Yoon Sung untuk tidak membuat Da Jin menunggu atau menderita lagi. Yoon Sung menjawab kalau dia tidak pernah meminta Da Jin untuk menunggunya, dia juga tidak pernah meminta Da Jin untuk menyukainya.
Mendengar jawaban Yoon Sung, membuat Dong Soo bertambah marah, dan dia berniat memukul Yoon Sung lagi, namun Da Jin datang dan menghentikannya. Da Jin berjalan mendekat, dan Dong Soo menurunkan tangannya.
Melihat Da Jin, Yoon Sung langsung mengatakan, "Han Da Jin, jangan pernah menungguku lagi" setelah berkata itu, Yoon Sung langsung pergi, meninggalkan Da Jin yang patah hati dan Dong Soo yang terdiam terpaku dan tak berani melihat ke arah Da Jin.
Di kantor, Da Jin dan Yoon Sung bertemu lagi, melihat Yoon Sung, Da Jin langsung pergi tanpa sepatah katapun. Yoon Sung pun tidak bisa berbuat apa-apa, karena itu lah yang dia pinta, namun hati kecilnya seperti menyesali apa yang sudah dia katakan.
Da Jin tidak sedikitpun menegur Yoon Sung, baik saat mereka berpapasan, dan saat mereka hanya berdua di dalam lift. Yoon Sung hanya bisa menatap sedih Da Jin dari belakang.
Da Jin pulang dengan menggunakan bis. Tiba-tiba ada pengendara motor yang mengendarai motornya dengan ugal-ugalan. pengemudi motor itu ngebut dan saat berada di depan bis yang Da Jin tumpangi, pengendara itu terjatuh dan membuat bis Da jin mengerem mendadak.
Di kantor, mendapat kabar kalau Da Jin kecelakaan dan dia ingin mengubah jadwal penerbagannya. Yoon Sung terkejut mendengar Da jin kecelakaan. Tanpa basa basi setelah mendapat alamat rumah sakit dari pihak perbangan, Yoon Sung langsung pergi.
Ternyata Dong Soo juga mendapat kabar kalau Da Jin kecelakaan, dengan perasaan khawatir Dong Soo juga pergi ke rumah sakit.
Namun Yoon Sung yang terlebih dulu sampai ke rumah sakit, dia langsung berlari mencari Da Jin, tapi dia tidak bisa menemukan Da Jin di ruang rawat.
Orang yang Yoon Sung cari sedang duduk di ruang tunggu. Da Jin tidak apa-apa, dia hanya cidera sedikit pada tangannya. Da Jin pun bersiap akan pulang kerumah.
Yoon Sung terus mencari Da Jin dan akhirnya dia menemukan Da Jin di Lift.
Ada kelega-an pada Yoon SUng saat melihat Da Jin tidak apa-apa, dan Da Jin sendiri terkejut melihat Yoon Sung ada di depannya.
Tanpa berkata sepatah katapun, Yoon Sung memeluk Da Jin dengan sangat erat, sampai-sampai Da Jin megatakan kalau dia tidak bisa bernafas.
Yoon Sung langsung melepaskan pelukannya, Da Jin mencoba menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya, namun Yoon Sung tidak mau mendengar.
Karena Yoon Sung langsung mendaratkan bibirnya pada bibir Da Jin. Wooow.... Yoon Sung mencium Da Jin, sampai pintu lift tertutup, dan berjalan ke bawah.
Dong Soo akhirnya sampai di rumah sakit. Da Jin sendiri masih berada di ruang tunggu, setelah mengalami kecelakaan bis, untungnya Da Jin tidak apa-apa, dia hanya cedera ringan pada tangannya. Da Jin bersiap akan pulang. Dong Soo dan Yoon Sung masih mencari Da Jin. Dan akhirnya yang menemukan Da Jin adalah Yoon Sung. Dia menemukannya di dalam lift.
Yoon Sung melihat Da Jin dari atas sampai bawah untuk memastikan Da Jin tidak apa-apa. Tanpa berkata-kata, Yoon Sung langsung memeluk Da Jin yang terkejut dengan kedatangan Yoon Sung. Yoon Sung memeluk Da Jin erat, sampai-sampai Da Jin tidak bisa bernafas.
Yoon Sung langsung melepaskan pelukannya. Da Jin berniat memberitahu yang sebenarnya, tentang kecelakaan itu, kalau dia sedang didalam bis, tiba-tiba ada pengendara motor yang..... belum sempat Da Jin menceritakan apa yang terjadi, Yoon Sung langsung menciumnya. Wooow..... mereka terus berciuman, dan lift membawa mereka sampai ke lantai bawah.
Dong Soo yang berada dilantai bawah dan sedang mencari Da Jin, shock saat melihat Da Jin dan Yoon Sung yang berada di dalam lift dan sedang berciuman. (siapa yang gk shock coba... kalo liat penampakan kayak gitu).
Dong Soo bersembunyi di balik dinding. Dia terlihat sangat shock, sampai-sampai perawat yang melintas didepannya mengira dia sedang sakit. Saat perawat itu akan mengambil obat untuk Dong Soo. Dong Soo mencegahnya dengan menangkap tangan perawat itu, perawat itupun tambah tak mengerti dengan apa yang terjadi pada Dong Soo.
Dong Soo lalu melihat lagi ke arah lift, dan disana dia masih melihat Da Jin dan Yoon Sung berciuman. Dia pun melepaskan tangan perawat itu yang tambah terlihat bingung, dan akhirnya dia meninggalkan Dong Soo sendirian.
Yoon Sung dan Da Ji keluar rumah sakit bersama-sama, mereka terlihat canggung satu sama lain. Dengan kompaknya, mereka sama-sama memanggil nama mereka satu sama lain. Ada yang ingin mereka sampaikan. Yoon Sung menyuruh Da Jin yang terlebih dahulu bicara.
Da Jin pun mengatakan, "Sampai bertemu besok". Yoon Sung langsung menyuruh Da Jin untuk ikut bersamanya, karena dia akan mengantarnya pulang.
Namun Da Jin mengatakan kalau masih banyak bis yang mengarah ke rumahnya. Karena Yoon Sung tidak mau terjadi apa-apa lagi pada Da Jin, Yoon Sung langsung menarik tangan Da Jin dan membawa Da Jin masuk ke mobilnya.
Dalam perjalanan pulang, mereka hanya diam tanpa berkata sepatah katapun. Da jin melihat ke arah Yoon Sung. Dan saat Yoon Sung melihat kearahnya, Da Jin pura-pura tertidur.
Kembali ke rumah sakit, disana masih ada Dong Soo yang tertunduk lesu. Dia terpikir apa yang baru saja terjadi. Mengira Dong Soo tertidur di kursi tunggu, bibi petugas kebersihan menghampirinya, dan mengatakan kalau Dong Soo tidak boleh tidur disana.
Dengan masih tertunduk dan suara lemah, Dong Soo berkata, "Sebentar lagi..."
Bibi petugas kebersihan langsung bertanya apa Dong Soo tidak enak badan? Dong Soo mengiyakan, "Hatiku sangat sakit.... sangat menyakitkan"
Mendengar Dong Soo merasakan sakit pada hatinya, bibi petugas kebersihan yang tak mengerti menyarankan agar Dong Soo pergi ke ruang gawat darurat. Dong Soo hanya menjawab, "Aku akan disini sebentar lagi..." Karena Dong Soo tetap bersikeras duduk disana, bibi petugas kebersihan pun meninggalkannya.
Setelah sendirian, Dong Soo menangis.
Yoon Sung mengantarkan Da Jin sampai di depan rumahnya. Mereka keluar mobil dan berdiri tepat di depan mobil, Yoon Sung meraih tangan Da Jin, dan bertanya "Kau takut?"
Da Jin menjawab "Tidak".
Yoon Sung melepas tangan Da Jin dan berkata "Aku takut".
Mendengar itu, Da Jin tersenyum. Yoon Sung pun langsung menyuruh Da Jin masuk ke rumah.
Da Jin berjalan masuk ke rumahnya, namun dia berbalik lagi untuk melihat Yoon Sung. Yoon Sung dengan sedikit kaku mengangkat tangannya untuk melambai pada Da Jin. Melihat sikap Yoon Sung yang seperti itu, membuat Da Jin terus tersenyum.
Da Jin meneruskan jalannya dan masuk ke rumah, Yoon Sung melihatnya dari belakang untuk memastikan Da Jin masuk rumah dengan selamat. (hehhehe...). Sekali lagi Da Jin berbalik, dan Yoon Sung hanya memberinya anggukan.
Setelah Da Jin benar-benar masuk, Yoon Sung menengadahkan wajahnya ke atas, dan mengingat kata-kata Ji Won yang mengatakan, "Memperlakukan Han Da Jin seperti itu, adalah cara untuk membunuhnya yang kedua kali."
Dalam hati Yoon Sung bertanya pada Kapten Han (ayah Da Jin), "Kapten.... apa yang harus aku lakukan?"
(ntar mengapa, setelah malam ini, sikap Yoon Sung pada Da Jin akan balik seperti semula, akan dingin pada Da Jin, karena dia mengingat apa yang dikatakan Ji Won)
Di dalam rumah, Ppo Song sedang belajar bersama boneka pinguinnya. Tepat saat Da Jin masuk. Melihat kakaknya datang, Ppo Song langsung memeluk kakaknya dan memanggil, "Kapten"!
Da Jin: "Kau belum tidur Ppo Song? Ayo kita tidur bersama. Karena kita mau tidur, ayo kita lepas jepit rambutnya"
Tau kakaknya akan melepas jepit rambutnya, Ppo Song langsung menutupinya dengan tangan dan mengatakan pada kakaknya, untuk jangan melepaskannya, karena Min Ho yang sudah memberikannya pada Ppo Song. (waaaah.... anak keciiiil.... dah ngartii... hahhaha)
Da Jin: "Min Ho?"
Ppo Song: "Min Ho bilang, kalau Ppo Song terlihat cantik dengan jepit ini"
Ppo Song lalu memeluk Da Jin dan menciumnya. Da Jin pun mengatakan pada adiknya, "Ppo Song ku sudah cantik".
Keesokan harinya di Wings Air. Da Jin datang dengan senyum diwajahnya. Berbeda jauh dengan Dong Soo, yang datang bekerja dengan wajah muram. Dong Soo melihat Da Jin sedang berdiri di mesin minuman, dia pun langsung membeli minuman juga.
Da Jin menyapa Dong Soo, tapi Dong Soo hanya diam saja, "Apa kau tidak menyapaku?"
Dong Soo: "Apa kau tidak papa?"
Da Jin: "sedikit... ini bukan apa-apa, aku hanya terluka sedikit, seperti aku sedang bermain."
Walaupun Da jin mengatakan itu dengan tertawa, ekspresi wajah Dong Soo masih tetap sama, tak ada senyum sedikitpun padanya.
Joo Ri tiba, dia melihat Dong Soo sudah datang, dia pun langsung memperhatikan penampilannya. Setelah merasa perfect, Joo Ri langsung menghampiri Dong Soo yang masih bersama Da Jin.
Joo Ri menyapa Dong Soo, namun Dong Soo hanya diam saja. Joo Ri pun lalu mengatakan kalau dia sengaja berangkat pagi untuk membelikan Dong Soo kopi namun sayang dia terlambat, Dong Soo sudah membelinya sendiri. Tanpa menoleh dan mengeluarkan sepatah katapun, Dong Soo langsung pergi meninggalkan Da Jin dan Joo Ri.
Da jin sih, biasa ajaaa... dia gak ambil pusing dengan tingkah Dong Soo. Namun Joo Ri terlihat sangat kecewa. Diapun langsung memilih pergi setelah berpamitan dengan Da Jin.
Tim manager memasuki ruangan, dan memberi salam pada orang yang berada di ruangan tersebut dengan sebutan, "Wakil Presiden".... hmmm siapa yang sudah menggantikan Hong In TAe. Ternyata orang tersebut adalah Mi Joo anak dari In Tae sendiri.
Mi Joo: "Team leader!"
Tim Leader: "ya Wakil Presiden..."
Mi Joo: "Jangan berlebihan, posisi wakil presiden masih kosong."
Tim Leader: "Maaf"
Mi Joo: "Bagaimana dengan Wings Angel?"
Tim Leader: "Sedang diproses dengan baik, saya berharap bisa membantu Anda untuk meningkatkan citranya"
Mi Joo: "Good, aku mengakui kalau cara kerja mu sangat baik"
Tim Leader: "Mulai sekarang, cara kerja saya akan cepat secepat pesawat, saya akan melayani anda dengan sangat baik"
Mi Joo: "Yang terbaik... lakukan saja itu untuk Presiden.
Kemudian Tim Leader mengatakan kalau Presiden terlihat tidak terlalu baik karena mengkhawatirkan Mi Joo, Tim Leader terus mengatakan tentang pandangannya mengenai presiden, namun kata-katanya langsung dipotong oleh Mi Joo yang menanyakan tentang manager Choi Ji Won.
Untuk pertanyaan Mi Joo yang ini, Tim Leader belum bisa menjawabnya sehingga dia mengatakan kalau dia sedang mencari tahu. Dengan tegas, Mi Joo mengatakan, "Apa ada pesawat selambat ini? lakukan dengan cepat." (hahahha... kena omongannya sendiri ni orang..)
Andai Mi Joo tahu, kalau orang yang harus dia takutin akan merebut Yoon Sung bukanlah Ji Won melainkan Da Jin. hehehee.. beralih ke Da Jin. Dia sedang berada di lokernya, dan melihat dirinya dicermin. Da Jin teringat akan kata-kata Ppo Song semalam yang mengatakan, "Min Ho mengatakan kalau Ppo Song cantik dengan jepitan". Da Jin Pun langsung mencari sesuatu di dalam lokernya, setelah mendapatkan apa yang di carinya, Da Jin memeriksa sekelilingnya, apakah ada orang atau tidak.
Setelah memastikan tidak ada orang, Da Jin mengeluarkan apa yang dia temukan di dalam lokernya, ternyata itu adalah sebuah jepit rambut. Da Jin pun langsung memakainya, dan melihat dirinya di cermin, dia senyum-senyum sendiri, dan bertanya, "Apakah cantik?". Tapi dia langsung melepasnya lagi. (hahhahah... da Jin lagi kasmaran..)
Akhirnya Da Jin dan Yoon Sung bertemu lagi, namun terlihat jelas kalau sifat Yoon Sung kembali seperti dirinya sebelum malam dia mencium da Jin. Yoon Sung dingin. Da Jin berusaha bersikap biasa saja dengan menyapa Yoon Sung.
Tiba-tiba datang seorang kapten pilot yang memecah kecanggungan antara Yoon Sung dan Da jin. Kapten itu minta diberi jalan karena Da Jin dan Yoon Sung berdiri ditengah-tengah jalan. Da Jin pun langsung berpindah tempat di samping Yoon Sung dan memberi jalan pada kapten.
Kapten itu meneruskan perjalanannya, namun langkahnya terhenti dan berbalik lagi dan bertanya pada Da Jin, "Co-pilot Han Da jin, kau yang akan melakukan penerbangan bersamaku kan?"
Da Jin menjawab: "Iya, ini penerbangan ke Taipe. Tolong bantuannya."
Selagi Da Jin sibuk dengan yang akan jadi kapten pilotnya, Yoon Sung pamit terlebih dahulu. Setelah Yoon Sung pergi, Kapten juga ikut pergi.
Saat hanya sendiri, Da Jin menyadari kalau dirinya sangat canggung berhadapan dengan Yoon Sung.
Pramugari, anak buah Ji Won sedang berkumpul bersama membahas tentang traktiran kemarin. Ada salah satu pramugari yang merasa dia terlalu banyak makan dan minum kemarin.
Joo Ri: "Itu sebabnya aku mengatakan padamu untuk tidak minum terlalu banyak, ketika ada seorang pria menawarimu... ya.. itu benar... tentu saja.... kau terus meminum semua yang mereka berikan... kau seperti dimanjakan..."
Pramugari yang dimaksud menjawab, "Itu karena.. anggur dan daging mahalnya sedikit...."
Joo Ri langsung berteriak dan berkata, "Gengsi adalah bagian dari perempuan"
Pramugari : "Jaga gengsi mu...karena kualitas daging babinya semakin tidak kuat menolaknya...". Diapun membayangkan daging babi kemarin dan mengatakan kalau daging babi kemarin itu sangat hebat. Apa yang diucapkannya membuat teman-teman sesama pramugarinya tertawa.
Tiba-tiba salah satu pramugari lain berteriak, saat melihat pengumuman di ponselnya, diapun menunjukkan pada pramugari yang lain. "Kontes Wings Angel?" Joo Ri memikirkan sesuatu, sepertinya dia tidak akan melepaskan kesempatan itu, dia akan mengikuti kontes itu.
Semua manager pramugari dikumpulkan oleh Mi Joo dan tak terkecuali Ji Wan. Mi Joo mengatakan kalau dia berencana mengadakan kontes Wings Angel secara khusus.
Mi Joo mengatakan, beberapa hari ini terjadi banyak insiden, karena itu, kontes ini akan membantu untuk membesarkan citra perusahaan dan mempersiapkan diri untuk memberikan pelayanan yang terbaik, dan juga akan membantu meng-iklan-kan perusahaan kita. Mi Joo juga mengatakan kalau pengalaman kerja bukanlah permasalahan, karena itu semua pramugari adalah calon. Selama mengatakan semua itu, jika pandangannya tertuju pada Ji Won, Mi Joo terlihat sinis, namun jika dia mengalihkan pandangannya, Mi Joo akan mengubahnya dengan senyum manis.
Salah satu manager pramugari bertanya kalau peserta adalah semua pramugari, apakah mungkin..... belum sempat pramugari itu menyelesaikan pertanyaan, Mi joo langsung menjawab, "Tentu saja, kalian juga ikut, dan aku berharap salah satu dari kalian adalah pemenang."
Hmmmm..... apa sebenarnya rencana Mi Joo untuk menyingkirkan Ji Won.
Mi Joo menelpon ayahnya, dan mengatakan kalau dia sedang dalam perjalanan ke Jeju Conference, "Ayah bisa pulang duluan, aku akan terlambat karena rapat baru saja selesai."
Mi Joo masuk ke sebuah ruangan, dan sepertinya dia sedang menunggu seseorang. Tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul tergesa. Dia langsung menyapa Mi Joo.
Mi Joo: "Manager Jung, kau bekerja disini?"
Manager Jung : "Ya.. aku harap kita bisa bekerja sama"
Mi Joo: "Aku akan sering mengunjungimu ketika aku berada di Jeju"
Manager Jung: "Ya "
Mi Joo langsung mengatakan maksudnya datang, itu karena dia ingin memberikan hadiah untuk ayahnya. Manager Jung pun menjawab kalau dia sudah mendengar, tentang kabar pengangkatan Han In tae, diapun mengucapkan selamat.
Mi Joo akhirnya dapat sesuatu yang cocok untuk ayahnya. Mi Joo lalu berjalan pergi, namun dia menghentikan langkahnya dan berbalik lagi, dia meminta pada manager Jung, satu lagi yang sama seperti yang baru saja dia terima.
Sudah bisa ketebak kalau satunya, pasti akan dia berikan pada Yoon Sung. Tapi kenapa harus sama? Mi Joo benar-benar ingin memperpanas hubungan Yoon Sung dan ayahnya.
Da Jin melakukan penerbangan dengan kapten pilot yang dia temui sebelumnya. Di dalam pesawat, Da Jin terus mengelap kacamata pemberian Yoon Sung. Sampai-sampai kapten menebak kalau kaca mata itu pasti dari pacar Da jin. Dengan malu-malu Da Jin mengatakan kalau dia belum yakin, belum yakin apakah Yoon Sung benar-benar mencintainya.
Pal Bong mempersiapkan kejutan untuk Mal Ja. Sambil mempersiapkannya, dia juga menelpon Mal ja untuk datang. Dia juga sudah memasakkan mak-chang untuk Mal ja. Mal Ja akhirnya datang juga, dan dia benar-benar terkejut dengan apa yang pal Bong lakukan padanya. Mal Ja mencicipi mak-chang buatan Pal Bong.
Mal Ja berjalan melihat sekeliling, dan perhatiannya tertuju pada sesuatu yang ditutupi kain, dia berniat membukanya, namun Pal Bong mencegahnya.
Pal Bong: "Tunggu sebentar... ini adalah sejarahmu... tentang album2mu... dan tempat ini.. adalah tempat kau akan membuat sejarah baru"
Pal Bong membuka penutupnya, dan ternyata itu adalah sebuah panggung yang dibelakangnya terdapat semua album-album Mal ja... wooow so sweeeeet... sampai-sampai Mal Ja terharu. Setelah berharu-haru ria, Pal Bong dan Mal Ja makan daging bersama, mereka suap-suapan. Pal Bong juga mengatakan kalau mulai sekarang, dia akan mewujudkan semua impian Mal Ja menjadi nyata.
Beralih ke salon... dimana semua pramugari mulai merawat tubuh mereka, karena mereka ingin ikut dalam kontes Wings Angel. Semuanya menginginkan menang dalam kontes itu, bahkan ada yang mengatakan kalau dia bisa memenangkannya dia bisa melakukan banyak kencan buta... hmmm apa hubungannya yah.. hehehhe.. salah satu pramugari mengatakan kalau dari segi kecantikan dan pelayanan, Joo Ri yang bakal menang.
Joo Ri pun langsung bangkit, dan bergaya seolah-olah dia sedang meminta dukungan, "Voting live online, kamu harus memilih aku, oke? mengerti?"
Pramugari yang lain dengan kompaknya mengatakan, "Iyaaaa..."
Joo Ri kemudian berfikir, kalau dia harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan dukungan.
Ji Won sedang sibuk membaca, sampai Joo Ri datang padanya dan mengatakan, "Aku ingin tahu apa kita bisa membuat kelompok selebriti agar penumpang dari Jepang melihatnya."
Ji Won: "Jenis acara apa itu?"
Joo Ri: "Bagaimana kalau dansa dengan lagu populer Korea di Jepang? aku pikir penumpang dari jepang akan menyukainya"
Ji Won: "Kedengarannya ide yang bagus"
Joo Ri senang idenya diterima oleh Ji Won.
Ji Won melihat Yoon Sung dan memanggilnya. Mereka pun duduk bersama untuk berbicara. Yoon Sung memulai pembicaraan dengan mengatakan, "Mulai sekarang, kau hanya seorang manajer kabin, Choi Ji Won,"
Ji Won: "Bagiku, kau hanya Kapten Kim Yoon SUng."
Ji Won mengatakan kalau Yoon Sung harus mendengarkannya. Dan dia tidak ingin Yoon Sung lari. Sebelum dia mengatakan semuanya, dia ingin mereka terus minum teh dan makan bersama
Yoon Sung: "Aku tidak bisa! aku tahu, kalau aku tidak harus didekatnya, tapi saat ini, untuk jauh darinya, itu sangat sulit bagiku"
Ji Won: "Aku juga sama sepertimu, di hatiku hanya ada kau, untuk jauh darimu, sangat sulit bagiku, sebelum aku pergi darimu, tolong tetap seperti ini, tidak bisakah kau melakukannya untukku?"
Yoon Sung tidak menjawabnya, sehingga Ji Won memilih pergi. (hmmmm.... kalo menurutku... ya itu masalah Ji Won, apa hak nya minta Yoon Sung untuk melakukan apa yang dia mau... kalo kata orang palembang itu... katek malu.... hahahhaha...)
Setelah melakukan penerbangan ke Taipe, Da Jin kembali ke korea, dan dia akan melakukan pendaratan.
Dong Soo sedang berada di menara pengawas, saat ada panggilan dari pesawat dan itu adalah suara Da Jin, Dong Soo tidak mau menerimanya, dia menyuruh Park Young Suk untuk membantu pendaratan pesawat Da Jin.
Awalnya Young Suk bingung, karena dia sedang menelpon, tapi karena Dong Soo enggan mengatur pendaratan, jadi dia harus melakukannya. Petugas menara pengawas lainnya bingung dengan sikap Dong Soo yang berubah. Mereka bertanya-tanya apa yang terjadi padanya.
Pendaratan pesawat Da Jin berjalan lancar. Park Young Suk langsung mendekati Dong Soo dan mengatakan, "Bahkan tim Leader kami, memiliki kesulitan dengan kehidupan asmaranya juga", setelah berkata seperti itu, Young Suk langsung pergi.
Da Jin kembali dan matanya langsung melihat kesekeliling kantor, dia mencari Yoon SUng, tapi dia tidak menemukannya. Dia menuju meja untuk mengabsen lah istilahnya... hehehhe... Petugas yang selalu dia temui setiap hari itu, bertanya apakah penerbangannya lancar, Co-pilot Han Da Jin? Da Jin mengiyakan.
Da Jin masih memeriksa sekeliling kantor, mencari sosok Yoon Sung. Petugas itu bisa menebak kalau Da Jin mencari Yoon Sung, dia pun langsung mengatakan pada Da Jin kalau Yoon Sung baru saja pergi. Da Jin merasa tidak enak, jadi dia hanya bilang iya. Melihat petugas itu terus tertawa, membuat Da Jin jadi salah tingkah.
Da Jin melihat ponselnya, dan tidak ada pesan atau miss call satu pun dari Yoon Sung, itu membuat Da Jin bertanya-tanya, apa yang Yoon Sung lakukan dengan ponselnya.
Yoon Sung baru saja masuk dalam mobilnya. Ponselnya berdering, sepertinya itu dari Da Jin. Setelah lama melihat ponselnya, Yoon Sung langsung meletakkan di tempatnya semula. Dia tidak mengangkat telphon itu. Dia langsung pergi dengan mobilnya.
Choi Dal Ho menunggu Mal Ja di depan rumah, karena sudah malam, Mal Ja tak juga pulang-pulang. Tiba-tiba dia melihat pasangan yang tidak ingin dia lihat, pasangan itu adalah Mal Ja dan Pal Bong. Mal ja berjalan sambil menggandeng Pal Bong, mereka bercerita dengan bahagia tentang mimpi Mal Ja.
Dal Ho langsung menghampiri mereka, dia melihat dengan jelas kalau Mal Ja menggandeng Pal Bong. Mal Ja pun merasa tidak enak, dia sedikit mundur. Melihat itu, Pal Bong langsung berkata, "Mr Choi, aku merasa tidak enak dengan mu, tapi kami berdua sama-sama saling mencintai, dan hanya dirimu yang tidak bisa menyadarinya".
Tanpa melihat ke arah Dal Ho, Mal Ja mempererat gandengannya pada Pal Bong, dan Dal Ho melihatnya. Terlihat jelas kalau Dal Ho ingin marah, namun dia tahan dan dia hanya berkata pada Mal Ja, "Marie... pulang lah dulu... kumohon..." Setelah berkata itu dia langsung pergi. Mal Ja dan Pal Bong sama-sama heran dengan sikap Dal Ho yang selalu berubah-ubah.
Dong Soo berada di kamarnya dengan radionya, dia terus terdiam dan melamun. Ooooh.... kasian Dong Soo, dia benar-benar patah hati. Dia terus teringat pada apa yang dilakukan Yoon Sung dan Dal Jin di dalam lift. Tiba-tiba ponselnya berdering dan dia mengangkatnya.
Ternyata orang yang menelponnya adalah Dal Ho, yang sudah terlihat mabuk berat. Dong Soo langsung membawanya pulang. Dalam perjalanan pulang, Dal So terus bernyanyi. Sedangkan Dong Soo berusaha agar Dal So tidak terjatuh, Dal So pun mengajak Dong Soo minum lagi, namun Dong Soo menolak.
Dal So: "Aku tahu, kau akan seperti itu,"
Dong Soo: "Seperti apa?"
Dal So: "Aku tahu semuanya, kau dan Da Jin..." Dal So berjalan sendiri meninggalkan Dong Soo.
Dong Soo: "Ini tidak berarti kau harus tahu semuanya... tapi Da Jin harus mengetahuinya.."
Menyadari Dal So berjalan sendiri, Dong Soo mengejarnya.
Dong Soo membawa Dal So masuk dibantu dengan Mal Ja. Setelah mengantarkan Dal So, Dong SOo langsung pamit, dan Mal Ja mengantarnya keluar.
Setelah Dong Soo pergi, Mal Ja langsung mengomelin Dal So, "Kau minum banyak sekali hari ini"
Dal So: "Aku minum karena perasaan ku sedang tidak jelas, apa ada yang salah?"
Mal Ja merasa tidak senang dengan kata-kata Dal So, "Ahjussi yang suka cemburuan, sering mabuk, penakut, dan lemah, itu adalah alasan mengapa kau masih sendiri."
Dal So juga tidak mau kalah, "Bagaimana dengan mu, Mal Ja?"
Mal Ja menjawab "Aku? aku selebriti, apa kau pernah melihat selebriti menikah dini?"
Dal So: "Ooooh.... maksudmu.. kau gagal juga?" Dal So kemudian bernyanyi.... "Aku terbuat dari tulang rusukmu.. aku bernyanyi untukmu..."
Mendengar Dal So yang mengatainya seperti itu, jelas Mal Ja marah.
(hahahhaha.... sabaaar... bibi Mal Ja... bukannya dirimu sendiri yang membahas tentang belum punya pasangan...)
Da Jin pulang dan melihat Dong Soo baru keluar dari rumahnya. Da Jin langsung menghampiri Dong Soo, Da Jin ingin bicara dengan Dong Soo namun Dong Soo sedang tidak ingin bicara ataupun mendengar suara Da Jin, jadi dia langsung pergi meninggalkan Da Jin.
Setelah keluar dari halam rumah Da Jin, Dong Soo berteriak mengeluarkan kekesalannya.
Waktunya tidur, namun Da Jin tidak bisa tidur, dia masih kepikiran tentang Yoon Sung. Dia turun dari tempat tidur dan mengambil ponselnya. Dia menunggu dan berharap ada nama Yoon Sung muncul di layar ponselnya.
Beralih di rumah Yoon Sung, dimana Yoon SUng sedang tidur di sofa saat mendengar suara bel pinttu berbunyi. Yoon Sung langsung beranjak dan melihat siapa yang datang, namun ekspresi wajahnya terlihat tidak senang saat mengetahui yang datang adalah Mi Joo. (hmmmmm..... menurutku.... Yoon Sung berharap Da Jin lah yang datang... karena Da Jin memang sering datang ke rumahnya malam2).
Mau tidak mau, Yoon Sung membukakan pintu dan menemui Mi Joo. Saat Yoon Sung membukakan pintu, Mi Joo langsung memanggil Yoon Sung "oppa" dan memeluknya. "Surprise!" Mi joo menunjukkan barang yang dia belikan untuk Yoon Sung, "Aku membelinya karena aku pikir kau akan menyukainya."
Mi Joo pun mencoba masuk ke rumah namun, Yoon Sung menghalanginya, "Mi Joo, jangan seperti ini, jujur aku merasa tidak enak".
Mi joo menjawab kalau apa yang dia belikan itu tidak mahal. Yoon Sung melanjutkan, "Mi Joo, kau dan aku... hanya keluarga... tidak lebih."
Mi Joo mengatakan kalau dia hanya ingin membelikan Yoon Sung hadiah, karena dia merasa apa yang dia belikan ini sangat cocok untuk Yoon SUng. Apa Yoon Sung tidak suka dia membelikan hadiah?
Yoon Sung mengatakan kalau hubungan mereka hanya sampai saling bercerita apa yang mereka lakukan dan sharing. Setelah berkata itu, Yoon Sung langsung menutup pintu rumahnya dan membiarkan Mi Joo berdiri diam disana. Mi Joo hanya bisa menangis.
(hmmm.... Yoon Sung sekarang bersikap tegas pada semua wanita yang mengejarnya... dia sepertinya tidak ingin memberikan harapan... Mi Joo dan Ji Won senasip... kasiaaan)
Da Jin datang ke kantor dan langsung menanyakan kapten Yoon Sung, tapi ternyata Yoon Sung belum datang. Da Jin terus menunggu Yoon Sung sambil membolak balik buku.
Tak lama kemudian Yoon Sung datang. Yoon Sung melihat Da Jin dan dia sengaja menghindarinya, namun Da Jin juga melihat Yoon Sung dan Da Jin pun langsung mendekatinya.
Da Jin: "Mengapa kau terlambat? apa kau tahu berapa lama aku menunggu?"
Tanpa melihat Da Jin, Yoon Sung menjawab dengan dingin, "Aku tidak pernah menyuruhmu untuk menunggu"
Yoon Sung langsung pergi meninggalkan Da Jin yang tak mengerti dengan sikap Yoon Sung.
Da Jin dan Yoon Sung melakukan penerbangan bersama. Pada kesempatan ini, Da Jin masih berusaha mengajak bicara Yoon Sung.
Da Jin: "Kapten.... mengapa kau seperti ini?"
Yoon Sung: "Co-Pilot Han... komunikasi langsung sangat vital di ruang kokpit, katakanlah dengan cara sewajarnya"
Da Jin: "kau tahu persis apa yang ingin aku tanyakan dan apa yang aku ingin tahu, mengapa kau melakukan itu padaku?"
Yoon Sung: "Seperti sekarang, kau telah membuat kesalahan, jadi semua orang bisa berbuat kesaalahan. Pada saat ini, aku tidak mengatur ketinggian, seperti dirimu Co-Pilot Han, ini sebuah kesalahan"
Da Jin terkejut atas semua pernyataan Yoon SUng, diapun berkata "Kau bisa berhenti sekarang, aku mengerti sekarang, aku mengakui kalau setiap orang bisa membuat kesalahan... tapi jangan membuat kesalahan seperti itu padaku..."
Yoon Sung seolah-olah tidak mendengarkan apa yang Da Jin katakan. Da Jin yang mulai sedikit emosi, terus bertanya, "Jawab aku..."
Yoon Sung tanpa menoleh hanya menjaawab, "Baiklah..."
Da Jin benar-benar kesal dibuatnya.
Manager Tim menemui Mi Joo, dia mengatakan kalau dia sudah menemukan mantan manager Mirae Airlines, saat Ji Won bekerja disana, dan ternyata mereka berhenti pada waktu yang sama. Dan mantan manager Mirae Airlines itu sekarang bekerja di Duty Free Shops Bandara Incheon, namanya Jung Soo Yeon.
Mi Joo tersenyum karena dia tahu dengan orang yang dimaksud.
Mi Joo pun langsung membuat pertemuan dengan Soo yeon. Dimana Mi Joo langsung menanyakan tentang Ji Won. Soo yeon menceritakan, kalau saja Ji Won saat itu tidak jatuh.
Mi Joo: "Mungkin, saja bayi itu tidak mengalami infeksi janin?"
Soo Yeon tidak menjawab, dia hanya ingin mengetahui kondisi bayi itu sekarang, apakah dia baik-baik saja. Mi Joo mengatakan, kalau seseorang bisa saja membuat kesalahan, "Itu merupakan penerbangan pertamanya, bagaimana pun dia pasti merasa cemas?"
Soo Yeon: "Iya... jika kita tahu lebih dulu, kita bisa menyelamatkan hidup ibu itu. Ibu itu kehilangan banyak darah"
Mi Joo: "Pasti itu menjadi pengalaman sulit bagi manager Choi Ji Won"
Soo Yeon: "Jika kita berpikir tentang hal itu, itu bukanlah sepenuhnya kesalahannya. Itu karena akibat dari kecelakaan yang tidak diharapkan"
Mi Joo: "Kecelakaan?"
Soo Yeon: "Ada turbulasi tak terduga"
Mi Joo: "Oh... begitu..."
Soo Yeon: "Tapi rasanya melegakan mengetahui dia baik-baik saja sekarang"
Yoon Sung dan Da Jin kembali dari penerbangan. Karena pernyataan dari Yoon Sung saat di pesawat kalau mencium dirinya adalah suatu kesalahan, membuat Da Jin marah dan seperti sebelumnya, Da Jin pun tidak ingin berlama-lama bertemu dengan Yoon Sung. Bahkan Da Jin juga mengembalikan kaca mata pemberian dari Yoon Sung.
Pramugari Ji Won sedang semangat-semangatnya latihan menari, untuk dipertunjukkan di pesawat, terutama Joo Ri yang sangat bersemangat karena dia ingin menang dalam kontes Wings Angel. Ji Won senang melihat kesemangatan pramugarinya.
Di dalam kabin penumpang di penuhi poster artis-artis, dan Joo Ri yang mengetuai kelompok, menari dengan senangnya. Sambutan para penumpang juga sangat baik. Namun sayang sebuah insiden terjadi, Joo Ri tanpa sengaja menginjak kaki salah satu penumpang. Dengan cepat Ji Won mengambil kantung es untuk mengompres kaki penumpang tersebut.
Selesai penerbangan, Joo Ri langsung mengecheck poling pemilihan, dan poling miliknya sangat jauh jika dibandingkan dengan Ji Won. Joo Ri merasa kesal.
Dengan senyuman yg selalu dikembangkannya, Ji Won menghampiri pramugarinya. Ji Won berkata kalau semua orang sudah bekerja keras pada penerbangan kali ini, terutama Joo Ri. Ji Won memuji kalau kelompok tarian adalah ide yang bagus, karena layanan harus konsisten jadi semua itu harus dilanjutkan.
Ji Won: "Dan satu lagi, kita seharusnya tidak menginjak kaki penumpang lagi kan?" Semua pramugari tertawa dan melihat kearah Joo Ri. Dengan perasaan kesal, Joo Ri meminta maaf.
Joo Ri benar-benar tidak suka dengan Ji Won, karena semenjak kedatangan Ji Won, popularitasnya sebagai pramugari hilang diambil alih Ji Won. Saat tengah mengoceh2 kalau dia akan mengalahkan Ji Won. Mi Joo menghentikan mobilnya dan memanggil Joo Ri.
Mi Joo: "Aku dengar kau adalah salah satu kandidat final Wings Angel. Jadi apa itu berarti kau ingin dipromosikan menjadi manajer kabin?"
Joo Ri hanya menjawab dengan senyum malu-malunya.
Mi Joo menambahkan, "Tentu saja, kecantikanmu, keterampilan, pengalaman dan bahkan pengembangan diri... sempurna.... good luck.. untuk memenangkan Kontes Wings Angel"
Da Jin sedang melamun di gudang saat Kang Dong SOo datang. Dong Soo datang untuk mengambil beberapa komponen. Sedangkan Da Jin sendiri mengatakan kalau dia sedang berfikir.... dan membersikan fikiran.
Da Jin: "Kang Dong Soo, kita adalah teman kan?"
Dong Soo: "Apa yang aku katakan malam itu, aku masih merasakan"
Da Jin: "Jangan lakukan itu.. jika kau seperti itu, sangat sulit bagiku"
Dong Soo: "Kau tidak mengalami kesulitan karena aku... jika kau mengalami kesulitan pergi dan katakan padanya dan jangan berjuang sendiri"
Setelah berkata seperti itu, Dong Soo pergi.
Dong Soo pergi minum-minum sendiri, dan dari luar Da Jin dapat melihat kalau Dong Soo sedang minum-minum sendiri.
Da Jin masuk dan duduk di hadapan Dong Soo.
Dong Soo: "Apa kau datang untuk menghiburku?"
Da Jin: "Aku datang untuk dihibur"
Dong Soo: "Aku tak bisa menghiburmu lagi"
Da Jin: "Hanya kau yang dapat menghiburku"
Dong Soo: "Orang yang dapat menghiburmu bukan aku"
Da Jin: "Bisakah kau berpura-pura tidak tahu?"
Dong Soo: "Aku juga ingin berpura-pura tidak tahu, tapi kau terus saja muncul, bahkan tidak tersenyum, tapi kau menangis didepanku."
Da Jin: "Aku akan tersenyum" Da Jin mencoba tersenyum, senyum yang dipaksakan, "Kalau aku tersenyum, apakah kau akan menjadi temanku?"
Dong Soo meminta Da Jin untuk tidak memaksakan senyuman. Da Jin mengatakan kalau hanya ada beberapa teman yang tahu betul bagaimana perasaannya. Karena itu dia meminta Dong Soo untuk menjadi temannya.
Dong Soo: "Aku sangat membencimu."
Da Jin: "Aku juga membencimu"
Da Jin mengambil gelas minuman Dong Soo dan dia mulai minum, mereka akhirnya minum bersama.
Da Jin berlari-lari, dan mengatakan kalau akhirnya dia punya waktu yang menyenangkan dengan Kang Dong Soo. Dong Soo sendiri mengikuti Da Jin dari belakang. Da Jin begitu terlihat senang, dia benyanyi-nyanyi dan mengajak Dong Soo bernyanyi.
Mereka berdua melewati rumah Yoon Sung, tepat pada saat itu Yoon Sung keluar dan menyaksikan Da Jin dan Kang Dong Soo sedang bersama, dan mereka berdua tampak terlihat gembira.
Jalan ke rumah Da Jin terdapat tangga yang banyak, jadi Da Jin mengajak Dong Soo balapan lari. Mereka seperti anak kecil, namun mereka gembira. Saat sampai di puncak mereka duduk bersama. Dong Soo menyandarkan, awalnya Da Jin mengatakan kalau Dong Soo berat, namun Dong tidak juga mengangkat kepalanya, Da Jin pun tersenyum dan berkata kalau Kang Dong Soo hangat.
Da Jin sudah ditempat tidur menemani Ppo Song. Da Jin berharap tidak ada yang terluka, Dong Soo, Yoo Sung dan dirinya sendiri. Begitu juga Ppo Song-nya.
Pemenang kontes Wings Angel sudah diumumkan dan pemenangnya adalah Ji Won. Ji Won mendapatkan banyak bunga dan ucapan dari pramugarinya. Semuanya senang atas kemenangan Ji Won, kecuali satu orang, dia adalah Joo Ri, dia tidak terima atas kekalahannya.
Joo Ri bertemu dengan Mi Joo. Joo Ri meminta maaf karena dia tidak bisa menang, padahal Mi Joo sudah mendukungnya.
Mi Joo: "Semua orang tahu kalau manajer Choi Ji Won sangat propesional, setelah bertahan melewati masa sulitnya dulu. Tapi dari perspektif perusahaan, sangat memalukan kalau orang seperti dia memenangkan penghargaan"
Mi Joo sengaja menyindir-nyindir tentang masa lalu Ji Won agar, Joo Ri bertanya dan Mi Joo akan dengan senang hati menceritakannya.
Ji Won berjalan di kantor, namun semua orang memandanginya dengan tatapan aneh. Semua orang sepertinya sedang membicarakan dirinya. Bukan saja para petugas bandara lainnya, pramugari-nya juga menatap aneh padanya.
Tanpa disuruh lagi, Joo Ri langsung melakukan aksinya, "Aku pikir manager Choi Ji Won adalah orang yang profesional"
Ji Won: "Apa?"
Joo Ri: "7 tahun yang lalu, karena kesalahanmu, kau membunuh penumpang, namun kau masih bisa tersenyum, tak semua orang bisa melakukan itu. Orang seperti itu memang layak menjadi Wings Angel"
Ji Won tidak bisa berkata apa-apa.
Tepat pada saat itu Yoon Sung datang dan melihat Ji Won dengan ekspresi prihatin. Mi Joo tersenyum puas dengan apa yang terjadi. Ji Won akhirnya pergi. (hmmmmm.... gimana reaksi Mi Joo kalau sebenarnya orang yang salah adalah Yoon Sung, yang saat itu masih duduk sebagai Co Pilot dan karena kecerobohannya mengakibatkan turbulasi)
Di toilet ada tiga orang pramugari sedang membicarakan Ji Woo. mereka membicarakan bagaimana Ji Won bisa terus tersenyum, padahal dia sudah membunuh seseorang. Tapi dengan entengnya, salah satu pramugari berkata, "Kau harus belajar darinya, karena itulah cara kau untuk bisa menjadi manajer kabin."
Tiba-tiba pintu toilet terbuka, dan Ji Won yang keluar dari sana, ketiga pramugari tadi terkejut dan langsung pergi meninggalkan Ji Won. Melihat Ji Won seperti melihat hantu saja.
Ji Won berpapasan dengan Yoon Sung. Yoon Sung memanggil Ji Won. Ji Won menoleh dan mengatakan kalau ini masalah pribadi, "Ini bukan sesuatu yang harus kau pedulikan, kapten". Ji Won berjalan pergi meninggalkan Yoon Sung.
Ji Wan mendapat sebuah titipan dari seseorang. Di dalamnya terdapat surat dari Jung Soon Ae. (hmmmm... siapa yah itu.....)
Di rumah Ji Won membuka dan membaca surat itu, yang berisi "Aku Jung Soon Ae dari Harbin. Aku beruntung berada di pesawat dengan mu. Berkat dirimu, aku bisa berdiri dengan yang kucintai. Tanganmu begitu hangat. Aku tidak akan pernah melupakannya"
Ji Won melihat tangannya dan dia mulai menangis saat mengetahui ada yang mengatakan kalau tangannya hangat dan ada juga yang mengatakan kalau dengan tangan ini, dia sudah membunuh seorang penumpang.
Da Ji hendak pulang, dia berhenti sejenak untuk mengirim sms pada Yoon Sung, Da Jin ingin bertemu, namun Da Jin mengurungkan niatnya dan tidak jadi mengirim pesan tersebut.
Orang yang akan Da Jin hubungi sedang menelpon seseorang, apakah dia menelpon Da Jin atau malah Ji Won.
Ternyata orang yang Yoon Sung temui adalah Dong Soo. Tidak mau berbasa basi, Yoon sung langsung bertanya, seberapa besar Dong Soo menyukai Da jin?
Dong Soo menjawab, "Setidaknya emosiku masih bisa dikontrol, dan tidak mengambilnya jika ku ingin dan membuangnya ketika dalam kesulitan..."
Yoon Sung: "Kalau aku bersama dengan Da jin, maka nanti kami akan sama-sama terluka, karena itu kau harus terus berada di samping Da Jin"
Dong Soo: "Kenapa kau berbohong pada dirimu sendiri? setidaknya Da Jin sudah jujur padamu. Dia sangat percaya pada apapun yang dia lihat dan dia akan melangkah terus, menurutku... kau hanya mementingkan diri sendiri."
Dong Soo meminum tehnya dan berkata lagi, "Mulai sekarang, aku hanya akan mendengar apa yang ingin ku dengar, dan melihat apa yang ingin ku lihat, dan melakukan apa yang kumau."
Yoon Sung: "Bagaimana jika Da Jin terluka?"
Dong Soo: " Jika sakit, aku yang akan melindunginya. Dan kau adalah orang yang seharusnya tidak menyakitinya"
Dong Soo beranjak pergi, namun sebelum di pergi, dia mengatakan pada Yoon Sung, "Aku akan berjuang sampai akhir, jadi jangan curang."
Da Jin sedang bersama Ppo Song dan Dal Soo. Da Jin memuji Ppo Song sangat pintar makan buah. Ppo Song mengatakan kalau di TK, gurunya mengajarkannya kalau kita mau sehat dan cantik kita harus banyak makan buah. Jadi selama istirahat, Min Ho dan dia selalu makan buah.
Da Jin selalu bisa dibuat tersenyum oleh Ppo Song, dia pun bertanya apakah Ppo Song selalu dekat dengan Min Ho hari ini?
Ppo Song menjawab, "Tapi ketika aku bermain ke rumah Min Ho, Min Soo terus mengikuti ku bermain"
Dal Soo: "Jadi?"
Ppo Song: "Min Soo benci kalau Min Ho dan aku bermain bersama, dia meruntuhkan blok mainanku, padahal aku membangunnya dengan Min Ho, aku tidak tahu kenapa Min Soo melakukan itu, aku tidak suka Min Soo"
Dal Soo mencoba menjelaskan kalau semua itu disebut cemburu. Ppo Song kemudian bertanya apa yang harus dia lakukan, Dal Soo menyarankan untuk Ppo Song mengatakan pada Min Soo agar tidak mengganggu mereka dan Ppo Song juga harus memberitahu pada Min Hoo untuk... belum sempat Dal Soo mengatakan, Da Jin yang meneruskan, "Min Ho... jangan buat aku bingung... jangan membuatku jadi sulit"
Setelah berkata itu, Da Jin langsung beranjak ke kamarnya.
Yoon Sung berjalan pulang, di depan rumahnya dia terus teringat dan terpikir pada semua kata-kata Dong Soo, yang mengatakan padanya, "Setidaknya Da Jin sudah jujur padamu, dia percaya pada apa yang dilihatnya dan tidak banyak menilai."
Kembali ke rumah Da Jin, dimana Da Jin sudah memakai mantelnya dan berlari keluar, dia juga teringat apa yang dikatakan Dong Soo padanya, "Kalau kau sedang kesulitan, pergi dan katakan padanya, jangan berjuang sendiri".
Da Jin terus berlari untuk menemui Yoon Sung, begitu juga Yoon SUng, dia melewati rumahnya dan berlari menuju rumah Da Jin. Mereka berdua sama-sama berlari untuk saling bertemu. Akhirnya mereka bertemu di tangga jalan menuju rumah Da Jin.
Yoon Sung naik ke atas dan berdirii di depan Da Jin, mereka saling menatap, namun tiba-tiba Da jin menendang kaki Yoon Sung.
Saat Yoon Sung masih kesakitan, Da Jin berkata, "Rasanya sakit kan? hatiku lebih sakit, mengapa kau membingungkan orang-orang seperti itu? seperti seorang pengecut?"
Yoon Sung meluruskan badannya dan bediri dengan benar sambil mengulangi kata-kata Da jin yang menyebutnya seorang pengecut.
Da Jin: "Kau mengubah rute sendiri kemudian lari karena takut badai dan guntur, sangat tidak bertanggung jawab, kapten... jika kau mengubah rute, periksa dulu sebelumnya, dan jika kau sudah mengubahnya, jangan lah kau ragu dan tetap di jalan itu, jangan membuat bingung orang lain."
Setelah berkata itu Da Jin hendak pergi meninggalkan Yoon Sung.
Namun tangan Da Jin ditarik dan langsung masuk dalam pelukan Yoon Sung, Yoon SUng memeluk erat Da Jin dan Da Jin terkejut dengan tindakan Yoon Sung yang begitu tiba-tiba.
Da Jin terus berlari untuk menemui Yoon Sung, begitu juga Yoon SUng, dia melewati rumahnya dan berlari menuju rumah Da Jin. Mereka berdua sama sama berlari untuk saling bertemu. Akhirnya mereka bertemu di tangga jalan menuju rumah Da Jin.
Yoon Sung naik ke atas dan berdirii di depan Da Jin, mereka saling menatap, namun tiba-tiba Da jin menendang kaki Yoon Sung.
Saat Yoon Sung masih kesakitan, Da Jin berkata, "Rasanya sakit kan? hatiku lebih sakit, mengapa kau membingungkan orang-orang seperti itu? seperti seorang pengecut?"
Yoon Sung meluruskan badannya dan berdiri dengan benar sambil mengulangi kata-kata Da jin yang menyebutnya seorang pengecut.
Da Jin: "Kau mengubah rute sendiri kemudian lari karena takut badai dan guntur, sangat tidak bertanggung jawab, kapten... jika kau mengubah rute, periksa dulu sebelumnya, dan jika kau sudah mengubahnya, jangan lah kau ragu dan tetap di jalan itu, jangan membuat bingung orang lain."
Setelah berkata itu Da Jin hendak pergi meninggalkan Yoon Sung.
Namun tangan Da Jin ditarik dan langsung masuk dalam pelukan Yoon Sung, Yoon Sung memeluk erat Da Jin dan Da Jin terkejut dengan tindakan Yoon Sung yang begitu tiba-tiba.
Yoon Sung langsung mengatakan kalau dia sudah kembali mendarat, dengan aman tanpa terluka dan sampai pada Da Jin.
Yoon Sung melepas pelukannya, dengan tersenyum dia berkata kalau kemarahan Da Jin seprti bom nuklir. Da Jin meraih terlunjuk Yoon Sung yang diarahkan padanya dan dia mengatakan pada Yoon Sung kalau Yoon Sung memang harus mengatakan semua itu sebelum dia meledak.
Yoon Sung tersenyum bahagia dan dia merentangkan tangannya dan disambut pelukan oleh Da Jin.
Yoon SUng mengantarkan Da Jin pulang dengan bergandengan tangan dan senyum bahagia.
Sampai di depan rumah, Yoon Sung menyuruh Da Jin masuk dan juga menyuruhnya jangan berkeliaran di luar rumah malam hari, karena orang-orang akan takut padanya, Da Jin tersenyum, Yoon Sung pun juga tersenyum, mereka terlihat bahagia.
Di rumahnya, Yoon Sung meminta maaf, dia tahu dia tidak ada hak bersama Da Jin, tapi mulai sekarang, jika Da Jin terluka, dia juga akan ikut terluka.
Dengan senyum bahagia Da Jin masuk kantor dan menyapa semua orang, sampai dia berpapasan dengan Ketua Tim mereka, Saat Ketua Tim ke kanan, Da Jin juga melangkah ke kanan, saat Ketua Tim ke kiri, Da Jin juga melangkah kekiri, karena itu Ketua Tim langsung bertanya pada Da Jin apa Da Jin sedang mengajaknya bermain? Da Jin tidak mengerti, Ketua Tim mempertegas kalau dia tidak mau bermain dengan orang yang memiliki banyak masalah, seperti bom. Da Jin hanya menggeleng tak mengerti dengan tingkah Ketua Tim nya itu.
Da Jin berniat mengambil kacamatanya lagi yang dia kembalikan pada Yoon SUng, tapi Da Jin tidak menemukannya lagi. Tepat pada saat itu, Yoon Sung datang dan menunjukkan kaca mata itu. Yoon Sung memberikan kacamata itu lagi dan Da Jin langsung mengambilnya dengan terus tersenyum.
Da Jin pergi ke toilet dan mencoba kaca mata itu dengan hati senang. Tapi dia langsung melepasnya saat dia mendengar ada yang datang.
Yang datang adalah tiga pramugari yang terus bergosip tentang Ji Won. Da Jin mendengarnya dan dia menyadari kalau sudah ada yang menyebarkan berita tentang keteledoran Ji Won dulu, yang membuat ibu Da Jin meninggal dan Ppo Song sakit sampai sekarang.
Soo Yeon sedang memberi wejangan kepada karyawan-karyawannya. Tepat pada saat itu Joo Ri bersama pramugari yang lain datang untuk mencari parfum. Saat tengah memilih-milih parfum, Joo Ri cs terus menggosip tentang Ji Won, dimana mereka sengaja tidak memberitahu Ji Won kalau jadwal penerbangan di ganti, Joo Ri juga menyinggung tentang Ji Won yang menyembunyikan kesalahannya dan tetap berlagak seperti yang tebaik, Soo Yeon yang mendengarnya terlihat khawatir.
Ji Won benar-benar datang ke kantor, dia berpapasan dengan Da Jin namun mereka saling melewati tanpa bertegur sapa, Da Jin sempat berhenti dan melihat ke arah Ji Won, tapi Ji Won terus berjalan. Ji Wan menemui petugas yang mengatur jadwal penerbangan, dan petugas itu mengatakan kalau jadwal penerbangan Ji Wan sudah dirubah. Ji Won pun menyadari kalau dia benar-benar sudah dijauhi oleh semuanya, bahkan untuk perubahan jadwal penerbangan, dia tidak diberi tahu. Yoon Sung mendengarnya dan dia terlihat khawatir pada Ji Won.
Ji Won pergi ke kantin untuk makan siang, dia melihat semua pramugari timnya, namun dari mereka semua tidak ada yang mau makan bersamanya, ada satu pramugari yang mengajaknya, tapi karena teman-temannya tidak mengizinkan, jadi dia tidak bisa mengajak Ji Won gabung. Akhirnya Ji Won memilih makan sendiri. Joo Ri datang dan dia mulai menyindir-nyindir Ji Won lagi dari belakang, namun Ji Won tidak perduli, dia terus tetap makan.
Yoon Sung datang juga untuk makan dia melihat Ji Won makan sendiri. Yoon Sung langsung mengambil kursi di depan Ji Won, dia memilih makan bersama Ji Won.
Melihat Ji Won bersama Yoon Sung, Joo Ri dan pramugari lainnya mulai bergosip kalau dianatara mereka berdua ada hubungan. Ji Won mengatakan pada Yoon Sung kalau dia bisa makan sendirian, tapi Yoon Sung berkata kalau dia sedang tidak ingin makan sendirian jadi dia duduk di meja bersama Ji Won.
Yoon Sung menemui Mi Joo, dengan senyum lebar Mi Joo menyambutnya. Tanpa basa basi, Yoon Sung langsung bertanya apakah orang yang menyebar berita tentang Ji Won adalah Mi Joo. Mi Joo tidak mau mengaku, Yoon Sungpun langsung meminta Mi Joo untuk tidak mengganggu Ji Won lagi. Mi Joo tidak terima, diapun bertanya apa yang membuat Yoon Sung melindungi Ji Won, apa karena mereka benar-benar punya hubungan seperti rumor yang beredar.
Yoon Sung tidak menjawabnya, dia hanya mempertegas kalau dia hanya menganggap Mi Joo seperti adiknya sendiri tidak lebih.
Ketua Tim menemui seseorang, dia membeli informasi dari orang tersebut tentang Soo Yeon. Dia senang karena berhasil melakukan tugasnya seperti yang Hong In Tae minta.
Tiba di kantor, dia bertemu dengan Mi Joo, Mi Joo pun melihat dokumen yang Ketua Tim bawa, Mi Joo langsung memintanya, karena itu dokumen rahasia tentang Yoon Sung. Tak bisa menolak, Ketua Tim langsung memberikan dokumen tentang Yoon Sung tersebut.
Di kantornya Mi Joo membuka dokumen itu dan dia terkejut melihat isi dokumen itu.
Ketua Tim pun tak habis ide, walaupun dokumen itu sudah diambil oleh Mi Joo, dia tetap melaporkan pada Hong In Tae tentang kecelakaan 7 tahun yang lalu dimana Yoon Sung adalah co pilotnya. Tapi In Tae masih belum menemukan apa sebenarnya kesalahan Yoon Sung, karena itu dia menyuruh Ketua Tim untuk mencari tahu tentang wanita yang meninggal itu. Dia juga berpesan agar tidak seorangpun yang tahu tentang yang dia perintahkan.
Hong InTae langsung menelpon seseorang yang dia panggil sunbae Nim. Dia mengajak orang tersebut bertemu.
Yoon Sung memanggil Da Jin yang sedang berjalan pulang dari mobilnya. Dengan pedenya, Da Jin berkata kalau Yoon Sung tidak harus mengantarnya pulang, tapi memang Yoon Sung tidak ingin mengantar Da Jin pulang, dia hanya bertanya, apakah Da Jin punya acara malam ini, Da Jin menjawab tidak, Yoon Sung lalu menyuruh Da Jin cepat pulang. Kemudian Yoon Sung melajukan mobilonya tanpa berbasa basi mengajak Da Jin pulang.
Da Jin ngedumel, karena Yoon Sung tidak mengajaknya pulang bareng padahal rumah mereka searah. Yoon Sung menghentikan mobilnya, dan berjalan mundur menghampiri Da Jin lagi. Da Jin sudah senang melihat Yoon Sung kembali lagi. Tapi bukannya mengajak Da Jin pulang bersama, Yoon Sung hanya meminta Da Jin untuk tidak membuat janji lain malam ini. Kemudian Yoon Sung benar-benar meninggalkan Da Jin sendiri.
Yoon Sung kembali ke rumahnya dengan membawa banyak barang belanjaan. Sedangkan Da Jin sedang membacakan buku cerita untuk Ppo Song di rumahnya.
Da Jin dapat telphon dari Yoon Sung, Ppo Song juga melihat kalau nama yang tertera di ponsel Da Jin adalah Yoon Sung. (lucu banget dah ekspresi Ppo Song... geregetaaaaan....)
Yoon Sung menelpon sambil memasak, dia meminta Da Jin memberikan telphonnya pada Ppo Song.
Yoon Sung mengundang Ppo Song datang ke rumahnya untuk makan malam. Ppo Song senang, dan memberitahu kakaknya kalau dia diundang oleh paman pinguin untuk makan malam. Da Jin dengan semangat bersiap-siap karena mereka akan pergi ke rumah Yoon Sung, dengan muka polosnya, Ppo Song mengatakan kalau Yoon SUng hanya mengundangnya.
Da Jin memuji Yoon Sung yang pandai memasak. Yoon Sung langsung menyuruh Da Jin membantunya, karena Da Jin bilang dia lapar. Da Jin menolak, karena dia tamu disini. Yoon Sung langsung mengatakan kalau dia tidak mengundang Da Jin, dia hanya mengundang Ppo Song, jadi kalau Da Jin tidak mau, maka dia tidak boleh makan.
Da Jin pun langsung menuruti perintah Yoon Sung, dia mulai memotong. Tapi karena dia terus berbicara, tangannya kena pisau. Yoon Sung langsung mengambilkan alat p3k dan mengobati luka Da Jin. Yoon Sung bertanya sebenarnya apa yang bisa Da Jin lakukan dengan baik? dengan wajah tanpa ekspresi Da Jin menjawab, "Da Jin bisa makan dengan baik". Ppo Song tertawa mendengar jawaban kakaknya.
Dengan jari terluka, Da Jin makan bersama Yoon Sung dan Ppo Song. Setelah makan, Yoon Sung menunjukkan foto-foto Ppo Song yang dia ambil sebelumnya saat Ppo Song datang ke rumahnya.
Da Jin: "Ngomong-ngomong, kapan kau bisa mengambil fotoku juga? "
Yoon Sung menjawab, "Aku tidak mengambil sembarang foto."
Dengan ekspresi tak enak, Da Jin bertanya, "Apa?"
Yoon Sung: "Han Da Jin, kau.. kau jelek..."
Hahhahha... ekpresi terkejut Da Jin lucu banget denger Yoon Sung bilang gitu. Gak terima, Da Jin langsung bertanya pada Ppo Song, "Ppo Song... siapa menurut Ppo Song orang yang paling cantik?"
Tentu saja Ppo Song menjawab, "Unnie..."
Dengan puas Da Jin berkata, "Benar... kau mirip denganku..."
Yoon Sung nimbrung dan berkata, "Cobalah menjadi seperti Ppo Song."
Tapi Da Jin terus memakan buahnya, pura-pura tak mendengar perkataan Yoon Sung.
Dong Soo sedang berada di kamarnya, dia melamun. Dia teringat pada apa yang dia katakan pada Yoon Sung, "Mulai sekarang, aku akan mendengarkan apa yang ingin ku dengar, dan melihat apa yang ingin ku lihat, dan aku akan melakukan apa yang aku suka". Tapi nyatanya dia tidak bisa melakukan apa yang dia katakan pada Yoon Sung.
Keesokan harinya ada seorang pemuda yang berjalan dengan santai sambil melempar-lempar bole kecil. Tapi tiba-tiba dia tersandung dan bolanya menggelinding. Seseorang sudah menangkapnya dengan kaki. Temen-temen inget dengan adegan ini, adegan ini sama seperti adegan pertama kali Da Jin bertemu dengan Yoon Sung. Dan ternyata orang yang menangkap bola itu adalah Da Jin, dia memberikan bola pada pemuda itu dengan cara yang sama seperti Yoon Sung lakukan padanya sebelumnya. Pemuda itu pun berdiri dan berterima kasih pada Da Jin. Bedanya dengan Yoon Sung yang saat itu tidak menoleh pada Da Jin, kali ini Da Jin menoleh pada pemuda itu dan tersenyum.
Da Jin mengganti pakaiannya. Kemudian dia melihat gajinya yang sudah didalam tasnya. Da Jin pun langsung menelpon Dong Soo, untuk bertemu.
Dong Soo mau menemui Da Jin namun dengan ekspresi Dong Soo yang tetap tidak mengenakkan banget. Da Jin bersikeras membayar hutangnya dengan bunga, tapi Dong Soo tidak mau, karena yang dia mau adalah hati Da Jin. Dong Soo pun meminta Da Jin jangan memasukkan lagi bunganya mulai bulan depan.
Da Jin kemudian mengatakan pada Dong Soo untuk tidak terluka karena dirinya, dia juga mengatakan kalau dia sedang bersama Yoon Sung, dia merasa sangat bahagia. Da Jin pun mengajak Dong Soo untuk berteman dengannya.
Dong Soo lalu mengungkapkan, kalau kata yang paling menyedihkan di dunia ini adalah kata teman. Dong Soo pun pergi dengan membawa uang Da Jin.
Tiba-tiba dia menghentikan langkahnya dan berbalik memanggil Da Jin. dia berkata, "aku akan tetap pergi, saat aku sudah merasa baik-baik saja saat memanggil namamu, maka saat itu aku akan berhenti. Jadi jangan pergi terlalu jauh"
Dong Soo pergi dengan mobilnya dan menghentikannya di pinggir jalan. Dia berdiri di pinggir jembatan. Dia berusaha menenangkan emosinya dengan melihat langit, dan memandang laut.
Dong Soo pergi kerumah Yoon Sung dan mengajaknya bermain lempar bola baseball...
Dilapangan baseball, Dong Soo dan Yoon Sung bermain lempar melempar bola sampai malam. Setelah malam hari, akhirnya mereka membuka obrolan.
Dong Soo: "Apa kau akan menghibur manager Choi Ji Won? lakukan salah satu."
Bola di Yoong Sung, dia menjawab, "Kami tidak punya hubungan spesial yang mengharuskan ku menghiburnya. Kau sendiri, sampai kapan kau akan bermain dengan bayangan Da Jin?"
Bola ditangan Dong Soo, "Aku yang pertama. aku sejak dulu sudah memperhatikan Da Jin."
Bola ditangan Yoon Sung, "Hanya aku orang yang boleh tahu tentang Da Jin.."
Bola ditangan Dong Soo, dengan marah Dong Soo mengatakan, "Kapten, kalau kau menyakiti Da Jin, aku tidak akan melepaskanmu!" Dong Soo langsung melempar bola itu pada Yooon Sung lagi.
Bola ditangan Yoon Sung, "Aku bisa melukai Da Jin, tapi aku juga akan membuatnya bahagia, Kang Dong Soo, kau tidak lebih dari bayangan Da Jin" Yoon Sung melempar bolanya lagi.
Dong Soo menangkap dengan penuh emosi, tanpa berkata-kata Dong Soo melempar bola itu keatas sehingga Yoon Sung tidak bisa menangkapnya.
Dong Soo berjalan mendekati Yoon Sung dan memberikan uang Da Jin. Yoon Sung menerimanya, Dong Soo mengatakan, "Uang ini... akan kuberikan padamu selama aku ingin memberikannya" Dong Soo kemudian pergi meninggalkan Yoon Sung.
Di bandara ada sepasang kekasih yang sedang bertengkar, mereka bertengkar tanpa memperdulikan orang-orang disekeliling mereka yang melihat mereka, rombongan Da Jin, Ji Won dan pramugarinya juga ada disana menyaksikan pertengkaran pasangan tersebut.
Pasangan ini bertengkar karena si cewek bersikeras pergi karena kontrak yang sangat berarti untuknya. Namun si cowok terus meminta si cewek untuk tidak pergi, ia meminta si cewek untuk bersamanya satu hari ini saja. Dengan tegas si cewek mengatakan tidak, karena kontrak itu baginya lebih penting daripada hari ulang tahun.
Si cewek yang ternyata bernama Ji Sun ini, langsung menyimpulkan kalau si cowok tidak menyukai dirinya, dan menganggap dia bukan wanita baik-baik. Dengan keputusan sepihak, Ji Sun memutuskan cowok itu dan dia langsung pergi.
Karena pertunjukkan sudah selesai Ji Won dan rombongan juga ikut pergi, tanpa sadar Da Jin masih ada disana memperhatikan si cowok itu. Menyadari kalau dia hanya sendirian berdiri di sana, Da Jin langsung pergi juga.
Di ruang kokpit, Da Jin senyum-senyum sendiri melihat Yoon Sung, dan itu membuat Yoon Sung tersenyum. LOL
Ji Sun, cewek yang baru saja memutuskan kekasihnya itu naik pesawat yang sama, di dalam pesawat dia langsung sibuk dengan laptopnya.
Diruang perlengkapan, para pramugari mulai membicarakan Ji Sung, sampai-sampai Joo Ri dan Sa Rang berbeda pendapat tentang yang namanya cinta. Tepat pada saat itu Ji Won datang dan menyuruh Joo Ri membawakan kopi pada penumpang No 40, yang tak lain adalah Ji Sung. Tapi Joo Ri malah menyuruh Sa Rang yang mengambil kopinya, dan dia langsung pergi. Sa Rang pun membuatkan kopi, tapi Ji Won langsung mengatakan kalau dia akan melakukannya sendiri.
Walaupun Ji Sun berusaha menyibukkan dirinya dengan mengetik, dia sepertinya merasa menyesal sudah memutuskan kekasihnya dengan tiba-tiba seperti itu.
Beralih di ruang kokpit, dimana Da Jin terus tersenyum dan memandangi Yoon Sung. Merasa tidak nyaman, Yoon Sung pun berkata kalau dia akan pudar. Da Jin tertawa dan menjawab kalau yoon Sung tidak akan pudar hanya karena dia terus melihat Yoon Sung, "Apa kau tahu hari apa ini, kapten?" Yoon Sung tidak menjawab.
"Ini hari valentine" ucap Da Jin.
Yoon Sung pun menanggapi kalau ini adalah hari dimana pedagang cokelat mencoba menjual semua coklatnya. Da Jin menambahkan di hari valentine ini, seseorang bisa mengakui sesuatu yang tidak bisa dilakukan sebelumnya. Yoon Sung pun menjawab kalau pengakuan bisa dilakukan kapan saja, dan ini bukan sesuatu yang harus dilakukan ketika seseorang benar-benar cantik, Yoon Sung menyuruh Da Jin untuk tidak ikut-ikutan.
Tapi kemudian Yoon Sung berkata, "Jika kau ingin mengaku, lakukan sekarang."
Da Jin tertawa dan berkata "Aku sekarang membencimu."
Mereka tersenyum.
Di ruang perlengkapan Sa Rang meletakkan kotak cincin di sebuah karangan bunga. Kemudian dia menghubungi Da Jin dan mengatakan kalau apa yang Da Jin minta sudah siap. Yoon Sung melihat ke arah Da Jin, dan Da Ji hanya tertawa dan mengatakan "maaf kapten".
Sa Rang menghampiri Ji Sun, dan setelah mendapat konfirmasi kalau namanya Kim Ji Sun, Sa Rang langsung menunjukkan sesuatu di layar. Ji Sun terkejut karena itu adalah foto dirinya bersama kekasihnya yang baru saja dia putusi.
Terdengar suara Da Jin yang berkata, "Hallo, saya co-Pilot Han Da Jin. .. Saya akan menceritakan sebuah kisah tentang seorang pria, yang mencintai seorang wanita. Meskipun matahari dan bulan di langit tidak setuju, ada seseorang yang selalu mendukungnya. Dia adalah orang serakah yang ingin menjadi sempurna di pekerjaan dan cinta. Saya ingin melakukan apa saja kecuali putus. Hari ini salah satu dari 365 hari dalam setahun ketika aku mencintaimu"
Tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang membawa sebuah karangan bunga, dan dia adalah Park Ki, cowok yang sudah Ji Sun putusin saat di bandara. Ji Sun benar-benar terkejut melihat Park Ki ada dihadapannya.
Park Ki yang diiringi Sa Rang, mendekati Ji Sun. Park Ki memberikan bunga yang dia bawa pada Ji Sun dan langsung mengambil cincin yang dibawa Sa rang, kemudian dia pasangkan di jari manis Ji Sun, dan berkata, "selamanya, bisakah kau menjadi ratuku? Selamanya, aku akan menjadi kesatriamu"
Para penumpang yang lain bersorak agar Ji Sun menerima lamaran Park Ki. Tanpa ragu lagi Ji Sun mengangguk dan Park Ki langsung memeluknya. Pramugari yang lain berdatangan untuk melihat apa yang terjadi.
Dengan senyum yang terus mengembang, Da Jin berkata, "Cuaca tokyo cerah, kita akan segera tiba, ini sangat manis sekali. Berbahagialah"
Yoon Sung mengerutkan keningnya, dan Da Jin masih terus tertawa senang, karena misinya berhasil. Tapi karena Yoon Sung terus melihatnya untuk meminta penjelasan, jadi Da Jin mengatakan kalau dia diberitahu bahwa pesawat terbang harus banyak kenangan, jadi dia pikir dia harus membantu percintaan orang lain juga.
Dengan ekspresi tidak suka, Yoon Sung berkata, "Kata-kata itu.. pengumuman pribadi tidak diperbolehkan." Tak mau di salahkan Da Jin mengatakan kalau Yoon Sung juga pernah melakukannya. Menyadari itu, Yoon Sung langsung membela diri kalau itu adalah kasus yang berbeda.
Yoon Sung pun langsung bertanya bagaimana Da Jin bisa melakukan semua itu. Da Jin mengatakan kalau dia bertemu pria tampan di bandara, "Aku sangat tak berdaya menghadapi pria tampan.. hahha..."
Saat Park Ki sedang sendirian, memandangi kotak cincin beserta surat yang akan dia berikan pada Ji Sun, Da Jin tak sengaja melihatnya, ia pun langsung mendekati pria Park Ki, "Maaf... jika tidak apa-apa, saya akan memberikan surat itu padanya untukmu"
Begitulah ceritanya bagaimana Da Jin bisa terlibat dalam percintaan Ji Sun dan Park Ki, Da Jin sendiri terus tersenyum-senyum menceritakannya, namun dia langsung menghentikannya saat mendapat tatapan aneh dari Yoon Sung, "Mengapa? Apa aku melakukan sesuatu yang salah lagi?," tanya Da Jin.
"Saya tampan, tapi kenapa kau tidak tak berdaya terhadapku?" tanya Yoon Sung. Mendengar pertanyaan Yoon Sung membuat Da Jin tertawa lebar, dan itu membuat Yoon Sung mengerutkan keningnya.
"Biasanya, kalau seseorang itu tampan, dia tidak akan menyebut dirinya tampan, " ucap Da Jin. "Benar-benar... kau sangat sombong Kapten."
Tak mau dibilang sombong, Yoon Sung beralasan, "Ini bukan kesombongan, tapi kepercayaan diri." Membuat itu membuat Da Jin bergidik.
Di ruang perlengkapan, Joo Ri bertanya kenapa ada seseorang yang melakukan lamaran di pesawat? Kalau sampai ketahuan, siapa yang akan disalahkan. Sa Rang hanya diam saja. Ji Won pun muncul dan langsung berkata, "Sa Rang, kau sudah bekerja keras. Jika ada yang harus disalahkan, aku yang akan bertanggung jawab. Karena aku berkuasa disini."
Tidak terima, Joo Ri berkata, "Bagaimana kita bisa melayani mereka setelah mendengarkan semua kisah pribadi mereka?". Dengan santai Ji Won menjawab kalau semua penumpang sangat berharga bagi mereka.
Joo Ri tetap bersikeras, "Yang aku maksud, itu tidak adil, untuk memberikan layanan hanya pada satu orang"
Ji Won menjawab, "Ketika orang-orang berkumpul satu persatu, mereka menjadi 300 penumpang" kalah berargumen, Joo Ri pergi dengan kesal diikuti teman-temannya. Sa Rang pun berterima kasih pada Ji Won, karena membelanya dan tidak menyalahkannya.
Da Jin dan Yoon Sung mendarat dengan selamat, mereka pun pergi ke meja pengabsenan (hhehe.. maaf saya gak tahu itu istilahnya apa). Tepat pada saat itu Ketua Manager datang menemui Yoon Sung, dan menyuruh Yoon Sung untuk memberi pengajaran pada mahasiswa jurusan penerbangan, karena Kim Yoon Sung adalah pilot utama Wings Air. Da Jin pun menawarkan diri untuk ikut. Ketua Manager pun membolehkannya. Da Jin begitu sangat senang bisa pergi bersama dengan Yoon Sung. Begitu juga Yoon Sung.
Di rumah, Mal Ja sedang membacakan sebuah dongeng pada Ppo Song. Dal Ho datang dengan membawakan pakaian baru untuk Mal Ja, mendapat kebaikan dari Dal Ho membuat Mal Ja hampir tak percaya, karena sebelumnya mereka baru saja bertengkar. Dal Ho memberikan itu untuk dipakai Mal Ja pada hari pembukaan restoran, karena pada saat itu Mal Ja akan menjadi bintangnya, jadi dia harus terlihat cantik.
Dal Ho mengalihkan perhatiannya pada Ppo Song yang membahas tentang kurcaci yang mencintai Snow White, Ppo Song mengatakan kalau kurcaci itu menyedihkan karena cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Dal Ho pun mengatakan kalau nasib kurcaci itu sama persis dengan nasibnya, dan itu membuat Mal Ja jadi tambah tidak enak.
Da Jin sedang dikamarnya sendiri, dia sedang browsing2 di internet, tentang cara-cara berkencan. Dia pun mendapat ide, kalau setelah memberikan pelajaran, mereka akan makan bersama dan pergi ke tempat yang bagus, dia juga sudah mempersiapkan kamera digital yang akan dia bawa nanti.
Ppo Song datang dan bertanya kemana kakaknya ini akan pergi. Da Jin menjelaskan kalau dia akan pergi ke universitas bersama Pinguin Ahjussi. Ppo Song senang, Da Jin akan pergi bersama Yoon Sung. Hahhay anak umur segitu aja dah ngarti cinta-cintaan.. LOL
Da Jin pergi ke supermarket untuk membeli semua barang-barang yang diperlukan saat perjalanan. Sedangkan anggota keluarganya yang lain, semua berada di restoran ayahnya Dong Soo yang sudah mulai buka.
Untuk mendapat perhatian Dong Soo, Joo Ri mengajak pramugari yang lain datang ke restoran ayahnya Dong Soo, dia juga tidak lupa membawakan bunga untuk ayahnya Dong Soo. Joo Ri terus bersikap manis padanya. Bahkan walau sudah disuruh duduk, Joo Ri menawarkan diri untuk membantu melayani pengunjung.
Saat sedang berbicara dengan Joo Ri, ayah Dong Soo melihat Dal Ho mendekati Mal Ja dan itu membuat ayah Dong Soo langsung meninggalkan Joo Ri dan pergi ke Mal Ja.
Melihat Dong Soo, Joo Ri langsung mendekatinya, tapi Dong Soo tidak memperdulikan Joo Ri, dia seperti sedang gelisah menunggu seseorang. Dan akhirnya orang yang Dong Soo tunggu2 datang juga. Da jin datang dan Dong Soo senang melihatnya.
Joo Ri mengajak Dong Soo minum dengan rombongannya. Saat ditawari minum soju, Dong Soo menolak, dan mengaku kalau dia hanya minum air. Ayahnya mendengarnya, dan langsung ikut nimbrung dengan mengatakan, laki-laki dengan ukuran sepatu 280 mm, tinggi 188 cm dan berat badan 73 kg, dan semua bagian tubuh yang enak dilihat..
"Ayah", Dong Soo menyela. Ayahnya pun melanjutkan, "Tapi hatinya sudah penuh dengan cinta. Mendengar semua itu, Joo Ri terus tersenyum dan tambah kagum pada Dong Soo. Tapi senyum Joo Ri pudar saar Sa Rang membahas kalau dia berharap Ji Won datang bersama mereka. Salah satu temannya membenarkan karena apa yang dilakukan Ji Won itu sudah masa lalu.
Tidak mau terima, Joo Ri mengungkit-ungkit kesalahan Ji Won, karena kesalahan Ji Won sudah membuat seorang wanita hamil meninggal dan anaknya mendapat penyakit. Da jin yang sedang membereskan meja mendengar apa yang dikatakan Joo Ri, begitu juga Dong Soo yang ada disamping Joo Ri langsung teringat pada saat Da Jin bertemu dengan Ji Won dipemakaman orang tua Da Jin. Saat itu Da Jin sangat marah pada Ji Won. Dong Soo menyadari apa yang sebenarnya terjadi pada Da Jin.
Joo Ri terus mengatakan kalau apa yang dilakukan Ji Won sangatlah mengerikan, karena dia bisa hidup seperti tidak terjadi apapun, "Dia bisa melakukan segala hal sendiri dengan sangat baik, pikirkan tentang hari ini. Aku sangat tak menyukainya sama sekali." Joo Ri terus mengompori teman-temannya untuk membenci Ji Won, dan dia berhasil.
Itu membuat Da Jin tidak bisa tinggal diam, dia langsung menghampiri Joo Ri dan berkata, "Kau jahat sekali. Apa minumannya terlalu enak, sehingga kau membicarakan orang lain saat minum?"
Joo Ri tak mengerti kenapa Da Jin mengatakan semua itu, Da Jin hanya mengatakan kalau membicarakan orang lain dibelakangnya itu tidak baik, "Tapi... kalau bisa melakukan tindakan tepat dan terampil itu namanya bukan kecelakaan.... tindakan itu pengecut, kalau menghinanya. Kenapa kita tidak memperbaiki keterampilan kita sendiri sebelum kita berbicara tentang orang lain" Setelah mengatakan itu Da Jin langsung pergi.
Joo Ri benar-benar tidak terima dikatai Da Jin seperti itu, diapun meminta pembenaran pada Dong Soo, kalau apa yang dia lakukan itu tidak salah.
Dan Dong Soo langsung menyebut Joo Ri wanita jahat, "Seseorang yang menyakiti orang lain seperti itu, aku benar-benar tidak suka orang seperti itu." Dong Soo langsung pergi dan membantu Da Jin beres-beres.
Joo Ri benar-benar sudah tidak waras menurutku, bukannya sadar atas apa yang dibilang Dong Soo dan Da jin kalau dia sudah menyakiti Ji Won, dia malah kegirangan karena dia benar-benar yakin kalau Dong Soo adalah orang yang tepat untuknya karena dia mempunyai kepribadian yang baik. Dan itu membuat teman-temannya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Joo Ri.
Dong Soo mengantarkan Da Jin pulang. Saat Da Jin akan keluar mobil, Dong Soo meminta Da Jin tinggal sebentar, dia ingin bertanya kenapa Da Jin tidak memberitahukan padanya tentang cerita ibu Da Jin. Da Jin menjawab kalau dia tidak ingin membuat orang lain khawatir.
Dong Soo pun mengancungi jempol atas apa yang Da Jin lakukan hari ini, berani membela Ji Won di depan Joo Ri. Da Jin tersenyum, namun dia akhirnya jujur kalau dia belum bisa memaafkan Ji Won sampai sekarang.
"Jangan mencoba untuk memaafkan, bertindaklah seperti yang hati mu inginkan, tidak masalah dengan itu, "ucap Dong Soo bijak.
Keesokan harinya, Yoon Sung menjemput Da Jin untuk pergi bersama mengajar ke universitas. Sesampainya di universitas, Yoon Sung memperingatkan Da Jin untuk menjaga sikapnya agar dia bisa dihormati mahasiswa. Yoon Sung mengatakan kalau mereka harus menyapa direktur terlebih dulu, tapi dasar Da Jin, seperti anak kecil yang baru diajak ke tempat bermain, dia tidak mendengarkan apa yang dikatakan Yoon Sung. Dia berputar-putar menikmati suasana kampus, tanpa dia sadari kalau Yoon Sung sudah berjalan meninggalkannya.
Tidak perduli kalau sudah ditinggal Yoon Sung, Da Jin mengeluarkan kamera digitalnya dan mulai mengambil gambar pemandangan yang ada disana. Kemudian perhatiannya teralih pada sekelompok gadis yang mengerubuti seorang pria tampan. Gadis-gadis itu begitu senang dipuji oleh pria itu. Da Jin hanya tersenyum melihatnya dan menganggapnya hal yang wajar, yang sering terjadi di kampus-kampus atau sekolah.
Setelah itu Da jin baru sadar kalau dia sudah kehilangan Yoon Sung, dia pun langsung masuk ke gedung kampus untuk mencari Yoon Sung. Tanpa melihat tasnya, Da Jin asal memasukkan kamera digitalnya dan tidak menutup resliting tasnya lagi, akibatnya kertas-kertas yang ada di dalam tasnya berjatuhan. Dan salah satu mahasiswa yang memungut kertas milik Da Jin adalah pria yang sebelumnya dilihat Da Jin sedang dikerubuti gadis-gadis.
Akhirnya Da Jin menemukan Yoon Sung dan dia langsung mengeluh karena Yoon Sung sudah meninggalkannya sendiri. Tidak menjawab keluhan Da Jin, Yoon Sung bertanya apa yang sudah Da Jin lakukan, karena banyak mahasiswa yang semuanya laki-laki mengikuti Da Jin, mereka juga langsung menyodorkan kertas yang sudah dijatuhkan oleh Da Jin. Walaupun sebenarnya itu adalah keteledoran Da Jin, tapi Da Jin bisa berbangga hati, karena dengan begitu dia langsung jadi populer. LOL.
Pria muda yang banyak disukai gadis tadi muncul dan langsung mengambil kertas-kertas yang ada di mahasiswa lainnya. Setelah terkumpul semuanya, dia langsung memberikannya pada Da Jin. Melihat Da Jin, pria itu teringat kalau Da Jin adalah co-pilot yang sudah mengambilkan bola miliknya yang tergelincir di bandara. Tapi Da Jin tidak mengingatnya.
Yoon Sung dan Da jin masuk ke kelas dengan menggunakan seragam mereka. Saat Yoon Sung memperkenalkan diri, mahasiswi yang ada dikelas itu langsung menyukainya. Dan ketika giliran Da Jin yang memperkenalkan dirinya, mahasiswa yang rata-rata laki-laki langsung bersorak untuk Da jin.
Sampai-sampai pria muda yang populer tadi langsung mengajukan pertanyaan pada Da Jin, Apakah Da Jin sudah menikah? Kapan ciuman pertama Da Jin? Da Jin tidak menjawab, dia hanya tersenyum malu, tidak suka dengan pertanyaan pria muda tadi, Yoon Sung langsung menegur pria muda itu, dengan mengatakan kalau pertanyaan pribadi tidak diizinkan. Namun pria muda itu malah bertanya, apakah Da Jin dan Yoon Sung pacaran?
Semua orang tertawa, namun Yoon Sung menatap pria muda itu dengan tegas dan bertanya apa dia tahu yang menyebabkan masalah tekanan pada sayap pesawat? Apa perbedaan antara pesawat besar dan pesawat biasa? Mengapa CFIT terjadi? Apa dia tahu apa yang membedakan antara pesawat kecil dan besar? Tidak ada jawaban dari pria muda tadi sehingga dengan tegas Yoon Sung mengatakan pada semuanya untuk mendengarkan dengan baik karena dia akan menjelaskan semuanya.
Dengan sikap yang tidak takut pada Yoon Sung yang mulai bersikap tegas, pria muda tadi mengedipkan matanya pada Da Jin dan itu membuat Da Jin terkejut.
Yoon Sung mulai pelajaran, namun perhatiannya terganggu sebentar saat dia melihat kalau pria muda tadi tidak memperhatikan pelajaran yang dia berikan, pria itu terus memandangi Da Jin yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Tidak mau terpecah konsentrasinya mengajar, Yoon Sung pun melanjutkan dan pura-pura tidak tahu. (hahhaha... saingan Yoon Sung sekarang anak kecil....)
Setelah pelajaran selesai, Yoon Sung langsung diserbu oleh mahasiswi2 yang meminta foto bersama dengannya. Da Jin menunggu Yoon Sung selesai meladeni siswi2.nya.
Namun tiba-tiba pria muda tadi muncul dan langsung menarik tangan Da Jin dan mengajaknya pergi, karena dia ingin memperlihatkan pada Da Jin pemandangan sekitar kampus. Da jin bingung, tapi pria muda itu terus menariknya. Yoon Sung melihat Da Jin pergi dan dia merasa gelisah.
Da Jin menghentikan langkahnya dan bertanya, bukankah apa yang dilakukan pria itu tidak sopan, karena mereka baru pertama kali bertemu. Tentu saja pria itu menjelaskan kalau ini bukan kali pertama mereka bertemu. Pria itu berusaha mengingatkan Da Jin dengan menunjukkan bola miliknya, dan mengatakan kalau mereka sudah pernah bertemu di bandara. Da Jin pun bs mengingatnya.
Da Jin pun menawarinya untuk bertanya sesuatu padanya, tapi hanya yang berhubungan dengan pesawat bukan masalah pribadi.
"Aku sudah tahu tentang pesawat, jadi biarkan aku tahu tentangmu. Apa kau punya pacar?" Da Jin pun menjawab, kalau punya, apa yang akan dia lakukan?. Pria itu mengatakan "Aku tak perduli jika kau punya pacar, ini akan lebih mendebarkan dari seseorang yang tidak dicintai oleh siapapun. Jadi biarkan lewat juga!"
Da Jin pun manjawab, "Mahasiswa jangan membuat masalah"
Pria muda itu protes dan mengatakan kalau namanya bukan mahasiswa, tapi Choi Jong Il, "Tidak rumit menyukai seseorag, jika kau menyukai seseorang, kau harus mengatakannya, dan jika tidak, kau tidak usah bilang, sederhana kan."
"Aku tidak menyukaimu,"ucap Da Jin.
"Ini bukan berarti kalau kau tidak menyukaiku, tapi kau takut. Apa yang harus dilakukan jika aku mulai menyukai orang ini? Mungkin... kau mungkin akan segera menyukaiku." Ucap Jong Il.
Da Jin tak percaya pada apa yang dikatakan oleh pria yang baru saja dia kenal itu, pria itu begitu terus terang, "Apa kau sedang sakit?"
"Kau harus mengenalku, semakin kau tahu tentang ku, aku akan terlihat lebih baik, " rayu Jong Il.
Da Jin pun berkata kalau untuk mengetahui dirinya sendiri saja sulit, bagaimana bisa dia mengerti orang lain, "Jangan main-main, dan giatlah belajar, oke?"
Da Jin pun berjalan pergi, tapi Jong Il terus mengejarnya, dan berkata "Masih ada banyak hal cantik dikampusku seperti noona."
Da Jin pun bertanya bagaimana Jong Il bisa dengan mudah memanggilnya noona, sedangkan mereka belum terlalu kenal. Jong Il beralasan kalau dia tidak mungkin memanggil Da Jin Hyung, jadi dia panggil Da Jin dengan sebutan noona. Da Jin pun menyuruh Jong Il memanggilnya sunbae, Jong Il setuju untuk memanggil Da Jin sunbae, tapi dia akan memanggil seperti itu saat mereka berada di kelas, kalau di luar kelas, dia tetap akan memanggil Da Jin, noona.
Jong Il mengaku kalau Da Jin adalah wanita pertama yang tidak mau menerima tangannya saat dia menawarkannya. Tanpa minta izin terlebih dahulu, Jong Il langsung menarik tangan Da Jin dan mengajaknya pergi.
Jong Il mengajak Da Jin ke sebuah air terjun yang disampingnya disusun batu dengan bagitu cantik, dia mengatakan, "Kalau kau disini pada malam bulan purnama, cintamu akan menjadi kenyataan. Akan ada bulan purnama malam ini. Apa kau ingin datang kesini denganku?"
"Tidak, terima kasih," jawab Da Jin dan dia pun langsung berjalan pergi. Jong Il masih mengikutinya.
Yoon Sung menelpon Da Jin dan menyuruhnya untuk datang ke perpustakaan. Da Jin langsung berlari dan Jong Il mengejarnya, Da Jin mengira Jong Il akan merayunya lagi, tapi ternyata dia hanya mengatakan kalau Da Jin salah arah, perpustakaan ada di arah sebaliknya. Da Jin langsung berlari lagi, dan Jong Il tetap mengikutinya.
Da Jin langsung meminta maaf pada Yoon Sung karena lupa pada pekerjaannya. Yoon Sung pun langsung memberi Da Jin tugas untuk mengatur semua materi sebelum pelajaran di mulai.
Jong Il muncul lagi, dan itu membuat Yoon Sung tidak nyaman, karena Jong Il terus melihat Da Jin. Jong Il menulis sesuatu dan membentuk kertasnya menjadi pesawat lalu dia terbangkan pada Da Jin. Da Jin dan Yoon Sung melihat ke arah Jong Il, Jong Il pun langsung menyuruh Da Jin membuka kertas itu. Sedikit ragu, Da Jin mengambil kertas itu, tapi sebelum Da Jin mengambilnya, dengan cepat Yoon Song meremas kertas itu dan mengambilnya.
Jong Il manyun atas sikap Yoon Sung, dan Yoon Sung hanya berkata, "Itu pendaratan yang buruk". LOL
Saat akan pulang, Jong Il lagi-lagi menghampiri Da Jin, dia berkata, "Malam ini jam 9, bertemu di air terjun" Da Jin berniat memukul Jong Il namun tangannya malah ditangkap Jong Il, "Datang dan ucapkanlah keinginanmu."
Da Jin menjawab, "Aku harus menginginkan kau berada dipikiranmu."
"Itu berarti kau akan datang, jadi biarkan lewat! Sampai nanti noona, kau harus datang noona, serius"
Da Jin sedikit ragu, apakah dia akan datang, tapi dia kemudian memutuskan akan datang, bukankah dia juga tidak menyukai Jong Il.
Jong Il sudah datang. Dia menunggu Da Jin, dia optimis Da Jin akan datang. Da Jin sendiri masih berada di penginapannya, dia baru saja menyelesaikan tugasnya. Dia penasaran, apakah yang dikatakan Jong Il itu benar.
Yoon Sung masih di perpustakaan, dia juga baru saja selesai menyelesaikan tugasnya, saat hendak pulang, dia teringat pada kertas dari Jong Il untu Da Jin. Yoon Sung pun membukanya dan membacanya, "Malam jam 9, saat bulan purnama, sampai jumpa di air terjun noona.". Setelah membacanya, Yoon Sung meremasnya dan membuangnya.
Jong Il masih menunggu, terlihat Da Jin berlari menuju air terjun, di sisi lain terlihat Yoon Sung juga berjalan menuju air terjun tersebut.
(mendengar nama depan Jong Il, yaitu Choi Jong Il, hmmmm.... jadi inget Choi Ji Won... apa mereka ada hubungan keluarga.... hehhehhe... i don’t know.... hanya menebak...)
Jong Il masih setia menunggu Da Jin. Terlihat disisi lain Da Jin berlari menuju air terjun, namun dari tempat berlawanan, Yoon Sung juga terlihat berjalan menuju tempat air terjun. Jong Il mendengar suara langkah kaki, dia langsung menebak kalau itu pasti Da Jin, dia pun langsung senang.
Tak lama, ada seseorang yang menepuk pundaknya, dan saat Jong Il berbalik, ternyata yang datang bukanlah Da Jin melainkan Yoon Sung. Kegembiraan Jong Il berubah dalam sekejap.
"Apa kau tak menungguku? Kau mengirim pesawatnya untukku?," ucap Yoon Sun.
"Itu pendaratan yang gagal," bantah Jong Il.
Dengan santainya, Yoon Sung menajawab kalau Jong Il harus mengurus akibat pendaratan yang gagal juga. Tak lama kemudian, Da Jin datang juga dan Jong Il yang tadinya cemberut jadi tersenyum senang.
"Apa kalian berdua membuat keinginan bersama?" Tanya Da Jin saat baru saja sampai.
Tanpa menjawab, Jong Il langsung menarik Da Jin ke sampingnya, dan mengajak Da Jin untuk membuat permohonan di depan air terjun itu. Melihat Da Jin dan Jong Il yang melakukan permohonan, Yoon Sung pun ikut melakukannya.
Da Jin melirik Yoon Sung, dia pun tersenyum melihat apa yang Yoon Sung lakukan. Mereka bertiga kemudian melakukan permohonan di depan air terjun.
Di tempat lain, ada seorang kakek yang mencari Jong Il.
Beralih lagi pada ketiga orang itu, dengan pede-nya Jong Il bertanya pada Da Jin apa Da Jin sudah meminta permohonan untuk bersama dirinya.
"Kau berulah lagi," jawab Da Jin.
Mendengar pertanyaan Jong Il, Yoon Sung langsung melihat kearah mereka. Jong Il mengatakan kalau dia senang Da Jin sudah mau datang, dia pun langsung membawa Da Jin pergi, namun dengan cepat Yoon Sung mengatakan kalau mereka berdua jangan berkeliaran di malam hari.
Da Jin hanya tersenyum, dia bisa menebak kalau Yoon Sung sedang cemburu pada Jong Il.
Kakek yang mencari Jong Il tadi datang, dan mengatakan kalau ini sudah waktunya Jong Il tidur, "Kenapa kau disini? Ini sudah lewat jam malam mu."
"Kakek.."
Melihat Da Jin dan Yoon Sung, kakek pun bertanya pada Jong Il, siapa mereka? Jong Il pun menjawab kalau mereka adalah guru untuk mata pelajaran khusus.
Mendengar kalau yang didepannya adalah guru Jong Il, kakek pun bersikap ramah. Kakek juga mengajak Da Jin dan Yoon Sung untuk pergi bersama mereka, ke rumah kakek Jong Il.
Da Jin dan Yoon Sung berusaha menolak dengan halus dengan mengatakan kalau asrama mereka sudah cukup besar dan mereka merasa hangat disana. Kakek pun menjawab, kalau rumahnya juga besar. Kakek tetap ingin Da Jin dan Yoon Sung pergi ke rumahnya.
Saat kakek jalan duluan, Jong Il mengatakan pada Da Jin, walaupun dia pandai berkelahi, tapi dia selalu kalah melawan kakeknya, jadi tak ada gunanya Da Jin dan Yoon Sung terus menolak, dengan alasan mengunjungi rumah orang lain selarut ini, bisa dikatakan tidak sopan. Karena mengabaikan kebaikan kakek juga bisa dikatakan tidak sopan.
"Ah.. hanya noona yang harus datang," ucap Jong Il pada Da Jin akhirnya, dan menatap dengan ekspresi tidak suka pada Yoon Sung.
Tiba-tiba terdengar suara perut Da Jin, Da Jin kelaparan.
In Tae menemui seseorang. Pada orang itu, In Tae bertanya apa dia bisa mendapatkan catatan penerbangan dari 7 tahun yang lalu. Orang itu bertanya apa In Tae mau mendapatkan catatan dari pernerbangan yang merupakan saingannya? Ini akan menjadi masalah besar. Orang itu memang sudah mengenal siapa Hong In Tae yang sebenarnya.
In Tae mengatakan kalau dia hanya ingin mengetahui sebuah insiden yang terjadi 7 tahun yang lalu, "Dulu aku sudah membantumu, jadi sekarang kau juga harus membantuku. Aku akan mengurusnya supaya tidak menjadi masalah untukmu. Apa kau tidak mengenalku?"
Berfikir sejenak, dan akhirnya orang itu mengatakan kalau dia akan mencoba mencarinya.
Da Jin dan Yoon Sung pun akhirnya sudah berada di rumah kakek Jong Il. Mereka berempat makan bersama. Kakek memberikan Yoon Sung sayap, karena menurutnya sayap cocok untuk penerbang seperti Yoon Sung. Da Jin pun mengatakan kalau dia bisa memakan bagian yang mana saja, Da Jin pun kebagian paha ayam nya.
Kakek memuji cara makan Yoon Sung, kemudian dia menyuruh Jong Il mengambil beberapa kentang manis dan dongchimi di dapur. Mendengar itu, Yoon Sung langsung mengatakan kalau itu tidak perlu, apa yang sudah disediakan ini, sudah cukup. Namun ternyata kakek mengambil itu bukan untuk mereka tapi untuk dirinya sendiri. (hahhahah Yoon Sung ge.er.. bukan hanya aku yang tertawa, Yoon Sung ke-ge-er-an, tapi Da Jin juga sampai tersedak menahan tawa)
Setelah Jong Il pergi ke dapur, kakek mengatakan kalau orang tua Jong Il kurang beruntung, "Mereka meninggal begitu cepat karena kecelakaan. Ketika umurnya 5 tahun, aku membesarkannya dengan istriku dan sekarang istriku sudah meninggal. Tapi karena nasibku kurang beruntung, itu benar-benar sulit bagi Jong Il."
"Namun, ia benar-benar energik dan ceria, anda membesarkannya dengan sangat baiik, "ucap Da Jin.
Jong Il sedang sibuk dibelakang, memasak pesanan kakeknya.
Kakek kembali bercerita, "Aku tak membesarkannya, ia dibesarkan oleh dirinya sendiri. Dia memiliki banyak pekerjaan paruh waktu untuk membayar kuliahnya. Meskipun tangan dan kaki bengkak semua, dia selalu tersenyum. Dia seperti orang bodoh. Tetangga banyak yang membantu. Dari uang yang kami peroleh dari hasil menjual paprika dan apel, ia bisa masuk sekolah penerbangan. Aku memiliki banyak hutang. Aku harus membayar semuanya sebelum aku mati, tapi ...."
Kakek tidak meneruskan kata-katanya, dan Yoon Sung pun menambahi kalau dia yakin Jong Il bisa membayarkan hutang kakek lebih dari cukup. "Yang aku maksud adalah karena ia pemuda yang tumbuh dengan baik, ia pasti akan membayar hutang ketika ia berhutang," ucap Yoon Sung sedikit tidak enak.
Da Jin mendatangi Jong Il, Da Jin langsung duduk disampinganya merasakan kehangatan dari api yang dibuat Jong Il untuk memasak pesanan kakeknya.
"Ini tidak nyaman," ucap Jong Il.
Da Jin langsung meralat kalau itu hangat dan mengesankan.
"Aku tak suka rumah dengan penghangat gaya lama seperti ini. Karena tangganya tinggi, ini menyulitkan kakek ketika berjalan. Lututnya bahkan tidak begitu baik.... aku ingin mencari banyak uang, dan hidup dengan kakek di rumah yang nyaman dan bagus. Tapi dia bahkan mendapat banyak masalah karena biaya kuliahku."
Da Jin pun menyarankan pada Jong Il, untuk menjadi pilot dan menghasilkan banyak uang dan tinggal di rumah mewah dengan kakek. Jong Il mengatakan kalau dia khawatir karena kesehatan kakeknya memburuk dari tahun ke tahun, jika terus begitu, dia akan benar-benar sendirian.
"Bahkan jika aku lulus, aku mungkin tidak bisa menjadi kapten pilot. Aku harus mengajukan permohonan ke perusahaan untuk memenuhi jam terbangku. Dan disana, pelatihan ke pelatihan... ini masih sangat jauh... " ucap Jong Il.
Mendengar cerita Jong Il, membuat Da Jin berfikir kalau dia sama seperti Jong Il, "Aku tidak memiliki orang tua juga, aku punya adik yang masih kecil, tapi dia sakit. Aku hanya seorang co-pilot, jadi aku punya banyak tes dan pelatihan, aku pun masih jauh untuk menjadi Kapten. Namun, aku harus melakukannya, aku akan mencapainya, pasti bisa mencapainya. Oleh karena itu, kau juga harus melakukannya."
"Noona benar-benar tipe ku," ucap Jong Il.
Jong Il mengambil sesuatu yang sudah dia bakar, seperti ubi. Dia pun mengupaskannya dan memberikannya pada Da Jin.
Yoon Sung datang dan langsung berkata, "Sepasang pencuri"
Jong Il dan Da Jin pun mendongak melihat Yoon Sung. "Sejak kapan kau datang?" tanya Da Jin.
"Kenapa? Apa kau membicarakan kejelekanku?"
Tentu saja Da Jin menjawab tidak, dia pun menawari ubi yang dia pegang pada Yoon Sung. Namun Yoon Sung menolaknya dengan mengatakan kalau dia kenyang. Tak mau membuang kesempatan itu, Jong Il langsung membuka mulutnya dan meminta Da Jin menyuapinnya. Tanpa ragu, Da Jin pun menyuapi ubi miliknya pada Jong Il. Da Jin sekali lagi menawari Yoon Sung, dan Yoon Sung tetap mengatakan kalau dia sudah kenyang.
Jong Il dan kakeknya menyiapkan tempat tidur. Kakek langsung menawari Yoon Sung untuk cepat tidur selagi kasurnya masih hangat. Karena kehangatan adalah obat terbaik untuk bagian belakang tubuh kita.
Tapi dengan capat Jong Il mengatakan kalau masih ada ruangan lain untuk Yoon Sung, Jong Il beralasan kalau dia tidak bisa tidur dengan orang lain. Kakek menjawab kalau Da Jin lah yang akan menggunakan kamar itu. Dengan polosnya, Jong Il mengatakan kalau dia yang akan tidur bersama Da Jin.
Kakek memukul Jong Il dan menyuruhnya untuk tidak berulah, "Kau benar-benar tak memiliki rasa takut, wanita sangat menakutkan."
Jong Il mengeluh, kalau kakeknya sok tahu, kakeknya tidak pernah tahu dunia ini, Kakekpun langsung meminta pembenaran pada Yoon Sung, kalau wanita memang menakutkan. Yoon Sung pun membenarkan, dan itu membuat Da Jin melihat ke arahnya. Jong Il kesal harus tidur bersama Yoon Sung.
Da Jin masuk kekamarnya. Dia langsung masuk ke dalam selimut. Dia tersenyum pada apa yang baru saja terjadi, "Aku menakutkan? Hmm, benar juga, saat bom nuklir meledak, akan sangat menakutkan"
Da Jin kemudian mengambil ponselnya dan menelpon Ppo Song. Dengan bersemangat Ppo Song menjawab telepon Da Jin, "Unnie.. apa sekarang kau bersama Pinguin Ahjussi?"
Da Jin hanya menjawab dengan tawa, dia pun langsung bertanya apa Ppo Song sudah makan? Apa Ppo Song demam? Ppo Song menjawab kalau dia tidak demam, dia baik-baik saja, "Unnie dan Oppa harus jadi guru yang baik, dan cepat kembali dengan selamat, mmmmuach... I LOVE YOU" setelah berkata itu Ppo Song menutup teleponnya.
Saat ditanya Dal Ho, apakah Ppo Song lebih memilih Dong Soo atau Yoon Sung, Ppo Song mengatakan dia menyukai kedua-duanya, kalau bisa mereka berdua tinggal bersama dirinya dan kakaknya.
"Aigo... kalau begitu akan banyak cucian nanti, Ahjussi akan lelah," jawab Dal Ho, diapun kemudian akan menyuapi Ppo Song buah, namun Ppo Song menolaknya.
"Tidak mau, mataku seperti berputar," jawab Ppo Song, yang langsung disambut khawatir oleh Dal Ho. "Rahasiakan ini pada unnie ya?" pinta Ppo Song.
Beralih pada Yoon Sung dan Jong Il yang tidur bersama, Yoon Sung lalu mengangkat tangannya seperti saat dia mengemudikan pesawat, "Posisi yang salah, itulah mengapa pendaratan tidak akurat."
"Itu pesawat kertas," ucap Jong Il kesal, karena Yoon Sung selalu meledeknya tentang pendaratan yang salah.
Yoon Sung mengatakan kalau jangan meremehkan pesawat kertas. Jong Il pun akhirnya mengikuti apa yang Yoon Sung lakukan. Yoon Sung mengajari Jong Il kalau saat memegang kendali itu seperti sedang memegang telur.
Jong Il pun tersadar kalau Yoon Sung sedang mengajarinya, Yoon Sung menjawab kalau pelajaran itu adalah ganti ayam yang sudah dia makan, karena Yoon Sung tidak suka berhutang. Yoon Sung pun memalingkan wajahnya untuk tidur, sedangkan Jong Il terus mempraktekkan yang Yoon Sung ajarkan.
Melihat Jong Il yang berusaha keras menjadi pilot, Yoon Sung pun bertanya apa yang membuat Jong Il ingin menjadi pilot?
"Selagi kakek masih hidup, aku ingin memberinya tumpangan di pesawat dimana aku sebagai pilotnya," jawab Jong Il yang langsung memberikan pertanyaan yang sama pada Yoon Sung.
"Aku ingin tahu, aku tidak punya keluarga untuk diberikan tumpangan," jawab Yoon Sung.
"Karena kau bahagia, pada saat itu, kau seperti terbang saat kau mengemudikan pesawat. Bukankah itu alasan mengapa kau menjadi pilot?" Yoon Sung hanya dia tidak menjawab, "Jangan-jangan... kalau kau senang mengemudikan pesawat dengan noona Han Da Jin?"
"Apa kau cemburu?"
"Aku tak cemburu sama sekali. Secepatnya, aku akan berada di kokpit dengan noona juga. Dan aku akan menerbangkan pesawat dengannya" ucap Jong Il.
Yoon Sung mengatakan kalau dengan kemampuan Jong Il yang sekarang, dia tidak akan bisa melakukan semua itu.
"Lihat saja, kalau aku mampu mencapainya, jangan mengubah kata-katamu nanti," tantang Jong Il.
Sambil berbalik Yoon Sung mengatakan kalau dia akan terus terbangun meskipun langit sudah jatuh. Jong Il membalikkan badannya juga, dan berkata ketika langit jatuh, Yoon Sung harus mengubah arah.
"Langitku tak pernah jatuh," jawab Yoon Sung.
Mendengar itu Jong Il langsung membalikkan badannya lagi dan melihat Yoon Sung, dan bertanya kenapa?
Sambil memejamkan matanya, Yoon Sung berkata, "Karena Han Da Jin adalah langitku dan aku adalah langit Han Da Jin."
Oooh, Jong Il merasa jijik mendengarnya, dia langsung menutupi dirinya dengan selimut.
Da Jin dan Yoon Sung tidak bisa tidur, mereka bertemu di luar, melihat langit bersama-sama.
"Sangat cantik... han Da Jin yang melihat bintang," puji Yoon Sung yang langsung membuat Da Jin tersenyum. Yoon Sung lalu mengambil tangan Da Jin dan memasukkannya kedalam saku jaketnya.
"Ayo kita saling menjaga satu sama lain, selamanya," ajak Yoon Sung.
Da Jin pun setuju, "Aku akan menjaga Kapten dan tidak perduli apa pun."
"Tak perduli orang macam apa aku, bisakah kau tetap bersamaku? " tanya Yoon Sung dalam hati.
Da jin menambahkan kalau Yoon Sung bisa percaya padanya, "Karena aku Han Da Jin, akan melakukan apa yang aku katakan. Karena aku Han Da Jin yang selalu menjaga janji."
Keesokan harinya, Dong Soo bekerja seperti biasa di menara pengawas. Dia mengeluarkan ponselnya, dan melihat kontak Da Jin. Dia seperti ingin menghubungi Da Jin, namun dia urungkan niatnya itu.
Park Young Suk dan teman kerjanya, memperhatikan tingkah Dong Soo, mereka membicarakan Dong Soo yang bekerja tanpa tersenyum, Park Young Suk menebak kalau Dong Soo habis putus dengan seseorang, teman kerjanya bertanya apa maksud Park Young Suk dengan putus?
Belum sempat menjawab, Park Young Suk dipanggil oleh Dong Soo, Dong Soo meminta Park Young Suk membawa dokumen miliknya. Ternyata Park Young Suk belum menyelesaikan pekerjaannya, dan akhirnya Dong Soo yang mengambil alih pekerjaan Park Young Suk.
Bukannya berterima kasih dan pergi, Young Suk malah bertanya, "Apa dengan menyelesaikan dokumen membuat hatimu tenang?"
Tentu saja Dong Suk tidak senang dengan pertanyaan Young Suk, dia pun bertanya "Apa aku harus menyelesaikan kau dulu? Kau bahkan tidak mengerjakan pekerjaanmu!"
Tak berani berkata-kata lagi Young Suk langsung pergi ke mejanya.
"Hei, kau bawa dokumenmu juga, aku akan mengerjakannya semua," perintah Dong Soo pada teman ngerumpi Young Suk tadi.
"Aku akan menyelesaikannya sendiri. Tapi aku hanya akan mengatur ulang dokumen. Aku benar-benar tak bisa melakukan itu untuk Team Leader, " jawab gadis itu dan langsung pergi. Sepertinya gadis itu suka pada Dong Soo.
Beralih ke Da Jin yang baru keluar dari kamarnya, dia keluar dengan jaket yang dia lihat di mall saat dia belanja sebelumnya. Ternyata Da Jin membelinya. Dia sudah memakainya satu dan yang satu lagi dia ingin berikan pada Yoon Sung. Da Jin mengetuk kamar Yoon Sung dan Jong Il. Da Jin terus memanggil-manggil Yoon Sung namun tidak ada jawaban.
Hanya berpikir kalau yang didalam kamar hanya Yoon Sung, Da Jin langsung memasukkan jaket itu ke dalam kamar, "Kapten, pakailah ini."
Dengan malu-malu dan senang, Da Jin menunggu di depan kamar. Namun senyumnya langsung memudar saat dia melihat Yoon Sung datang.
Da Jin langsung mendekati Yoon Sung yang baru selesai lari pagi. Da Jin jadi salah tingkah, kalau bukan Yoon Sung, berarti yang menerima jaket dari Da Jin adalah Jong Il.
Tentu saja, Jong Il benar-benar keluar dengan memakai jaket yang diberikan Da Jin. Jong Il sangat terlihat senang, dan mengatakan kalau jaket pemberian Da Jin benar-benar seperti gayanya. Da Jin jadi tambah salah tingkah, dia mengatakan pada Jong Il kalau jaket itu bukan untuknya, dan meminta Jong Il melepaskannya.
"Aku tak mau, aku suka jaket pasangan juga, " jawab Jong Il. Da Jin berusaha meminta Jong Il melepaskannya, namun Jong Il tidak mau, dan mengatakan kalau jaket itu sudah menjadi miliknya.
Yoon Sung dan Da Jin sarapan bersama Jong Il dan kekeknya. Jong Il dan Da Jin masih mengenakan jaket pasangan, dan itu menarik perhatian kakek, yang langsung memukul Jong Il yang berulah pada gurunya sendiri. Jong Il tentu saja membela diri dengan mengatakan kalau Da Jin lah yang memberikan jaket itu padanya.
Tak bisa mengelak, Da Jin pun meng-iya-kannya, dengan mengatakan kalau jaket itu hadiah untuk Jong Il. Mendengar Da Jin yang tidak mengatakan yang sebenarnya, membuat Yoon Sung cemburu. Da Jin benar-benar merasa tidak enak pada Yoon Sung.
Da Jin, Yoon Sung dan Jong Il pergi jalan-jalan bersama. Yoon Sung harus menahan kesalnya, karena dia dijadikan sopir oleh Jong Il dan Da Jin yang duduk dibelakang.
Sampai lah mereka bertiga disebuah danau yang luas dan indah. Da Jin mengambil gambar Yoon Sung yang berada di dekat danau. Jong Il yang berada dekat Da Jin melihat kalau Da Jin begitu antusias mengambil gambar Yoon Sung, Jong Il merasa cemburu.
Yoon Sung menghampiri Da jin yang sedang melihat foto Yoon Sung yang baru saja dia ambil.
"Kau melanggar hak potret," ucap Yoon Sung pada Da Jin.
"Kapten yang menghalangi lensaku," ucap Da Jin membela diri.
Tak suka dengan percakapan Da Jin dan Yoon Sung, Jong Il ikut bicara, "Kenapa kau terus mengikuti kami?" tanya-nya pada Yoon Sung. "Saya hanya mengatakan pada noona kalau aku akan mengajaknya berkeliling.
Yoon Sung tidak mau dituduh seperti itu, dia pun mengatakan kalau dia tidak mengikuti mereka, tapi merekalah yang naik mobilnya. Tak tahan mendengar pertengkaran Yoon Sung dan Jong Il. Da Jin pun mengajak mereka pergi ke tempat yang lebih indah. Jong Il pun ingin mengikuti Da Jin, namun dia ditahan oleh Yoon Sung yang menarik bajunya. Saat Da Jin berbalik dan mengajak mereka lagi, Yoon Sung dan Jong Il menyuruh Da Jin untuk pergi terlebih dulu. Yoon Sung menyuruh Jong il mengikutinya.
Sementara itu Da Jin sudah berada di sebuah ruangan, dia menunggu Jong Il dan Yoon Sung yang tak kunjung datang.
Yoon Sung mengajak Jong Il ke pinggir danau. Mereka saling menatap dengan serius. Yoon Sung menyuruh Jong Il untuk melempar terlebih dulu. Namun Jong Il menolak, dan balik menyuruh Yoon Sung lah yang duluan. Karena tidak ada yang mau duluan, jadi mereka melakukan batu, gunting, kertas. Jong Il kalah, karena dia mengeluarkan kertas.
Jong Il melempar batunya, namun dia gagal. Dengan tersenyum penuh kemenangan, Yoon Sung mengambil batunya dan melemparkannya, tentu saja lemparan Yoon Sung lebih jauh ketimbang Jong Il.
Karena kalah, Jong Il menyerahkan jaket dari Da Jin pada Yoon Sung. (hahhaha.. ternyata mereka bersaing untuk mendapatkan jaket dari Da Jin.)
Sekali lagi, Yoon Sung memberi Jong Il pelajaran, tentang cara melempar dengan baik. "Pertama, kau harus memilih batu yang datar. Kedua sudut batu jatuh ke dalam air yang terbaik adalah 15 sampai 20 derajat. Ketiga, pegang dengan ibu jari dan jari pertama lalu melemparnya dengan cepat."
Kemudian Yoon Sung mempraktekannya. Yon Sung menambahkan kalau segala sesuatu itu membutuhkan perhitungan dan keputusan yang baik, dan itu akan membuatmu menang dengan sempurna, begitu juga dengan mengendalikan pesawat.
Da Jin masih menunggu di tempat yang sama sambil menikmati minuman hangat. Tepat pada saat itu Jong Il datang dengan wajah kesal. Melihat Jong Il sendirian, Da Jin langsung bertanya tentang keberadaan Yoon Sung yang langsung dijawab tidak tahu dengan nada kesal oleh Jong Il.
Da Jin juga bertanya dimana jaket pemberiannya, karena dia tidak melihat Jong Il mengenakannya lagi. Dengan kesal Jong il menjawab, "Tidak tahu juga".
Walaupun sudah merasa kalau orang dihadapannya itu kesal, Da Jin tetap menanyakan pada Jong il keberadaan Yoon Sung.
"Dia bilang ada kuliah dan dia harus kembali. Dia juga bilang akan pergi ke kampus," jawab Jong il pada akhirnya.
Da Jin mengerti dan berusaha mengubah topik pembicaraan dengan mengatakan kalau di tempat itu banyak pemandangan yang bagus. Dengan nada masih kesal dan sedikit keras, Jong il menjawab, "Karena ini daerahku."
Beralih ke Yoon Sung yang sepertinya baru saja membeli sesuatu, seperti tiket.
Kembali ke kelas, dimana Yoon Sung akan mengakhiri pelajaran dan untuk membantu penambahan siswanya, Yoon Sung meminta Da Jin untuk menceritakan pengalamannya langsung saat masuk menjadi co-pilot.
Da Jin yang sedikit gerogi karena Yoon Sung memintanya dengan tiba-tiba. Namun dia tetap menceritakan apa yang sudah dia alami, "Aku tak tahu apakah hal ini cocok bagiku untuk mengatakannya semua ini. Sebagai orang yang akan melalui percobaan sulit dan kesalahan, aku harap pengalamanku setidaknya sedikit membantu kalian,"
"Ya" jawab semua mahasiswanya, berbeda dengan Jing il, dia memberikan semangat pada Da Jin, "Fighting!!"
"Aku masih ingat ketika aku pertama kali masuk Wings Air. Aku berpikir kalau tidak ada situasi dimana aku tidak bisa menyelesaikan semuanya. Aku berpikir kalau tak ada pesawat yang tidak bisa terbang. Namun arogansiku, menyebabkan kekacauan untuk penumpang Wings Air (ketika Da Jin salah menekan tombol, yang dia tekan malah lampu kabin penumpang) pada awalnya, aku tidak bisa mengakuinya, karena ini melukai harga diriku. Karena kebanggaanku, bahkan lencanaku dibuang ke lantai. (saat Yoon Sung menarik lencana Da Jin secara paksa dan membuangnya). Ada saat ketika aku tidak bisa membedakan masalah pribadi dan pekerjaan. (saat Da Jin menolak dengan keras, untuk melakukan penerbangan dengan Ji Won). Aku masih belum matang, tapi aku lebih dewasa saat itu. Pikiran ini selalu datang ke kepalaku. Tujuanku harus menjadi pilot, dan kepercayaan diriku mulai goyah. Aku bertanya-tanya apa aku berada di arah yang benar, seperti pikiran singkat. (saat Da Jin di demo oleh rombongan Jooo Ri, yang mengakibatkan Da Jin tidak bisa melakukan penerbangan). Jika pada saat itu, orang ini tidak mendukungku (melihat ke arah Yoon Sung) dan tidak ada di sana, aku tidak akan berdiri disini hari ini. Sebagai pilot, komunikasi lebih penting dari keahlian. Daripada memutuskan menerbangkan mesin, saya percaya tanggung jawab dan menghormati masing-masing penumpang lebih penting. Matahari akan bersinar terang untuk impian dan tujuan kalian. Ayo sekarang katakan "Fighting" agar bisa bertemu di langit. Fighting!"
Semuanya mengikuti instruksi Da Jin, yang juga mengucapkan FIGHTING! Setelah itu semuanya memberi tepuk tangan pada Da Jin, begitu juga Yoon Sung.
Beralih ke Wings Air, dimana Mi Jo sedang melihat-lihat dokumen yang dia ambil dari Ketua Tim. Dia terkejut saat mengetahui kalau Yoon Sung yang menjadi co-pilot di pesawat dimana Ji Won melakukan kesalahannya.
Kembali ke kampus Jong Il, dimana dia sedang mengucapkan perpisahan pada Da Jin dan Yoon Sung. Yoon Sung memberikan sebuah buku pada Jong Il, dan menyuruhnya untuk menghafalkannya, jika ingin lulus. Da Jin protes, karena Yoon Sung tidak pernah memberikannya buku seperti itu.
Sebelum pergi, Jong Il pun berterima kasih atas apa yang sudah Yoon Sung berikan padanya. Di rumahnya, Jong Il terus mempraktekkan apa yang sudah Yoon Sung ajarkan padanya. Saat Jong il akan membaca buku pemberian Yoon Sung, sebuah amplop jatuh dari buku itu. Amplot itu berupa tiket dari Wings Air.
"Bahkan lelucon berakhir mengagumkan." Ucapnya senang.
Dong Soo sedang bersama Ppo Song, Dong Soo sibuk browsing-browsing tentang rumah dan pesawat untuk Ppo Soo. Sedangkan Ppo Soo bermain rumah-rumahan. Namun Ppo Song terlihat tidak sehat, wajahnya pucat.
Ppo Song memanggil-manggil Dong Soo, tapi Dong Soo masih asik dengan leptopnya, sampai saat dia menoleh ke arah Ppo Song, gadis kecil itu sudah tak sadarkan diri.
Dong Soo langsung membawa Ppo Song ke rumah sakit. Setelah Ppo Song mendapatkan perawatan.
Dong Soo keluar untuk menelpon Da Jin. Awalnya Dong Song ingin memberitahu Da Jin tentang keadaan Ppo Song, namun dia mengurungkannya dan hanya mengatakan pada Da Jin kalau Ppo Song merindukan Da Jin. Dong Soo juga berbohong saat Da Jin meminta berbicara dengan Ppo Song, Dong Soo mengatakan kalah Ppo Song sedang dikamar mandi. Dong Soo hanya berpesan untuk hati-hati dalam perjalanan pulang, karena Ppo Song menunggunya.
Setelah menutup telepon, dengan wajah sedih, Dong Soo mengatakan kalau dia juga menunggu Da Jin.
Dal Ho membaringkan Ppo Song ke tempat tidurnya. Dal Ho berterima kasih pada Dong Soo, karena kalau tidak ada dirinya, semuanya akan menjadi masalah.
"Anak ini... bertahan dengan sangat baik sampai sekarang," ucap Dal Ho.
"Ini trombositopenia," jawab Dong Soo. Dal Ho, menjelaskan kalau Ppo Song akan mimisan dan mudah memar dari sekarang. Dong Soo menambahkan, "Dia begitu kecil dan menyedihkan."
Ppo Song yang tidak tidur, berkata dengan lemah, "Oppa 300 won, aku baik-baik saja, Ppo Song tidak menyedihkan. Karena aku punya Unnie, Ahjussi, Bibi, Pinguin Ahjussi dan Oppa 300 won. Aku sama sekali tidak menyedihkan."
Menahan tangis, Dong Soo meralat kata-katanya, "Benar, siapa bilang Ppo Song menyedihkan? Jika ada teman TK mu mengganggu, katakan padaku. Aku akan membelamu."
"Tapi, tak ada satupun anak yang menggangguku kecuali Kang Gi."
Dong Soo mengerti, dan mengatakan kalau dia akan bicara dengan Kang Gi, agar tidak mengganggu Ppo Song lagi. Ppo Song juga berjanji pada Dong Soo, kalau ada orang yang mengganggu Dong Soo, ppo Song akan membelanya. Mendengar itu Dong Soo tak bisa berkata-kata lagi.
Dong Soo dan Dal Ho berbicara berdua di luar kamar ppo Song. Dong Soo membahas tentang peristiwa meninggalnya ibu Da Jin. Dia bertanya pada Dal Ho bagaimana kejadiannya, bagaimana Manajer Choi bisa terlibat. Namun Dal Ho tidak ingin membahasnya, karena itu sangat menyakitkan. Mereka berdua sangat prihatin pada Ppo Song dan Da Jin.
Tapi akhirnya, Dal Ho mengatakan kalau pada saat itu, kecelakaan di pesawat karena turbulensi. Karena Ji Won masih baru, jadi dia bingung apa yang harus dilakukannya, Itulah alasannya, karena dia bertindak lambat.
Mendengar kata turbulensi, Dong Soo terkejut. Dal Ho mengiyakan, namun dia tidak tahu bagaimana detail kejadian tersebut.
"Bukankah ada cara untuk menghindarinya dengan mengubah arah atau cara lain? " tanya Dong Soo.
"Ya, pilot pesawat adalah ayah Da jin," Dong Soo tambah terkejut mendengarnya, Dal Ho menambahkan kalau ayah Da Jin, tidak memeilih keselamatan keluarganya, namun dia lebih memilih menyelamatkan 300 penumpang, karena mereka semua adalah keluarga baginya.
"Aku fikir keputusannya salah, tapi seiring waktu berlalu, aku mengerti sekarang. Ia pasti mengabaikan hatinya. Ia memilih mengabaikan perasaan hatinya untuk 300 penumpang."
Yoon Sung dan Da Jin sampai di depan rumah Da Jin. Da Jin terlihat sangat bahagia, sampai-sampai dia tidak mau masuk ke rumah. Yoon Sung pun menyuruhnya masuk dan memberitahu Da Jin kalau Ppo Song sedang menunggunya.
Da Jin pun masuk ke rumah dan bertemu dengan Dal Ho, Saat Da Jin menanyakan keberadaan ppo Song, Dal Ho menjawab kalau Ppo Song sedang dikamar bersama Dong Soo.
"Ppo Song mengatakan kalau dia pusing, jadi kami membawanya ke rumah sakit. Aku tidak ada di rumah karena masih bekerja, jadi Dong Soo yang membawanya," belum sempat Dal Ho menyudahi kata-katanya, Da Jin langsung berlari ke kamar Ppo Song untuk melihat keadaan adiknya.
Dengan panik Da Jin langsung naik ke tempat tidur Ppo Song, dia bertanya pada Dong Soo, apa yang dikatakan rumah sakit? Apa Ppo Song baik-baik saja? Apa ppo Song minum obat?
"Mereka bilang baik-baik saja, mereka juga memberinya obat," jawab Dong Soo.
"Ppo Song, aku benar-benar minta maaf," Da Jin beralih ke Dong Soo,"Terima kasih."
Dong Soo menyuruh Da Jin istirahat, saat dia akan pergi, sekali lagi Da Jin berterima kasih pada Dong Soo.
"Kata itu tak perlu antara teman.... beristirahatlah... " kata Dong Soo.
Di rumahnya, Dong Soo terus terfikir oleh kata-kata Dal Ho yang mengatakan kalau pesawat yang ditumpangi ibunya Da Jin sebenarnya mengalami turbulensi.
Setelah itu dia juga teringat, kalau Yoon Sung selalu mengatakan padanya, kalau dia mempunyai hutang pada Da Jin. Dong Soo kemudian menghubungkannya pada kecelakaan itu. Namun dia langsung menepisnya, karena dia berfiikir itu tidak akan mungkin.
Jong Il membawa kakeknya ke bandara, mereka bertemu dengan Da Jin. Jong Il mengatakan kalau Yoon Sung sudah memberikan padanya tiket pesawat ke pulau Jeju, yang ternyata itu juga adalah pesawat yang akan dikemudikan oleh Yoon Sung dan Da Jin.
Da Jin pun berjanji akan membawa mereka dengan aman sampai tujuan.
Di dalam pesawat, kakek Jong Il benar-benar tidak bisa tenang, dia gelisah, itu adalah kali pertama dia naik pesawat. Kakek mengatakan pada Jong Il kalau jantungnya seperti akan meledak. Mendengar itu Jong Il meminta kakek untuk tidak membiicarakan tentang kematian.
Ji Won melihat mereka, dan dia langsung menghampiri Jong Il dan kakeknya. Kakek mengungkapkan pada Ji Won, kalau ini adalah perjalanan pesawatnya yang pertama, jantungnya berdegup kencang dan dia merasa tidak baik. Ji Won pun menawarkan untuk membawakannya beberapa obat anti mual untuk kakek. Namun kakek tetap merasa tidak tenang. Kakek mengeluh, bagaimana nanti dia bisa berada di pesawat yang dikemudikan oleh Jong Il.
Ji Won menambahkan kalau pesawat transportasi paling aman, jadi kakek tidak perlu khawatir. "Selain itu, jangan khawatir karena pesawat yang cucu anda kemudikan akan lebih aman".
Mendengar kata-kata Ji Won, kakek sedikit merasa tenang.
Di kokpit pilot, Da Jin meminta izin melandas pada petugas menara pengawas yang tak lain adalah Dong Soo.
Akhirnya pesawat bisa lepas landas dengan aman, dan kakek pun sudah tenang. Dia terlihat begitu senang melihat keluar jendela, dia melihat awan.
Ji Won menawari kakek apakah kakek ingin minum sesuatu, kakek pun mengatakan kalau dia ingin kopi yang agak pekat. Medengar permintaan kakeknya, Jong Il menegur kakeknya dengan mengatakan kalau ini bukan kafe.
Dengan ramah, Ji Won mengatakan kalau dia akan membawakan kakek kopi instan. Kakek juga mengeluh lapar, dia bertanya apa ada sesuatu yang bisa dia makan. Ji Won menjawab kalau makan tidak diberikan pada penerbangan "Incheon-Jeju", tapi dia bisa memberikan pada kakek beberapa makanan ringan. Kakek pun menerimanya, namun dia minta diberikan dua, karena kalau satu, terlalu sedikit untuknya.
"Wajah dan hatimu sangat cantik. Kau pasangan yang cocok untuk cucuku," puji Kakek pada Ji Won.
Mendengar itu Ji Won melihat ke arah Jong Il, memang dasar playboy, Jong Il pun mengedipkan matanya pada Ji Won. LOL
Kembali ke kokpit pilot, Da Jin bertanya pada Yoon Sung kenapa dia berbuat baik sendiri? "Aku ingin melakukan sesuatu juga untuk Jong Il,"
"Lakukan itu hanya untukku," ucap Yoon Sung.
Da Jin tersenyum senang. Dia pun bertanya, apa permintaan Yoon Sung saat malam bulan purnama itu? Tidak menjawab Yoon Sung malah balik tanya.
"Aku memohon pada bulan kalau aku sangat bersyukur." Jawab Da Jin.
Yoon Sung mengulangi pertanyaannya lagi, bagaimana dengan permintaan Da Jin?
"Hmmmm..... aku bersyukur karena aku bertemu kapten yang mengagumkan... aku bersyukur...bersyukur dan bersyukur. Aku berharap akan ada kejadian lagi yang membuatku bisa bersyukur."
"Apa kau hanya bersyukur?" tanya Yoon Sung lagi.
"Aku juga memohon cinta." ucap Da Jin yang langsung membuat Yoon Sung menoleh dan terkejut. "Aku berdoa pada bulan, kalau aku bersyukur bisa mencintai seseorang."
"Kau benar-benar mengaku seperti bom nuklir."
Da Jin pun bertanya lagi, apa yang Yoon Sung pinta. Sedikit ragu menjawab, Yoon Sung berkata, "Hanya... aku berharap untuk memenangkan batu skipping."
"Apa itu?" tanya Da Jin tak mengerti. Yoon Sung hanya terdiam, dan Da Jin terus menunggu jawaban Yoon Sung sampe-sampe dia manyun.
Melihat Da Jin yang manyun, Yoon Sung tersenyum, "Aku memohon ke bulan untuk mengizinkan ku bisa melihat ekspresi itu selamanya"
Mendengar ucapan Yoon Sung, Da Jin tersenyum senang.
Joo Ri berada di kelas bisnis, dia memperhatikan semua penumpang. Melihat ada penumpang yang duduk sendirian, Joo Ri lalu bermanis-manis padanya. Joo Ri juga menunjukkan name tag nya, sampai akhirnya penumpang itu memberikan kartu namanya pada Joo Ri.
Joo Ri begitu senang, namun senyumnya pudar saat Ji Won mendatanginya.
Ji Won mengajak Joo Ri masuk ke ruang perlengkapan, disana dia menegur Joo Ri yang pernah mengatakan kalau layanan hanya untuk satu orang itu tidak adil. Joo Ri mati kutu, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Namun setelah Ji Won pergi, dia mengungkapkan kekesalannya pada teman-temannya. Teman-temannya menghibur Joo Ri, dengan mengatakan kalau Joo Ri harus menjadi manager agar tidak berada di bawah Ji Won terus. Tepat pada saat itu Ji Won masuk lagi, dengan ekspresi yang masih tidak senang dengan Ji Won, Joo Ri dkk meninggalkan Ji Won sendirian.
Akhirnya, pesawat mendarat dengan selamat. Kakek dan Jong Il berterima kasih pada Yoon Sung karena sudah menerbangkan pesawat dengan baik sehingga membuat dia merasa nyaman.
Kakek memberikan pada Da Jin sebuah bingkisan. Kemudian dia memegang tangan Yoon Sung, dan berterima kasih padanya, karena berkat Yoon Sung, kakek bisa merasakan berada di pesawat bersama Jong Il. Kakek mengatakan kalau Jong Il harus segera menjadi pilot, karena dia khawatir, dia tidak bisa menaiki pesawat yang dikemudikan Jong Il.
"Jangan khawatir, aku yakin akan menjadi pilot lebih baik dari Pilot Kim Yoon Sung. Benarkan, Co-Pilot Han?" ucap Jong Il.
"Aku tak yakin, aku tak tahu," jawab Da Jin. Jong Il kemudian memberikan bola miliknya pada Da Jin.
"Ini pesona keberuntunganku. Kalau kau membawa ini, kau akan beruntung. Berkat benda ini aku bisa bertemu dengan Noona," Da Jin berterima kasih. "Aku akan segera mengambil ini, saat itu ayo terbang bersama." Ajak Jong Il. Beralih pada Yoon Sung, "Mengingat baik usia maupun penampilan, aku akan menjadi lebih baik dari dia, kenapa kau tidak pindah ke pesawat baru?" tanya Jong Il pada Da Jin.
Da jin menjawab kalau dia suka pesawat ini, "pastikan datang lagi untuk mendapatkannya."
"Roger!" jawab Jong Il. Diapun memberi hormat pada Yoon Sung, "Terima kasih sudah mewujudkan keinginan kakekku."
Yoon Sung mengatakan kalau dia tidak yakin, kalau Jong Il akan bisa menjadi pilot, "Tetapi, ketika kau disini, kau harus menjadi pilot yang lebih baik dariku."
Jong Il menjawab kalau dia akan bertemu lagi dengan Yoon Sung di kokpit. Setelah Jong Il dan kakeknya pergi, Yoon Sung dan Da Jin terlihat bahagia, sementara Ji Won melihat dengan tatapan sedih pada mereka.
Kembali ke Wings Air. Dimana Da Jin langsung disambut oleh Min-A dan Jae Soo. Mereka mengeluh karena Da Jin sudah lama tidak bergabung dengan mereka. Da Jin beralasan kalau dia sedang sibuk. Yoon Sung yang mendengarnya hanya tersenyum.
Da Jin menunjukkan oleh-oleh dari kakek yang ternyata isinya adalah kentang dan ubi jalar. Da Jin menjelaskan kalau ubi itu merupakan keinginan seseorang dan perasaan hati. Da Jin pun menawarkannya pada kedua sahabatnya itu.
Min A mengatakan kalau selama pergi, Da Jin berubah menjadi lebih dewasa. Jae Soo mangajak Da Jin makan di restoran, Da Jin pun setuju, dan dengan kompak, Jae Soo dan Min A mengatakan kalau Da Jin lah yang harus membayarnya.
Setelah kedua sahabatnya itu pergi, Da Jin meminta izin kepada Yoon Sung untuk bersama dengan sabahat-sahabatnya itu. Yoon Sung pun mengangguk mengizinkan.
Di kantornya, Mi Jo menunggu kedatangan Ji Won, setelah menunggu tak terlalu lama, Ji Won pun datang.
Tanpa basa basi Mi Joo langsung bertanya apa Ji Won masih mempunyai hubungan khusus dengan Yoon Sung. Ji Won menjawab kalau mereka hanya sebatas rekan kerja.
Mi Joo kemudian menunjukkan pada Ji Won tentang dokumen yang menunjukkan kalau pada kecelakaan itu, Yoon Sung lah yang menjadi Co-Pilotnya. Ji Won terkejut melihatnya. Dengan itu Mi Joo memberitahu Ji Won, kalau sampai berita itu menyebar, baik Ji Won dan Yoon Sung akan hancur.
Ji Won megatakan kalau dia siap keluar dari Wings Air, asal Mi Joo bisa menyelamatkan Yoon Sung dari semua itu. Namun Mi Joo masih tidak mengiyakannya.
"Ibu pernah mengatakan kalau ia satu-satunya untuk mu"
"Jadi?"
"Kesalahan Kapten Kim Yoon Sung, aku akan menanggung semuanya, jadi tolong lindungi dia," ucap Ji Won sambil meneteskan air mata.
Mi Joo pun mengatakan kalau dia akan mencobanya, tapi "Kau juga harus melindungi Kapten Kim Yoon Sung dengan baik juga, meskipun kau harus putus."
(hmmmmm.... Mi Joo masih mengira kalau Yoon Sung dan Ji Won bersama, padahal Yoon Sung sekarang sedang bahagia-bahagianya dengan Da Jin. Kasian dua wanita ini, memperebutkan pria yang tidak mencintai mereka)
Ji Won keluar ruangan Mi Joo dengan sempoyongan. Dari lantai atas, dia melihat Yoon Sung. Ji Won ingin menemuinya, namun langkahnya terhenti saat dia melihat Da Jin datang.
Da Jin menemui Yoon Sung untuk memberitahunya, kalau dia akan makan daging bersama teman-temannya. Melihat Yoon Sung dan Da Jin yang terlihat begitu bahagia, membuat Ji Won makin teriris.
Da Jin sudah bersama teman-temannya, mereka makan bersama. Min A memutuskan makan sedikit karena dia sedang berdiet. Jae Soo malah menambahkan makanan di mangkuk Min A dan mengatakan kalau itu rendah lemak, sehingga Min A tidak usah takut gemuk. Sedikit ragu, namun pasti Min A mengambil sumpitnya lagi dan berniat makan daging pemberian Jae Soo.
Melihat tingkah kedua sahabatnya itu, Da Jin menebak kalau mereka berdua ada hubungan spesial. Namun dengan cepat Min A membantahnya. Dia malah mengubah topik pembicaraan, dia mengatakan kalau dia dengar Da Jin mempunyai banyak skandal. Da Jin tak mengerti.
Min A menjelaskan, kalau Da Jin kabarnya sudah melakukan skandal bersama Kontroler Kang Dong Soo dan Kapten Kim Yoon Sung. "Aku dengar kau berpindah hati."
Mendengar itu, Da Jin jadi tersedak. Da Jin mengatakan kalau semua itu tak masuk akal. Penasaran apa yang sebenarnya terjadi, Min A mendesak Da jin untuk bercerita. Tetap tak ingin mengatakan yang sebenarnya, Da Jin menyuruh Min A makan saja.
Namun Min A dan Jae Soo malah menatap curiga pada Da Jin, yang membuat Da Jin jadi salah tingkah.
Di rumahnya, Dong Soo terus memikirkan sesuatu dan kemudian dia langsung pergi begitu saja.
Da Jin berjalan pulang, tepat saat menaiki tangga yang menuju ke rumahnya, di atas Da Jin bertemu dengan Yoon Sung yang kedinginan menunggu Da Jin pulang. (ekspresi kedinginannya Yoon Sung lucu....)
Da Jin tak menyangka Yoon Sung menungguinya pulang. Yoon Sung menjawab kalau dia sudah bilang, agar Da Jin tidak berkeliaran malam-malam. Tanpa bertanya lagi, Yoon Sung langsung menarik Da Jin pergi.
Yoon Sung mengajak Da Jin makan mie. Mereka terlihat begitu bahagia.
Saat perjalanan pulang, Yoon Sung bertanya apa Da Jin tidak senang karena Da Jin sudah makan malam sampai 2 kali? Da Jin menjawab kalau dia malah menyukainya. Yoon Sung pun langsung mengajak Da Jin untuk makan malam dua kali besok malam.
Sampai di depan rumah Yoon Sung, Da Jin mengatakan kalau hari ini, dia yang akan mengantar Yoon Sung pulang. Yoon Sung mengerti, dia pun masuk ke rumahnya.
Saat akan berlari pulang, langkah Da Jin terhenti dengan adanya Ji Won yang sepertinya juga sedang menunggunya. Ji Won meminta waktu bicara sebentar pada Da Jin.
"Tolong kembalikan sunbae kembali padaku"
"Apa Kapten itu benda?" tanya Da Jin tak mengerti dengan pemikiran Ji Won.
"Aku tahu kalau aku orang tak tahu malu. Aku juga tahu kalau aku tak layak untuk bahagia. Aku senang dihukum selamanya. Tolong biarkan dia tinggal denganku. Jangan membawanya pergi dariku."
Tersenyum meremehkan, Da Jin berkata kalau dia tidak pernah membawa Yoon Sung pergi, "Tapi aku tak mau mengembalikannya."
Ji Won langsung berlutut, "Aku sendirian di dunia ini. Bahkan kalau aku kahilangan segalanya. Aku hanya ingin sunbae. Kalian berdua tidak akan pernah bisa bersama dengan bahagia."
"Kami pasti bisa" ucap Da Jin yang kemudian langsung pergi meninggalkan Ji Won yang masih berlutut. Ponsel Ji Won berdering, dia mendapat sms dari seseorang.
Ternyata orang yang sms Ji Won tadi adalah Dong Soo yang meminta untuk bertemu dengan nya. Dong Soo melihat Ji Won dengan ekspresi marah, sedangkan Ji Won tak berani mengangkat kepalanya untuk melihat Dong Soo.
"Kau benar-benar jahat. Pesawat dimana orang tua Da Jin berada, apa Yoon Sung juga ada disana?"
Ji Won menjawab tidak. Namun Dong Soo segera berdiri untuk pergi, namun Ji Won menghalanginya. Dia berusaha menyakinkan Dong Soo kalau dia mengatakan tidak. Dengan semua yang terjadi dan semua yang dia ketahui, Dong Soo dapat menebak kalau Yoon Sung benar-benar ada di pesawat itu. Ji Won memohon pada Dong Soo untuk tidak melakukan apa-apa pada Yoon Sung.
Dong Soo marah besar, dia berkata kalau Da Jin dan Ppo Song bukanlah orang yang pantas dihukum, dia menyalahkan Ji Won dan Yoon Sung yang mucul di kehidupan Da Jin tanpa rasa salah sedikitpun. Dong Soo tidak bisa memaafkan mereka berdua.
Dong Soo dengan kesal langsung pergi dengan mobilnya. Dengan langkah gontai, Ji Won menuju mobilnya. Dia baru menyadari sesuatu dan langsung mencari ponselnya. Dia dengan capat menghubungi Yoon Sung, namun tidak diangkat oleh Yoon Sung.
Dirumahnya, Yoon Sung memang tidak sedang memegang ponselnya. Ternyata Dong Soo pergi ke rumah Yoon Sung. Dia terlihat sangat marah, seperti akan menerkam Yoon Sung. Dong Soo menekan bel dengan marah, bahkan dia juga menggedor pintu.
Karena mendengar pintu yang digedor, Yoon Sung turun dari lantai atas, namun sebelum membuka pintu, Yoon Sung melihat ponselnya terlebih dulu. Dia membaca nama orang yang memanggilnya. Tapi tidak langsung dia angkat, dia kemudian melihat siapa orang yang datang ke rumahnya, yang ternyata adalah Dong Soo, yang terlihat sangat marah.
Yoon Sung akhirnya membukakan pintu. Dengan marah, Dong Soo langsung mencengkram baju Yoon Sung dan mendorongnya ke dinding.
Yoon Sung yang tidak tahu apa-apa langsung marah juga, "Apa yang kau lakukan?"
"Apa kau manusia?" Yoon Sung masih belum menyadari kemarahan Dong Soo yang tiba-tiba. "Da Jin.. apa yang akan kau lakukan dengan Da Jin ku?" sekali lagi Dong Soo mendorong Yoon Sung ke dinding. "Aku mempercayaimu, aku percaya kata-kata mu kalau kau akan membuat Da Jin bahagia! Apa itu hanya karena rasa bersalah?"
Yoon Sung baru menyadari kalau Dong Soo sudah mengetahui semuanya. "Aku tak sebodoh itu."
Dong Soo pun bertanya berapa lama Yoon Sung berencana menyembunyikan semuanya. Yoon Sung menjawab kalau dia tidak berencana menyembunyikan selamanya.
"Jadi kapan?" teriak Dong Soo. "Ketika Da Jin jatuh cinta denganmu? Ketika Da jin tak bisa hidup denganmu? Jika Da Jin tahu, apa yang akan terjadi padanya... bagaimana sakitnya dia.... apa kau pernah berpikir tentang itu?"
"Aku tak akan menyakitiinya." Jawab Yoon Sung.
Dong Soo mengingatkan Yoon Sung, apa itu bisa terjadi, "Kau tak bisa bertanggung jawab atas kata-katamu. Tapi kau buat Da Jin menyukaimu. Hentikan sekarang juga. "
"Jika seperti itu, aku tak akan memulainya." Ucap Yoon Sung.
"Jika kau tak berhenti, aku akan menjadi orang yang mencegahnya." Ancam Dong Soo, kemudian dia melepaskan cengkramannya.
Sebelum pergi Dong Soo berpesan untuk jangan memberi tahu Da Jin semuanya, sampai Yoon Sung mati. Yoon Sung menangis menyadari apa yang sudah dia lakukan.
Ji Won menuju mobilnya. Dia baru menyadari sesuatu dan langsung mencari ponselnya. Dia dengan cepat menghubungi Yoon Sung, namun tidak diangkat oleh Yoon Sung.
Dirumahnya, Yoon Sung memang tidak sedang memegang ponselnya. Ternyata Dong Soo pergi ke rumah Yoon Sung. Dia terlihat sangat marah, seperti akan menerkam Yoon Sung. Dong Soo menekan bel dengan marah, bahkan dia juga menggedor pintu.
Karena mendengar pintu yang digedor, Yoon Sung turun dari lantai atas, namun sebelum membuka pintu, Yoon Sung melihat ponselnya terlebih dulu. Dia membaca nama orang yang memanggilnya. Tapi tidak langsung dia angkat, dia kemudian melihat siapa orang yang datang ke rumahnya, yang ternyata adalah Dong Soo, yang terlihat sangat marah.
Yoon Sung akhirnya membukakan pintu. Dengan marah, Dong Soo langsung mencengkram baju Yoon Sung dan mendorongnya ke dinding.
Yoon Sung yang tidak tahu apa-apa langsung marah juga, "Apa yang kau lakukan?"
"Apa kau manusia?" Yoon Sung masih belum menyadari kemarahan Dong Soo yang tiba-tiba."Da Jin.. apa yang akan kau lakukan dengan Da Jin ku?" sekali lagi Dong Soo mendorong Yoon Sung ke dinding. "Aku mempercayaimu, aku percaya kata-kata mu kalau kau akan membuat Da Jin bahagia! Apa itu hanya karena rasa bersalah?"
Yoon Sung baru menyadari kalau Dong Soo sudah mengetahui semuanya. "Aku tak sebodoh itu."
Dong Soo pun bertanya berapa lama Yoon Sung berencana menyembunyikan semuanya. Yoon Sung menjawab kalau dia tidak berencana menyembunyikan selamanya.
"Jadi kapan?" teriak Dong Soo. "Ketika Da Jin jatuh cinta denganmu? Ketika Da jin tak bisa hidup denganmu? Jika Da Jin tahu, apa yang akan terjadi padanya... bagaimana sakitnya dia.... apa kau pernah berpikir tentang itu?"
"Aku tak akan menyakitinya." Jawab Yoon Sung.
Dong Soo mengingatkan Yoon Sung, apa itu bisa terjadi, "Kau tak bisa bertanggung jawab atas kata-katamu. Tapi kau buat Da Jin menyukaimu. Hentikan sekarang juga. "
"Jika seperti itu, aku tak akan memulainya." Ucap Yoon Sung.
"Jika kau tak berhenti, aku akan menjadi orang yang mencegahnya." Ancam Dong Soo, kemudian dia melepaskan cengkramannya.
Sebelum pergi Dong Soo berpesan untuk jangan memberi tahu Da Jin semuanya, sampai Yoon Sung mati. Yoon Sung menangis menyadari apa yang sudah dia lakukan.
Da Jin menemani Ppo Song tidur, tapi dia sendiri tidak bisa tidur, dia teringat pada Ji Won yang memohon padanya untuk meninggalkan Yoon Sung. Karena itu dia terus terpikir pada Yoon Sung, ditambah lagi Yoon Sung tidak mengiriminya sms ataupun menelponnya.
Ji Won pergi ke rumah Yoon Sung. Dia terus memanggil Yoon Sung namun Yoon Sung tidak membukakan pintu. Yoon Sung hanya terdiam merenung di dalam rumahnya. Sedangkan Dong Soo melampiaskan kekesalannya dengan menangkis bola baseball yang keluar otomatis. Dia terus teringat, bagaimana Da Jin menolak ciumannya sedangkan pada Yoon Sung, Da Jin tidak menolaknya. Sangking kesalnya, Dong Soo menghancurkan stick bassball-nya.
Beralih pada Yoon Sung lagi yang masih terdiam di dalam rumahnya, dia terus teringat pada apa yang Dong Soo katakan padanya. Setelah mengacuhkan ponselnya, akhirnya Yoon Sung melihatnya dan membaca pesan dari Da Jin.
"Kapten, apa yang kau lakukan? Apakah kau sibuk? Kau tidak pernah menjawab. Kapten, apakah kau tidur? Kau harus tidur."
Begitu banyak sms dari Da Jin yang baru Yoon Sung baca, namun Yoon Sung tetap tidak menjawabnya. Padahal Da jin terus melihat ponselnya, menunggu balasan dari Yoon Sung sampai terkantuk-kantuk. Untuk mengobati rasa penasarannya pada Yoon Sung, Da Jin melihat-lihat foto Yoon Sung yang berhasil dia ambil saat di danau.
Paginya, Da Jin memotong foto Yoon Sung yang sudah dia cetak. Dia memperkecil foto Yoon Sung agar bisa dia letakkan di dompetnya. Dia begitu gembira pagi itu karena Yoon Sung menjemputnya untuk berangkat kerja bersama-sama.
Yoon Sung kemudian membahas tentang sms Da Jin semalam. Da Jin pun mengatakan kalau dia ingin Yoon Sung mengiriminya sms apa yang dia lakukan, jika Yoon Sung tidur, Yoon Sung mengiriminya sms "Aku tidur...". Yoon Sung pun meminta maaf karena dia tidak membalas sms Da Jin. Da Jin pun tak mempermasalahkannya karena Yoon Sung datang menjemputnya pagi ini. Namun lain kali, Da Jin berharap Yoon Sung membalasnya.
Sampai di bandara mereka bertemu dengan rombongan Joo Ri. Melihat kedekatan Da Jin dan Yoon Sung, Joo Ri pun bertanya apa mereka punya hubungan? Dan Da Jin langsung menjawab kalau mereka berangkat bersama karena rumah mereka satu arah.
Tak lama kemudian Dong Soo tiba, seperti biasa Joo Rii pun langsung mencari perhatiannya, namun sayang Dong Soo tidak sedikitpun melihat ke arahnya, Dong Soo hanya menyapa Da Jin bahkan pada Yoon Sung, dia hanya melihat dengan sinis.
Joo Rii yang memang memperhatikan Dong Soo dapat melihat kalau Dong Soo terlihat tak begitu baik pagi itu, matanya bengkak. Namun Dong Soo langsung menyangkal dan mengatakan kalau dia rasa Yoon Sung lah yang lebih terlihat tidak baik hari ini. Merasa tidak nyaman, Yoon Sung duluan pergi dan Da Jin mengikutinya.
Karena Da Jin tak mau di tawari kopi oleh Dong Soo, Joo Rii dengan gaya sok manisnya langsung menawari kopi pada Dong Soo. namun dengan dingin Dong Soo mengatakan kalau dia sudah berhenti minum kopi.
Di bagian menara pengawas, lagi-lagi Dong Soo di gisopin lagi oleh Park Young Suk, gara-gara terlalu fokus pada pekerjaannya. Tapi Dong Soo terlihat sangat lelah, sepertinya dia tidak tidur semalaman.
Joo Ri memperingat Wan Joo dan Sa Rang untuk memihak pada orang yang tepat yaitu dirinya. Joo Ri ingin dipromosikan sebagai manager kabin, untuk itu dia butuh dukungan semua pramugarinya. Setelah diancam oleh Joo Ri, Sa Rang dan Wan Joo tetap menemui Ji Won dan memberi semangat padanya. Mereka berdua tetap mendukung Ji Won.
Karena masih penasaran pada keadaan Yoon Sung, Ji Won bertanya pada petugas bandara apa Yoon Song masuk hari ini. Petugas itu lalu memberitahu kalau Yoon Sung akan ada di penerbangan yang sama dengan Ji Won. Ji Won meralat kalau yang ingin dia ketahui adalah dimana Yoon Sung sekarang. Tapi petugas itu tak tau persis Yoon Sung berada dimana.
Bukannya ketemu Yoon Sung, Ji Won malah bertemu dengan Mi Jo yang langsung mengingatkan Ji Won untuk melakukan janjinya segera karena dia paling benci menunggu.
Ji Won sengaja menunggu Yoon Sung di ruang khusus untuk para pilot. Dan akhirnya orang yang dia tunggu nampak juga. Karena Ji Won ingin bicara, jadi Yoon Sung memberinya waktu sebentar. Pertama Ji Won mengatakan kalau seharusnya Yoon Sung mengangkat teleponnya, dan Yoon Sung menjawab kalau dia tidak melihatnya. Ji Won menebak kalau Yoon Sung kemarin pasti sudah bertemu dengan Dong Soo.
Ji Won ingin Yoon Sung menghentikan Dong Soo atau yang lain untuk tidak menyebarkan tentang keterlibatan Yoon Sung dalam kecelakaan itu, agar Yoon Sung bisa hidup dengan baik. Karena jika berita itu sampai menyebar, bukan hanya di Wings Air, Yoon Sung tidak akan bisa bekerja untuk perusahaan penerbangan manapun. Ji Won pun mengatakan kalau dia siap menerima tanggung jawab atas semua kesalahan dalam kecelakaan itu.
Ternyata teman Da Jin, Min A dan Jae Soo, benar-benar saling jatuh cinta, bahkan Jae Soo memberikan sesuatu pada Min A untuk dia pakai saat di ruang kokpit. Saat bertemu dengan Da Jin, Min A menunjukkan hadiah dari Jae Soo pada Da Jin tapi dia tidak memberi tahu Da Jin siapa pemberinya, Awalnya Min A mengatakan kalau benda itu tidak terlalu berguna, tapi Da Jin meralatnya, dengan mengatakan kalau orang yang memberi itu sangat memperhatikan kesehatan kulit Min A. Tepat pada saat itu Yoon Sung masuk.
Beralih ke persiapan penerbangan. Saat Yoon Sung membacakan agenda penerbangan mereka, Ji Won terus melihat ke arah Da Jin. Di ruang Kokpit, Da Jin berusaha menjelaskan pada Yoon Sung kalau dia hanya menganggap Dong Soo hanya sebatas teman. Yoon Sung menjawab kalau Da Jin terus bersikap seperti itu kepada Dong Soo dan terus disampingnya, maka akan membuat Dong Soo menjadi lebih sulit.
"Aku tidak ingin Kapten dan Dong Soo menjadi tidak nyaman." Ucap Da Jin. Namun Yoon Sung masih bersikap dingin dan menyuruh Da Jin untuk meminta izin keberangkatan.
Saat pesawat tinggal landas, Yoon Sung terus melihat ke arah Da Jin dan membuat Da Jin merasa Yoon Sung sedikit aneh hari ini.
"Kau melihatku dengan cara yang lebih dari biasanya." Setelah berhenti sejenak, Da Jin melanjutkan kata-katanya, "Kau sudah menyelesaikannya dengan benar kan?" Yoon Sung menoleh tak mengerti.
"Aku berbicara tentang manager Choi Ji Won. Aku hanya ingin tahu. Aku juga merasa seperti aku harus memastikan. Itu terus mengangguku entah bagaimana."
"Apa kau percaya padaku?" tanya Yoon Sung.
"Dapatkah ku percaya kau?" tanya Da Jin balik. Yoon Sung mengangguk dan disambut senyuman Da Jin, "Aku akan percaya padamu."
Beralih ke kabin penumpang, dimana Joo Ri membantu pekerjaan Sa Rang. Namun Joo Ri langsung terkejut saat melihat penumpang yang akan dia layani. Joo Ri kembali ke ruang perlengkapan dan berusaha menahan emosinya.
"Seorang pria yang mencuri uang ku dan lari, sekarang ada di pesawat ini!" ucap Joo Ri dengan kesal. Joo Ri pun membuat rencana balas dendam.
Pramugari teman Joo Ri kemudian memulai aksi dengan memberikan sebuah surat pada pria yang Joo Ri maksud, dengan gaya yang menggoda. Tentu saja pria iitu tidak menolak dan langsung mengikuti pramugari tersebut.
Setelah pria itu masuk ke tempat perlengkapan, Joo Ri yang sudah menunggu disana langsung menghajarnya. Joo Ri mengancam pria itu mengembalikan uangnya berikut bunganya.
Pria itu kembali ke tempat duduknya. Setelah itu dia mendapatkan pelayan yang ekstra dari teman-teman Joo Ri, dan semua itu mereka lakukan untuk membuat pacar pria itu cemburu berat. Tepat sasaran, wanita itu sangking keselnya sampai-sampai menggampar pria itu.
Ji Won datang dan melihat pria itu sedang memukul-mukul kepalanya. Sehingga dia menghampirinya dan bertanya apa dia tidak enak badan? Mengira Ji Won adalah teman Joo Ri juga, pria itu langsung mengatakan tidak, dan itu membuat Ji Won heran. Sa Rang yang melihat itu langsung memberitahu Ji Won kebenarannya.
Wan Joo memberikan beberapa obat pada teman Joo Ri, yang langsung dia masukkan ke dalam minuman. Minuman itu akan mereka berikan pada pria tadi. Tepat saat akan diberikan, Ji Won datang dan melihat minuman itu. Saat ditanya itu apa? Joo Ri menjawab kalau itu adalah secangkir minuman yang di pesan seorang penumpang.
"Apa minuman itu dapat diminum?" tanya Ji Won.
"Tentu saja" jawab Joo Ri.
Ji Won pun langsung mengambil minuman itu dari tangan Joo Ri dan meminumnya sampai habis. Setelah meminumnya, Ji Won berkata, "Aku tak akan membiarkan tindakan merugikan penumpang karena perasaan pribadimu."
Tak mau disalahkan Joo Ri pun menjawab, "Ini bukan sesuatu yang manager harus katakan karena kau orang yang menyebabkan masalah karena perasaan pribadimu."
Wan Joo menegur Joo Ri, kalau apa yang dia katakan sangatlah keterlaluan.
"Benar, aku berlari saat kecelakaan itu dan aku bersikap ceroboh karena perasaan pribadiku, itu sebabnya aku berharap kau tidak membuat kesalahan seperti ku. Karena itu kesalahan satu, kau bisa terluka sampai 7 tahun," ucap Ji Won lalu pergi.
Teman-teman Joo Ri semua merasa bersalah, karena yang Ji Won minum adalah obat sembelit, tapi Joo Ri tak sedikitpun merasa bersalah. Pesawat akhirnya mendarat, pacar dari pria tadi terus mengamuk dan tidak ingin di dekati pria itu. Dan saat akan keluar Ji Won memanggilnya.
"Penumpang, apakah kau merasakan penerbangan yang nyaman?" pria itu tak menjawab, dia hanya memegangi pipinya, yang habis digampar Joo Ri dan pacarnya. "Jika kau tak nyaman, aku sungguh-sungguh minta maaf."
Tapi melihat semua pramugari begitu baik pada pria itu, tambah membuat pacarnya kesal dan berniat akan langsung pulang ke Seol. Karena masih merasa bersalah, teman-teman Joo Ri bertanya keadaan Ji Won. Tapi Ji Won hanya melihat mereka bingung karena dia tidak merasakan efek apa-apa setelah meminum minuman tadi.
Tepat pada saat itu Yoon Sung dan Da Jin keluar dari ruangan kokpit. Tanpa berkata apa-apa mereka berdua langsung pergi, hanya Da Jin yang berhenti sebentar dan melihat ke arah Ji Won dengan tatapan tidak senang.
Saat sedang beres-beres, Sa Rang begitu mengkhawatirkan JI Won, setelah meminum minuman tadi. Namun Wan Jo menyuruhnya untuk tidak khawatir pada Ji Won, karena pil yang dia berikan pada teman Joo Ri bukanlah obat sembelit, melainkan vitamin. Sa Rang lega mendengarnya.
Malamnya Dong Soo masih bekerja, memberi aba-aba untuk semua pesawat yang ingin mendarat. Setelah itu dia mengajak teman-temannya minum bersama. Mereka semua mabuk tak terkecuali Dong Soo, dia juga minum banyak.
Setelah acara minum-minum, dengan keadaan mabuk berat Dong Soo pergi ke rumah Da Jin.
Di dalam rumah, Ppo Song sedang bermain dokter-dokteran bersama boneka-bonekannya. Kemudian terdengar suara Dong Soo yang berteriak nama Da Jin dari luar.
Dal So kemudian membawa Dong Soo masuk. Melihat Dong Soo datang, Ppo Song langsung berlari kepelukannya. Namun karena mabuk berat Dong Soo langsung terjatuh ke lantai. Ppo Song lalu bertanya apa oppa 300 won sakit? Dengan menggunakan stetoskop mainannya, Ppo Song memeriksa Dong Soo, mencari tahu bagian mana yang sakit. Dong Soo kemudian menjawab kalau hatinya yang sakit.
Dengan polosnya, Ppo Song mengatakan kalau Dong Soo akan segera baikkan setelah mendapat suntikan. Dong Soo mengikuti saja permintaan Ppo Song yang ingin menyuntiknya. Setelah melakukan pengobatan, Ppo Song memberikan pada Dong Soo permen.
Dong Soo yang biasanya tegar, benar-benar tak bisa menahan diri di depan Ppo Song, dia menangis dan merasa kesakitan.
Yoon Sung dan Da Jin sedang melakukan penerbangan ke luar negeri, untuk rehat sebentar Da Jin dan Yoon Sung makan di sebuah restoran besar. Ingin tampil sempurna Da Jin sampai memakai farfum. Saat keluar dari toilet, perhatian Da Jin tertuju pada sebuah kotak yang ternyata itu adalah kotak untuk sumbangan korban gempa. Da Jin pun mengeluarkan dompetnya dan memasukkan uangnya ke dalam kotak itu.
Da Jin menghampiri Yoon Sung yang sudah menunggunya. Yoon Sung langsung menyuruh Da Jin memilih makanannya.
Saat melihat menu makanaan, semuanya mahal. Da Jin sangat senang karena itu kali pertama dia dan Yoon Sung makan bersama, jadi dengan alasan percaya pada Yoon Sung, Da Jin meminta Yoon Sung yang memillihkan makanan untuknya.
Makanan datang, dan Da Jin langsung mengambil ayam tusuk, kalo di indonesia kayak sate, tapi yang di pegang Da Jin versi gedenya hahhah..... Yoon Sung pun mengajak Da Jin untuk sering-sering bersama ke restoran itu. Saat Da Jin bertanya apa Yoon Sung mempunyai kejadian spesial dengan restoran itu.
Yoon sung menjawab, kalao kejadian spesial itu sedang dia lakukan sekarang, "Makaan bersama untuk yang pertama kali di negara asing dengan saling berhadapan Han Da Jin dan aku".
Mendengar itu membuat Da Jin terdiam dan langsung mengalihkan pembicaraan pada makanannya.
Kembali ke pesawat, mereka akan melakukan penerbangan kembali ke korea. Diantara penumpang-penumpang yang datang ada 2 anak perempuan yang terus menundukkan kepalanya, bahkan saat Ji Won menanyakan tiket pada mereka, mereka tidak menjawab dan langsung pergi.
Pesawat tinggal landas, Da Jin dan Yoon Sung duduk di kursi penumpang. Da Jin mengeluh lehernya sakit karena salah posisi saat tidur. Karena itu Da Jin langsung memilih untuk tidur.
Saat Da Jin tertidur, Yoon Sung memakaikan penyangga leher miliknya pada Da Jin. So sweeeeeeet..... Da Jin masih tertidur, Saat wajah mereka saling berhadapan, Yoon Sung membuka matanya dan terus melihat wajah cantik Da Jin. Tiba-tiba sinar matahari masuk dan mengganggu tidur Da Jin, Yoon Sung yang masih terjaga langsung menghalangi sinar matahari menggunakan tangannya.. Da Jin terbangun, saat melihat di lehernya sudah terpasang penyangga leher milik Yoon Sung, dia tersenyum senang lalu melanjutkan tidurnya lagi.
Dua anak perempuan tadi masih tenang dalam duduknya, namun tiba-tiba sang adik yang bernama Ji Young menangis dan lari. Ternyata dia menangis karena melihat film yang sedang menceritakan gempa. Melihat adiknya lari, sang kakak berusaha menangkapnya, tapi Ji Won malah menangkap sang kakak dan menyuruhnya tenang. Tapi sang kakak tidak mau karena adiknya terus berlari. Karena keributan itu, Da Jin sampai datang untuk melihat yang terjadi.
Tak lama kemudian, sang kakak kehilangan jejak adiknya, kakak terus memanggil-manggil Ji Young, dan mencarinya di bangku-bangku penumpang. Da Jin berusaha menenangkan sang kakak dan langsung mengajaknya mencari bersama. Da Jin mengira Ji Young ada di kamar mandi, namun ternyata mereka salah. Ji Young gak ada di kamar mandi.
Sang kakak lalu berlari ke tempat lain untuk mencari adiknya diikuti oleh Da Jin. Ji Won yang mengikuti mereka menemukan Ji Young duduk menangis di ruang perlengkapan. Ji Won pun memanggil sang kakak yang langsung memeluk sang adik saat dia melihat adiknya itu menangis.
Sang kakak berusaha menenangkan adiknya dan meyakinkan kalau tidak akan ada gempa lagi. Saat mengetahui adiknya ngompol, kakak berusaha menutupinya agar tidak terlihat oleh Da Jin dan yang lain. Namun mereka semua sudah melihatnya.
Da Jin langsung duduk dan menghibur Ji Young dengan mengatakan kalau semua itu bukanlah salah Ji Young. Da Jin berhasil membuat Ji Young tertawa. Setelah itu Da Jin beralih pada sang kakak yang ternyata bernama Ji Hye. Saat Da Jin dan Ji Won bertanya dimana ibu dan ayah mereka, Ji Hye bilang mereka tidak punya, orang tua mereka berada jauh dari mereka. Mengatakan itu semua sampai membuat Ji Hye ingin menangis, melihat kakaknya menangis, Ji Young langsung memeluk kakaknya dan memintanya untuk tidak menangis.
"Unnie tidak menangis," ucap Ji Hye sambil menangis, Ji Young pun terus meminta kakaknya untuk tidak menangis. Melihat semua itu, mengingatkan Da Jin pada dirinya sendiri, dia teringat pada PPo Song.
Ji Young berganti pakaian di bantu Ji Won. Wanita yang membawa mereka tadi ternyata bibi mereka, dia mengatakan kalau dia tak pernah tahu adiknya terkena gempa, sebelum dia melihat berita di TV. Dan sekarang dia dan nenek mereka yang akan mengurus dua bersaudara itu di Korea.
Da Jin kembali ke ruang kokpit, karena sudah waktunya mereka menggantikan posisi kapten dan co pilot sebelumnya. Sedangkan Ji Won kembali melayani penumpang lainnya, dia tersenyum saat melihat perhatian Ji Hye pada adiknya.
Beralih di ruang kokpit, Da Jin hanya diam saja sampai Yoon Sung bertanya apa yang terjadi.
"Dunia ini sungguh menyakitkan" ucapnya sambil menahan air mata. Melihat itu, Yoon Sung langsung mengeluarkan sapu tangannya dan memberikannya pada Da Jin.
"Ketika air mata menghalangi pandanganmu, itu akan mengganggu penerbangan. Hapus air mata dengan cepat!" ucap Yoon Sung. "Kau pilot. Ketika pilot goyah, pesawat akan goyah juga."
Mendengar ucapan Yoon Sung berhasil membuat Da Jin tersenyum. Yoon Sung pun menyuruh Da Jin lain kali untuk menghapus air matanya terlebih dulu, sebelum masuk ke ruang kokpit.
Dal Ho sedang bekerja saat mendapat telepon dari Mal Ja. Awalnya Dal Ho senang mendapat telepon dari Mal Ja, namun rasa senangnya hilang karena Mal Ja menelponnya hanya untuk menyuruhnya menjaga Ppo Song.
Saat akan pergi Dal Ho di panggil seseorang yang mengatakan kalau ada masalah pada mesin, orang itu tidak bisa memperbaikinya sehingga dia meminta Dal Ho membantunya. Dan mau tak mau, Dal Ho harus membantu perbaikan mesin pesawat itu.
Di sisi lain, Dong Soo datang mencarinya. Setelah berputar-putar akhirnya Dong Soo menemukan Dal Ho. Dong Soo datang untuk meminta maaf karena merepotkan Dal Ho saat dia mabuk. Dong Soo memang selalu datang di saat yang tepat, karena Dal Ho tidak bisa menjaga Ppo Song, dia pun meminta bantuan Dong Soo.
Dong Soo pergi ke TK Ppo Song dan melihat Ppo Song bersama temannya bernyanyi dan menari. Setelah itu Dong Soo masuk dan menceritakan sebuah cerita pada anak-anak itu. Semua anak terlihat antusias mendengar Dong Soo bercerita. Min Ho, anak yang sering Ppo Song ceritakan berkomentar kalau Dong Soo adalah Ahjussi yang super lucu. Ppo Song pun menjawab kalau Dong Soo adalah oppa-nya.
Saat perjalanan pulang, Ppo Song dan Dong Soo bernyanyi bersama. Yoon Sung melihat mereka tepat di saat Da Jin datang dan langsung menyambut Ppo Song. Da Jin bertanya apa saja yang sudah Ppo Song lakukan hari ini, dengan senang Ppo Song menceritakan apa saja yang dia lakukan di TK. Ppo Song juga menceritakan apa yang sudah Dong Soo lakukan di TK-nya.
Akhirnya Da Jin, Ppo Song dan Dong Soo pulang bersama sambil bergandengan tangan dan bernyanyi. Melihat itu Yoon Sung langsung masuk agar mereka tidak melihat keberadaannya.
Setelah mengantarkan Da Jin dan Ppo sOng sampai di depan rumah, Dong Soo memutuskan untuk pulang. Setelah berpisah dengan Da Jin dan Ppo Song senyum Dong Soo menghilang, dia terlihat muram lagi.
Yoon Sung sedang makan sendirian di rumahnya, dia teringat pada Da Jin dan Ppo Song yang bersama Dong Soo, mereka terlihat bahagia. Teringat semua itu membuat Yoon Sung tak nafsu makaan.
Beralih ke rumah In Tae, dia mendapat telepon dari seseorang yang berhasil melakukan pekerjaan yang In Tae minta. Dia pun langsung menemui orang tersebut.
Orang itu memberikan sebuah rekaman, dan ringkasan dari apa yang terjadi saat kecelakaan 7 tahun yang lalu. Sebagai gantinya, In Tae memberikan amplop berisi uang pada orang tersebut. Orang itu berpesan kalau terjadi masalah, dia tidak ingin terlibat.
Keesokan harinya, Jae Soo menghampiri Min Ah dan bertanya tentang perjalanannya ke Turki. Namun Min Ah tidak terlalu bersemangat bicara dengan Jae Soo sehingga Jae Soo mengajak Min Ah berbelanja. Ajakan Jae Soo malah membuat Min Ah bertanya apa Jae Soo ingin meminta timbal balik pada apa yang sudah dia berikan pada Min Ah. Dengan sedikit kesal Jae Soo mengatakan kalau dia bukan orang yang seperti itu, dia tidak mengharapkan apapun dari Min Ah, walau dia sudah memberikan Mist untuk kesehatan kulit pada Min Ah. Saat Jae Soo akan pergi karena Min Ah tidak percaya padanya, Min Ah langsung mencegahnya, dia terpaksa melakukan itu, karena dia tak ingin membuat Jae Soo marah.
Yoon Sung bertemu dengan Da Jin di ruang loker, pada Yoon Sung, Da Jin menunjukkan foto Yoon Sung yang dia pasang di dompetnya.
"Tidak ada yang seperti ini di dompetmu kan?" Tanya Da Jin.
"Apa kau ingin aku memilikinya?" Tanya Yoon Sung balik.
Da Jin menjawab kalau Yoon Sung lebih baik memilikinya dari pada tak memilikinya. Tepat pada saat itu Team Leader melewati ruang itu dan melihat mereka berdua. Team Leader pun langsung menarik kesimpulan, pasti Yoon Sung dan Da Jin mempunyai hubungan khusus.
Untuk memastikannya, Team Leader memanggil petugas bagian pengabsenan, dia bertanya apa petugas itu merasa kalau di perusahaan mereka, ada sepasang kekasih? Petugas itu berfikir sejenak dan mengatakan mungkin Kapten Kim dan Co Han. Team Leader senang mendengarnya.
Dia pun langsung menemui Mi Jo untuk mengadukan semuanya. Mendengar itu, membuat Mi Jo tak percaya pada awalnya dan dia menanggapinya dengan tertawa. Namun Team Leader meyakinkan informasi yang dia berikan 100% akurat. Dan akhirnya Mi Jo percaya. Diapun terlihat tidak senang pada berita itu.
Yoon Sung masih bersama Da Jin. Karena Yoon Sung sedang asiik dengan bacaannya, Da Jin mengambil ponselnya dan memoto dirinya sendiri dengan ekspresi manyun. Bunyi bliz dari ponsel Da Jin membuat Yoon Sung melihat ke arahnya. Yoon Sung tersenyum melihatnya.
Da Jin kemudian menulis di fotonya sendiri dengan tulisan BOM NUKLIR. Kemudian dia mengirimkannya pada Yoon Sung. Yoon Sung tertawa melihat foto Da Jin. Mereka terlihat bahagia saat bersama.
Tanpa mereka ketahui, Mi Jo melihat ke akraban mereka. Dan Mi Jo benar-benar tak menyukainya.
Di dalam kantornya, Mi Joo tertawa sendiri. Dengan rasa tak percaya dia berkata, "Han Da Jin? Apakah aku di belakang Han Da Jin?"
Tawanya memudar dan berubah menjadi ekspresi kesal, dia pun langsung melempar cangkir minumannya ke dinding. Dia juga mengamuk dengan menyingkirkan semua barang-barang di meja kerjanya. Terlihat rasa kebencian di matanya.
Dia kemudian mengajak Ji Won bertemu. Tanpa basa-basi, dia bertanya apa Ji Won mempunyai hubungan dengan Yoon Sung?
"Ya, seperti yang ku katakan sebelumnya" Jawab Ji Won.
Mi Jo langsung meminta Ji Won berhenti melakukan semua itu, "Masa lalu adalah masa lalu. Masa lalu hanya masa lalu. apakah kau setuju? Manager Choi Ji Won."
"Ya"
"Keluarlah sekarang. Kau tahu kau bukan orang yang tepat untuk melindungi Kim Yoon Sung. Apakah itu menyenangkan bisa bermain-main denganku? Hah?"
"Apa maksudmu?"
"Kau tak dapat melindungi Yoon Sung. Tapi aku bisa... Melindungi atau menyingkirkannya... aku.... Hong Mi Jo bisa melakukannya."
(Hmmmmm..... Iya kah... Mi Jo bisa melindungi Yoon Sung... Yang ingin menghancurkan Yoon Sung adlh Hong In Tae, dan Mi Joo tidak bisa menghentikan keinginan ayahnya.)
Mi Jo menemui Ji Won, tanpa basa basi dia langsung bertanya pada Ji Won apakah Ji Won ada hubungan khusus dengan Yoon Sung.
Ji Won mengiyakan. Namun Mi Jo dengan cepat memotong kata-kata Ji Won karena apapun yang Ji Won katakan, itu tidak terjadi lagi sekarang.
"Masa lalu adalah masa lalu" tambah Mi Jo. "Manager Choi Ji Won"
"Iya"
"Keluar sekarang!!!! Kau tau kau bukan orang yang tepat untuk melindungi Kapten Kim Yoon Sung. Aku yakin kau tahu dengan baik. Apakah itu menyenangkan, bermain-main denganku? Hah!"
Ji Won hanya menjawab kalau dia tidak mengerti pada apa yang Mi Jo katakan. Mi Jo mengulangi kata-katanya lagi, dia berkata kalau Ji Won tidak akan bisa melindungi Yoon Sung.
"Tapi aku bisa... Melindungi atau menghilangkan dia. Aku, Hong Mi Joo, bisa melakukan itu" ucap Mi Jo dengan senang.
"Apa maksudmu menghilangkan? Kau berjanji kau katakan kau akan mengambil tanggung jawab untuk kesalahannya juga."
Dengan entengnya Mi Joo mengatakan kalau semua itu sudah berubah sekarang. Dia juga mengatakan kalau Ji Won tidak akan bisa membantu Yoon Sung lagi sekarang.
Walau begitu Ji Won masih ingin Mi Joo milindungi Yoon Sung. Tapi Mi Joo bukanlah orang yang suka diperintah, dia sendiri yang akan memutuskan, aku melindungi Yoon Sung atau menghancurkannya.
"Karena kau tak punya Kim Yoon Sung lagi sekarang"
"Dia segalanya bagiku" jelas Ji Won.
Mi Joo mengatai Ji Won lebih bodoh dari yang terlihat, "Kau tahu Han Da Jin ada disisi Kim Yoon Sung sekarang. Jadi alasan mengapa kau ingin melindunginya seperti ini karena kau tak bisa membiarkannya pergi. Kesedihan dan rasa sakit karena orang yang meninggalkanmu.... Obsesi...."
(Hmmmm..... Bukannya samaa aja dengan Mi Joo yang terobsesi pada Yoon Sung.... Hmmmmm)
Ji Won menjawab kalau dia tak perduli apapun itu, jika dia bisa mendapatkan Yoon Sung kembali dia akan lakukan. Mi Joo sudah tak tahan lagi, dia beranjak dan berkata kalau semuanya sudah clear sekarang. Namun Ji Won masih memohon pada Mi Joo untuk membantunya kali ini.
"Karena aku marah, kemarahan yang membuatku ingin menghancurkan Kim Yoon Sung atau siapapun." Ucap Mi Joo sebelum pergi.
Di kantor Team Leader mendapat telepon dari Mi Joo yang memerintahkannya untuk mencari sesuatu. Dia langsung menghampiri petugas penerbangan untuk meminta jadwal penerbangan Han Da Jin hari ini.
Mi Joo berusaha menenangkan dirinya saat menunggu Da Jin di ruangannya. Da Jin datang dan Mi Joo langsung membahas jadwal penerbangan Da Jin, Da Jin pun mengatakan puas dengan jadwal penerbangannya. Dengan ragu-ragu Da Jin bertanya kenapa Mi Joo memanggilnya.
Mi Joo mengatakan karena Da Jin adalah salah satu pilot wanita, apa Da Jin punya keluhan. Mi Joo bertanya lagi apa ada yang memperlakukan Da Jin dengan tidak baik karena Da Jin masih muda? Tentu saja Da Jin menjawab kalau dia sudah diperlakukan dengan baik dan adil oleh yang lain.
Mi Joo lalu mengajak Da Jin makan siang bersama. Namun Da Jin menolak karena dia sudah punya janji. Mi Joo terus memasang senyumnya saat bersama Da Jin tapi saat Da Jin sudah pergi, terlihat kebencian yang besar di wajah Mi Joo. (Hmmmm.... Sebenarnya apa rencana Mi Joo)
Begitu juga dengan Da Jin, dia tak mengerti dengan sikap Mi Joo, tapi dia langsung menepisnya dan pergi. Ternyata dia sudah ada janji makan siang bersama Yoon Sung.
Da Jin terlihat tidak nafsu makaan, saat Yoon Sung bertanya apa Da Jin tidak menyukai makanaannya, Da Jin hanya beralasan setelah makaan makanaan mewah sebelumnya, makanaan ini menjadi biasa untuknya.
"Aku pikir kapten sudah mengenalku dengan baik, tapi aku tidak tahu banyak tentang kapten. Aku bertemu dengan bu Hong."
"Kenapa?"
"Dia hanya mengatakan ini dan itu. Dia bertanya padaku apa ada sesuatu yang sulit untukku?"
Yoon Sung bertanya apa ada lagi yang Mi Joo katakan. Namun Da Jin malah balik bertanya, sesuatu yang lain? Seperti apa? Da Jin kemudian bertanya apa ada sesuatu yang buruk, yang sudah Yoon Sung lakukan.
Da Jin terus berkata kalau dia ingin tahu banyak tentang Yoon Sung. Da Jin ingin tahu bagaimana Yoon Sung tumbuh, siapa yang dia temui dan bagaimana dia hidup, selain itu juga bagaimana Yoon Sung melewati prosedur untuk menjadi pilot besar. Dan yang paling Da Jin ketahui adalah bagaiamana Yoon Sung bisa bertemu dengan Ji Won. Hubungan antara Yoon Sung dan Mi Joo dan kenapa presiden Hong benci padanya.
Yoon Sung pun berjanji kalau dia akan menceritakan semuanya, dia ingin Da Jin bersabar. Da Jin menjawab kalau dia tidak ingin mendengarnya secara rinci, dia tidak ingin Yoon Sung menceritakan sesuatu yang bisa membuatnya merasa buruk.
"Karena aku cemburu juga. Aku seorang wanita juga"
(Hmmmmmm..... Tentu saja Da Jin akan sangat sangat sangat merasa buruk, jika Yoon Sung menceritakan semuanya secara detail)
Wings Air melakukan penerbangan lagi, dan sejauh ini penerbangan berjalan lancar. Ji Won dan pramugari yang lain melayani penumpang dengan baik.
Saat melayani Ji Won kehabisan ayam, jadi dia menyuruh Sa Rang mengambilnya di ruang perlengkapan.
Di ruang perlengkapan pramugari lainnya sedang berkumpul, mereka memberi tahu Sa Rang tentang kebiasaan pesanan yang di minta penumpang selalu mempunyai ciri khas sesuai negara tujuan penerbangan. Dan seperti sekarang, mereka terbang ke China, jadi yang banyak di cari penumpang adalah ayam.
Saat bercerita tetang pengalamannya membuka anggur, Joo Ri teringat sesuatu.
Beralih di toilet ada seorang penumpang yang sempoyongan. Dia juga muntah-muntah. Tanpa pria itu ketahui, ternyata di depan toilet sudah banyak penumpang yang mengantri, mereka semua kebelet.
Pria itu keluar dengan masih sempoyongan. Saat salah satu penumpang masuk toilet, dia langsung keluar dan marah-marah karena pria tadi tidak membersihkan toiletnya.
Tanpa perduli dengan teriakan penumpang lain, pria itu langsung duduk ke kursinya. Tepat saat iti Joo Ri menghampirinya dan memberikan pesanan bir pada pria itu. Saat akan pergi, pria itu minta di beri bir lagi, namun Joo Ri tidak mau memberikannya dengan alasan, dalam pesawat seseorang bisa mabuk 3 kali lebih cepat di banding saat berada di darat. Pria itu memang sudah terlihat mabuk sampai-sampai dia bersendawa dan menggaggu penumpang yang lain.
Penumpang wanita yang mengantri tadi datang dan langsung mengeluh pada Joo Ri karena wastafel di toilet di colokkan ke atas.
"Seseorang muntah setelah minum dan bahkan tidak membersihkannya" ucapnya.
Pria yang di maksud hanya bersikap biasa saja.
Dua pramugari membersihkan bekas mutahan pria tadi dengan menahan bau tak sedap.
Di luar, pria tadi gelisah karena dia sekarang kebelet lagi. Toilet yang dia gunakan tadi sedang di bersihkan, sedangkan toilet yang satunya sudah penuh dengan antrian penumpang lainnya.
Di ruang kokpit, Da Jin terlihat senang melihat cuaca yang sangat bagus. Dia juga berharap hubungannya dengan Yoon Sung juga bisa seperti itu. Yoon Sung setuju, namun saat dia memalingkan wajahnya dari Da Jin, Yoon Sung terlihat sedih, karena dia tahu hubungan dia dan Da Jin, cepat ato lambat pasti akan memburuk.
Di rumahnya Dong Soo masih terlihat galau. Tiba-tiba di dikejutkan oleh suara ayahnya yang sedang berbicara ditelepon dengan seseorang. Ayahnya sedang mengajari seseorang memasak dan orang itu adalah Mal Ja.
Setelah menutup telepon, ayahnya mendekati Dong Soo dan menegur Dong Soo karena terus terlihat murung. Ayahnya menyuruh Dong Soo untuk mulai membuka hati dan berjalan-jalan.
Saat akan mengajari Dong Soo bagaimana cara mendapatkan hati wanita, Mal Ja menelpon lagi, dan membuat ayah Dong Soo pergi meninggalkan Dong Soo sendirian lagi.
Yoon Sung mengantar Da Jin pulang. Di dalam rumah sudah ada Ppo Song yang menunggunya. Tak lama Mal Ja juga datang dengan membawa sup daging yang berhasil dia masak. Mal Ja memasakknya karena dia dengar sup daging sapi baik untuk masa pertumbuhan anak-anak.
Saat akan makaan, Mal Ja meminta Da Jin membeli susu untuk Ppo Song. Dan Mal Ja meminta Da Jin untuk membelinya sekarang juga. Ppo Song ingin ikut membeli, tapi Da Jin tak mengizinkannya karena kondisi di luar rumah tak bagus untuk PPo Song.
Dengan pintar, Ppo Song mengeluarkan maskernya dan memakainya. Da Jin bangga pada apa yang di lakukan adiknya.
Da Jin pergi membeli susu bersama Ppo Song. Saat melewati rumah Yoon Sung, Da Jin mencari-cari alasan mengajak Ppo Song mampir ke rumah Yoon Sung. Dia mengajak Ppo Song mencuri beberapa susu Yoon Sung.
"Unnie, kau begitu serakah. Pinguin Ahjussi harus minum susu yang dia suka juga," jawab Ppo Song polos. Tak mengerti maksud Da Jin yang sebenarnya, kalau dia ingin bertemu dengan Yoon Sung.
"Lalu apa kau ingin pergi ke rumah Pinguin Ahjussi?" Tanya Da Jin terus terang. Mendengar itu, membuat Ppo Song tersenyum.
Dong Soo di rumahnya kelabakan. Dengan cepat dia memberesi kamarnya, sedangkan di luar Ppo Song terus berteriak meminta di biarkan masuk. Sebelum keluar menyanbut Ppo Song, Dong Soo merapikan dirinya.
Saat pintu di buka, Ppo Song langsung berlari ke meja tempat alat-alat Dong Soo. Da Jin pun meminta maaf pada Dong Soo karena sudah mengganggu Dong Soo, itu semua karena permintaan Ppo Song. Dong Soo pun menjawab kalau Da Jin dan Ppo Song bisa datang ke rumahnya kapan saja.
Da Jin mengatakan sejak Dong Soo bermain bersama Ppo Song di TK, Ppo Song sangat menyukainya.
Dong Soo mengantar Da Jin dan Ppo Song pulang. Ppo Song sudah tidur. Dong Soo dengan hati-hati bertanya apa Yoon Sung mengatakan sesuatu pada Da Jin. Dong Soo pun akhirnya mengatakan kalau dia lebih tahu banyak tentang Yoon Sung ketimbang Da Jin. Tapi saat Da Jin bertanya tentang apa itu, Dong Soo tidak mau menjawab, dia langsung menyuruh Da Jin masuk rumah.
Berada di tempat tidur, Ppo Song terbangun, dan bertanya pada Da Jin, apa seharusnya dia juga mengundang Pinguin Ahjussi untuk datang di acara Ppo Song? Da Jin setuju. Ppo Song menggambar pinguin dan menulis undangan untuk Yoon Sung.
Yoon Sung menerima pesan dari Ppo Song dan langsung menyimpannya. Namun senyum Yoon Sung tiba-tiba pudar. Ntah apa yang membuatnya seperti itu. Mungkin karena dia nantinya akan bertemu dengan Dong Soo.
Dong Soo bersiap2 untuk pergi ke acara Ppo Song. Yoon Sung sendiri juga sudah siap di rumahnya. Dia sedang mencari2 kue yang cocok untuk Ppo Song.
Dong Soo datang terlebih dulu. Da Jin terkejut karena Dong Soo juga ikut, dan ternyata Ppo Song yang mengundangnya tanpa sepengetahuan Da Jin. Ppo Song pun ingin pergi ke TK bersama Dong Soo, karena itu Da Jin beralasan kalau masih ada yang belum dia kerjakan, jadi dia nanti akan menyusul.
Saat sendirian, Da Jin kebingungan karena dia harus menghadapi Yoon Sung dan Dong Soo. Da Jin pergi ke TK bersama Yoon Sung.
Sebelum ke TK, Yoon Sung mengajak Da Jin ke toko kue. Mereka membuat kue bersama.
Sampai di TK, Yoon Sung melambai pada Ppo Song. Melihat Yoon Sung, Dong Soo berubah murung. Da Jin merasa ada ketegangan antara Dong Soo dan Yoon Sung.
Saat Ppo Song dan teman-temannya bernyanyi. Dong Soo dan Yoon Sung saling berebut untuk memoto Ppo Song. Begitu juga saat Ppo Song selesai menyanyi, Dong Soo dan Yoon Soo bersaing menyemangati Ppo Song.
Semua siswa sedang bersama wali mereka, karena itu Dong Soo dan Yoon Sung menunggu di luar. Melihat mereka hanya berdua saja, membuat Da Jin tak tenang.
Di luar Dong Soo menyindir Yoon Sung untuk tak perlu berusaha keras membayar hutang pada Da Jin karena jika Yoon Sung terlalu membayar lebih, nanti akan merugikan Da Jin. Dong Soo mengatakan kalau yang terbaik untuk Da Jin adalah, Yoon Sung berhenti membayar hutang.
"Bukankah aku mengatakan padamu aku akan memutuskannya sendiri? Mengapa pengawas Kang Dong Soo terus mengatakan aku untuk melakukan ini dan itu?" Jawab Yoon Sung.
"Berhenti sekarang, jika kau memikirkan Da Jin, cepatlah! Itulah satu-satunya cara"
"Ada cara lain. Aku akan melakukannya. Aku akan mengatakan yang sebenarnya"
"Jangan.... Jangan kau beri tahu. Karena Da Jin akan terluka"
"Aku akan meminta maaf. Dan menunggu dia memaafkan baik itu selama setahun ataupun sampai 5 tahun."
"Ini bukan sesuatu yang bisa dimaafkan dari waktu ke waktu. Berhentilah sekarang, dan itu adalah cara untuk membayar hutang. Aku orang yang tulus menjaga Da Jin."
"Akulah orang yang Han Da Jin inginkan" jawab Yoon Sung yakin.
Tiba-tiba Da Jin datang dan bertanya apa yang mereka berdua lakukan. Da Jin menegur Dong Soo dan Yoon Sung yang bersifat kekanak-kanakan di acara Ppo Song.
Kemudian Ppo Song juga keluar dan memanggil Da Jin, Yoon Sung dan Dong Soo karena dia akan tampil lagi.
(Perbedaan Yoon Sung dan Dong Soo, Yoon Sung begitu tenang dan dewasa, sedangkan Dong Soo kurang bisa menahan emosinya. Jelas saja Da Jin memilih Yoon Sung ketimbang Dong Soo)
Yoon Sung tiba di rumahnya. Dia terus teringat kata-kata Dong Soo. Dia mulai goyah, Yoon Sung bingung pada apa yang harus dia lakukan.
Sedangkan Da Jin tersenyum senang melihat kue buatan Yoon Sung.
Keesokan harinya Da Jin sengaja bangun pagi untuk memasak sesuatu. Dal Ho datang untuk melihat apa yang Da Jin lakukan, dia juga bertanya keberadaan Mal Ja. Da Jin memberitahu kalau Mal Ja mengatakan tubuhnya sakit setelah mendaki kemarin bersama ayahnya Dong Soo.
Beralih ke tempat fitnes wings air. Da Jin dan kedua sahabatnya sedang berolahraga. Selain olah raga, Da Jin juga olah otak, sambil sit up dia diberi pertanyaan-pertanyaan tentang pesawat oleh Min Ah.
Setelah melakukan olah raga dan olah otak. Da Jin makan dengan lahap, sampai-sampai membuat Min Ah dan Jae Soo terbengong-bengong melihatnya. Min Ah mengatakan kalau cara makan Da Jin seperti orang yang sedang patah hati. Jae Soo pun menambahi dengan bertanya apa Da Jin sedang ada masalah?
"Apa kau baru saja diputuskan?" Tanya Min Ah.
"Aku baru saja mulai.." Jawab Da Jin dengan mulut yang penuh dengan makanaan.
Mendengar pengakuan Da Jin, membuat Min Ah tersenyum dan bisa menebak siapa pacar Da Jin dan juga alasan kenapa Da Jin begitu bersemangat belajar dan latihan. Min Ah pun memberi selamat dan semangat pada Da Jin.
Jae Soo masih tak bisa menebak siapa orang yang di maksud Min Ah. Da Jin langsung memberi kode pada Min Ah untuk tidak memberi tahu Jae Soo. Sampai-sampai Da Jin menyumpal mulut Min Ah dengan burger.
Di tangga Yoon Sung bertemu dengan team leader. Team leader memuji penampilan Yoon Sung yang terlihat senang, dan kemudian dia bertanya apa Yoon Sung sedang berpacaran dengan seseorang? Tentu saja Yoon Sung mengelak dan langsung pergi dengan alasan sudah waktunya dia terbang.
Saat sedang memperhatikan Yoon Sung berjalan pergi, Team Leader di kagetkan dengan kedatangan Mi Joo. Pada Mi Joo, Team Leader mengatakan apa yang dia lihat dari Yoon Sung, dia melihat Yoon Sung begitu gembira hari ini, dan dia menebak kalau Yoon Sung pasti sudah berkencan dengan seseorang. Dengan kesal Mi Joo mengatakan kalau dia sudah tahu semua itu.
Di ruang tunggu khusus pilot, Da Jin sedang fokus belajar. Yoon Sung menghampirinya, Da Jin mengatakan padanya kalau dia butuh belajar agar bisa menjadi pilot besar. Yoon Sung kemudian memberitahu Da Jin kalau penerbangan yang sebenarnya juga penting.
Yoon Sung kemudian mengerutkan keningnya dan berkata, "Makanaan cepat saji lagi?"
Da Jin langsung menutup mulutnya dan berkata tidak. Namun Yoon Sung bisa mencium baunya. Da Jin berusaha membuang baunya dengan mengibaskan tangannya, Yoon Sung pun menggodanya kalau dia semakin bisa mencium baunya karena Da Jin mengibaskan tangannya.
Mi Joo datang dan melihat keakraban Yoon Sung dan Da Jin. Dia terlihat kesal.
Da Jin dan Yoon Sung melakukan penerbangan lagi. Penumpang mereka kali ini dipenuhi oleh serombongan pemuda yang memakai jaket dengan warna yang sama. Dan mereka adalah rombongan atletik. Ada seorang pemuda yang bingung dimana kursinya, Ji Won yang melihatnya langsung membantu pemuda itu. Tapi pemuda itu langsung merebut kembali tiketnya dan pergi ke kursi yang di katakan Ji Won.
Di ruang perlengkapan, seorang pramugari datang dan langsung mengeluh karena penumpang mereka kali ini adalah serombongan atletik. Karena atletik itu banyak makan dan mereka harus bekerja keras melayani atlit-atlit itu.
Ji Won juga berada di ruang perlengkapan, dia mendengar keluhan pramugari itu. Namun di hanya diam saja, terlihat seperti dia punya masalah.
Kemudian Ji Won berbalik dan menegur Hwa Young, pramugari yang mengeluh, Ji Won mengatakan kalau setelah masuk pesawat, dia harus siap untuk melayani penumpang dimana saja. Hwa Young tak senang mendapat ceramah dari Ji Won, karena dia lebih memihak pada Joo Ri.
Pesawat tinggal landas, namun cuaca sedikit berubah gelap, dan Yoon Sung merasa akan ada turbulensi. Yoon Sung terlihat panik.
Dan benar apa yang dikatakan Yoon Sung, pesawat mengalami turbulensi. Pemuda yang tadi kebingungan mencari kursi, sekarang terlihat sangat ketakutan. Ji Won dan pramugari yang lain berusaha menenangkan penumpang.
Pemuda itu akhirnya menyapa Ji Won, dan mengatakan pada Ji Won kalau ada sesuatu yang salah. Namun Ji Won meyakinkan pemuda itu kalau dia tidak perlu khawatir. Karena turbulensi hanya terjadi sebentar.
Agar pemuda itu tidak terus ketakutan, Ji Won pun menghubungi ruang Kokpit untuk memberitahukan kalau ada penummpang yang penasaran pada atmosfer saat ini, dan juga bagaimana kondisi udara sekarang?
Da Jin menjawab kalau tidak ada hal serius yang terjadi, dia meminta Ji Won untuk menenangkan penumpang. Saat Yoon Sung akan ikut bicara, Da Jin langsung menutup sambungannya. Yoon Sung sedikit kesal karena Da Jin bertindak tanpa perintahnya, tapi dasar Da Jin, dia juga tak mau disalahkan, padahal terlihat jelas, dia melakukan itu karena masih merasa cemburu pada Ji Won.
Yoon Sung lalu mengatakan kalau dirinyalah yang mengambil keputusan di kokpit. Da Jin akhirnya mengalah dan akan menghubungi Ji Won lagi, tapi Yoon Sung berkata kalau dia percaya pada keputusan Da Jin. Sehingga Da Jin mengurungkan untuk memanggil Ji Won lagi.
Ji Won dan yang lainnya, berusaha menenangkan penumpang yang mulai ketakutan karena turbulensi terus saja berlangsung. Ji Won melihat pemuda tadi yang terus merasa ketakutan. Ji Won pun mendekatinya, tapi pemuda itu menyuruhnya pergi karena juniornya akan melihatnya ketakutan.
Ji Won dapat menebak kalau pemuda itu tidak menyukai pesawat, karena dia tidak dapat bernapas dengan baik, selain itu dia merasa pengap di telinganya. Pemuda itu mengangguk. Ji Won lalu mengatakan kalau dia juga merasakan hal yang sama, namun dia sudah terbiasa dengan semua itu.
Ji Won lalu mengajarkan pada pemuda itu cara menghilangkannya, "Pertama, tutup matamu dan bayangkan kau berada di tempat yang paling nyaman di dunia ini. Dan banyangkan kau sedang bersama orang yang paling kau percayai."
Ji Won juga memejamkan mata, dan yang dia bayangkan adalah saat bersama Yoon Sung. Ji Won membuka mata lagi, dan bertanya pada pemuda itu apakah berhasil.
Pemuda itu menjawab dia belum bisa melawan ketakutannya, sehingga Ji Won meminta pemuda itu percaya pada pilot pesawat ini karena pilot ini adalah pilot terbaik di korea. Seperti Ji Won percaya pada pilot mereka. Ji Won juga meminta pemuda itu percaya padanya, karena mereka akan membawa penumpang mereka mendarat dengan selamat. Namun sayang pemuda itu belum bisa 100% percaya, dia tetap ketakutan.
Pesawat melewati awan yang tebal, dan terus terjadi turbulensi. Di kabin kokpit, Yoon Sung terlihat gelisah, ditambah lagi dia teringat pada turbulensi 7 tahun yang lalu. Da Jin melihat kegelisahan Yoon Sung. Melihat Yoon Sung yang seperti itu membuat Da Jin merasa aneh, tapi dia tidak mengatakan apa-apa.
Di kabin penumpang, goyangan semakin terasa, Ji Won pun akhirnya memutuskan untuk menyuruh semua penumpang menggunakan sabuk pengaman mereka.
Ada anak kecil turun dari kursinya untuk mengambil minumannya yang terjatuh, tepat saat itu goncangan semakin berasa sampai-sampai tempat makanaan berjalan ke arah anak itu. Melihat itu Ji Won dengan cepat langsung berlari dan melindungi anak itu, sehingga punggung Ji Won yang terkena tempat makanaan itu.
Semua orang terkejut atas apa yang tiba-tiba terjadi, pemuda yang ketakutan tadi juga melihat keberanian Ji Won.
Di ruang perlengkapan, Ji Won di beri kompres punggungnya. Pramugari yang membawa tempat makaan itu meminta maaf pada Ji Won atas kelalaiannya. Dan tentu saja Ji Won tak mempermasalahkannya.
Yoon Sung kemudian memberi panggilan dan menanyakan bagaimana situasi di kabin penumpang. Won Joo menjawab kalau penumpang dalam keadaan baik-baik saja, tapi... Saat akan memberi tahu apa yang terjadi pada Ji Won, Ji Won memberi kodee untuk tidak memberitahukannya sehingga Won Joo mengatakan pada Yoon Sung kalau "manager baik-baik saja".
Mendengar ucapan Won Joo semua pramugari tertawa.
Ji Won keluar lagi untuk melayani penumpang, dan dia langsung disambut dengan tepuk tangan oleh semuanya.
Akhirnya mereka semua sampai dengan selamat ke Jeju. Pada pemuda yang ketakutan itu Ji Won meminta maaf atas ketidak nyamanannya. Pemuda itu menjawab kalau dia sekarang sudah nyaman. Ji Won senang mendengar itu. Pemuda itu berjalan pergi, namun sebelum dia melewati pintu pesawat dia berbalik lagi dan berkata pada Ji WOn.
"Aku percaya pada noona Flight Attendant mulai sekarang."
Ji Won senang, dan akan melihat buktinya nanti saat pemuda itu melakukan penerbangan lagi.
Di rumah Mal Ja sedang membersihkan dapur, Dal Ho masuk untuk menyindir Mal Ja tentang mendapatkan perkerjaan di retoran makchang. Mal Ja menjawab kalau dia tidak sepenuhnya bekerja disana, dia kesana hanya jika Pal Bong membutuhkan dirinya. Dal Ho pun menyindir lagi, kenapa pria itu terus menelpon Mal Ja sedangkan Mal Ja mempunyai anak kecil yang harus dia urus.
"Itu karena Dal Ho ada disini," jawabMal Ja.
"Apa kau pikir aku seorang baby sitter?" tanya Dal Ho lagi.
Mendengar itu Mal Ja sedikit tidak suka. Dia menganggap Dal Ho tidak suka mengurus Ppo Song. Dal Ho menyadari kata-katanya salah dan berusaha meralatnya, namun Mal Ja sudah mengecap Dal Ho tidak suka mengurus Ppo SOng. Dan dengan kesal Mal Ja berjanji apapun yang terjadi dia tidak akan membiarkan Ppo Song bersama Dal Ho lagi.
Da Jin dan Yoon Sung dalam perjalanan pulang. Saat pulang cuaca dalam keadaan baik, sehingga mereka bisa sedikit bersantai. Da Jin mengungkapkan rasa tegangnya saat turbulensi, dia juga bertanya apa yang Yoon Sung rasakan, Yoon Sung menjawab kalau dia juga merasakan hal yang sama.
Da Jin mengatakan kalau Yoon Sung terlalu gugup saat turbulensi, apa Yoon Sung pernah mengalami kesulitan karena turbulensi? Tanya Da Jin.
Jawabannya tentu saja, namun Yoon Sung tidak memberikan jawaban, dia langsung mengalihkan topik dengan menyuruh Da Jin memeriksa ketinggian.
Di ruang menara Dong Soo merasa resah, sampai dia diberitahu kalau penerbangan dari Incheon ke Jeju mengalami turbulensi tapi, dari Jeju ke Incheon tidak akan ada masalah.
Dong Soo terus menunggu panggilan dari Da Jin, dan yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Dengan semangat Dong Soo memantau pendaratan Da Jin.
Seperti biasa para pramugari berbaris memberi selamat tinggal pada penumpang. Yoon Sung diikuti Da Jin juga akan keluar. Tepat saat Yoon Sung akan melangkahkan kakinya keluar pesawat, Ji Won memanggilnya.
"Terima kasih atas penerbangan yang aman terlepas dari turbulensi" ucap Ji Won.
Yoon Sung tak menjawabnya, dia langsung pergi. Mendengar semua itu, membuat raut wajah Da Jin muram.
Di kantornya, In Tae membaca dokumen yang dia dapat tentang kecelakaan 7 tahun yang lalu. Kemudian dia menelpon seseorang dan mengatakan kalau dengan fakta yang dia peroleh dari kecelakaan 7 tahun yang lalu, dia bisa mengakhiri karir Kim Yoon Sung.
Setelah menutup telepon, In Tae melihat foto dirinya bersama istrinya. Dia pun teringat apa yang dikatakan istrinya.
"Sayang, tolong bawa kembali Yoon Sung. Dia hanya anak kecil yang tak punya salah apapun. Aku ingin meminta bantuan untuk yang terakhir kalinya."
Di ruangannya Mi Jo terus teringat keakraban antara Da Jin dan Yoon Sung. Dia lalu menelpon seseorang dan meminta Da Jin menemuinya ketika Da Jin kembali ke Incheon.
Baru saja sampai, Da Jin langsung diberitahu kalau Mi Joo ingin bertemu dengannya.
Da Jin pun menemui Mi Joo, tanpa basa basi Mi Joo menanyakan apa salahnya dengan penerbangan domestik. Da Jin menjawab kalau dia senang bisa terbang ke banyak negara asing. Mi Joo mengatakan kalau dengan penerbangan domestik, Da Jin bisa memiliki waktu yang santai, dia juga menyinggung tentang Da Jin yang mempunya tanggungan adik yang sakit serius.
"Jadi aku pikir, dengan adik kecil, sakit, kau tidak akan merasa nyaman berada begitu jauh," ucap Mi Joo, dengan alasan semua itu, Mi Joo mengatakan kekhawatirannya, dia takut Da Jin nantinya akan melakukan kesalahan jika dia mendapat kabar tentanga adiknya yang sakit. Mi Joo juga mengatakan kalau dia takut Da Jin akan merugikan perusahaan.
Namun, Da Jin tetap bersikeras ingin tetap melakukan penerbangan ke luar negri, itu semua agar dia bisa belajar banyak. Mi Joo lalu mengatakan kalau perusahaan sedang membahas masalah Da Jin saat ini, jadi apa yang dia sarankan pada Da Jin untuk memilih penerbangan domestik adalah untuk kebaikan Da Jin. Da Jin memohon pada Mi Joo untuk tidak memasukan masalah itu dalam rapat perusahaan.
"Aku punya mimpi, mimpiku....."
"Apakah kau mengatakan perusahaan boleh hancur hanya karena mimpi pribadimu? Apa yang kau katakan tidak masuk akan sama sekali." Potong Mi Joo.
Da Jin sudah terlihat sangat kesal, namun dia masih bisa menahan diri.
Da Jin berjalan ke halte bus sendirian. Dia terlihat sedih. Tak lama kemudian Yoon Sung muncul dan mengajaknya pulang bersama. Dalam perjalanan pulang, Da Jin hanya diam saja. Bahkan saat Yoon Sung bertanya apa yang terjadi, Da Jin tak menjawab.
Yoon Sung tidak mengantarkan Da Jin pulang, dia malah membawa Da Jin ke rumahnya. Da Jin menunggu di sofa sedangkan Yoon Sung berada di dapur, dia memasakkan sesuatu untuk Da Jin. Da Jin penasaran pada apa yang Yoon Sung buat, jadi dia ingin melihat, namun Yoon Sung tidak membiarkannya. Yoon Sung menyuruh Da Jin menunggu.
"Tada"!!!!
Akhirnya masakan yang dibuat Yoon Sung kelar. Yoon Sung mengatakan kalau yang dia buat adalah sesuatu yang dibutuhkan tubuh Da Jin. Da Jin membuka penutup makanan, dan terkejut melihat ternyata yang dibuat Yoon Sung adalah sayur. Da Jin protes karena dia mengira Yoon Sung akan memberinya daging untuk melepas stres. Selain sayur Yoon Sung ternyata memberikan Da Jin kurma juga. Da Jin senang memakannya dan itu membuat dia tidak stres lagi.
Setelah makan, Yoon Sung dan Da Jin menonton film bersama. Da Jin pun mengatakan kalau dia membenci tipe laki-laki yang ada di film itu. Da Jin membenci pria yang menyembunyikan masa lalunya.
"Dia harusnya jujur dan mengatakan ‘aku melakukan kesalahan, maaf... maafkan aku...’ dia hanya harus jujur."
Yoon Sung menyadari kalau orang yang di benci Da Jin adalah tipe laki-laki seperti dirinya.
"Aku benci pria yang menyembunyikan masa lalu mereka dan berbohong. Bahkan jika dia membunuh ibu gadis itu tanpa sengaja, ia seharusnya tetap harus jujur dan mengatakan semuanya"
Da Jin menyandarkan dirinya pada Yoon Sung, dan meminta Yoon Sung untuk tidak menjadi seperti pria di film itu. Dengan wajah sedih Yoon Sung mengatakan kalau dia tidak akan melakukan hal seperti itu.
Da Jin pulang, dan dia terus teringat apa yang baru saja dia lakukan bersama Yoon Sung. Da Jin tersenyum senang.
Berbeda dengan Da Jin, Yoon Sung masih di tempat yang sama, dia terdiam merenung teringat apa yang Da Jin katakan kalau Da Jin membenci pria yang menyembunyikan masa lalunya. Yoon Sung bingung, apa yang harus dia lakukan.
Di kantor, Yoon Sung masih bingung dan bimbang, apa yang harus dia lakukan pada Da Jin. Da Jin masih berada di ruang loker, saat dia mendapat sms dari Yoon Sung yang mengatakan kalau Yoon Sung mempunyai sesuatu yang ingin dia katakan pada Da Jin.
Selain Da Jin, Yoon Sung juga memberitahu Ji Won kalau dia akan mengatakan semuanya pada Da Jin. Ji Won berusaha mencegahnya, jadi dia memberitahu Dong Soo untuk mencegah Yoon Sung melakukan semua itu.
Dong Soo dan Ji Won langsung pergi mencari Da Jin dan Yoon Sung.
Ji Won teringat pada apa yang pernah Yoon Sung katakan "Aku tak bisa melakukan ini lagi. Aku kira jawabannya tinggal menunggu sampai dia memaafkanku. Seperti apa yang kau lakukan."
Beralih pada Dong Soo yang mencari Da Jin, saat tengah berlari, dia teringat apa yang Yoon Sung katakan padanya.
"Jika Da Jin tak bisa memaafkanku, silahkan menjadi orang yang melindunginya. Harap membantuku"
Da Jin berjalan menggunakan tangga sedangkan Yoon Sung berjalan di bawah. Da Jin sudah sampai di restoran tempat mereka janjian.
Da Jin sudah tiba ditempat yang di janjikan Yoon Sung. Dia menunggu Yoon Sung dengan senang dan sudah tak sabar untuk bertemu. Yoon Sung sendiri masih dalam perjalanan menunju cafe tempat Da Jin menunggu. Ji Won terus berusaha menghubungi Yoon Sung, namun tidak diangkat oleh Yoon Sung.
Yoon Sung tak kunjung datang, itu membuat Da Jin gelisah dan langsung berusaha menghubungi Yoon Sung. Saat Da Jin sedang mengetik sms, Dong Soo datang. Tanpa basa basi Dong Soo menyuruh Da Jin untuk beranjak dan pergi bersamanya. Awalnya Da Jin tak mau karena dia sedang ada janji dengan Yoon Sung. Dong Soo beralasan kalau Yoon Sung ada urusan mendesak, jadi dia tidak akan datang. Walau diberi tahu seperti itu, Da Jin masih ingin tetap menunggu, namun Dong Soo langsung menariknya untuk pergi dari tempat itu.
Dong Soo membawa Da Jin pergi dengan mobilnya, di dalam mobil Dong Soo hanya diam tak banyak bicara. Sedangkan di cafe, Yoon Sung sudah datang dan menunggu Da Jin, namun dia terlambat karena Da Jin sudah di bawa pergi. Dan yang muncul dihadapannya adalah Ji Won.
Ji Won mengatakan pada Yoon Sung kalau Da Jin tidak akan datang, karena Dong Soo sudah membawanya pergi. Dan dia sendiri menemui Yoon Sung, adalah untuk menghentikan Yoon Sung atas niatnya yang ingin mengatakan kebenaran pada Da Jin. Ji Won mengatakan kalau cara yang dipilih Yoon Sung bukanlah cara yang terbaik karena setelah Yoon Sung mengatakan semua itu, Yoon Sung dan Da Jin sama-sama akan berakhir, sama-sama akan tersakiti.
"Setelah aku menceritakan segalanya, aku ingin mencintainya dengan benar," jawab Yoon Sung.
Namun Ji Won mengatakan kalau Yoon Sung tidak akan mendapat maaf dari Da Jin. Yoon Sung beralasan kalau dia tidak ingin menyakiti siapa-siapa lagi, baik itu pada Ji Won, Da Jin ataupun untuk Yoon Sung sendiri. Yoon Sung menyesali pada apa yang sudah dia lakukan dan dia berharap kalau itu semua adalah sesuatu bisa dilupakan.
"Hanya menghapusnya dari memorimu, itulah cara kau bisa hidup. Kau mencintainya meskipun kau tahu itu tidak benar. Dan sampai sekarang kau masih mencintainya."
"Aku membuat keputusan ini, karena aku mencintainya. Ini akan terungkap suatu hari nanti, dan jika ia mendengarnya dari orang lain, dia akan lebih terluka. Pengampunan, aku akan bertahan dan menunggu sampai aku diampuni."
"Saat Da Jin tahu kebenarannya, maka akan menyakitkan. Jangan terlalu kejam pada seseorang yang kau cintai." Setelah mengatakan itu Ji Won langsung beranjak dan pergi meninggalkan Yoon Sung sendiri.
Di pintu keluar, Ji Won tak dapat menahan air matanya. Dia menangis.
Dong Soo mengajak Da Jin ke tempat ice skating. Walaupun sudah di beri alasan oleh Dong Soo kalau Yoon Sung ada urusan, Da Jin masih tetap berusaha menghubungi Yoon Sung namun tak bisa. Dia pun bertanya pada Dong Soo, apa yang sudah terjadi pada Yoon Sung yang membuatnya tidak bisa datang. Dong Soo tidak menjawab dia hanya terus memakaikan sepatu ice skating pada kaki Da Jin. Tapi karena Da Jin terus bertanya, Dong Soo diam sesaat dan kemudian mengatakan kalau dia hari ini berulang tahun.
Mendengar itu Da Jin terkejut. Dong Soo meminta Da Jin untuk bersenang-senang bersamanya hari ini. Da Jin mengeluh kenapa Dong Soo tidak mengatakan lebih dulu, karena kalau Dong Soo mengatakan padanya lebih dulu, Da Jin bisa memberikannya hadiah. Dong Soo pun menjawab Da Jin ada bersamanya hari ini saja sudah cukup untuknya. Jawaban Dong Soo membuat Da Jin terdiam, tak bisa berkata-kata lagi.
Mereka bermain ice skating bersama. Da Jin tidak bisa bermain, jadi Dong Soo menuntunnya. Selain itu juga Dong Soo membuat kejutan dengan menghidupkan semua lampu di tempat permainan dengan sekali klik. Itu semua membuat Da Jin tersenyum senang.
Sementara Da Jin dan Dong Soo bermain, Yoon Sung sedang termenung di rumahnya. Setelah selesai bermain, Dong Soo mengantarkan Da Jin ke rumah Yoon Sung.
"Sementara kau bersamaku, hatimu selalu disini. Pada Kapten Kim Yoon Sung, karena ini hari ulang tahunku, aku bertanya apakah aku bisa meminjam kau untuk beberapa saat." Ucap Dong Soo.
Dan sekarang Dong Soo mengembalikan Da Jin pada Yoon Sung.
Yoon Sung mengikuti saran Ji Won untuk tidak mengatakan kebenarannya pada Da Jin, sehingga saat bertemu Da Jin dia bersikap biasa saja dan bertanya bagaimana acara Da Jin dan Dong Soo. Dan saat ditanya kenapa Yoon Sung tak datang, dia hanya beralasan kalau dia tiba-tiba harus bertemu temannya.
Mendengar Yoon Sung mempunyai teman, Da Jin mengatakan kalau dia ingin bertemu dengan teman-teman Yoon Sung juga. Yoon Sung lalu mengajak Da Jin ke cermin. Yoon Sung menunjukkan kalau temannya adalah Da Jin.
"Kau memiliki teman yang sangat baik." ucap Da Jin.
Yoon Sung mengatakan kalau dia hanya mempunya Da Jin sebagai teman. Da Jin pun menjawab kalau dia akan sering-sering bermain dengan Yoon Sung agar Yoon Sung tidak merasa bosan padanya. Walau Yoon Sung tersenyum, tapi terlihat jelas kalau ada kesedihan di dalam senyumnya saat melihat Da Jin.
Keesokan harinya, Da Jin dengan bersemangat pergi ke bandara. Petugas bandara mengatakan kalau Da Jin dan Yoon Sung stand by hari ini. Da Jin pun mengiyakan. Dia juga bertanya pada petugas tentang keberadaan Yoon Sung. Belum sempat petugas iitu menjawab, ketua Tim datang dan mengatakan kalau Da Jin sudah ditunggu Mi Joo di ruangannya.
Mi Joo ingin bertemu dengan Da Jin karena ada sesuatu yang ingin dia katakan pada Da Jin. Tanpa basa basi Mi Joo langsung mengatakan kalau dia dan Yoon Sung dulu pernah satu keluarga.
"Adopsi oppa dibatalkan karena ia berusaha melindungiku"
Da Jin terkejut mendengar semua itu. "Lalu, apa itu berarti Presiden yang membatalkan adopsi?" tanya Da Jin.
"Bagaimana ayahku begitu keras pada oppa..... aku akan membayarnya kembali. Aku akan melindungi oppa, kau tahu maksudku kan?"
"Namun, kapten dan aku saling jatuh cinta."
Mi Joo tertawa mendengarnya, "Cinta?" tanya Mi Joo. Mi Joo pun mendekati Da Jin, dan membuka jas nya. Mi Joo sengaja memperlihatkan bekas lukanya.
"Apakah kau pikir cinta mu dapat lebih besar dari bekas luka yang oppa dan aku miliki? Akulah satu-satunya yang bisa memahami oppa dengan sempurna dan mencintai oppa dengan sempurna. Dan bukan kau."
"Jangan menjebak kapten dengan bekas luka. Kapten harus bahagia sekarang. Itu bukan kau, tapi akulah satu-satunya yang bisa melakukan itu. Bersikaplah hanya sebagai adiknya, dan tolong berhenti sekarang." balas Da Jin dengan santai.
Tentu saja Mi Joo marah besar mendengar kata-kata Da Jin. Setelah Da Jin pergi dia langsung menelpon Ketua Tim dan memintanya datang ke ruangannya.
Keluar dari ruangan Mi Joo, Da Jin berjalan lesu, namun setelah dia bertemu dengan Yoon Sung, senyum kembali menghiasi wajahnya. Da Jin mengatakan kalau mereka terhubung pikiran satu sama lain, karena saat ini Da Jin memang sedang mencari Yoon Sung dan Yoon Sung muncul di hadapannya.
Yoon Sung dapat melihat kalau ada sesuatu yang sudah terjadi pada Da Jin. Saat dia bertanya apa yang terjadi, Da Jin hanya menjawab kalau dia sedang berfikir tentang Yoon Sung.
"Aku pikir, kita sudah ditakdirkan." Ucap Da Jin.
Yoon Sung tak mengerti dengan apa yang dikatakan Da Jin.
Beralih ke pesawat yang tengah bersiap tinggal landas. Dan yang menjadi co pilotnya adalah Jae Soo. Jae Soo melakukan perizinan lepas landas pada menara pengawas. Dong Soo melihat ada burung di dekat pesawat. Burung itu akan membahayakan pesawat jika dibiarkan disana. Dong Soo pun langsung menyuruh untuk memanggil BAT (bird team alert).
Tim yang dipanggil Dong Soo tadi langsung bergerak dan dengan sekali tembak langsung bisa mengenai sasaran.
Pesawat berhasil tinggal landas, namun percikan darah burung mengenai kaca depan pesawat, dan itu membuat Jae Soo terkejut dan ketakutan. Kapten menyuruh Jae Soo menghubungi menara pengawas, dia juga mengatakan pada Jae Soo kalau kejadian seperti itu bisa terjadi kapan saja. Jadi jae Soo tidak boleh takut, karena mereka tidak boleh membahayakan 300 penumpang hanya karena seekor burung.
Namun Jae Soo masih dalam ketakutannya. Kapten pun mengingatkan Jae Soo pada penerbangan pertamanya, dimana dengan perasaan senang mencapai langit. Jae Soo pun mengingat saat dia pertama kali melakukan penerbangan. Dia begitu senang melihat pemandangan dari atas langit.
"Setiap kali kita akan melalui waktu yang sulit, kita harus bertahan karena kenangan itu," ucap kapten.
Jae Soo berusaha menumbuhkan keberaniannya, dan langsung menghubungi menara pengawas dan memberi tahu kalau mereka akan segera mendarat dikarenakan ada beberapa masalah dengan mesin. Kaptenpun langsung mengacungkan jempolnya pada Jae Soo atas tumbuhnya rasa keberaniannya. Dong Soo pun lalu memberi intruksi untuk pendaratannya.
Petugas bandara Incheon memberi tahu Ketua Tim kalau pesawat 331 yang menuju Beijing mendarat kembali ke menara Incheon karena Birdstrike. Ketua Tim langsung kesal mendengar itu. Dia pun langsung memeriksa siapa pilot yang dalam posisi stand-by. Petugas memberitahu kalau Yoon Sung dan Da Jin yang stand-by. Dengan terpaksa Ketua Tim menyuruh mereka yang pergi.
Saat petugas memberitahu kalau Da Jin sedang berada di area istirahat, Ketua Tim seperti mendapat sebuah ide.
Da Jin sedang berada di toilet. Tanpa dia ketahui, Ketua Tim diam-diam menyelinap dan mengambil sebuah buku besar di dalam koper Da Jin.
Penumpang di pesawat Jae Soo tadi dipindahkan ke pesawat Yoon Sung. Tentu saja itu membuat para penumpang mengeluh. Dari penumpang itu, ada sepasang orang tua, dimana si laki-laki memarahi istrinya karena dia sebenarnya tidak setuju untuk jalan-jalan ke luar negeri. Dia juga memberikan tas yang dia bawa pada istrinya. Dimarahi didepan umum, membuat sang istri menangis.
Dalam perjalanan ke pesawat, Da Jin menyapa seorang pemuda yang berjalan bersama ayahnya. Saat melihat Da Jin, sang ayah langsung menyambut tangannya dan mengatakan kalau Da Jin cantik. Sang anak langsung menghentikannya dan mengatakan kalau ayahnya sedikit sakit.
Da Jin lalu melihat tulisan yang di kalung kan pada sang ayah. "Nama: Joe Gil Jae. Jika kau bersama ayahku, tolong hubungi aku dengan nomor xxxxx. Anak: Joe Wan Joon"
Da Jin mengerti dan langsung mengatakan kalau dia akan melayani mereka dengan aman hari ini. Wan Joon mengatakan kalau perjalanan ke seluruh dunia adalah mimpi ayahnya. Yoon Sung yang dari tadi diam saja, langsung mengatakan juga semoga Wan Joon dan ayahnya merasakan perjalanan yang menyenangkan. Setelah itu dia langsung pergi.
Walaupun sudah berada di kursi, sepasang penumpang tadi tetap saja bertengkar. Sang istri mengeluh, karena suaminya selalu kasar padanya, baik itu di dalam rumah, dan di luar rumah. Ji Won pun menghampiri mereka, dan memberitahu sang suami untuk memakai sabuk pengaman karena mereka akan lepas landas. Tapi sang suami menolak dengan alasan, apa kalau dia tidak memakai sabuk pengaman, pesawat akan jatuh?
Tidak ingin suaminya ribut dengan orang lain, sang istri mengalihkan perhatian mereka dengan mengatakan kalau lapangan pesawat begitu luas, dia berandai-andai kalau tempat itu dibuat untuk menanam padi, tentu saja pemikiran itu langsung dipatahkan suaminya. Merasa tidak nyaman duduk bersama suaminya, sang istri meminta Ji Won mencarikan tempat duduk lain untuk dirinya. Namun Ji Won tidak bisa memenuhi permintaan istri, karena memang kursinya sudah penuh. Mendengar permintaan bodoh istrinya, suami mulai marah-marah lagi. Sang istripun tak tahan lagi. Dia langsung menangis.
Ji Won merasa tak enak, dan berusaha menenangkan istri. Sekali lagi Ji Won memberitahu suami untuk memakai sabuk pengaman, tapi suami masih tidak ingin memakainya. Ji Won merasa putus asa membujuknya.
Di ruang kokpit, Yoon Sung diberitahu kalau semua penumpang sudah berada di atas pesawat. Yoon Sung hanya menjawab, sebelum pesawat tinggal landas, kabin harus sudah tenang.
Da Jin dapat menebak, kalau ada penumpang yang belum bisa diatasi.
Ji Won masih berusaha membujuk suami untuk memakai sabuk pengaman. Tapi tetap saja suami tidak mau memakai sabuk pengaman, dia malah mengeluh karena pesawat begitu lama berangkatnya. Suami malah naik kursi dan berbicara dengan penumpang yang ada di belakangnya. Ji Won terus bersaha membujuknya, tapi dia malah meminta alkohol. Sang istri berusaha menghentikan tingkah suaminya. Tapi tetap saja suaminya tidak mau diatur.
Di ruang kokpit, Da Jin mengumumkan hal-hal untuk keselamatan penumpang.
"Halo, terima kasih banyak karena memilih Wings Air. Aku ingin memberitahu beberapa tips keamanan. Pertama, jika kau tak mengencangkan sabuk pengaman, ketika pesawat tinggal landas, kau akan memar, atau bahkan patah tulang"
Mendengar itu, semua penumpang yang belum memakai sabuk pengaman langsung memakainya, kecuali suami.
"Ketika kepalamu terbentur ke kursi di depanmu, kau mungkin akan mengalami stroke. Pesawat kami tidak memiliki tim medis, begitu juga dokter. Jadi demi keamananmu, pastikan untuk memasang sabuk pengaman. Juga ketika pesawat sedang lepas landas, jangan bergerak, kau harus menempel pada tempat dudukmu. Aku co pilot Han Da Jin." Da jin terus mengatakan hal-hal yang merupakan akibat jika penumpang tidak memakai sabuk pesawat.
Setelah mendengar penjelasan dari Da Jin, suami langsung memakai sabuk pengamannya.
Beralih ke kokpit. Da Jin mengatakan kalau 40 tahun kemudian, dia dan Yoon Sung pastii sudah menjadi kakek dan nenek. "Jika aku menjadi tua, apa kau tetap menyukaiku?" Yoon Sung tak menjawab. Da Jin juga mengatakan kalau dia mengantisipasi saat Yoon Sung juga menjadi tua.
Dengan sombongnya, Yoon Sung mengatakan kalau Da Jin tak perlu mengantisipasi, karena dia akan selalu tampan sampai kapanpun.
Tentu saja itu membuat Da Jin tertawa. "Jika aku menjadi tua dan lemah, dan aku meminta kau untuk membawa tas yang berat, akan kah kau bawakan untukku? "
"Co pilot Han Da Jin, kau lebih muda dan lebih kuat dariku. " jawab Yoon Sung. LOL
Da Jin kemudian mengajak Yoon Sung untuk tua bersama. Yoon Sung terdiam sejenak. Da Jin langsung mengulurkan jari kelingkingnya, dan meminta Yoon Sung berjanji. Yoon Sung hanya melihat jari Da Jin dengan sedih, karena dia tahu, dia takut Da Jin lah yang akan meninggalkannya saat Da Jin tahu yang sebenarnya. Yoon Sung lalu mengalihkan pembicaraan dengan menyuruh Da Jin meminta izin tinggal landas. Da Jin terus tersenyum, sedangkan Yoon Sung melihat ke arah Da Jin dengan sedih.
Pesawat tinggal landas. Ji Won melayani Won Joon dan ayahnya.
(hmmmmm... aku baru inget kalo Won Joon adalah pramugawan temennya Sa Rang. )
Seperti anak kecil ayah Won Joon langsung merebut makanan yang di bawa Ji Won, tapi dengan cepat Won Joon menghalangi ayahnya dengan menahan tangan ayahnya, namun itu malah membuat ayahnya kesakitan. Ayahnya terus merengek untuk diberikan daging yang banyak. Ji Won memberikan makanannya pada ayah Won Joon, dia pun langsung memakannya dengan terburu-buru. Saat Sa Rang memberikan makanan milik Won Joon, ayahnya malah ingin mengambilnya juga, sehingga membuat semuanya berantakan.
Won Joon berniat ingin membersihkan ayahnya terlebih dulu, membersihkan dari bekas makanan yang tertumpah. Tapi ayahanya menolak. Akhirnya Sa Rang ikut membujuk ayah Won Joon. Pada Sa rang, Ayah Won Joon mau menurut.
Won Joon lalu membawa ayahnya ke toilet. Dengan rasa sayang, Won Joon membersihkan ayahnya. Pada ayahnya, Won Joon bertanya, apakah ayahnya mengenalinya? Ayahnya menyebut Won Joon, sebagai kakaknya. Won Joon memperkenalkan dirinya, "Namaku... Joe Won Joon"
Ayahnya bisa menyebut ulang nama Won Joon namun, dia tetap memanggil Won Joon kakak. Won Joon dengan sedih meminta ayahnya untuk tidak bertingkah seperti itu. Ayah langsung memeluk Won Joon.
"Hyung, jangan terlalu sedih Hyung. Aku akan... aku akan selalu melindungimu, Hyung. " ucap ayah Won Joon sambil menangis.
Da Jin keluar dari toliet sebelahnya. Dia mendengar suara ayah Won Joon. Dia juga bisa melihat Won Joon yang masih berpelukan dengan ayahnya.
Beralih ke pasangan suami istri sebelumnya. Suami lagi-lagi mengeluh, karena dia harus mengisi sebuah formulir. Dia pun bertanya pada Joo Ri bagaimana caranya, saat Joo Ri menjelaskan kalau suami harus memilih satu bahasa, bahasa China atau bahasa Inggris. Suami tambah menggerutu. Dia langsung mengamuk saat mendengar istrinya berkata-kata. Dengan terus mengoceh, dia pergi dari kursinya.
Won Joon sudah selesai menggantikan pakaian ayahnya. Diapun keluar terlebih dulu. Saat ayah berjalan keluar dia tak sengaja bertabrakan dengan suami. Suami tidak menyadari kalau dia sudah menjatuhkan paspor miliknya. Paspor itu terinjak oleh ayah Won Joo.
Won Joon begitu merawat ayahnya. Setelah ayahnya rapi, Won Joon mengalungkan nametag ayahnya, dia juga memberitahu ayahnya kalau nama ayahnya adalah Joe Gil Jae. Mendengar itu ayahnya langsung menyentuh pipin Won Joon, diperlakukan seperti itu sangat membuat Won Joon senang, dia mengira ayahnya ingat siapa dirinya.
Ayahnya kemudian dengan ceria mencari sesuatu di bajunya, dia mengatakan kalau sesuatu yang dia cari itu sangat berharga untuknya. Ternyata yang ayahnya cari adalah sekantong kacang. Dengan gembira ayah menyuapi Won Joon, Won Joon menangis melihat tingkah ayahnya. Ayahnya belum bisa mengingat siapa dirinya.
Beralih ke ruang kokpit, dimana Da Jin hanya diam saja, dan membuat Yoon Sung bertanya padanya apa yang terjadi. Da Jin menjawab kalau dia sedang berfikir jika dia telah hilang dalam memori seseorang.
"Menghapus seseorang dari ingatanku.... Itu.... Sepertinya menyedihkan..."
Yoon Sung lalu bertanya apa yang membuat Da Jin berfikir seperti itu adalah ayah Won Joon? Da Jin mengiyakan.
Da Jin lalu bertanya apa yang Yoon Sun ingat dari orang tuanya? Yoon Sung menjawab kalau ayahnya lebih baik dari dirinya, begitu juga dengan ibunya.
Da Jin pun membahas tentang Yoon Sung yang pernah di adopsi dan di usir, dia bertanya apa Yoon Sung masih membenci mereka?
Aku di adopsi selama 2 tahun setelah ayahku meninggal. Aku sangat di sayang saat ibuku masih ada."
Yoon Sung juga menambahkan walau itu sangat sulit, itu bisa menjadi sebuah kenangan yang bisa menjadikan dirinya tumbuh menjadi pribadi yang kuat. Da Jin menambahkan semoga Ppo Song juga bisa tumbuh dengan baik seperti Yoon Sung.
"Tentu saja, karena dia menyukaiku," ucap Yoon Sung.
Won Joon tertidur, dan ayahnya sudah tak ada lagi di sebelahnya.
Beralih ke suami yang sukanya marah-marah, dia kelabakan saat tau kalau paspor nya sudah hilang. Ji Won yang melihatnya, berusaha membantu dengan mencari di bawah kursi.
Tak lama kemudian ayah Won Joon datang dan mengagetkan Ji Won. Dia mengira Ji Won sedang bermain petak umpet, dan dia mengatakan kalau dia mau ikut bermain. Ji Won menjelaskan apa yang terjadi dan meminta ayah Won Joon untuk menunggu.
Namun melihat suami yang marah-marah pada istrinya, menarik perhatian ayah Won Joon. Karena sang istri menangis, ayah Won Joon langsung menyodorkan sapu tangan. Tentu saja istri menerimanya, setelah itu ayah Won Joon berniat memberikan makanaan pada istri.
Melihat semua itu, tentu saja sang suami marah dan langsung mendorong Ayah Won Joon sampai terjatuh. Dan saat itulah, paspor milik suami terjatuh dan dilihat suami. Tentu saja suami dengan marah ingin mengambilnya, namun karena ayah Won Joon merasa itu miliknya, dia tidak menyerahkannya. Tidak hanya merebut secara paksa, suami juga mengatai ayah Won Joon sebagai orang yang terbelakang.
Tepat pada saat itu, Won Joon datang dan langsung menenangkan ayahnya, kalau paspor milik mereka ada di tas. Ketika Won Joon akan membawa ayahnya kembali, suami masih tak dapat menjaga omongannya, dia menyuruh Won Joon memasukkan ayahnya ke rumah sakit.
Won Joon masih bisa menahan amarahnya, tapi saat suami mengatakan kalau orang tua seperti Ayah Won Joon, harusnya mati saja, daripada membebani anak mereka. Won Joon berbalik lagi, dan mengatakan kalau ayahnya adalah satu-satunya orang yang dia miliki.
"Saat aku masih kecil, dia tidak istirahat sama sekali karena dia harus mengurusku. Dan ketika dia tua, semua itu menjadi berbalik sekarang, bahkan jika aku berumur sama tuanya dengan ayahku, aku ingin ayahku tetap tinggal bersamaku. Meskipun ayahku tak ingat padaku, aku tetap ingat ayahku. Aku minta maaf karena sudah membuat keributan, tapi tak sepantasnya anda mengatakan hal seperti itu."
Tidak terima di ceramahi oleh Won Joon, suami kesal dan bertanya apa dirinya sudah mengatakan hal yang salah, karena ayah Won Joon sudah mengambil paspor nya. Paspor sangat berguna untuknya, kalau tak ada paspor, dia tidak akan bisa turun dari pesawat dan harus kembali lagi ke korea.
Ayah Won Joon terus berlutut dan meminta maaf pada suami. Melihat ayahnya seperti itu, membuat Won Joon ingin cepat membawa ayah nya pergi.
Sang istri yang dari awal diam, sudah tak tahan lagi melihat kelakuan suaminya. Dia beranjak dari duduknya, dan menarik suaminya ke tempat duduk.
Di tempat duduknya, sang istri mengatakan kalau suatu saat sang suami kehilangan ingatannya, maka dia akan pergi meninggalkannya. Dia juga mengatakan kalau selama ini, dia sudah hidup bersama orang yang egois, dan itu membuat dirinya marah pada dirinya sendiri.
"Bahkan seseorang yang sudah tak waras, dia masih berfikir tentang keluarganya. Kau tak pernah tahu, kapan kita akan seperti itu. Bagaimana kau bisa berkata seperti itu? Jika kau menjadi dia, kau akan langsung membuangku tanpa ragu. Aku lebih menyedihkan daripada orang itu." Ucap istri dengan menangis.
Mendengar pengakuan sang istri membuat suami merasa bersalah, dan mengatakan kalau dia akan terus bertanggung jawab padanya dan selalu menjaganya.
Dengan marah, istri mengatakan kalau dia tak akan tertipu untuk yang kedua kalinya. Dan suami dengan pasti meyakinkan istrinya untuk percaya padanya kali ini.
Beralih ke ruang kokpit, Yoon Sung sedang mempersiapkan pendaratan di airport Beijing. Dia kemudian menyuruh Da Jin memeriksa frekuensi, dan saat itu Da Jin baru menyadari kalau dia tidak membawa buku catatannya. Yoon Sung pun langsung memberikan miliknya.
Mereka mendarat dengan selamat, saat melewati Ji Won, istri dengan sangat senang mengucapkan terima kasih padanya. Dia juga memberikan sesuatu pada Ji Won. Sang istri sangat senang, karena suaminya telah berubah dan menjadi perduli pada dirinya.
Semua orang sudah turun dari pesawat, terkecuali Won Joon dan ayahnya, Ji Won tak ingin membangunkan ayahnya yang tertidur lelap. Da Jin dan Yoon Sung melihat mereka.
"Ayah tahu kah kau, ketika aku bertambah tua, aku ingin menjadi sepertimu. Sekarang, aku masih bagitu mengagumimu. Jadi ingat, nama anakmu, dan jangan kehilangan ingatan lagi, jangan sakit, dan tetaplah disisiku, ayah." Ucap Won Joon pada ayahnya yang tertidur.
Yoon Sung, Da Jin dan rombongan pramugari sampai di Wing Airs. Melihat Da Jin sudah kembali, Mi Joo mendekati mereka dengan membawa buku milik Da Jin. Dia langsungmemanggil Da Jin, dan menegur Da Jin yang sudah teledor, Mi Joo lalu mengingatkan Da Jin kalau buku itu sangat penting. Dengan alasan karena Da Jin tidak bertanggung jawab dan selalu ikut campur dalam urusan orang lain, Mi Joo khawatir maskapai penerbangan mereka akan rusak karena orang seperti Da Jin.
Yoon Sung berusaha membela Da Jin, namun dihalangi Ji Won. Mi Joo pun tahu kalau Yoon Sung ingin membela Da Jin. Mi Joo terus mengatakan semua kesalahan Da Jin dan kemudian dia melempar buku milik Da Jin ke lantai. Mi Joo mengatakan kalau lain kali dia tidak akan pernah memberikan Da Jin kesempatan lagi.
Ji Won mengambil buku Da Jin dan memberikannya. Tepat pada saat itu, In Tae datang. Tanpa basa basi, Da Jin langsung pergi meninggalkan tempat itu. In Tae meminta Yoon Sung menemui dirinya di kantornya.
Tanpa diberi komando, Ji Won sendiri menemui Mi Joo di kantornya. Pada Mi Joo, Ji Won memberitahu kalau dia tahu apa yang sebenarnya terjadi tentang buku Da Jin, sebelumnya dia tanpa sengaja bertabrakan dengan ketua Tim dan menjatuhkan buku itu. Ji Won ingin Mi Joo tidak menggangu Da Jin lagi dan membiarkan Da Jin dan Yoon Sung saling mencintai.
Mi Joo mengingatkan Ji Won, kalau dia tidak pernah ingin berbagi dengan siapapun. Ji Won pun mengatakan kalau apa yang dilakukan Mi Joo hanyalah sebuah obsesi. Dia juga mengatakan kalau dia atau pun Mi Joo tidak ada hak mencampuri hubungan Da Jin dan Yoon Sung. Mi Joo pun menjawab kalau orang yang bisa menghentikan dia hanyalah Yoon Sung.
Sebelum pergi Ji Won berkata kalau yang harus Mi Joo lakukan adalah hanya melindungi Yoon Sung dan Da Jin. Mi Joo terlihat sangat kesal dan marah.
Yoon Sung menemui In Tae, tanpa basa basi In Tae langsung menyerahkan dokumen yang dia dapat dari maskapai penerbangan tempat Yoon Sung terdahulu. In Tae bertanya apakah sampai kapan Yoon Sung akan menyembunyikan semuanya. Yoon Sung menjawab kalau dia tidak pernah bermaksud untuk menyembunyikan semuanya. In Tae menanggapi kalau Yoon Sung juga tak bermaksud untuk mengungkapkan semua itu. In Tae tersenyum penuh kemenangan.
"7 tahun lalu, pesawat yang menuju Ke San Francisco di Amerika. Itu adalah penerbangan pertama Co- Kapten Kim Yoon Sung"
Mendengar kata-kata In Tae itu membuat Yoon Sung teringat kembali pada peristiwa itu, dimana karena kelalaian Yoon Sung pesawat menjadi tidak stabil, dan itu mengakibatkan seseorang meninggal dunia. In Tae juga mengungkapkan kalau setelah kejadian itu Yoon Sung berhenti dari dunia penerbangan, dan kemudian kembali lagi. In Tae terus menyudutkan Yoon Sung dengan mengatakan kalau saat itu Yoon Sung langsung menerima hukuman, dia tidak akan merasa sangat menderita seperti sekarang ini. Ditambah lagi In Tae mengatakan kalau keluarga korban sekarang berada disebelah Yoon Sung. Bahkan setelah Da Jin mengetahui fakta yang sebenarnya, apakah dia masih akan bertemu dengan Yoon Sung?
Keluar dari ruangan In Tae, Yoon Sung terlihat lemas, apa yang ditakutkannya selama ini terjadi juga.
Da Jin berjalan pulang, dan saat dia akan melewati rumah Yoon Sung, Yoon Sung baru saja tiba dengan mobilnya. Da Jin menghampiri Yoon Sung yang langsung meminta Da Jin untuk tidak membuat acara apapun besok karena dia ingin mengajak Da Jin pergi bersama.
Saat masuk ke rumahnya, raut wajah sedih dan khawatir kembali merundung Yoon Sung, sebaliknya Da Jin yang sudah berada di rumahnya, dengan bahagia mempersiapkan semua hal-hal yang akan dia bawa saat kencan bersama Yoon Sung.
Ppo Song bersama Mal Ja dan Dal Ho sedang makan bersama, mereka terkejut saat melihat penampilan baru Da Jin yang mengenakan rok mini. Ppo Song terus tersenyum melihat penampilan kakaknya, dan bertanya kemana Da Jin akan pergi dengan dandanan seperti itu. Da Jin menjawab kalau dia hanya akan berjalan-jalan bersama teman�temannya.
Di mobil, Da Jin terus menarik-narik roknya karena dia sendiri tak nyaman pada apa yang dia pakai. Yoon Sung mengetahuinya, dia pun mengatakan kalau dia tidak akan tergoda, walau Da Jin memakai pakaian apapun, jadi dia menyuruh Da Jin lain kali untuk berpakaian yang membuatnya nyaman.
Akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan. Saat mengambil barang-barang dari bagasi, seperti biasa dengan gaya cueknya, Yoon Sung menyuruh Da Jin membawa tas miliknya sendiri. Dengan menggunakan sepatu hak tinggi, Da Jin kesusahan membawa tas-tasnya.
Setelah itu, Yoon Sung mengambil foto Da Jin yang bergaya bak model. Saat melihat-lihat hasil foto, Da Jin melihat foto dirinya yang diambil diam-diam oleh Yoon Sung saat berada di Australia saat itu. Yoon Sung langsung menarik kameranya dan mengatakan kalau Da Jin tak sengaja masuk ke dalam lensanya. Da Jin pun menebak kalau Yoon Sung sudah menyukai dirinya terlebih dulu sebelum mereka bertemu di Wings Air.
Setelah berjalan-jalan, Yoon Sung mengajak Da Jin makan malam romantis di luar rumah, bahkan Yoon Sung sendirilah yang memasaknya. Da Jin pun meminta sebuah permohonan pada Yoon Sung, dia ingin mereka selalu bisa melakukan hal-hal seperti itu bersama. Namun Yoon Sung mengatakan kalau semua ini bisa jadi yang terakhir untuk mereka, karena dia melakukan semua ini hanya untuk memanjakan Da Jin sekali-kali. Da Jin pun mengatakan kalau dia sudah senang, walau hal ini terjadi hari ini.
Setelah makan malam bersama, mereka duduk berdua di depan perapian. Saat Yoon Sung sedang mempersiapan perapian, Da Jin dia mengucapkan syukurnya di depan bulan purnama, dia bersyukur sudah bertemu dengan Yoon Sung.
Selesai mempersiapkan perapian, Yoon Sung duduk disamping Da Jin sambil meminum kopi bersama. Da Jin menyebut Yoon Sung aneh hari ini, karena tak seperti biasanya, Yoon Sung banyak tersenyum hari ini dan Da Jin mengatakan kalau Yoon Sung terlihat tampan jika tersenyum. Yoon Sung menjawab kalau cintalah yang membuat dia melakukan semua itu.
Da Jin mengeluh kedinginan sehingga dia lebih merapat pada Yoon Sung dan bersandar ke pundaknya. Yoon Sung pun bertanya pada Da Jin, orang seperti apa dirinya di mata Da Jin? Da Jin menjawab kalau Yoon Sung adalah orang yang mengajaknya tiba-tiba dan membuat dirinya tidak dapat melakukan apapun untuk menolaknya, selain itu Yoon Sung juga adalah orang yang ingin dia percaya bahkan ketika langit jatuh, dan Da Jin menganggap Yoon Sung seperti surga.
Yoon Sung lalu mendorong kepala Da Jin dan mengatakan kalau dia bukan surga, tapi dia adalah langit. Da Jin kembali bersandar pada Yoon Sung, dan bertanya orang seperti apa dirinya di mata Yoon Sung? Yoon Sung menjawab kalau Da Jin itu seperti bom nuklir, seseorang yang membuat Yoon Sung gugup karena dia tak pernah tahu kapan Da Jin akan meledak. Da Jin tertawa mendengarnya dan mengatakan kalau dia tak akan meledak di sembarang tempat.
"Jika... langit jatuh, apa yang akan kau lakukan?" tanya Yoon Sung tiba-tiba. Da Jin menjawab kalau langit tak akan jatuh karena dia akan mendukungnya dengan baik.
"Mungkinkah kau berencana untuk jatuh?" Tanya Da Jin. Yoon Sung hanya menjawab kalau Da Jin adalah surga bagi Yoon Sung, karena itu Yoon Sung meminta Da Jin untuk tidak pernah terjatuh.
"Jangan khawatir" jawab Da Jin dan dia kembali bersandar pada Yoon Sung.
Mereka berdua menikmati malam bersama sampai Da Jin tertidur. Yoon Sung menyelimutinya dan dengan perasaan sedih dia membelai Da Jin. Yoon Sung teringat pembicaraan dirinya dan In Tae, dimana In Tae mengatakan kalau setelah Da jin mengetahui fakta yang sebenarnya, apa dia masih mau bertemu dengan Yoon Sung? Jadi semua itu In Tae serahkan pada Yoon Sung.
"Han Da Jin... sebelum bertindak, pikirkan sekali lagi... jangan makan sembarangan lagi. Jangan ikut campur pada semua urusan orang. Jangan marah disembarang tempat. Dan juga, jangan menangis karena aku. Aku tahu, aku tak bisa dimaafkan, tapi aku akan tetap menunggu sampai kau memaafkan aku. Senyummu, aku menyesal tak bisa menjaganya." Ucap Yoon Sung pada Da Jin yang tertidur. Yoon Sung pun tak bisa menahan dirinya, dia menangis.
Pagi harinya, Yoon Sung mengantar Da Jin pulang. Da Jin mengatakan kalau apa yang telah Yoon Sung berikan padanya, sangatlah menyenangkan. Saat Da Jin akan masuk rumahnya, Yoon Sung menghentikannya. Yoon Sung diam sebentar, dengan sedikit ragu Yoon Sung mengatakan pada Da Jin untuk mendengarkan dirinya baik-baik, karena dia hanya akan mengatakannya sekali saja.
"Ayah Han Da Jin, Instruktur Han Gyu Pil adalah guru ku dan pada penerbangan pertamaku dengan instruktur, autopilot dibatalkan, dan seorang wanita hamil meninggal di pesawat, wanita itu adalah ibumu."
"Kau berbohong." Ucap Da Jin tak ingin percaya.
Yoon Sung menyuruh Da Jin mendengarkannya bak-baik karena dia hanya akan mengatakannya sekali saja. Yoon Sung mengakui ayah Da Jin adalah gurunya. Dan pada penerbangan pertamanya bersama instruktur Han, karena auto pilot diluar kendali satu orang wanita hamil meninggal di pesawat, dan wanita itu adalah ibunya Da Jin. Namun Da Jin masih tak percaya pada apa yang dikatakan Yoon Sung. Yoon Sung mengatakan lagi kalau dia saat itu sedang menggantikan pilot Han dalam mengendalikan pesawat.
Da Jin mulai lemas, saat Yoon Sung akan mendekatinya, dia langsung berlari masuk ke dalam rumah. Da Jin benar-benar terpukul pada apa yang baru saja dia dengar, dia menangis sejadi-jadinya di gudang.
Yoon Sung masih berada di dalam mobilnya di depan rumah Da Jin, berharap Da Jin keluar untuk menemuinya. Dia berkata lirih kalau dia tak ingin berbohong terus menerus pada Da Jin, dan bertanya apa yang harus dia lakukan untuk bertahan?
Di depan rumah Yoon Sung sudah ada Mi Joo yang membawa tukang kunci untuk membuka pintu rumah Yoon Sung. Mi Joo mempersiapkan makan malam yang romantis untuk dirinya dan Yoon Sung, sepertinya dia ingin merayu Yoon Sung dengan cara itu. Dia juga menggunakan pakaian seksi. Dia menunggu Yoon Sung pulang dengan senang, dia tak henti-hentinya tersenyum sendiri, dia pikir Yoon Sung akan senang dengan kejutan yang dia buat, dia pikir Yoon Sung akan menerima dirinya sebagai kekasih.
Akhirnya Yoon Sung pulang, dan Mi Joo langsung mengatakan surprise. Sudah bisa ditebak kalau Yoon Sung tidak akan tertarik pada apa yang Mi Joo lakukan. Dia menyuruh Mi Joo keluar dari rumahnya.
Mi Joo pun dengan sedih bertanya, apa di mata Yoon Sung sudah tak melihat dirinya lagi, atau semua itu karena Da Jin. Mi Joo juga mengingatkan kalau mereka berdua tidak bisa bersama. Yoon Sung yang tadinya tenang menjadi marah dan mengatakan kalau dia tahu dia tidak bisa bersama dengan Da Jin, karena itu dia memohon pada Mi Joo untuk pergi dari rumahnya, namun Mi Joo tidak mau pergi, dia mengatakan kalau malam ini dia ingin bersama Yoon Sung.
Tanpa bertanya terlebih dahulu Mi Joo langsung memeluk Yoon Sung dan langsung dilepaskan oleh Yoon Sung. Yoon Sung meminta Mi Joo untuk menghentikan semua ini. Dengan marah Yoon Sung membuka bekas luka Mi Joo.
"Bekas luka ini, bagimu ini adalah sesuatu, tapi bagiku, ini sama seperti neraka setiap kali mengingatnya. Jadi kumohon.."
"Bahkan jika oppa membenciku, aku tetap ingin disisi Oppa sekarang," ucap Mi Joo yang terus memeluk Yoon Sung lagi.
Yoon Sung sudah tak tahan lagi, dia melepas pelukan Mi Joo dan mendorongnya ke lantai. Mi Joo terus berteriak kalau Yoon Sung tak seharusnya melakukan semua itu padanya, namun Yoon Sung tak perduli, dia terus berjalan keluar rumah meninggalkan Mi Joo. Mi Joo benar-benar terlihat marah.
Saat Yoon sung keluar rumah, bertepatan dengan In Tae yang baru saja pulang. Ketika In Tae akan masuk ke rumahnya, Yoon Sung memanggilnya, dan meminta In Tae untuk membawa pergi Mi Joo dari rumahnya. Dengan ekspresi marah, In Tae bertanya apa yang dilakukan Mi Joo di rumah Yoon Sung? Karena Yoon Sung tak menjawab apa-apa, dan itu membuat In Tae naik pitam dan langsung menarik kerah baju Yoon Sung, sekali lagi dia bertanya kenapa Mi Joo ada di rumah Yoon Sung?
Dengan nada marah juga Yoon Sung menyuruh In Tae untuk cepat membawa Mi Joo keluar dari rumahnya, karena Yoon Sung tidak punya rasa ketertarikan sedikitpun pada Mi Joo. In Tae dengan kesal juga mengatakan kalau Yoon Sung tak seharusnya membiarkan Mi Joo menyukai orang seperti Yoon Sung. Yoon Sung menjawab, kalau sudah sering dia katakan tapi tetap saja Mi Joo tak mau mendengar dan mengerti, Yoon Sung sendiri sampai lelah.
Mi Joo akhirnya keluar dengan sendirinya dari rumah Yoon Sung, dan tanpa berkata sepatah katapun pada Yoon Sung dan ayahnya, Mi Joo langsung berjalan pulang. In Tae pun melepaskan cengkramannya dan menyusul Mi Joo pulang.
Di rumah, In Tae mengajak Mi Joo bicara. Sebelum ayahnya mengatakan apapun, Mi Joo langsung memotong dengan mengatakan kalau dia sudah menyerah. In Tae pun kemudian menceritakan cerita antara dia, ibu Mi Joo dan ayah Yoon Sung. In Tae mengatakan kalau selama ini, dia hanya hidup dengan raga ibu Mi Joo, sedangkan hatinya ada bersama orang lain. Dan orang lain itu adalah ayah Yoon Sung.
Ayah Yoon Sung adalah teman In Tae, dan mereka berdua sama-sama mencintai ibu Mi Joo. Namun sayangnya ibu Mi Joo mencintai ayah Yoon Sung. Walaupun begitu Ibu Mi Joo memilih menikah dengan In Tae karena karir, dan ayah Yoon Sung pergi ke luar negeri untuk belajar. Selama menikah, In Tae jarang berada di rumah. In Tae mengaku dia mempercayai ibu Mi Joo, namun setelah ibu membawa Yoon Sung ke rumah mereka, dia goyah. Dia juga memberi tahu Mi Joo kalau ibu Mi Joo menginginkan In Tae untuk mengadopsi Yoon Sung. Setelah kehadiran Yoon Sung, ibu Mi Joo untuk pertama kalinya tertawa pada In Tae, dan pertama kalinya membuatkan In Tae teh.
Mi Joo tidak ingin percaya apa yang dikatakan In Tae tentang ibunya, karena ibunya hanya berkata pada Mi Joo kalau dia akan diberi satu orang teman dan ibunya membawa Yoon Sung. Mi Joo bertanya apa In Tae tidak membaca surat dari ibunya.
In Tae menggeleng dan berkata kalau dia tidak pernah di beri harapan, dan semua yang dilakukan ibu Mi Joo adalah untuk Yoon Sung. Itulah alasan kenapa In Tae sangat membenci Yoon Sung, karena rasa cemburunya pada Yoon Sung yang merupakan anak dari orang yang sangat dicintai ibu Mi Joo. Sampai-sampai saat menceritakan itu semua pada Mi Joo, In Tae yang keras itu menangis.
Setelah itu Mi Joo seperti berubah, dia tahu apa yang harus dia lakukan, dia juga mengatakan kalau dia tidak akan menjadi seperti ayahnya, dengan nada sinis, Mi Joo mengatakan kalau Yoon Sung sudah mengabaikannya, karena itu seberapa banyak dia sudah disakiti oleh Yoon Sung, maka dia juga akan mengembalikan rasa sakit itu pada Yoon Sung.
Yoon Sung bekerja seperti biasa. Namun saat dia tahu Da Jin tidak masuk karena sakit, dia menjadi panik, sampai-sampai dia hampir tak perduli kalau ada penerbangan yang harus dia lakukan. Yoon Sung berlari namun akhirnya dia berhenti, dia bimbang memilih penerbangannya atau menemui Da Jin.
Ketua Tim menemui Mi Joo dan mengatakan kalau In Tae sudah mendapatkan kotak hitam pesawat yang digunakan Yoon Sung 7 tahun yang lalu.
Dan Akhirnya Yoon Sung memilih melakukan penerbangan dimana posisi co-pilot digantikan oleh Min-Ah. Min- Ah merasa canggung karena Yoon Sung hanya diam saja. Yoon Sung pun akhirnya membuka suara dan bertanya pada Min-Ah tentang penyakit Da Jin. Mendengar pertanyaan Yoon Sung, Min Ah malah heran kenapa Yoon Sung tidak tahu tentang Da Jin. Karena Yoon Sung hanya diam saja, Min Ah pun menjawab kalau Da Jin hanya masuk angin, dan Min Ah pun mengungkapkan kalau Da Jin pasti akan cepat sembuh.
Yoon Sung pun bertanya lagi pada Min Ah, Seperti apa Da Jin itu. Min Ah menjawab, kalau Da Jin itu selalu melakukan apa yang dia suka, tapi yang paling dia inginkan adalah mengoperasikan pesawat.
Dengan ekspresi sedih, Yoon Sung bertanya, apa yang Da Jin suka makan, Min Ah menjawab kalau Da Jin suka makan apa saja, Yoon Sung bertanya lagi kapan Da Jin akan menangis? Min Ah menjawab saat orang tuanya meninggal tiba-tiba. Yoon Sung bertanya lagi, kapan Da Jin tertawa? Min Ah menjawab kalau saat bersama Yoon Sung, Da Jin selalu tertawa. Yoon Sung menahan air matanya. Min Ah pun berkata kalau Da Jin sangat mengagumi Yoon Sung.
Dengan menahan air matanya, Yoon Sung langsung menghubungi menara pengawas. Setelah melakukan perizinan lepas landas, Yoon Sung berkata pada Dong Soo, "Rasanya sangat sakit, tolong untuk merawatnya". Dong Soo mengerti apa maksud Yoon Sung, Yoon Sung ingin Dong Soo menghibur Da Jin karena dia sudah mengatakan semuanya pada Da Jin. Dong Soo dan Yoon Sung sama-sama menahan air mata mereka.
Dengan cepat Dong Soo langsung pergi ke rumah Da Jin dan memanggilkan dokter untuk Da Jin. Karena Mal Ja akan pergi, dia meminta Dong Soo menjaga Da Jin. Dong Soo duduk di tempat tidur Da Jin, saat dia ingin membelainya Da Jin menolak. Dong Soo mengatakan melihat air mata Da Jin sangat menyakitkan untuknya.
Da jin membuka matanya, tanpa berbalik ke arah Dong Soo, Da Jin mengatakan kalau Dong Soo pasti sudah tahu semua itu dari awal, Da Jin bertanya sejak kapan Dong Soo mengetahuinya?
Dong Soo menjawab walau dia tahu, dia tak bisa melakukan apapun untuk Da Jin. Dong Soo pun minta maaf dan Da Jin tak bisa menahan tangisnya.
Dong Soo keluar dan menemukan kantong yang berisi kotak makanan di depan rumah Da Jin. Dong Soo melihat Yoon Sung berjalan pergi. Dong Soo mengajak Yoon Sung minum bersama. Dong Soo memberi tahu Yoon Sung kalau Da Jin sudah diperiksa oleh dokter dan sekarang dia sedang tidur. Yoon Sung mengaku kalau dia tidak tahu, rasanya akan sesakit yang dia rasakan sekarang.
Dong Soo dengan menahan rasa kesalnya mengatakan kalau Yoon Sung sudah kehilangan Da Jin sekarang. Yoon Sung mengatakan kalau dia dulu pernah berfikir tak akan jatuh cinta pada Da Jin, Dong Soo menyuruh Yoon Sung untuk terus berfikir seperti itu dan jangan kembali pada Da Jin, jangan sekali-kali Yoon Sung mengganggunya lagi, dan jangan lagi mereka saling menyakiti. Yoon Sung tak menjawab, dia hanya terus minum.
Yoon Sung mabuk berat. Dia berjalan pulang dengan sempoyongan, sampai-sampai dia terjatuh. Walaupun Dong Soo membencinya, tetap saja dia tidak tega melihat Yoon Sung seperti itu, dengan marah Dong Soo menyuruh Yoon Sung bangun. Dong Soo mencengkram kerah baju Yong Soo yang masih tergeletak, dengan marah Dong Soo bertanya mengapa Yoon Sung masih ingin bersama Da Jin, bukankah dia yang mengenal Da Jin terlebih dulu? Dong Soo juga tak bisa menghentikan Yoon Sung, dan sekarang Yoon Sung menjadi sedih karena semua itu, Dong Soo meminta Yoon Sung bangkit untuknya.
Yoon Sung yang mabuk berat mengatakan kalau dia tidak sedikitpun sedih, dia juga sedikit tertawa. Melihat Yoon Sung tertawa, Dong Soo memukul Yoon Sung sampai mulut Yoon Sung penuh darah, tapi Yoon Sung terus tertawa dan itu membuat Dong Soo memukulinya terus menerus. (ooooh.... kasian Yoon Sung... dipukuli gitu...)
Dengan lemah Yoon Sung mengatakan kalau dia hanya mengandalkan Dong Soo. Dengan menangis Dong Soo menjawab, kalau dia sangat mencintai Da Jin, tapi dia tak bisa melakukan apa-apa untuknya. Dong Soo melepas cengkramannya dan Yoon Sung tergeletak lemas.
Dong Soo memapah Yoon Sung pulang ke rumahnya. Saat Dong Soo akan pergi, langkahnya terhenti karena ngigauan Yoon Sung yang mengatakan "Sangat...". Dong Soo seperti tidak tega melihat Yoon Sung yang seperti itu.
Da Jin kembali bekerja dan bertanya jadwal penerbangannya. Ketua Tim yang melihat Da Jin, langsung bertanya tentang kondisi Da Jin apa sudah sembuh. Da Jin menjawab iya. Petugas memberitahu Da Jin kalau jadwal penerbangan Da Jin adalah ke Jepang bersama Yoon Sung. Mendengar itu Da Jin langsung meminta ganti penerbangannya.
Dasar kepo ketua Tim pun bertanya apa yang terjadi antara Da Jin dan Yoon Sung. Tepat di saat itu Yoon Sung datang dengan wajah babak belur. Ketua Tim pun beralih pada Yoon Sung dengan membahas bekas luka di wajah Yoon Sung. Namun Yoon Sung sama sekali tak menghiraukan Tim Ketua, dia beralih pada petugas dan membahas perjalannya ke jepang.
Da jin yang memang tak ingin bersama-sama Yoon Sung langsung berjalan pergi, Yoon Sung langsung mengikutinya. Melihat tingkah Da Jin dan Yoon Sung membuat ketua Tim penasaran.
Yoon Sung memanggil Da Jin, dan Da Jin pun menghentikan langkahnya namun tanpa berbalik pada Yoon Sung, dia meminta pada Yoon Sung untuk tidak berkata sepatah katapun padanya lagi, karena kalau itu masih Yoon Sung lakukan Da Jin tidak tahu apa yang akan keluar dari mulutnya nanti.
Yoon Sung bertanya, sampai kapan Da Jin akan menghindari terbang bersamanya. Yoon Sung meminta Da Jin bisa membedakan mana urusan pekerjaan dan masalah pribadi.
Da Jin berbalik, dia mengatakan semua pemikirannya tentang Yoon Sung yang sekarang, dia menganggap Yoon Sung berpura-pura mencintainya untuk menyembunyikan kesalahannya. Yoon Sung berusaha menjelaskan kalau dia tidak berbohong tentang itu, tapi Da Jin sudah tak ingin percaya pada Yoon Sung lagi.
Da Jin pergi, Ji Won muncul di belakang Yoon Sung, Yoon Sung berbalik dan melihat Ji Won disana. Mereka saling menatap.
Ketua Tim menemui Mi Joo di ruangannya. Dia mengadukan tentang apa yang baru dia lihat tentang Yoon Sung dan Da Jin. Dia juga mengatakan tentang wajah Yoon Sung yang babak belur, mendengar itu Mi Joo sedikit terkejut. Mi Joo tersenyum kecil, sepertinya dia mempunya suatu rencana.
Mi Joo menemui ayahnya, dan meminta ayahnya memberikannya kotak hitam itu. Namun In Tae tidak bisa memberikannya pada Mi Joo karena dia tak ingin membuat Mi Joo seperti dirinya, menjadi orang yang suka menghancurkan orang lain.
Mi Joo mengingatkan lagi apa yang sudah dia katakan sebelumnya, kalau dia tidak akan melakukan cara seperti ayahnya untuk hidup. In Tae berharap Mi Joo tidak menderita setelah menyakiti orang lain, dan dia meminta Mi Joo membiarkan dirinya untuk melindungi Mi Joo. In Tae juga bersedia menggantikan Mi Joo untuk menanggung semuanya. Mi Joo tak bisa berkata apa-apa lagi. ( aku pikir dia tersentuh dengan sayangnya In Tae pada dirinya))
Ketua Tim menunggu Mi Joo di depan pintu. Mi Joo kemudian menyuruh Ketua Tim untuk mengumpulkan semuanya dan mereka akan mengadakan rapat. Sambil duduk ketua Tim berkata tentang nasip Yoon Sung nanti. Ji Won yang ada disana terlihat khawatir.
Ji Won pun langsung menemui Mi Joo, dia langsung bertanya apa yang sebenarnya terjadi? Dan apa yang Mi Joo sebenarnya inginkan? Mi Joo hanya menjawab kalau dia tidak ingin melepaskan orang itu.
Ji Won mengingatkan lagi permintaan Mi Joo yang memintanya untuk menanggung semua kesalahan pada kecelakaan itu untuk menyelamatkan Yoon Sung. Mi Joo dengan tegas mengatakan kalau Ji Won tidak akan bisa menghentikan apa yang akan dia lakukan.
Da Jin masuk ke gudang menemui Dal Ho yang masih sibuk dengan mesin-mesinnya. Melihat raut wajah Da Jin yang tidak bersemangat, membuat Dal Ho bertanya, apa Da Jin punya masalah? Namun Da Jin tidak mengatakan yang sebenarnya, walaupun begitu Dal Ho bisa menebak, kalau Da Jin pasti punya masalah, karena itu dia mengajak Da Jin membahas tentang mesin otomatis pesawat. Dal Ho berbicara panjang lebar, dan Da Jin hanya bisa terdiam, dia sepertinya memikirkan hal lain.
Dalam penjelasan Dal Ho mengenai mesin pesawat terselip nasehat untuk Da Jin. Dal Ho menyuruh Da Jin untuk mengikuti kata hati, dengan begitu perlahan-lahan dia akan menemukan jalan lain. Da Jin menjawab kalau dia juga pernah percaya akan memiliki jalan lain, tapi jalan itu sudah berakhir dan sekarang tak bisa pergi kemana-mana. Dal Ho lalu mengatakan pasti akan ada cara lain untuk menemukannya.
Dong Soo sedang bersama Ppo Song menonton tv tentang taman bermain. Ppo Song pun mengungkapkan rasa inginnya untuk bermain permainan seperti itu. Da Jin datang, dan Ppo Song langsung meminta pada Da Jin untuk diajak ke taman bermain karena Ppo Song ingin sekali bermain permainan seperti komedi putar. Da Jin mengatakan nanti Ppo Song kedinginan karena permainan itu out door. Dong Soo langsung menyela kalau dia tau dimana taman bermain seperti itu yang in door. Mendengar itu Ppo Song langsung merengek pada Da Jin untuk diijinkan pergi.
Dong Soo kemudian mengajak Da Jin untuk membeli kamera baru, agar Da Jin bisa mengambil gambar Ppo Song. Saat melihat satu kamera, Da Jin terdiam, sepertinya dia teringat pada Yoon Sung. Melihat Da Jin yang diam seperti itu, Dong Song langsung mengalihkan perhatian Da Jin dengan menunjukkan lensa yang dia pegang.
Di taman bermain itu, Ppo Song bermain dengan gembira, Dong Soo pun tak kalah bahagianya bisa bermain bersama Da Jin dan Ppo Song, dia terus mengambil gambar Ppo Song bersama Da Jin. Namun sayang kebahagiaan Ppo Song dan Dong Soo tak sepenuhnya dirasakan Da Jin, dia teringat pada Yoon Sung yang meminta Da Jin percaya padanya saat mereka melakukan pendaratan darurat. Dong Soo dapat melihat kesedihan di wajah Da Jin.
Dan tanpa di duga, Ppo Song dengan polosnya bertanya tentang Ahjusii Pinguin, Ppo Song bertanya kenapa Yoon Sung tidak pergi bersama mereka? Dong Soo yang ditanya seperti itu hanya bisa menjawab, nanti mereka pasti bisa bersama-sama. Mendengar itu Da Jin tersenyum menahan tangis.
Setelah bermain di taman bermain, mereka bertiga pergi ke ruang karaoke. Dong Soo dan Ppo Song menari berdua, sedangkan Da Jin hanya duduk melihat mereka, dan terlihat sekali kalau Da Jin belum bisa melupakan Yoon Sung.
Rute jalan-jalan mereka berakhir di tempat makan. Saat makan Ppo Song terlihat pucat, dia kelelahan setelah bermain seharian.
Malamnya, Da Jin tak bisa tidur, dia menunggui Ppo Song tidur dengan duduk di sampingnya. Tapi Ppo Song terbangun dia mengeluh kepalanya sakit dan ingin muntah. Da Jin langsung membawa Ppo Song ke rumah sakit. Dengan tergesa-gesa Dong Soo menyusul.
Da Jin terlihat sangat khawatir, Dong Soo pun menghiburnya. Dokter yang memeriksa Ppo Song keluar dan mengatakan kalau dari gambar pemeriksaan menunjukkan kalau kondisi kesehatan Ppo Song sangat menurun, Ppo Song mengalami pendarahan pada otaknya, dan untuk mengatasinya Ppo Song harus di operasi dan pendonoran darah agar darah Ppo Song tetap normal.
Da Jin tak tahan lagi mendengarnya, dia ingin bertemu dengan Ppo Song, namun dokter mencegah, karena Da Jin tak boleh masuk ke ruang itu dulu. Menangis, Da Jin memohon pada dokter untuk menyelamatkan Ppo Song karena di dunia ini hanya Ppo Song yang Da Jin miliki.
Setelah mengatakan dia akan berusaha, dokterpun pergi. Da Jin terduduk lemas, sedangkan Dong Soo hanya berdiri disana tanpa bisa berbuat apa-apa. Dong Soo kemudian duduk disamping Da Jin dan mengatakan kalau Ppo Song pernah bilang padanya kalau Da Jin itu sudah seperti ayah dan ibu bagi Ppo Song. Dong Soo menyemangati Da Jin untuk tidak menjadi lemah, karena dengan cara terus melindungi Ppo Song itu lah cara yang terbaik.
Di Air Wings, Da Jin mengajukan cuti pada ketua Tim, karena alasan dia harus menjaga Ppo Song. Saat akan pergi, dia berpapasan dengan Yoon Sung, namun tanpa berkata sepatah katapun, Da Jin berlalu pergi.
Yoon Sung diberitahu petugas kalau jadwal penerbangan sedang di buat ulang. Saat Yoon Sung bertanya alasannya, petugas mengatakan kalau Da Jin tidak bisa melakukan penerbangan karena adiknya sakit. Mendengar itu tentu saja mengagetkan Yoon Sung.
Mal Ja sedang minum-minum di cafe ayah Dong Soo. Mal Ja frustasi memikirkan nasib Ppo Song. Dia juga menyesali dirinya sendiri, sebagai bibi dia tidak bisa berbuat apa-apa malah hanya bisa membuat masalah dengan berhutang disana sini. Dan tentu saja ayah Dong Soo mengatakan kalau semua itu bukan salah Mal Ja, dia juga menyuruh Mal Ja pergi ke rumah sakit, dan biarkan cafe nya ayah Dong Soo yang menjaganya. Mal Ja sangat tersentuh dengan semua kebaikan ayah Dong Soo. mereka pun berpelukan.
Dal Ho datang di waktu yang tepat disaat mereka masih berpelukan, dan itu membuat ayah Dong Soo terganggu. Dal Ho datang untuk mengajak Mal Ja pergi ke rumah sakit bersama-sama. Tau Mal Ja akan ke rumah sakit bersama Dal Ho dan Mal Ja yang begitu berterima kasihnya pada Dal Ho karena membawakan makanan untuk Ppo Song, ayah Dong Soo merasa cemburu.
Yoon Sung pergi ke rumah sakit, dia melihat Ppo Song dari luar. Da Jin mengetahui kedatangannya, dan mereka pun bicara berdua. Da jin bertanya apa Yoon Sung masih punya wajah lagi untuk datang? Tidak menjawab pertanyaan Da Jin, Yoon Sung malah bertanya bagaimana keadaan Ppo Song. Da Jin pun mengungkit kembali kalau Yoon Sung lah yang membuat adiknya seperti itu, selain itu Da Jin juga mengungkapkan kesalahan Yoon Sung yang sudah membuat Da Jin begitu mencintai dirinya. Saat mengatakan itu, Da Jin terlihat lemas, dan itu membuat Yoon Sung khawatir padanya. Namun Da Jin menyuruh Yoon Sung pergi dan menyuruh Yoon Sung untuk tidak muncul di hadapannya lagi.
Mal Ja yang baru datang bersama Dal Hoo mendengar semuanya. Shock Mal Ja langsung berjalan mendekati Yoon Sung, memukul-mukulnya dan mengatainya. Yoon Sung hanya bisa terdiam disana tak bisa berkata apa-apa, dia menerima semua perlakukan Mal Ja.
Dong Soo baru saja datang, dan melihat Yoon Sung berjalan lemas. Melihat Yoon Sung, Dong Soo langsung mencari Da Jin, karena dia bisa menebak kalau Yoon Sung pasti baru bertemu dengan Da Jin.
Di tempat tadi, Da Jin terduduk lemas, Mal Ja duduk disamping nya dan mengatakan keprihatinannya, karena Da Jin begitu mencintai Yoon Sung yang ternyata adalah orang yang membuat ibunya meninggal. Da Jin menjawab kalau dirinya tidak menyedihkan. Mal Ja terjatuh lemas, dia masih shock dengan apa yang baru saja dia ketahui. Dong Soo datang, Dal Hoo lalu menyuruhnya untuk menemani Da Jin, sedangkan dirinya sendiri menemani Mal Ja.
Karena tahu apa yang baru saja terjadi, Dong Soo bertanya apa Da Jin baik-baik saja, dan Da Jin hanya menjawab kalau dia lapar. Mereka makan bersama. Da Jin melahap makanannya dengan cepat. Dong Soo menyuruh Da Jin makan dengan pelan, namun dengan alasan perut kosong, Da Jin tak menghiraukan Dong Soo.
Dong Soo mengungkapkan kalau saat kita bahagia dan sedih pasti semua itu akan membuat kita lapar. Da Jin menjawab kalau dia hanya lapar, dan tidak ada alasan lain. Da jin meneruskan makannya dengan menangis, dan itu membuat Dong Soo tak nyaman melihatnya.
(ngeliat Da Jin makan sambil nangis gitu, aku jadi inget sama Jung Woo di I Miss You, makan sambil nangis)
Setelah makan, Da Jin dan Dong Soo pergi ke pertugas administrasi, untuk mengurus pembayaran ppo Song. Da Jin tahu kalau Dong Soo ingin membantunya, namun dia tidak menerimanya karena dengan alasan kalau hutang ke Dong Soo saja belum dia bayar, mana bisa dia menerima bantuan dari Dong Soo lagi. Karena tak mau terus membohongi Da jin, Dong Soo pun mengatakan yang sebenarnya kalau orang yang membayar hutang Da Jin ke rentenir adalah Yoon Sung bukan dirinya. Mendengar itu membuat Da Jin marah, dia marah karena Dong Soo sudah menyembunyikannya sampai sekarang selain itu juga Da Jin merasa Dong Soo dan Yoon Sung sama saja, mereka berdua menyombongkan diri kalau mereka banyak uang. Da Jin bukanlah orang yang suka menerima bantuan, apalagi itu berupa bantuan uang. Da Jin meninggalkan Dong Soo dengan kesal.
Mereka berada di bandara Los Angles, mereka akan terbang menuju Korea. Saat Yoon Sung membacakan kondisi penerbangan, dia terhenti sebentar dan melihat ke arah Ji Won, saat Yoon Sung akan membacakan kalau salah satu penumpang mereka adalah ibu hamil.
Terlihat sekali kalau Ji Won masih merasa trauma, saat dia melihat ibu hamil itu masuk ke dalam pesawat. Saat melayani ibu hamil itu juga, Ji Won tak bisa menyembunyikan rasa takutnya. Joo Ri pun dapat melihat ketakutan Ji Won.
Di tengah perjalanan, ibu hamil itu merasakan kesakitan.
Joo Ri masuk ke ruang perlengkapan dan melihat Ji Won ketakutan, Ji Won terus bergumam pada dirinya sendiri kalau tidak akan terjadi masalah. Joo Ri dengan santainya berjalan melewati Ji Won dengan senyuman mengejeknya.
Dengan tergesa-gesa salah satu pramugari masuk dan memberi tahu kalau ada masalah dengan ibu hamil itu. Ji Won seakan tak percaya mendengarnya dan hampir roboh, dia teringat saat dia menangani ibu Da Jin. Ji Won sangat ketakutan sampai-sampai dia meneteskan air mata.
Joo Ri keluar terlebih dahulu untuk melihat ibu hamil itu. Tak lama kemudian Ji Won juga keluar untuk melihat kondisi ibu hamil tersebut, Ji Won melihat kalau ibu hamil tersebut air tubannya sudah keluar. Dengan cepat Ji Won langsung menyuruh Sa Rang untuk menyiapkan tempat medis daruratnya, Ji Won juga menyuruh Joo Ri untuk memberi tahu apa yang terjadi pada Yoon Sung dan juga mencari apa kah diantara penumpang pesawat ada orang medis yang bisa membantu mereka.
Mendapat pemberitahuan dari Joo Ri, Yoon Sung langsung bertindak cepat, untuk menghubungi tim medis di incheon dan juga menara pengawas agar mereka bisa diberi pendaratan lebih dulu.
Pramugari yang lain juga ikut mencari dari beberapa penumpang yang memiliki pekerjaan di bagian medis. Ada salah satu penumpang yang tertidur dan juga memakai earphone, karena pramugari tak mau menggangu kenyamanannya jadi dia melewatkan orang tersebut.
Da Jin yang berada di kursi penumpang mendengar pengumuman dari Joo Ri, dia pun langsung beranjak dari tempat duduknya untuk mencari tenaga medis yang ada diantara penumpang. Penumpang yang tadi tertidur bangun, mendengar Da Jin mencari tenaga medis, penumpang itu langsung berdiri dan mengatakan kalau dia adalah dokter pediatri di salah satu rumah sakit Korea Selatan.
(pediatri adalah specialisasi kedokteran yang berkaitan dengan bayi dan anak.)
Da Jin membawa dokter itu ke ruang medis, disana Ji Won hanya bisa menangis melihat ibu hamil itu. Da Jin memanggilnya dan menyuruhnya melakukan sesuatu. Ji Won berusaha menenangkan dirinya, kemudian Ji Won mulai memberi perintah pada pramugarinya untuk menyiapkan alat2 yang diperlukan. Ji Won juga meminta bantuan Da Jin untuk menjaga ibu hamil tersebut.
Sama seperti Ji Won 7 tahun yang lalu, karena terburu-buru dan gugup, Joo Ri menjatuhkan alat-alat medis itu, dan dia langsung memungutnya tanpa membersihkannya terlebih dulu.
Sampai di ruangan persalinan, Joo Ri langsung memberikan alat-alat tersebut pada Ji Won, melihat kondisi alat-alat tersebut Ji Won tahu pasti kalau alat-alat itu sudah jatuh, sehingga dia bertanya pada Joo Ri apa alat-alat itu disinfected, Joo Ri menjawab ragu. Ji Won pun langsung minta izin dokter untuk men-disinfected alat-alat itu terlebih dulu.
(disinfected adalah membasmi kuman)
Da Jin mengatakan pada Joo Ri kalau alat-alat itu tidak disinfected, maka akan mengakibatkan infeksi baik untuk sang ibu maupun untuk bayinya. Ji Won pun membersihkan alat-alat itu menggunakan alkohol.
Di ruang persalinan, sang ibu terus berteriak-teriak untuk mengeluarkan anaknya. Ji Won masuk dengan membawa alat-alat yang sudah dia bersihkan. Walaupun gugup, Ji Won berusaha tenang melayani dokter yang meminta alat-alat yang dibutuhkan. Da Jin melihat semua itu.
Posisi pesawat sudah di atas incheon, Yoon Sung pun langsung menghubungi menara pengawas, Yoon Sung meminta untuk di dulukan mendarat dan disiapkan petugas medis. Dong Soo yang menerima pesan tersebut langsung melaksanakan perintah Yoon Sung.
Beralih lagi ke ruang bersalin, ibu itu melahirkan dengan selamat. Ji Won pun menggendong bayi itu untuk diletakkan di samping ibunya. Ji Won lalu melihat ke arah Da Jin dan menundukkan kepalanya pertanda terima kasih, Da Jin pun melakukan hal yang sama.
Ibu hamil itu lalu mengangkat tangannya untuk meraih tangan Ji Won, Ji Won pun menyambutnya dengan kedua tangannya, dia juga menggenggam tangan ibu itu. Ji Won menangis, Da Jin pun berusaha menahan air matanya.
Setelah itu, diumumkanlah pada penumpang dan seisi pesawat kalau persalinan berjalan lancar. Dan saat sang dokter keluar, semua orang menyambutnya dengan tepuk tangan.
Yoon Sung yang mendengarnya pun lega. Ji Won di toilet membersihkan tangannya.
Dong Soo di menara pengawas, memberi instruksi pada Yoon Sung untuk pendaratan, sehingga pesawat bisa mendarat dengan aman dan selamat. Ibu hamil langsung di bawa ke rumah sakit oleh pada medis diikuti ibunya dan penumpang lain yang berbondong-bondoong keluar dari pesawat.
Ji Won tidak ikut berbaris bersama yang lain untuk mengucapkan selamat tinggal pada penumpang, dia terduduk lemas di ruang perlengkapan sendirian. Dia menangis sejadi-jadinya.
Pesawat sudah sepi, dan saat Da Jin akan keluar dia mendengar suara tangisan Ji Won sehingga dia menghampirinya.
Ji Won menangis di ruang perlengkapan, Da Jin yang akan keluar dari pesawat mendengar tangisan Ji Won, dia pun menghampirinya. Da Jin membuka tirai dan Ji Won melihat ke arah Da Jin. Da Jin mengatakan kalau ibunya pasti lelah dan takut, begitu juga Ji Won pasti juga merasa ketakutan. Ji Won yang masih menangis menjawabnya dengan anggukan. Da Jin pun bertanya lagi, kenapa saat itu Ji Won tidak melakukan hal yang sama, seperti yang Ji Won lakukan hari ini?
"Ibuku pasti juga ingin bertahan hidup," ucap Da Jin.
Ji Won tak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya bisa mengucapkan kata maaf. Da Jin lalu masuk dan ikut duduk di bawah. Da Jin bertanya pada Ji Won, tentang bagaimana ibunya saat terakhir kali, apakah dia sangat kesakitan?
Ji Won mengingat saat terakhir kali ibu Da Jin ingin menggapai tangannya, namun tak bisa dan saat itulah ibu Da Jin menghembuskan nafas terakhirnya. Ji Won juga mengatakan kalau dia juga tak berani untuk menggenggam tangan ibu Da Jin.
Da Jin menahan air matanya dan bertanya lagi, kenapa Ji Won tak menggenggam tangan ibunya? Pastinya ibunya ingin sekali melihat dirinya dan Ppo Song. Ji Won hanya bisa menangis, begitu juga Da Jin.
Da Jin pun berkata kalau ibunya pasti tak akan membenci Ji Won, karena sudah membiarkan Ppo Song selamat, dan andai saja hari itu sama seperti hari ini. Ji Won menjawab kalau hari itu bukanlah dia yang sesungguhnya. Ji Won meminta maaf atas kelalaiannya.
"Apa yang terjadi hari ini, mungkin ibuku ingin aku tak membenci siapapun dan ingin agar aku menatanya kembali," Da Jin menangis begitu juga Ji Won. Da Jin melanjutkan, "Aku tak bisa memaafkan, tapi aku bisa mengerti."
Setelah mengatakan itu, Da Jin beranjak dan pergi, sedangkan ji Won terus menangis.
Pertemuan direksi Wings Air akhirnya digelar. Mi Joo sebagai pembicara dengan semangat mengatakan semua kesalahan Yoon Sung sebagai co pilot pada 7 tahun yang lalu, dan dia ingin Yoon Sung diberhentikan dengan alasan akan merusak nama baik Wings Air. Selama Mi Joo berbicara, Ketua Tim menghasut orang disampingnya untuk mendukung apa yang disampaikan Mi Joo.
Yoon Sung berjalan dengan tenang menuju ruang pertemuan, sedangkan Ji Won gelisah menekan tombol lift. Karena lift tak kunjung terbuka, dia memutuskan berlari menaiki tangga darurat.
Kembali ke ruang rapat, orang yang di hasut Ketua Tim pun berbicara, dia mendukung apa yang di katakan Mi Joo untuk memberhentikan Yoon Sung. Salah satu direksi pun angkat bicara, berbeda pendapat dengan Mi Joo, dia membela Yoon Sung dengan pertimbangan prestasi Yoon Sung sebagai pilot, selain itu kesalahan Yoon Sung pada kecelakaan itu bukanlah alasan yang tepat untuk memberhentikannya, karena itu bukanlah tindakan yang adil. Orang yang di hasut tadi langsung nyolot, dan terus mengatakan kesalahan Yoon Sung yang bisa merusak nama baik Wings Air.
Yoon Sung akhirnya sampai di ruang pertemuan, tepat di saat dua kubu yang memojokkannya dan kubu yang membelanya mulai adu mulut. Yoon Sung pun dengan santai berjalan di tengah-tengah mereka. Melihat orang yang mereka ributkan sudah datang, mereka pun diam.
Setelah memberi hormat pada In Tae, Yoon Sung langsung berkata, "Sangat menyesal, karena kesalahannya 7 tahun yang lalu, sudah menimbulkan masalah besar. Untuk menyelesaikannya dan tak menjadi masalah nantinya, Yoon Sung memutuskan untuk meninggalkan Korea. Itu semua karena kesalahanku dan rasa sakit yang sudah ku timbulkan untuk seseorang."
Orang yang dihasut tadi berkata, dia tak ingin mendengarkan penjelasan Yoon Sung, dia hanya ingin Yoon Sung langsung diberhentikan. Yoon Sung menjawab, untuk seorang pilot pesawat, dia hanya berfikir untuk membuat penumpang merasa aman. Mi Joo langsung angkat bicara dan menyuruh Yoon Sung menulis surat pengunduran diri, karena dengan itu Yoon Sung bisa membiarkan penumpang merasa aman. Orang yang dihasut tadi langsung membenarkan apa yang dikatakan Mi Joo. In Tae sebagai pemimpin pertemuan hanya diam saja melihat anaknya terus memojokkan Yoon Sung.
Ji Won dengan cepat menaiki tangga menuju ruangan pertemuan. Da Jin yang sedang duduk dengan santai di area istirahat, diberi tahu kalau dia dipanggil untuk masuk ke ruang pertemuan.
Dengan setengah berlari, Ji Won masuk ruangan dan langsung berdiri di samping Yoon Sung. Tanpa basa basi, Ji Won langsung mengatakan kalau dia ingin mengatakan sesuatu, Ketua Tim langsung menyela kalau Ji Won tak seharus nya melakukan itu.
Ji Won tak perduli, dia langsung mengatakan apa yang ingin dia katakan, Ji Won berkata kalau saat itu adalah pertama kalinya dia menjadi seorang pramugari. Saat itu pesawat menuju Taiwan, dia diminta membantu seorang ibu hamil yang ingin pergi ke toliet, karena dia tidak memperhatikan ibu itu, ibu hamil itu langsung pergi sendiri ke toilet. Tepat saat ibu itu di toilet, pesawat terjadi guncangan.
Mi Joo langsung memotong cerita Ji Won dengan mengatakan kalau guncangan itu diakibatkan oleh Yoon Sung yang salah menekan tombol otomatis. Ketua Tim juga dengan keras mengusir ji Won dari ruang rapat.
Namun Ji Won tak gentar, dia terus melanjutkan ceritanya, dia mengatakan kalau ibu hamil itu akhirnya meninggal dan anak yang dilahirkannya mengidap septikemia. Dan orang yang bersalah atas semua itu bukanlah Yoon Sung tapi dirinya. Yoon Sung berusaha menghentikan Ji Won yang terus menyalahkan dirinya, untuk menutupi kesalahan Yoon Sung. Semua dewan mulai ribut mendengarkan penjelasan Ji Won.
Ji Won menambahkan kalau sampai sekarang keluarga korban masih menderita, karena itu orang yang harusnya mengundurkan diri adalah dirinya bukanlah Yoon Sung. Ji Won meminta dewan direksi untuk mempertimbangkan apa yang dia katakan, sebelum memberi keputusan atas masalah Yoon Sung.
Mi Joo langsung menambahkan kalau harusnya mereka berdua yang mengundurkan diri. Yoon Sung tak terima, dia langsung mengatakan kalau Ji Won tak salah, dialah yang salah.
Yoon Sung langsung berlutut dan berkata kalau sudah jelas dialah yang bersalah pada kasus itu, dia tahu diri dia tak bisa dimaafkan, namun dia tetap berfikir untuk tetap berbakti di Wings Air.
Da Jin tiba di ruang rapat, dia langsung berjalan mendekati Mi Joo, karena Mi Joo yang memanggilnya. Pada Da jin, Mi Joo langsung membahas kalau Yoon Sung lah yang mengakibatkan kematian pada ibunya 7 tahun yang lalu. Selain Yoon Sung sebagai co-pilot, disana ada kapten Han ayah Da Jin sebagai pilot, namun Yoon Sung mengatakan kalau kecelakaan itu sepenuhnya adalah kesalahan dirinya bukan kapten Han.
Yoon Sung mengatakan kalau dia harus membayar semua kesalahannya pada Kapten Han, karena selama ini Da Jin sudah sangat menderita karena semua itu. Namun, Yoon Sung masih ingin diberi kesempatan menjadi pilot pesawat. Mi Joo pun bertanya pada Da Jin, apakah Da Jin juga menginginkan hal yang sama. Ji Won langsung ikut bicara meminta Mi Joo menghentikan semua itu, karena apa yang dilakukan Mi Joo sekarang hanya atas dasar kecemburuan dan kemarahan karena tak bisa memiliki Yoon Sung.
Da Jin pun menjawab kalau dia tak ingin menjadi pilot bersama Yoon Sung, mendengar jawaban itu, dewan direksi yang membela Yoon Sung gusar, sebaliknya untuk pihak Mi Joo sangat senang. Orang yang dihasut tadi langsung menghamburkan kertasnya dan mengatakan kalau Yoon Sung harus langsung diberhentikan. Dewan direksi yang membela Yoon Sung tak terima dan meminta di periksa ulang. Mereka pun akhirnya adu mulut kembali. Mi Joo juga tak kalah semangatnya menjelek-jelekkan Yoon Sung namun kata-katanya dipotong oleh In Tae, dan itu membuat ekspresi Mi Joo berubah tak senang.
"Sepertinya hari ini tidak akan menghasilkan keputusan untuk masalah ini. Kapten Kim Yoon Sung menunggulah. Rapat komite, diistirahatkan...." ucap In Tae yang langsung mendapat teguran dari Mi Joo yang tak mengerti dengan keputusan ayahnya. Namun In Tae tidak mengubah pendapatnya, dia langsung pergi meninggalkan ruang rapat.
Saat akan meninggalkan ruang rapat, Mi Joo berhenti sesaat untuk melihat Ji Won dan Yoon Sung dengan tatapan kesal. Sedangkan Da Jin berjalan keluar tanpa menoleh sedikitpun pada mereka.
Di ruangannya, Mi Joo marah-marah pada ayahnya, kenapa dia tidak boleh langsung memecat Yoon Sung. Dia bertanya, sebenarnya ayahnya itu berpihak pada siapa? Dengan santai In Tae duduk dan mengatakan kalau dia tahu Mi Joo akan melakukan semua itu.
"Ini di perusahaan, untuk memecat seorang Kim Yoon Sung, sangat menyulitkan perusahaan. Hanya karena Kapten Kabin Choi Ji Won dan co-pilot Han Da Jin. Kau masih ingin melakukan hal-hal seperti ini?" ucap In Tae.
Dengan kesal Mi Joo mengatakan kalau dia berfikir bersih awalnya. In Tae menjawab kalau sifat Mi Joo itu berbahaya. Masalah ini, harus berfokus pada kesalahan Yoon Sung, karena itu In Tae sendiri yang akan menangani kasus itu, dan Mi Joo tak usah lagi ikut campur.
Namun Mi Joo tak mau, dia ingin melakukannya sendiri. In Tae pun bertanya apa yang ingin Mi Joo lakukan? Apa ingin membalas dendam karena tidak mendapatkan hati Yoon Sung, kalau Mi Joo tak ingin menghancurkan diri sendiri, In Tae menyuruh Mi Joo diam saja. Tapi dasar Mi Joo yang keras kepala, dia mengatakan kalau dia tak kan menghancurkan diri sendiri, dia mengatakan kalau dia melakukannya untuk cinta. In Tae menjawab kalau cinta selalu berada diurutan pertama untuk menghancurkan akal sehat. In Tae ingin Mi Joo untuk menyerah.
Mi Joo tak mau menyerah, dia masih ingin meyakinkan para dewan direksi untuk memproses pemberhentian Kim Yoon Sung.
Da Jin menungguu di halte bis. Dari kejauhan Yoon Sung memperhatikannya. Da jin mengeluarkan dompet merahnya yang didalamnya masih ada foto Yoon Sung. Tak lama kemudian Dong Soo datang mengajak Da Jin untuk pergi ke rumah sakit bersama. Ada perasaan cemburu pada Yoon Sung tapi apalah daya, dia tak bisa berbuat apa-apa.
Sampai di rumah sakit, Da Jin bertanya pada Ppo Song apa dia ingin makan sesuatu atau melihat sesuatu? Dengan semangat Ppo Song mengatakan kalau dia ingin sekali bertemu dengan Pinguin Ahjussi. Da Jin terdiam. Lalu Dong Soo lah yang mengatakan kalau dia berjanji pada Ppo Song untuuk menemukan Ppo Song dan Yoon Sung.
Di ruang tunggu, melihat sikap Da Jin, Dong Soo bertanya apa yang terjadi, namun Da Jin hanya menggeleng. Pada Dong Soo, Da Jin hanya mengatakan kalau hari ini sangat melelahkan untuknya. Mendengar itu, Dong Soo langsung duduk di samping Da Jin dan membiarkan Da Ji bersandar di pundaknya.
Yoon Sung tiba di rumahnya. Saat akan masuk rumah, dia dipanggil oleh In Tae yang mengajaknya untuk bicara berdua. Mereka pun berbicara di rumah Yoon Sung. Tanpa basa basi In Tae memberikan Yoon Sung pilihan, tetap bekerja di Wings Air atau Da Jin yang keluar dari Wings Air.
Yoon Sung pun bertanya kenapa In Tae tak pernah membiarkan dirinya hidup tenang. In Tae menjawab kalau semua itu karena untuk putrinya Mi Joo.
"Aku tak perduli tentang presiden ataupun Mi Joo, orang yang ditinggalkan, harus bisa melupakan semuanya." Ucap Yoon Sung.
Yoon Sung bertanya kenapa dia dibawa ke keluarga mereka, In Tae menjawab kalau bukan dia yang menginginkan Yoon Sung masuk ke keluarganya. Yoon Sung mengerti, karena bukan hanya saat itu, sekarang saja In Tae masih sangat tidak menyukai dirinya.
"Kim Yoon Sung yang berusia 7 tahun, di hari yang begitu dingin, harus cepat-cepat bangun untuk mengambilkan koran untuk presiden, dan setiap hari selalu membersihkan sepatu kulit presiden. Bersikeras latihan setiap pagi, bahkan aku tidak menyukai wortel, tapi aku harus menghabiskannya. Melakukan pekerjaan rumah dengan baik dan contoh di sekolah, semua itu hanya untuk mendapatkan persetujuan presiden". Ucap Yoon Sung.
Dengan santai In Tae mengatakan kalau dia sejak awal tidak menganggap Yoon Sung keluarga. Membahas apa yang ingin dia sampaikan pada Yoon Sung di awal, In Tae mengingatkan kembali kalau dia memberi Yoon Sung kesempatan untuk disetujui/disukai oleh In Tae, yaitu dengan cara meninggalkan perusahaan. Dan jika Yoon Sung tak mau melakukannya, maka Da Jin lah yang akan keluar.
Saat In Tae akan pergi, Yoon Sung berkata kalau In Tae begitu mementingkan kehidupan putrinya, mengapa dia harus menghancurkan hidup dari putri orang lain ?
"Han Da Jin, tidak akan kalah dalam hal apapun, karena itu perusahaanlah yang memerlukannya"
"Walau tak mempunyai kau dan Han Da Jin, perusahaan akan tetap berjalan dengan lancar, jadi kau hanya perlu berfikir jika kau ingin menyelamatkan Da Jin, kau hanya harus pergi." balas In Tae.
Keesokan harinya, Yoon Sung berjalan dengan santai, namun suasana Wings Air kembali seperti saat semua orang tahu tentang masa lalu Ji Won, kali ini semua orang membicarakan tentang Yoon Sung. Semua pramugari bahkan sesama pilot, melihat ke arahnya dengan tatapan mengejek. Ketua tim muncul dan langsung menyindir Yoon Sung.
Yoon Sung bersama Min Ah mengecek keadaan pesawat, sedangkan Da Jin mengecek bersama pilot lain. Yoon Sung melihat ke arah Da Jin, namun Da Jin langsung berpaling dan pergi mengikuti pilotnya.
Saat Yoon Sung akan pergi juga, dia dipanggil Dal Ho yang juga berada di sana. Sama dengan pembicaraan Dal Ho dan Da Jin sebelumnya, kali ini Dal Ho juga memberi nasehat pada Yoon Sung dengan mengibaratkan mesin pesawat.
Yoon Sung mengerti pada apa yang di katakan Dal Ho, pada Dal Ho, Yoon Sung mengatakan kalau dia tidak ingin mengatakan yang sebenarnya karena dia takut kehilangan.
Di ruang kokpit, Min Ah memberanikan diri berbicara dengan Yoon Sung. Dia menyalahkan Yoon Sung karena sudah membuat Da Jin begitu percaya dan jatuh cinta padanya, dan setelah semua itu, Yoon Sung baru memberitahu kebenarannya. Sebelum Min Ah mengatakan lebih banyak lagi, Yoon Sung langsung memotongnya dengan mengatakan kalau di ruang kokpit dilarang membicarakan masalah pribadi. Mendapat tanggapan seperti itu dari Yoon Sung, Min Ah langsung mengatakan kalau Yoon Sung sangat hebat, karena setelah dia melakukan semua itu, dia masih bersifat tenang seperti tidak terjadi apa-apa.
(hmmmmmm...... Min Ah salah besar.... Yoon Sung sangat terpuruk aslinya, tapi karena sikap profesionalitasnya, dia tidak memperlihatkannya pada siapapun, kecuali pada Dong Soo)
Yoon Sung pergi ke toilet untuk mencuci mukanya. Tepat saat keluar, dia berpapasan dengan Da Jin yang baru saja mengambil air minum dari ruang perlengkapan. Mereka terdiam sesaat, dan tiba-tiba pesawat mengalami goncangan, dengan cepat Yoon Sung menangkap Da Jin dan untuk menahan agar tidak terbentur dinding, Yoon Sung menahan dengan tangannya. Da Jin terdiam, namun setelah tak terasa guncangan lagi, dia langsung melepaskan tangan Yoon Sung dari pundaknya dan langsung pergi tanpa berkata sepatah katapun. Yoon Sung merasa sakit pada tangannya.
Yoon Sung berjalan bersama Da Jin saat masuk ke Wings Air, saat akan mengisi absen dia mendengar Da Jin mendapat telepon yang menyuruhnya untuk segera datang. Da Jin langsung naik bis, dia terlihat sangat gelisah. Dia lagi-lagi mendapat telepon dari orang itu yang menyuruhnya untuk cepat datang. Da Jin terlihat sangat khawatir, dia mengkhawatirkan Ppo Song.
Di rumah sakit, Ji Won berjalan menuju kamar Ppo song dengan membawa sebuah boneka dan buah untuk Ppo Song. Di kamarnya Ppo Song duduk diam menatap makanannya. Sedangkan anak yang di sebelahnya sedang disuapi oleh ibunya. Ibu anak itupun bertanya kapan Da Jin akan datang, Ppo Song pun menjawab kalau kakaknya masih bekerja. Sebelum masuk Ji Won mendengar apa yang dikatakan Ppo Song.
Melihat Ji Won datang dengan membawa boneka, Ppo Song langsung merasa gembira. Ppo Song masih ingat pada Ji Won, yang sudah pernah dia temui di rumah Yoon Sung. Tau kalau Ppo Song belum memakan makanannya, Ji Won langsung menyuapinya. Dengan gembira Ppo Song memakannya dengan lahap. Ji Won juga memberitahu Ppo Song kalau jadwal penerbangan sedikit tertunda, jadi Da Jin akan terlambat datang.
Akhirnya Da Jin sampai ke rumah sakit, dia langsung berlari menuju kamar Ppo Song. Di kamar Ppo Song sudah tertidur ditemani Ji Won. Sambil membelai rambut Ppo Song yang tertidur, Ji Won meminta maaf karena sudah membuat Ppo Song menjadi sakit seperti itu. Da Jin akhirnya sampai ke kamar Ppo Song dan langsung terkejut saat melihat Ji Won disana.
Mereka bicara berdua di ruang tunggu. Ji Won meminta maaf karena dirinyalah Ppo Song sakit. Namun Da jin sedang tidak ingin membahasnya, dia berterima kasih pada Ji Won karena sudah mengurus Ppo Song.
Saat Da Jin beranjak untuk pergi, Ji Won langsung berkata tentang Yoon Sung dan Da Jin yang satu sama lain saling memikirkan, walau mereka saling mencintai tapi mereka tak memiliki keberanian untuk bersama. Ji Won juga mengatakan kalau dulu dia pikir, Yoon Sung adalah orang yang berani, sampai-sampai dia berani untuk menyatakan perasaannya pada Da Jin, tapi sekarang dia menjadi tak berani lagi. Selain itu, Ji Won juga mengatakan kalau Da Jin masih lebih beruntung dari dia dan Yoon Sung, Da Jin masih mempunyai keluarga, sedangkan mereka tidak. Karena itu, saat mereka menyadari kalau mereka sudah menyakiti sebuah keluarga, itu sangat terasa menyakitkan untuk mereka. Da Jin pun bertanya bagaimana dia dan Ppo Song? Tak menjawab itu, Ji Won malah mengatakan kalau Yoon Sung tidak ingin dimaafkan, dia hanya ingin berada di sisi Da Jin. Karena saling mencintai, itu membuat Da Jin susah memaafkan Yoon Sung, namun yang seharusnya adalah ketika saling mencintai, seseorang harusnya menjadi lebih mengerti.
Da Jin sudah akan pergi, tapi Ji Won menghentikannya lagi dengan mengatakan kalau Mi Joo tidak akan pernah melepaskan Yoon Sung, dan orang yang bisa menyelamatkan Yoon sung adalah Da Jin.
Da Jin kembali ke kamar Ppo Song. Dia terus teringat apa yang dikatakan Ji Won.
Keesokan harinya, Da Jin menemui Mi Joo dan memintanya untuk tidak memberhentikan Yoon Sung. Da Jin mengakui kalau dia tak ingin bertemu Yoon Sung, tapi memberhentikannya bukanlah jalan keluarnya, Da Jin hanya ingin menjadi pilot hebat tanpa menyakiti orang lain. Dia juga memberi tahu Mi Joo untuk berhenti berusaha menyakiti orang lain. Mi Joo kesal sampai-sampai dia memukul meja. Tak gentar, dengan santai Da Jin mengatakan kalau Mi Joo terlihat sangat menyedihkan. Da Jin juga mengatakan bagaimana bisa Mi Joo mendapat kotak hitam itu, Mi Joo merasa Da Jin mulai mengancamnya. Dengan tenang Da Jin mengatakan kalau keputusan akhir ada di tangan Mi Joo, jika Mi Joo ingin kehilangan semuanya silahkan dia bertindak seperti yang dia inginkan.
Da Jin berpapasan lagi dengan Yoon Sung, dia melihat tangan Yoon Sung yang diperban, menyadari Da Jin melihat tangannya, Yoon Sung pun langsung menyembunyikannya ke dalam saku celananya. Diapun memiringkan badannya, agar Da Jin bisa lewat terlebih dulu.
Da Jin sedang melihat-lihat pesawat, diapun teringat pada penjelasan Yoon Sung tentang pesawat itu. Da Jin sudah berada di ruang kokpit, saat akan menekan tombol, Da Jin teringat pada penerbangan pertamanya bersama Yoon Sung dimana saat itu, Da Jin salah menekan tombol APU. Saking terus teringat pada Yoon Sung, Da Jin tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh kapten pilot disebelahnya.
Pesawat sudah terbang, saat Da jin akan memberi pengumuman, dia teringat lagi pada Yoon Sung yang melarangnya untuk mengumumkan masalah pribadi.
Melihat Da Jin yang terus melamun, membuat sang kapten mengatakan, "Aku mencintai satu sama lain dan meninggalkan banyak kenangan di ruang kokpit. Suara tangis, tawa semua ada disini. Nyamankanlah dirimu, teruslah maju dan buatlah semua itu jadi pembelajaran. Dan aku harap kapten Han Da jin bisa seperti itu."
Beralih ke restoran ayah Dong Soo. disana sudah ada Joo Ri yang melayani para pelanggan dengan memakai rok mini. Ayah Dong Soo melihat pada pelanggan yang memperhatikan kaki Joo Ri, sehingga itu membuat ayah Dong Soo merasa tidak nyaman, dia berusaha memberi tahu Joo Ri, tapi tidak secara langsung, namun Joo Ri tak mengerti maksud ayah Dong Soo.
Joo Ri melayani lagi seorang pelanggan yang mulai tak sopan padanya, Joo Ri menolak namun pelanggan itu tidak juga melepaskan tangan Joo Ri. Ayah Dong Soo pun langsung melepasnya secara paksa. Tapi dasar joo Ri, gak tahu karena dia gak sadar apa gak tau malu, dia masih belum menjauh dari pelanggan tadi, saat pelanggan tadi akan meraih Joo Ri lagi, dengan cepat DongSoo menangkap tangan pelanggan itu. Dia juga menuangkan minuman pelanggan itu ke gelasnya sampai tumpah-tumpah. Pelanggan itu terlihat marah, namun dia tak berani melakukan apa-apa, mungkin karena badan Dong Soo jauh lebih besar dibandingkan dirinya.
Joo Ri yang berada di belakang Dong Soo, bukannya merasa bersalah, dia malah senyum-senyum kesenangan. Setelah memarahi pelanggan, Dong Soo menarik Joo Ri ke dapur. Joo Ri masih senyum-senyum gak jelas, tapi waktu Dong Soo bilang, ‘jangan pernah datang lagi’ senyumnya hilang. Dia bertanya kenapa dia tidak boleh datang lagi? Joo Ri langsung menduga apa semua itu karena Da Jin. Karena Da Jin sekarang tidak bersama Yoon Sung lagi. Dengan ekspresi sedih, Dong Soo mengatakan walau Da Jin tak bersama Yoon Sung, dia masih belum bisa mendapatkan hatinya. Joo Ri pun menyuruh Dong Soo untuk melupakannya, hal yang sama, yang Dong Soo katakan untuk Joo Ri, jangan berharap terlalu banyak pada dirinya.
Dong Soo pergi, Joo Ri bertanya pada dirinya sendiri apa yang harus dia lakukan? Karena Dong Soo terlalu dingin padanya. Kemudian dia menyadari sesuatu, dia merasa benar-benar jatuh cinta pada Dong Soo, karena awalnya dia mendekati Dong Soo hanya karena Dong Soo sudah berubah keren.
Pesawat DaJin kembali ke korea, dengan lemas Da Jin meminta izin pendaratan, Dong Soo yang menyambutnya juga menjawabnya dengan tidak bersemangat.
Saat akan keluar, kapten memberi tahu Da Jin, untuk penerbangan berikutnya Da Jin harus lebih konsentrasi dan bersemangat jangan seperti penerbangan kali ini.
Saat berada di lokernya, Da Jin seperti mendengar suara Yoon Sung, namun saat dia berbalik, tak ada siapa-siapa di belakangnya. Da Jin lalu teringat pada apa yang dikatakan Yoon Sung malam sebelum Yoon Sung memberitahu tentang kecelakaan itu. Malam itu Yoon Sung bertanya apa yang akan Da Jin lakukan jika langit runtuh? Da Jin saat itu menjawab kalau langit tak akan runtuh. Yoon Sung pun mengatakan kalau baginya, Da Jin adalah segalanya karena itu Da jin tak boleh runtuh.
Da Jin tidur disamping Ppo Song saat Mal Ja datang. Mal Ja membangunkan Da Jin dan menyuruhnya pulang dan tidur di rumah karena besok Da Jin akan terbang lagi.
Di Wings Air Ketua Tim memberi sebuah dokumen pada Da Jin dari universitas yang dulu pernah dia datangi dengan Yoon Sung. Pihak universitas memintanya kembali, namun karena Da Jin tak mau lagi berurusan dengan Yoon Sung lagi, jadi ketua tim memberikannya pada Da Jin.
Da Jin kemudian menelpon Ji Won dan mengajaknya ketemuan.
Dong Soo sedang ingin membeli minuman, namun saat dia mencari-cari koin dia tidak menemukannya. Tiba-tiba Yoon Sung datang dan memasukkan koin. Setelah itu mereka duduk bersama. Mereka saling membahas tentang ekspresi wajah mereka yang sama-sama tak terlihat bahagia. Dong Soo pun mengatakan kalau Ppo Song ingin sekali bertemu dengan Yoon Sung. Setelah mengatakan itu, Dong Soo pergi.
Saat bertemu Da Jin tak langsung mengatakan maksudnya mengajak Ji Won bertemu, sehingga Ji Won yang membuka pembicaraan terlebih dulu. Da Jin bingung harus mulai pembicaraan dari mana, jadi dia memutuskan untuk pergi, namun Ji Won mencegahnya, seakan tahu apa yang ingin Da Jin tanyakan padanya, Ji Won langsung membahas tentang Yoon Sung yang sangat bahagia saat dia pertama kali menjadi co-pilot. Saat itu, satu-satunya orang yang sangat perduli pada Yoon Sung adalah Kapten Han, ayah Da Jin. Karena Yoon Sung sangat menghormati Kapten han, kecelakaan itu sangat membuatnya merasa terpuruk. Yoon Sung juga tak tahu kalau Kapten Han mempunyai seorang putri, dan saat dia bertemu dengan Da Jin, Yoon Sung langsung jatuh cinta, sama seperti Da jin yang jatuh cinta padanya. Mendengar itu Da Jin langsung meralatnya, karena dia tidak mau disamakan dengan Yoon Sung.
"Sekarang aku tak memiliki sunbae, sunbae juga tak punya perasaan padaku. Sekarang hati sunbae hanya untuk kapten. Jadi, janganlah menolak dan tak menghiraukannya" Ji won juga menambahkan kalau sekarang Yoon Sung juga sangat sedih karena kecelakaan itu. Ji Won juga mengungkapkan kalau dia ingin sekali melihat Da Jin tersenyum lagi. Da Jin tak mengatakan apa-apa, dia langsung pergi setelah berpamitan.
Dong Soo pergi berjalan-jalan, di sebuah toko dia melihat sepasang sepatu.
Da Jin baru saja keluar, dia menghubungi ppo Song dan berjanji akan segera pulang. Sebelumnya dia ada urusan ke universitas terlebih dulu. Da Jin juga mendatangi air terjun yang waktu itu pernah dia datangi bersama Yoon Sung. Sekali lagi, Da Jin mengucapkan permintaan di depan air terjun itu. Dia meminta, "Semoga aku dapat menghilangkan ingatanku, cinta terakhir jadilah cinta terakhir. Semoga aku dapat menghapus semua ingat itu. Ayo hapuslah.... terhapuslah...."
Di rumahnya, Yoon Sung sedang menulis surat pengunduran diri.
Di kamarnya ppo Song menonton kartun bersama teman disebelahnya. Tak lama kemudian Yoon Sung datang, melihat Yoon Sung, Ppo Song sangat senang. Ppo Song mengeluh, kenapa Yoon Sung baru datang, karena dia sudah lama menunggunya. Ppo Song juga mengatakan kalau kakaknya sedang pergi ke universitas. Pada teman barunya, Ppo Song memperkenalkan Yoon Sung sebagai kapten pilot yang hebat. Teman baru Ppo Song lalu memperkenalkan diri sebagai pacar Ppo Song, mendengar itu Ppo Song malu dan langsung meralatnyan kalau anak laki-laki itu hanya teman.
Sepertinya anak itu cemburu pada Yoon Sung, terlihat saat Yoon Sung akan menyentuh kepalanya, anak itu menolak, anak itu juga mengatakan kalau dia ingin menjadi pilot yang tampan nanti.
Yoon Sung lalu mengajarkan membuat pesawat kertas pada Ppo Song dan teman barunya. Dia juga mengajarkan cara menerbangkannya dengan benar. Mereka bertiga bermain pesawat-pesawatan sampai-sampai ruangan itu penuh dengan pesawat kertas yang berwarna warni.
Tepat pada saat iitu Ppo Song merasa pusing, melihat itu Yoon Sung langsung membaringkannya. Pada teman barunya itu, Ppo Song mengatakan kalau Pinguin Ahjussi-nya sangat tampan, tak mau kalah anak laki-laki itu mengatakan kalau ayahnya juga tampan, dan Ppo Song tak mempunyai ayah. Mendengar itu Ppo Song terlihat sedih.
Yoon Sung pun langsung mendekati anak laki-laki itu dan mengatakan kalau dia juga tak mempunyai ayah, ayahnya meninggal waktu dia masih sangat kecil, tapi sekarang dia sudah menjadi seorang pilot yang tampan. Anak itupun bertanya bagaimana cara menjadi pilot?
Yoon Sung menjawab untuk menjadi pilot, yang pertama tidak menyerah walau tidak mempunyai orang tua, dan juga tidak mengejek anak lain. Kedua, selalu baik dengan semua anak kecil. Ketiga, makan makanan yang enak agar tubuh cepat sehat. Anak itu tidak suka dengan syarat yang diberikan Yoon Sung, Yoon Sung pun menambahkan jika semua itu bisa dilakukan dengan baik maka orang itu akan menjadi seorang. Anak itupun akhirnya meminta maaf pada Ppo Song. Ppo Song pun memaafkannya dan mengatakan kalau Yoon Sung pasti akan membawa mereka terbang bersama dengan pesawatnya.
Da Jin tak bisa langsung kembali ke Seoul karena ada kabut, jadi penerbangan di undur, sehingga dia menyerahkan Ppo Song pada Mal Ja.
Da Jin tak tahu, kalau yang sedang bersama Ppo Song sekarang adalah Yoon Sung. Ppo Song sudah tertidur. Sama seperti yang dilakukan Ji Won sebelumnya, Yoon Sung meminta maaf karena sudah membuat Ppo Song menjadi seperti itu.
Saat Yoon Sung akan pergi, kepala Ppo Song seperti jatuh. Yoon Sung berusaha membangunkan Ppo Song, namun Ppo Song tak bangun-bangun.
Di bandara Da Jin menunggu penerbangan dengan gelisah. Dia berusaha menenangkan diri. Dia juga mengeluarkan gantungan tas yang dia beli untuk Ppo Song, saat dia mengangkatnya, tiba-tiba seseorang menyenggol tangannya dan gantungan itupun jatuh, gantungan itu hancur, Da Jin memungutnya. Dia dapat merasakan sesuatu terjadi pada Ppo Song.
Di rumah sakit, Yoon Sung terus memanggil Ppo Song dengan cemas, Ppo Song sudah dalam perjalanan menuju ruang UGD.
Ppo Song dibawa ke ruang UGD, Yoon Sung terlihat sangat khawatir. Di atas pesawat, Da Jin berusaha menenangkan dirinya. Yoon Sung berusaha menelpon seseorang. Mal Ja dan Dal Ho tiba di rumah sakit, melihat Yoon Sung membuat Mal Ja terdiam sesaat, tapi dia langsung menuju ruang UGD. Dal Ho bertanya pada Yoon Sung bagaimana keadaan Ppo Song, Yoon Sung menjawab kalau Ppo Song tak sadarkan diri.
Mal Ja masih marah pada Yoon Sung, dan dengan ketus bertanya kenapa dia ada bersama Ppo Song, dan dimana pengasuhnya? Yoon Sung menjawab kalau pengasuhnya pergi setelah dia datang. Mal Ja marah-marah karena pengasuh itu seharusnya tidak boleh pulang begtu saja.
Mal Ja menyuruh Yoon Sung pergi, namun Yoon Sung masih ingin menunggu sampai Ppo Song sadar. Dal Ho dapat mengerti, namun Mal Ja dengan sinis mengatakan kalau tak ada yang menginginkan dia ada di sini, dia juga mengatai Yoon Sung muka tebal. Tak mau terjadi keributan, Dal Ho membawa Mal Ja pergi.
Ppo Song sedang diberi perawatan. Mal Ja dan Dal Ho tertidur menunggu di kursi sedangkan Yoon Sung terus mondar-mandir. Tiba-tiba Da Jin datang dan terus memanggil Ppo Song. Yoon Sung menangkap Da Jin dan berusaha menenangkannya.
Dengan lemah Da Jin meminta Ppo Song sadar, dan dia berjanji akan mengajaknya ke taman rekreasi, karena Da Jin yang terburu-buru ke rumah sakit di tambah lagi keadaan Ppo Song membuatnya shock membuat Da Jin lemas dan terduduk.
Mal Ja langsung memeluk Da Jin. Pada Yoon Sung, Da jin memintanya untuk pergi, Ppo Song tak tahu apa-apa, karena itu dia meminta bertemu dengan Yoon Sung. Yoon Sung pun akhirnya pergi. Tepat disaat Yoon Sung pergi, dokter keluar dan menyatakan kalau Ppo Song tidak apa-apa. Dokter juga mengatakan untung saja orang itu segera membawa Ppo Song kesini. Setelah dokter pergi, Da Jin melihat kebelakang, mencari Yoon Sung namun Yoon Sung sudah tak terlihat lagi. Ternyata Yoon Sung bersembunyi di balik tembok, dia lega setelah mendengar penjelasan dokter.
Saat akan pulang, dia bertemu dengan Dong Soo, diapun memberitahu Dong Soo kalau ppo Song telah melewati masa kritis. Saat akan pergi ke tempat Da Jin, dia menyadari ekspresi Yoon Sung yang sangat terlihat buruk, dan bertanya apa Yoon Sung baik-baik saja. Yoon Sung hanya menjawab, "Jagalah dia baik-baik".
Da Jin dan Dong Soo sudah berada di sisi Ppo Song. Pada Ppo Song Da jin berkata, kalau Ppo Song membuatnya kaget lagi, Da Jin pasti akan marah padanya. Dong Soo ikut berkata pada Ppo Song kalau kakaknya sangat mengkhawatirkannya, karena itu dia menyuruh ppo Song untuk tidur sebentar lalu bangun dan semua nya akan baik-baik saja. Tapi kalau ppo Song tidur terlalu lama, Da Jin juga akan marah.
Di rumah, In tae kembali memberitahu Mi Joo kalau apa yang akan dia lakukan itu, bisa membahayakan perusahaan. Dengan santai Mi Joo menjawab kalau semakin bahaya, hasilnya juga semakin besar. In Tae bingung kenapa anaknya bisa menjadi senekad itu? In Tae mengungkapkan kalau dia tak ingin melihat anaknya menjadi seperti itu, hanya karena tak mendapatkan kasih sayang. Mi Joo mengatakan kalau dia akan mendapatkan kasih sayang.
"Aku tahu kau tulus padanya, tapi dia tak bisa menerima ketulusanmu dan itu juga fakta. Hidup ini, bukan hanya untuk diri sendiri."
"Aku ingin dia bersamaku seperti waktu kecil. Apa itu salah?"
"Ayah bersalah padamu, telah membuatmu merasa kesepian, dan juga tak pernah benar-benar memperhatikanmu. Semua itu salah ayah, tapi... hentikanlah semua ini demi ayah."
Beralih ke Wing Air. Da Jin menemui Dal Ho. Dal Ho mengatakan kalau Ppo Song juga tegar seperti kakaknya, karena itu Ppo Song pasti bisa bertahan, "Ayah dan ibumu pasti akan melindungi kalian, tragedi itu takkan terjadi. Percayalah semuanya akan baik-baik saja."
"Sebelumnya aku tak bisa memahami ayah, benarkah hanya ada cara itu?."
"Ayahmu dalam keadaan apapun selalu berusaha, janganlah ada rasa benci."
"Kenapa aku selalu membenci orang yang kucintai. Benci pada ayah. Sekarang... orang itu juga benci padaku... "
"Tak ada yang ingin melakukan kesalahan, itu tak bisa dihindarkan. Saat aku baru menjadi inspektur, tak menjalani tugasku dengan baik, hampir terjadi masalah besar, aku selalu merasa takut setiap teringat kejadian itu. Dia juga demikian, sejak kejadian itu, tak pernah merasa tenang. Takut akan terjadi lagi, takut akan jatuh korban lagi. Akan selalu merasa tegang, dan akan selalu begiitu. Jika itu menimpaku, aku takkan bisa lakukan pekerjaanku. Dia pasti merasa tertekan sekali. Ayah dan ibumu akan selalu bersamanya.
Yoon Sung baru sampai di depan rumahnya, saat dia keluar dari mobil, Mi Joo dari atas rumahnya memanggil Yoon Sung dan bertanya apakah benar Yoon Sung tak mau lagi melihatnya. Yoon Sung tak menjawab.
"Aku mengerti, karena terlalu mencintaimu jadi bisa seperti itu. Aku harap kau mau mengerti. Aku sudah harus pergi. Jika tetap di sisimu, kau takkan ingin melihatku lagi. Nanti aku hanya bisa menjadi adikmu."
Setelah mengatakan itu, Mi Joo langsung masuk kerumahnya, sepertinya dia mengikuti permintaan ayahnya.
Yoon Sung pun akhirnya mengatakan, "Kau selamanya adalah adikku."
Di rumah sakit, Ppo Song berkemas-kemas pulang. Dokter juga mengingatkan Ppo Song untuk teratur minum obat. Selain itu suasana hatinya harus selalu tenang dan jika merasa tak enak badan harus segera di bawa ke rumah sakit.
Ppo Song pun berpamitan dengan anak laki-laki yang ada disebelahnya. Ppo Song juga mengajak anak itu untuk pergi bersama saat dia sembuh nanti, anak itu pun menjawab kalau nanti dia sembuh, Ppo Song harus menjadi pacarnya. Mendengar itu Ppo Song mengeryitkan keningnya dan berkata kalau tentang itu dia harus bertanya pada Min Ho dulu.
Di rumah sudah ada ayah Dong Soo, Mal Ja dan Dal Ho yang mempersiapkan pesta penyambutan Ppo Song. Mereka semua makan bersama, namun tetap saja jika ada ayah Dong Soo bertemu dengan Dal Ho, pasti bawaannya ribut. LOL
Dong Soo keluar rumah, dan menelpon Yoon Sung mengabarkan kalau Ppo Song sudah keluar dari rumah sakit, dia hanya harus minum obat secara teratur dan suasana hatinya harus tetap tenang.
Yoon Sung dan Da Jin melakukan penerbangan bersama. Terlihat seorang bapak-bapak berjas, tertidur dan menjatuhkan kertasnya.
Beralih di rumah sakit, teman laki-laki Ppo Song mengalami masa kritis. Ibunya sangat khawatir dan menyuruh anaknya untuk terus bertahan. Tak lama kemudian seorang perawat masuk dan mengatakan kalau mereka sudah mendapatkan pendonor, sehingga hari ini sudah bisa langsung melakukan operasi.
Beralih ke menara kontrol, ada seseorang yang menelpon dan meminta untuk segera menghubungi pesawat Wings Air 235. Dan ternyata pesawat itu adalah pesawat yang dikemudikan oleh Yoon Sung dan Da Jin. setelah mendapat informasi, Yoon Sung langsung meminta Ji Won untuk mencari penumpang yang di cari, dan ternyata lagi penumpang yang dicari adalah bapak-bapak berjas yang bernama Kim Jae Kwan. Ji Won pun langsung mengatakan padanya kalau ada seorang pasien, dan dia meminta Jae Kwan untuk mengikutinya.
Cuaca sedang tidak bersahabat, mendung dan banyak petir. Ji Won membawa Jae Kwan ke ruang kokpit. Yoon Sung pun langsung memberikan telepon dari orang yang membutuhkan bantuan Jae Kwan.
Pada Ji Won, Da Jin mengatakan jika terjadi sesuatu akan sulit dibayangkan akibatnya, melihat petir yang terus menyambar, Ji Won mengerti. Da Jin hanya melihat ke arah Yoon Sung yang sedang sibuk sendiri, dia sendiri tak berani mengajak bicara Yoon Sung. Pada pramugari lainnya, Ji Won memberitahu mereka harus selalu berhati-hati, karena cuaca buruk .
Da Jin mencuri dengar apa yang profesor itu katakan, setelah profesor itu menutup teleponnya, Da Jin pun bertanya apa pasien itu bernama Park Ming Yi? Profesor itu mengiyakan. Da Jin mengatakan kalau dia adalah teman adiknya, profesor itu menambahkan kalau anak itu masih kecil, dia tak tahu apakah anak itu bisa kuat bertahan.
Tiba-tiba pesawat mengalami goncangan hebat, karena cuaca buruk. Sampai-sampai tempat penyimpanan tas terbuka, namun dengan cepat Ji Won menangkap koper itu. Ji Won menghubungi ruang kokpit dan memberitahu kalau penumpang mulai panik. Dong Soo yang berada di menara pengawas terus memantau keberadaan Wings Air 235 yang belum juga muncul. Mesin pesawat mengalami masalah, Yoon Sung memutuskan kalau mereka harus segera mendarat.
Tiba-tiba Da Jin berkata, kalau mereka tidak bisa mendarat di Incheon, berarti anak itu tak bisa ditolong. Da Jin masih berharap mereka bisa mendarat disana tepat waktu. Karena masih ada 3 mesin berjalan dengan baik. Yoon Sung menjawab kalau situasi lebih bahaya jika tak segera mendarat. Yoon Sung dan Da Jin berdebat karena perbedaan pendapat.
Tepat pada saat itu, Yoon Sung teringat apa yang dikatakan oleh Kapten Han, yang mengatakan karena rasa tanggung jawab, dia membiarkan istrinya meninggal. Dan pada saat itu, Yoon Sung tak menyetujui pendapat Kapten Han.
"Situasi seperti ini harus ambil keputusan secara tenang,"
"Jika tak bisa menyelamatkannya akan merasa bersalah sepanjang hidup, aku tak ingin seperti kapten, yang hidup dalam perasaan bersalah sepanjang hidup. "
"Saat itu aku percaya dengan keputusannya, jika aku dalam keadaan itu juga, aku akan membuat keputusan yang sama. Sekarang aku merasa keputusanmu tepat, bukankah kau bilang harus saling percaya?"
"Aku juga... aku juga percaya pada kapten."
"Untuk menyelamatkan nyawa 300 penumpang dan anak kecil itu, aku akan berusaha."
"Aku mengandalkanmu kapten Yoon Sung"
Ji Won memberitahu pada pramugari kalau sudah diputuskan akan mendarat di bandara Ren Chuan. Mereka pun langsung melepas anting-anting mereka, dan apa saja yang melekat pada tubuh mereka yang sekiranya membahayakan.
Ji Won juga mengumumkan ke semua penumpang, kalau pesawat akan mendarat darurat di bandara Ren Chuan, dan Ji Won menginginkan para penumpang mengikuti petunjuk yang mereka berikan, untuk memasukkan semua barang-barang mereka ke dalam tasnya masing-masing.
Di menara pengawas, Dong Soo menyuruh anak buahnya untuk memastikan setiap pesawat yang masuk menggunakan 33 tenaga mesin, dan segera menghubungi bandara. Sekali lagi dia bertanya dimana posisi Wings Air 235 sekarang?
Yoon Sung meminta Da Jin untuk meminta izin mendarat. Dari menara pengawas, Dong Soo juga sudah bisa melihat keberadaan Wings Air 235, saat Da Jin meminta izin pendaratan, Dong Soo menjawab kalau mereka sudah mempersiapkan semuanya. Namun sayang, karena ada gangguan mesin, pesawat mungkin tak akan aman untuk mendarat.
Da Jin meminta Dong Soo untuk mencarikan landasan yang lain. Dong Soo pun akhirnya memberi izin untuk mereka mendarat, karena dia percaya pada Da Jin dan Yoon Sung.
"Mulai sekarang, aku yang akan menjadi mata kalian." Ucap Dong Soo.
Saat akan melandas, Da Jin tak bisa melihat lampu landasan karena kabut, namun Dong Soo langsung menyahut kalau dia bisa melihat Wings Air 235.
Di dalam kabin penumpang, para penumpang sudah menundukkan diri mereka sambil memegang leher mereka. Sedangkan pramugarinya duduk dengan tegang di depan mereka.
Sinopsis Yes Captain Episode 20 ( Akhir )
Saat akan melandas, Da Jin tak bisa melihat lampu landasan karena kabut, namun Dong Soo langsung menyahut kalau dia bisa melihat Wngs Air 235.
Di dalam kabin penumpang, para penumpang sudah menundukkan diri mereka sambil memegang leher mereka. Sedangkan pramugarinya duduk dengan tegang di depan mereka.
Berkat instruksi dari Dong Soo, Yoon Sung dan Da Jin dapat mendaratkan pesawat dengan aman. Dong Soo tertawa puas. Sedangkan di ruang kokpit masih terjadi kebisuan diantara Da Jin dan Yoon Sung.
"Han Da Jin, bisa terbang bersamamu, aku gembira sekali. Terima kasih."
Da Jin masih tak ingin bicara pada Yoon Sung untuk masalah pribadi, jadi dia langsung melepas sabuk pengamannya dan pergi meninggalkan Yoon Sung sendirian.
Selesai melakukan penerbangan bersama Da Jin, Yoon Sung menemui In Tae dan memberikannya surat pengunduran dirinya. Pada In Tae, Yoon Sung mengatakan kalau dalam hatinya dia masih ingin terus terbang, tapi dia tak mau memikirkan ambisinya sendiri, dengan cara menyusahkan orang lain, karena itu dia lebih memilih untuk mengundurkan diri.
Saat Yoon Sung akan keluar, In Tae berkata kalau dia minta maaf atas nama Mi Joo. Tidak mendidik anak dengan baik, In Tae akui itu adalah salahnya.
Dong Soo duduk bersama di taman dengan Da Jin. Dong Soo memberikan sepasang sepatu yang dia lihat sebelumnya di sebuah toko pada Da Jin. Dong Soo lalu memakaikan sepatunya.
"Jangan terjatuh, pakai ini dan jalan yang benar, dan jangan pergi terlalu jauh."
"Dong Soo...."
"Aku mau mohon satu hal, bisa janji padaku?" Dong Soo menggendong Da Jin menaiki tangga jalan yang menuju rumah Da Jin, "Jangan merasa aneh, aku hanya ingin mencoba sekali. Kau orang pertama yang kugendong."
Ternyata permintaan Dong Soo pada Da Jin adalah Dong Soo ingin menggendongnya. Da Jin berharap kelak Dong Soo bertemu dengan seseorang yang lebih baik dari dirinya. Dong Soo menggendong Da Jin sampai ke depan rumahnya.
"Da Jin yang kusuka, terbang bersama dia.... terbanglah bersama... jangan kehilangan sayap dan terjatuh... sekarang kau terjatuh, dan itu membuatku sedih sekali."
Da Jin duduk merenung sendirian di dalam gudang. Dia teringat pada apa yang Dal Ho katakan padanya, dimana Dal Ho mengatakan kalau dia ingin sekali melihat Da Jin dan Yoon Sung terbang bersama. Da Jin teringat juga perkataan Yoon Sung yang mengatakan kalau Yoon Sung ingin terbang bersama Da jin, begitu juga Ji Won yang mengatakan hal yang sama, dan terakhir Dong Soo juga mengungkapkan hal yang sama.
Keesokan harinya, Da Jin menemui In Tae di ruangannya. Da Jin mengungkapkan kalau dia ingin berada satu tim bersama Yoon Sung, "aku telah kehilangan orang tua, dan aku tak ingin kehilangan lagi, dia sangat berharga bagiku. Semakin benci padanya, hatiku semakin sakit. Seorang diri pasti sangat melelahkan, sekarang tak boleh seperti itu lagi. Dia bilang, dia tak pernah membenci anda, dia sangat penting bagi perusahaan. Aku bangga sekali bisa satu tim dengannya. Aku mohon...."
Setelah mengatakan semua itu Da Jin undur diri. dan In Tae memikirkan apa yang dikatakan Da Jin. Dia melihat surat pengunduran diri Yoon Sung.
Di luar, Da Jin berpapasan dengan Yoon Sung, namun dia belum mau berkata sepatah katapun pada Yoon Sung.
Yoon Sung menemui In Tae di ruangannya. In Tae mengatakan kalau Yoon Sung mirip sekali dengan ayahnya, walaupun diperlakukan tidak baik, Yoon Sung tetap tegar menerimanya.
"Waktu kau kecil juga begitu, kau tetap bisa menerima dengan tegar, waktu kecil, kau sendirian di kamar dan memanggil ‘ayah’... setiap hari latihan memanggil bos sebagai ayah."
"Ayah yang pernah menjadi pilot, pernah sebagai kapten pilot, karena itu selama terbang, aku tak merasa kesepian, jagalah diri anda dengan baik," ucap Yoon Sung dan langsung berbalik akan pergi.
In Tae memanggilnya lagi. In Tae meminta maaf karena dia tak bisa menjadi ayah untuk Yoon Sung. In Tae pun mengeluarkan surat pengunduran diri Yoon Sung dan langsung merobeknya.
"Ayahmu.... aku merasa bersalah pada ayahmu, karena itu aku tak bisa menerima ini," ucap In Tae sambil terus merobek surat itu, dia juga menambahkan, "Aku sebagai pria memberimu suatu nasehat, wanita yang kau cintai harus tetap berada di sisimu, bukankah kau ingin terbang bersama Han Da Jin?" In Tae mengatakannya dengan tersenyum.
Yoon Sung menyadari sesuatu dan dia langsung keluar dari ruangan In Tae dan berlari mencari Da Jin. Yoon Sung menuruni tangga dengan senyum yang terus mengembang. Yoon Sung langsung pergi ke rumah Da Jin tanpa mengganti pakaiannya terlebih dulu.
Yoon Sung terus mengetuk-ngetuk pintu dan berteriak memanggil nama Da Jin. Dan tanpa Yoon Sung ketahui, kalau Da Jin tidak di dalam rumah, dia baru sampai dan melihat Yoon Sung berteriak memanggil namanya.
Masih dengan wajah tanpa senyumnya, Da Jin bertanya ada apa pada Yoon Sung. Yoon Sung langsung menghampirinya dan mengatakan, "Tak perlu ke tempat lain, seberapa lelahnya, aku hanya ingin terbang dan mendarat dengan aman bersamamu, bisakah kau menerimaku?"
Da Jin diam sesaat, lalu dia menjawab iya, tanpa ragu lagi, Yoon Sung langsung memeluk Da Jin. Mereka baikan lagi.... asiiiiiik.... happy ending...
Mi Joo berpamitan dengan Ketua Tim, dia ingin Ketua Tim menjaga ayahnya dengan baik. Dengan gaya khas nya, Ketua Tim mengiyakan, sebelum dia keluar ruangan, dia juga sempat membersihkan jas In Tae dari noda.
Pada ayahnya, Mi Joo meminta maaf. In Tae hanya berpesan pada Mi Joo untuk makan dengan baik di tempat barunya nanti. In Tae tersenyum bangga pada anaknya, demi dirinya Mi Joo mau berubah, tak mengejar-ngejar Yoon Sung lagi. Dia pun beranjak dari duduknya dan merentangkan tangannya, Mi Joo langsung menyambutnya dengan pelukan, dia juga berpesan pada ayahnya untuk menjaga dirinya baik-baik.
"Lupakan semuanya lalu kembalilah," pinta In Tae.
Mi Joo di dalam ruangannya sendiri. Yoon Sung datang menemuinya. Yoon Sung pun berpesan pada Mi Joo untuk menjaga dirinya, dan jangan sakit. Mi Joo menangis, diapun menghampiri Yoon Sung dan langsung memeluknya. Walaupun merasa tak nyaman, tapi kali ini Yoon Sung tak melepaskan pelukan Mi Joo, sampai Mi Joo sendiri yang melepasnya.
"Pada akhirnya tetap melanggar peraturan, padahal sudah mau mundur,"
"Bertemulah dengan pria baik-baik baru kembali."
Mi Joo mengiyakan. Dia juga mengatakan kalau dia ingin Yoon Sung melihat pria pilihannya yang terbaik. Mereka berjalan bersama keluar ruangan dan berpapasan dengan Da Jin yang berjalan dari arah yang berlawanan.
Pada Da Jin, Mi Joo meminta Da Jin untuk tidak membuat kakaknya sedih. Da Jin mengiyakan, bahkan dia mengataakan kalau dia akan membuat Yoon Sung bahagia. Mi Joo terlihat sekali berusaha tegar menghadapi Da Jin dan Yoon Sung. Karena saat dia meninggalkan Yoon Sung dan Da Jin, Mi Joo menahan tangisnya.
Sebaliknya dengan gembira, Yoon Sung menarik tangan Da Jin dan mengajaknya berjalan bersama mengelilingi kantor. Berbeda dengan Yoon Sung, Da Jin masih malu-malu dilihat pilot lain dan para pramugari.
Tepat saat berpapasan dengan rombongan Ji Won, Yoon Sung sengaja mengangkat tinggi tangannya, namun Da Jin masih malu untuk mengumumkan hubungan mereka, jadi Da Jin menarik tangannya dari genggaman Yoon Sung dan pergi. Ji Won dan lainnya hanya bisa senyum-senyum melihat Da Jin yang malu-malu.
Yoon Sung pergi ke toko jam untuk membeli jam Couple untuk dirinya dan Da Jin. Yoon Sung langsung meletakkannya di loker Da Jin, dan saat Da Jin menemukan jam tangan itu, Yoon Sung juga mengiriminya sms yang berisi, "Sebelum aku melepaskanmu, jangan dilepas."
Beralih ke restoran ayah Dong Soo yang sangat penuh dengan pelanggan. Ayah Dong Soo naik ke atas panggung dan memperkenal dirinya, dia juga mengumumkan kalau hari ini adalah hari yang sangat berarti karena adalah hari dimana akan diadakan konser tunggal untuk penyanyi pendatang baru, Jang Ma Ria.
Sementara itu Mal Ja sedang mengatur nafasnya yang nervous, karena dia sebentar lagi akan naik panggung, dia dibantu Joo Ri yang berusaha menenangkannya.
Semua orang ada disana, Ji Won, Yoon Sung, Ppo Song, Da Jin, Dong Soo maupun Dal Ho, mereka semua datang untuk melihat Mal Ja bernyanyi di atas panggung.
Mal Ja bernyanyi ditemani para pramugari.
Keesokan harinya, Yoon Sung memberikan Da jin sebuah mobil. Yoon Sung mengatakan kalau dia sebenarnya ingin memberikannya pada Da Jin saat Da Jin menjadi Pilot. Da Jin mengatakan kalau hadiah mobil sangatlah berlebihan. Karena itu Yoon Sung mengatakan kalau mobil ini sebenarnya bukan untuk Da Jin, tapi untuk Ppo Song, tapi karena Ppo Song belum bisa punya Sim, jadi dia berikan pada Da Jin.
Maksud Yoon Sung memberikan mobil, agar Da Jin bisa membawa Ppo Song ke rumah sakit dengan santai, karena kalau terus menggunakan kendaraan umum akan sangat melelahkan bagi Ppo Song. Tapi kalau Da Jin masih merasa mobil itu sebagai beban, Da Jin bisa membayarnya dengan dicicil.
"Itu ungkapan yang aneh sekali," jawab Da Jin.
Yoon Sung mengajari Da Jin mengendarai mobilnya, namun Da Jin terlihat sangat kaku tak seperti saat Da Jin mengemudikan sebuah pesawat. Da Jin mengeluh, karena mengendarai mobil lebih sudah daripada pesawat, bahkan Da Jin sedikit ngambek karena terus diomelin Yoon Sung karena tak bisa mengendarai mobil dengan baik.
Di samping kotak minuman, Dong Soo dan Yoon Sung duduk bersama, Dong Soo mengatakan pada Yoon Sung untuk menjaga Da Jin dengan baik. Yoon Sung pun mengungkapkan unek-uneknya kalau dia tidak merasa nyaman jika Dong Soo terus disisi Da Jin. Tak mau kalah, Dong Soo pun menjawab pria tampan seperti dia disisi Da Jin, tentu saja membuat Yoon Sung merasa tak nyaman.
"Bermain baseball saja kalah denganku, minum2 juga kalah denganku."
Yoon Sung menjawab kalau dia hanya sengaja mengalah pada Dong Soo. Dengan sombong Yoon Sung mengatakan dengan Da Jin memilih dirinya, itu sudah cukup baginya.
Dong Soo mulai kesal dengan celotehan Yoon Sung, diapun membuang kopi miliknya, dan pergi meninggalkan Yoon Sung sendiri. Saat Dong Soo pergi, Yoon Sung pun mengakui kalau pukulan Dong Soo memang cukup keras.
Kembali ke kokpit dengan co-pilot dan kapten pilot yang kompak, Da Jin dan Yoon Sung kembali terbang bersama. Yoon Sung mengungkapkan kegembiraannya bisa terbang lagi bersama Da Jin, hari ini besok dan besok lagi.
Dan kali ini penumpang istimewa mereka adalah Ppo Song. Ji Won melayaninya dan bertanya bagaimana perasaan Ppo Song. Ppo Song sangat senang bisa terbang. Dia melihat awal seperti ibunya, lembut dan hangat. Ji Won pun memeluknya.
Kembali ke ruang kokpit, kali ini Yoon Sung memberi kesempatan Da Jin untuk mencoba mengendalikan pesawat. Da Jin pun berhasil mendaratkan pesawat dengan aman. Sebagai kapten pilot, Yoon Sung pun memberikan penilaian.
"Hari demi hari, langit membuat kami tersentuh, saat terbang merasa nyaman dan merasakan sesuatu. Juga ada saat-saat tertekan tapi kami tak kan menyerah." Suara Yoon Sung....
"Bisa terbang di langit adalah suatu mukjizat, impian dan harapan semua orang. Jangan sendirian terbang dilangit. Langit sekarang sangat berharga." Suara Da jin...
Kembali ke kotak minuman, Dong Soo sedang mencari koin untuk membeli minuman, Joo Ri yang melihatnya langsung menghampirinya. Saat joo Ri berniat akan membelikan minuman untuk Dong Soo, tiba-tiba teman kerja Dong Soo datang dan membawakan kopi untuk Dong Soo, Dong Soo pun menerimanya dengan senang hati, mereka pun pergi meninggalkan Joo Ri yang kebingungan melihat Dong Soo pergi dengan wanita lain dan bergandengan tangan.
Penyeleksian pramugari baru, Joo Ri diberi tugas untuk menyeleksi mereka, Joo Ri pun bersikap seperti Ji Won saat menyeleksi mereka.
Seperti biasa Dal Hoo bekerja di tempat biasa.
Di bagian menara pengawas juga kedatangan anggota baru dan langsung di orientasi oleh pacar baru Dong Soo. (maaf saya lupa nama cewek ini, dia sebelumnya adalah anak buah Dong Soo yang sangat lemah dalam menyebutkan angka-angka dalam bahasa inggris dan Dong Soo selalu mengajarinya dengan sabar) dan kali ini dia memberi tahu pada anggota baru untuk terus berlatih bahasa inggris.
Naik pangkat, kali ini Da Jin bukan sebagai co-pilot lagi, dia sudah menjadi Kapten Pilot, bukan saja Da Jin, tapi juga dua teman perjuangannya juga. Saat Da Jin dan kedua temannya ini melempar topi sebagai tanda keberhasilan mereka, topi Da Jin melayang dan di tangkap Yoon Sung yang juga ada disana. Da Jin pun menghampiri Yoon Sung, dan Yoon Sung langsung memakaikan kembali topi Da Jin.... so sweeeeeet.....
The End
Sinopsis ini diambil dari: http://www.dramaku.com, http://anishuchie.blogspot.com dan http://cakrawala-senja-1314.blogspot.com.