UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MELALUI
BIMBINGAN KELOMPOK MENYUSUN RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 10
KOTA SURAKARTA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh :
Bambang Edy Kusuma M
SMP Negeri 10, Surakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dalam menyusun rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) melalui bimbingan kelompok di SMP Negeri 10 Surakarta Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yaitu penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada peningkatan kemampuan guru menyusun RPP. Subyek penelitian adalah sebagian guru SMP Negeri 10 Surakarta yang berjumlah 12 guru bidang studi. Teknik pengumpulan data dengan lembar pengamatan dan wawancara teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif komparatif, artinya kemampuan awal guru menyusun RPP dibandingkan dengan kemampuan guru menyusun RPP pada siklus I dan II setelah melalui bimbingan kelompok yang dilakukan kepala sekolah. Dari peningkatan skor kemampuan guru menyusun RPP setiap siklus dideskripsikan kea rah kecenderungan tindakan kepala sekolah dan reaksi serta hasil kemampuan guru menyusun RPP.Hasil penelitian tindakan sekolah dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru menyusun RPP di SMP Negeri 10 Surakarta. Dampak peningkatan kemampuan guru menyusun RPP yang dihasilkan menyangkut aspek merencanakan pengelolaan pembelajaran, merencanakan pengorganisasian materi pelajaran, merencanakan pengelolaan kelas, merencanakan penggunaan alat dan metode, serta merencanakan penilaian. Dari aspek perencanaan setelah diberi tindakan melalui bimbingan kelompok kemampuan guru menyusun RPP pada kondisi awal secara klasikal memiliki skor 3,03 (cukup) dan pada akhir tindakan siklus II meningkat menjadi 4,42 (baik) sehingga terjadi peningkatan sebesar 1,39 menunjukkan peningkatan yang signifikan, bimbingan kelompok dapat dijadikan predictor yang baik untuk meningkatkan kemampuan guru menyusun RPP.
Kata Kunci: Bimbingan Kelompok, RPP
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Berlakunya Peraturan menteri Pendidikan Nasional No.18 tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan mewajibkan guru untuk memiliki Sertifikat Pendidik melalui ujian sertifikasi. Salah satu kompetensi yang dituntut adakah kompetensi pedagogik, dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melaksanakan evaluasi dan analisis hasil evaluasi serta tindak lanjut. Guru-guru di SMP Negeri 10 Surakarta, tidak semua guru mampu menyusun RPP sesuai dengan pedoman nilai sertifikasi, masih terdapat guru walaupun yang mengikuti sertifikasi, namun belum mampu menunjukkan RPP yang sesuai dengan pedoman sertifikasi.
Peraturan menteri Pendidikan Nasional No.41 tahun 2007 tentang standar Proses Pendidikan Dasar dan menengah, merupakan acuan utama bagi guru dalam merencakan proses pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, penilaian serta tindak lanjutnya, Peraturan menteri Pendidikan Nasional No.18 tahun 2007 telah disahkan pada tanggal 28 Maret 2007. Namun hingga penelitian ini dilaksanakan RPP yang ditunjukkan guru-guru umumnya masih menggunakan scenario pembelajaran konvensional. Masih dominan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center oriented). Menggunakan strategi pembelajaran ekspositori dengan didominasi oleh metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Hanya sebagian RPP yang menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centre oriented) dengan pendekatan diskoveri inkuiri. RPP yang lain belum tampak adanya proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi oleh siswa. Pembuatan RPP adalah sangat urgen, menurut Hamzah B. Uno (2006:4): Perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Perencanaan Pembelajaran dapat dijadikan titik awal dari upaya perbaikan kualitas pembelajaran.
Kemampuan guru dalam menyusun RPP masih belum optimal, maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk peningkatan kemampuan guru menyusun RPP melalui bimbingan kelompok. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 10 Surakarta Semester 1 tahun pelajaran 2015/2016. Salah satu bimbingan yang dapat dijadikan prediktor untuk meningkatkan kinerja guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok adalah suatu proses bantuan yang diberikan oleb pembimbing kepada seorang yang mengalami kesulitan, agar mampu memecahkan kesulitannya. Bimbingan individu dilaksanakan atas pertimbangan bahwa kesulitan yang dialami oleb guru sifatnya khusus atau sudah berat sehingga memerlukan penyelesaian secara kelompok.
Bimbingan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terhadap guru dalam metaksanakan tugasnya memberikan peranan yang penting dengan tujuan guru tersebut dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan kewajibannya sebagai guru. Menurut Bimo Walgito (2004: 5) bahwa: bimbingan dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan, tanpa memandang umur (of any age), sehingga baik anak maupun orang dewasa dapat menjadi objek bimbingan. Dengan demikian maka bidang gerak bimbingan tidak hanya terbatas pada anak-anak ataupun para remaja, tetapi juga dapat mencakup orang dewasa.
Bimbingan penyusunan RPP yang diberikan kepada guru SMP dapat diberikan baik untuk mengindari kesulitan-kesulitan maupun untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh guru di dalam pembelajaran. Bimbingan penyusunan RPP dapat diberikan baik untuk mencegah agar kesulitan itu tidak atau jangan timbul. tetapi juga dapat diberikan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang telab menimpa guru dalam melaksanakan pembelajaran. Bimbingan penyusunan RPP yang diberikan kepada guru SMP lebih bersifat pencegahan daripada penyembuhan. Bimbingan dimaksud supaya guru dapat mencapai kesejahteraan hidup (life welfare).
Pravitno dan Erman Amti (2004:309) memberikan pengertian bahwa “bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok”, Lebih ianjut menurut Gazda yang dikutip Prayitno dan Erman Amti (2004:309) mengemukakan bahwa “bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok guru untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat.”Dengan adanya bimbingan kelompok, maka guru dapat menyampaikan kesulitan-kesulitan dapat mengetahui kesalahan-kesalahan dalam menyusun RPP melalui diskusi, selanjutnya dapat dilakukan bimbingan penyusunan RPP atau mencari solusi pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru-guru tersebut, sehingga proses belajar mengajar sesuai dengan RPP.
Berdasarkan uraian di atas penulis mengadakan penelitian tindakan sekolah dengan judul: “Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Melalui Bimbingan Kelompok Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMP Negeri 10 Surakarta Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016.”
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka rumusan masalah sebagal berikut: Apakah bimbingan kelompok dapat meningkatkan kinerja guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SMP Negeri 10 Surakarta Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016.”
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) melalui bimbingan kelompok di SMP Negeri 10 Surakarta Semester 1 Tahun PeIajaran 2015/2016.”
Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis
a. Dapat meningkatkan kemampuan guru menyusun RPP.
b. Sebagai dasar acuan bagi peneliti Iebih lanjut.
2. Secara Praktis
a. Bagi guru, memperbaiki kinerja guru dalam pembelajaran, guru dapat berkembang lebih profesional, dan guru lebih percaya diri dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
b. Bagi sekolah, dapat meningkatkan kinerja sekolah melaIui penyusunan RPP, meningkatkan mutu penyelenggaraan sekolah, dan memberikan kontribusi yang lebih baikk dalam peningkatan proses pembelajaran.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajian Teori
1. Kemampuan Dasar Guru
Dalam melaksanakan tugas, guru harus memiliki seperangkat kemampuan yang dipersiapkan melalui lembaga pendidikan tenaga kependidikan sesuai dengan harapan dan cita-cita bangsa, oleh karena itu profesionalisme guru sebagai tenaga kependidikan perlu ditingkatkan (Cece Wijaya dan Rusyan A. Tabrani. 2002: 71). Dalam pengertian profesionalisme telah tersirat adanya suatu keharusan bagi seorang guru untuk memiliki kemampuan agar profesi guru dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan melaksanakan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Menurut Cece Wijaya dan Rusyan A. Tabrani (2002: 84), kemampuan dasar profesional yang harus dimiliki seorang guru meliputi sepuluh hal yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut: 1) Penguasaan bahan pelajaran dari setiap mata pelajaran yang diampunya dan pendalaman melalui perpustakaan sehingga dapat menjadi informator yang merupakan sumber informasi kegiatan pengajaran.2) Pengelolaan program belajar mengajar dari setiap mata pelajaran yang diampunya.3) Pengeloaan kelas dengan mengatur tata ruang kelas yang menciptakan iklim belajar mengajar yang sesuai sehingga memungkinkan dilaksanakan kegiatan proses belajar mengajar yang sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. 4) Pemakaian media sumber belajar. Agar variasi hasil belajar bisa optimal guru harus mampu menggunakan berbagai media sumber belajar, baik berupa alat bantu pelajaran sederhana maupun laboratium dan perpustakaan.5) Pengelolaan interaksi belajar mengajar. Seorang guru harus mampu mengelola interaksi belalar mengajar, guru harus mampu memahami hakikat belajar.6) Penguasaan landasan-landasan kependidikan yang tampak dalam perannya sebagai pribadi dan pendidik dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar. 7) Pengenalan fungsi program bimbingan dan konseling di sekolah. Seorang guru tidak diharapkan menjadi konselor yang profesional, tetapi diharapkan mampu memberi pelayanan agar masing-masing siswa dapat berkembang secara optimal. 8) Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah sebagai proses meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan. Untuk bidang garapan meliputi pengajaran, tata usaha, kesiswaan, prasarana dan sarana.9) Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dan penafsiran hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran.10) Penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Agar hasil belajar benar-benar mencerminkan prestasi belajar yang sesungguhnya, seorang guru harus mampu melaksanakan kegiatan pengukuran dan penilaian prestasi belajar secara bertanggungjawab.
Kesepuluh kemampuan tersebut dapat dikatakan merupakan indikator penting dalam pembelajaran dan sekaligus merupakan syarat agar tercapai tujuan pembelajaran.Berdasarkan uraian dapat disimpulkun bahwa seorang guru bidang studi dianggap mempunyai kemampuan dasar jika guru tersebut menguasai atau mempunyai kecakapan tentang sepuluh hal di atas. Apabila guru menguasai kemampuan di atas, maka diharapkan hasil belajar dapat tercapai secara optimal.
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
NgaIim Puranto (2002: 106), “Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap organisasi atau lembaga dan bagi setiap kegiatan, baik perseorangan maupun kelompok.” Perencanan yang bertujuan agar siswa dapat belajar dan perencanaan tersebut dapat diterima oleh masyarakat ilmiah, sehingga perencanaan tersebut menjadi suatu aturan pokok yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran sebaiknya direncanakan untuk mempermudah proses belajar mengajar agar menjadi Iebih bermakna. Perencanaan dimaksudkan agar program dapat menjadi Iebih siap dalam mengajar dengan perencanaan yang matang. Dengan perencanaan yang telah dilakukan dengan baik terhadap apa yang akan diajarkan oleh guru, dimungkinkan terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik pula karena sebelumnya telah dipikirkan hal-hal yang berkenaan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam merencanakan pembelajaran perlu dipikirkan oleh guru hal-hal berikut: siswa, waktu yang akan digunakan, urutan bagaimana materi akan dibahas, rangkaian perkembangan proses berpikir, keterampilan yang akan ditumbuhkan pada siswa, alat peraga, dan alat penilaian. (Semiawan, 1995: 87).
Selanjutnya, menurut Sudirman, dkk. (2006:81), komponen yang harus dipersiapkan di antaranya: “(1) tujuan, (2) bahan pelajaran, (3) kegiatan belajar mengajar, (4) metode, media dan sumber (5) evaluasi.” Komponen yang hampir sama disebutkan oleh Muhammad Ali (2006:52) bahwa. “perencanaan pengajaran meliputi: (1) Tujuan apa yang hendak dicapai, yaitu bentuk-bentuk tingkah laku apa yang diinginkan dapat dicapai atau dimiliki oleh siswa setelah terjadinya PBM. (2) Bahan pelajaran yang dapat mengantarkan sisa mencapai tujuan, (3) Bagaimana PBM yang akan dilaksanakan oleh guru agar siswa mencapai tujuan secara efektif dan efisien, (4) Bagaimana menciptakan dan menggunakan alat untuk mengetahui atau mengukur apakah tujuan itu tercapai atau tidak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan pembelajaran, hal-hal yang direncanakan adalah: menentukan bahan pembelaiaran dan merumuskan tujuan pembelajaran, memilih dan mengorganisasikan materi, media (alat bantu mengajar), dan sumber, merancang skenario pembelajaran, merancang pengelolaan kelas, merancang prosedur dan mempersiapkan penilaian, serta bagaimana penilaian yang akan dilaksanakan merencanakan pengajaran merupakan tugas pertama guru sebagai pengajar.
3. Bimbingan Kelompok
a. Pengertian Bimbingan
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan indvidu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.” (Bimo Walgito, 2004: 5-6).Pengertian bimbingan menurut Prayitno dan Erman Amti (2004: 100): Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, orang dewasa, orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuasaan individu dan sarana yang ada dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Djumhur dan Moh Surya (2000: 26) menjelaskan bahwa “Birmbingan adalah proses bantuan kepada individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada sekolah, keluarga dan masyarakat.”Berpijak pada pendapat para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesutitan agar yang bersangkutan dapat memahami dirinya mengarahkan diri maupun bertingkah laku wajar sesuai dengan tuntutan/norma-norma yang berlaku baik dalam Iingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
b. Tujuan Bimbingan
Tujuan bimbingan menurut Bimo Walgito (2004: 195:196) disebutkan tujuan program bimbingan membantu guru agar:1) Memahami dan menilai dirinya terutama yang berkenaan dengan potensi dasar dirinya seperti minat, sikap, kecakapan dan cita-citanya; 2)Sadar dan memahami nilai-nilai yang ada pada dirinya dan yang ada dalam masyarakat; 3) Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhuhungan dengan potensi dasar dirinya, memahami hubungan usaha dirinya sekarang dengan masa depannya, mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan yang diperlukan untuk suatu bidang tertentu;4) Menemukan hambatan-hambatan yang disebabkan oleh faktor-faktor dirinya dan faktor-faktor Iingkungannya serta dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut; 5)Merencanakan masa depannya serta menemukan karir dan kehidupan yang serasi dan sesuai.
Nurjanah. HS. (2000:23) menyatakan dengan bimbingan diharapkan guru memperoleh bantuan dalam:1) Pemahaman yang Iebih cepat tentang keadaan dan kemampuan dirinya; 2)Keadaan terhadap pilihan-pilihan yang ada pada dirinya dan yang terdapat dalam masyarakat; 3) Pergerakan terhadap berbagai jenis pekerjaan; 4)Persiapan yang matang untuk memasuki dunia kerja; 5)Merencanakan masalah-masalah khusus sehubungan dengan pekerjaan; 6)Penghargaan yang subyektif terhadap kerja.
c. Bimbingan untuk Guru
Menurut Yulia Singgih D. Gunarso dan Singgih D. Gunarso (2002:30), pelayanan bimbingan bagi guru meliputi: 1) Membantu keseluruhan program pendidikan dengan meneliti dan mengenal kebutuhan-kebutuhun anak didik; 2) Membantu dalam mengenal pentingnya ketertiban diri dalam program pendidikan. Membantu keseluruhan program pendidikan dengan meneliti dan mengenal kebutuhan-kebutuhan anak didik. 3) Membantu dalam mengenal pentingnya ketertiban diri dalam program pendidikan. Seorang guru yang datang ke sekolah hanya untuk membacakan atau menulis catatan di papan tulils, dan tidak terlihat dalam program pendidikan, tidak dapat diharapkan akan bisa menanamkan dan menumbuhkan pengertian-pengertian dalam bidang studinya kepada anak didiknya.
Untuk dapat menggunakun teknik bimbingan, maka seorang pembimbing sebaiknya:1)Membantu guru dalam hubungan-hubungan dengan anak didik.2) Membantu dalam usaha memahami perbedaan-perbedaan pribadi, individualisasi pengajaran, untuk mencapai penyesuaian khas anak didik dengan pendidikan.3) Membantu dalam menyesuaikan kekhususan pribadi dengan tuntutan umum sekolah dan masyarakat (Yulia Singgih D. Gunarso dan Singgit D. Gunarso, 2002: 30-31).
e. Pengertian Bimbingan Kelompok
Prayitno dan Erman Amti (2004:309) memberikan pengertian bahwa “bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok”. Lebih lanjut menurut Gazda yang dikutip Prayitno dan Erman Ati (2004:309) mengemukakan bahwa “bimbingan kelompok guru di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok guru untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat.”Berdasarkan beberapa pengertian di atas jelas bahwa kegiatan dalam bimbingan kelompok ialah pemberian informasi untuk keperluan tertentu bagi para anggota kelompok agar mreka dapat mengenal diri, menyesuaikan diri, dan mampu mengatasi masalah atau kesulitannya sehingga dapat mengembangkan diri secara maksimal.
Ciri-ciri yang menunjukkan homogenitas dalam kelompok menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:310) meliputi:Pertama, bimbingan kelompok para anggota kelompok homogen (yaitu guru-guru satu sekolah dalam tingkat yang sama).Kedua, “masalah” yang dialami oleh semua anggota kelompok adalah sama, yaitu memerlukan informasi yang akan disajikan.Ketiga, tindak lanjut dan diterimanya informasi itu juga sama, yaitu untuk menyusun rencana dan membuat keputusan Keempat, reaksi atau kegiatan yang dilakukan oleh para anggota dalam proses pemberian informasi (dan tindak Ianjutnya) secara relatif sama (seperti mendengarkan, mencatat, bertanya).
Di dalam kelompok para guru dapat mengadakan hubungan dan memperoleh informasi, tanggapan serta berbagai pendapat yang timbul selama berinteraksi. Suasana yang timbul dalam kelompok merupakan media positif untuk mengembangkan pribadi seseorang. Dalam suatu kelompok para anggota harus saling menghargai, saling mengendalikan diri serta tenggang rasa. Situasi kelompok memungkinkan terjadinya tukar mengalaman yang memberikan pengertian kepada anggota kelompok bahwa masing-masing anggota memiliki masalah, dan di dalam kelompok mereka saling membantu memahami masalah atau kesulitan secara obyektif serta mencari pemecahannya. Dengan demikian bimbingan kelompok memberikan kesempatan kepada kelompok untuk belajar yang lebih luas.
Kerangka Berpikir
Kemampuan guru dalam menyusun RPP di SMP Negeri 10 Surakarta dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP, kepala sekolah menerapkan bimbingan kelompok. Dengan adanya bimbingan kelompok, pembimbing dapat memberikan informasi untuk keperluan tertentu bagi para anggota kelompok agar mereka dapat mengenal diri, menyesuaikan diri, dan mampu mengatasi masalah atau kesulitannya sehingga dapat maksimal dalam menyusun RPP.
Bimbingan kelompok adalah suatu proses bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada seorang yang mengalami kesulitan, agar mampu memecahkan kesulitannya. Bimbingan individu dilaksanakan atas pertimbangan bahwa kesulitan yang dialami oleh guru situasinya khusus atau sudah berat sehingga memerlukan penyelesaian secara kelompok.
Melalui bimbingan kelompok diharapkan dapati memberikan gambaran tentang peran kepala sekolah dalam memajukan sekolah dalam hal ini kualitas kemampuan guru menyusun RPP. Melalui bimbingan kelompok, kepala sekolah dapat menyampaikan ide-idenya untuk meningkatkan kualitas guru dalam menyusun RPP.Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat digambar dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan kesimpulan awaI dan belum dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga adalah “Bimbingan kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SMP Negeri 10 Surakarta Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian tindakan sekolah (PTS). Tujuan utama PTS untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam sekolah yang berada di dalam binaan pengawas sekolah. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus sebagai jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dilaksanakan di SMP Negeri 10 Surakarta.
Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah sebagian guru SMP Negeri 10 Surakarta Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 12 guru yang mewakili setiap bidang studi: IPS Ekonomi, IPS Geografi, PAI, bahasa Indonesia, matematika, IPA Fisika, IPA Biologi, PKn, Bahasa Inggris, Penjaskes, Bahasa Jawa, dan Kesenian.
Sumber Data
Data yang digunakan sebagai bahan dasar analisis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:1. Data Primer; Data primer dalam penelitian ini merupakan hasil pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukun dalam pembinaan yang efektif diberikan pada guru di SMP Negeri 10 Surakarta dalam rangka upaya peningkatan kemampuan guru menyusun RPP. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa: a) merencanakan penelitian kegiatan belajar mengajar, b) merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran, c) merencanakan pengelolaan kelas, d) merencanakan penggunaan alat dan metode pengajaran, e) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajar.2. Data Sekunder; dalam penelitan ini berupa data yang diperoleh dan dokumen sekolah yang meliputi pengelolaan kegiatan pembinaan secara berkelanjutan yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan Iangkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dan penelitian adalah mendapatkan data. (Sugiyono, 2007: 308). Agar dapat terkumpul data yang berkualitas peneliti menggunakan berbagni teknik supaya perolehan data dan teknik yang satu dapat dilengkapi dengan perolehan data degan teknik lain. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:1) Observasi; Penelitian ini menggunakan observasi terstruktur, dimana observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (V) pada tempat yang disediakan pada Lembar Penilaian Kinerja Guru (LPKG) dalam menyusun RPP. Alasan digunakan observasi terstruktur adalah untuk mempermudah observer melakukan pengamatan dan observasi terstruktur sesuai dengan masalah yang diteliti. 2. Dokumentasi; Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan awal guru dalam menyusun RPP dan untuk memperoleh data guru yang ada di SMP Negeri 10 Surakarta Semester 1 tahun pelajaran 2015/2016. 3). Wawancara;Atas dasar pengamatan di kelas selama proses belajar-mengajar berlangsung maka dilakukan wawancara untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran dan bimbingan kelompok yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Validitas Data
Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu (Moelong dalam Sarwiji Suwandi, 2008: 69).Validitas data yang digunakan antara lain dengan triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data. Penelitian ini teknik triangulasi untuk mengetahui kualitas mengajar dan faktor penyebabnya. Untuk itu peneliti membandingkan data hasil penelitian dari berbagai metode antara lain dengan tes, observasi dan dokumentasi.
Analisis Data
Menurut Sarwiji Suwandi (2008: 70) “teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif (statistik deskriptif) dan teknik analisis kritis. Teknik deskriptif digunakan untuk data kuantitatif. sedangkan teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif.”Data berupa hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif yakni dengan membandingkan kemampuan guru menyusun RPP antar siklus, yang dianalisis adalah kemampuan guru menyusun RPP sebelum diberi bimbingan kelompok dan setelah diberi bimbingan kelompok. Kemudian, data yang berupa skor antar siklus tersebut dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian atau indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja guru diharapkan akan terlihat di setiap siklus yang menunjukkan suatu hiasil yang positif yang berdampak pada peningkatan kemampuan guru menyusun RPP. Adanya bimbingan kelompok yang terus menerus dilakukan dapat meningkatkan kemampuan guru menyusun RPP di SMP Negeri 10 Surakarta. Penilaian kemampuan guru menyusun RPP berdasarkan Lembar Penilaian Kinerja Guru (LPKG) meliputi kriteria: Sangat kurang (1), Kurang (2), Cukup (3), Baik (4), dan Sangat baik (5).Indikator pencapaian ketuntasan menyusun RPP dalam penelitian ini dikatakan tuntas apabila kemampuan guru menyusun RPP mendapat predikat baik (4) atau sangat baik (5) sesuai dengan LPKG.
Prosedur PeneIitian
Penelilian ini menggunakan model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dan model Kurt Lewin. Daryanto (2011:275) mengemukakan bahwa penelitian tindakan sekolah terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: 1.Perecanaan atau planning yaitu menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan. 2.Tindakan atau acting;Berisi uraian tahapan tindakan yang akan dilakukan oleh kepala sekolah dalam melakukan bimbingan kelompok.3) Pengamatan atau observing; Dilakukan dengan mengamati kinerja guru (setelah diberi bimbingan kelompok oleh kepala sekolah). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. 4.Refleksi atau reflecting; Dilakukan dengan cara menganalisis hasil tindakan. Berdasarkan hasil analisis akan diperoleh kesimpulan bagian fase mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target.Kualitas mengajar dinyatakan mengalami perbaikan apabila capaian pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sesuai target atau bahkan melebihinya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi Kondisi Awal
Realita yang ada di SMP Negeri 10 Surakarta menunjukkan bahwa kemampuan guru belum sepenuhnva ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran. Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran, merencanakan pengelolaan kelas, merencanakan penggunaan alat dan metode pengajaran, merencanakan penilaian prestasi siswa, dan untuk mengetahui sejauh mana guru melaksanakan pengajaran yang meliputi: memulai pelajaran, mengelola kegiatan belajar mengajar, pengorganisasian waktu siswa dan fasilitas belajar, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar, serta mengakhiri pelajaran, secara berkala kepala sekolah telah melaksanakan kegiatan bimbingan. Hal ini dilakukan melalui kegiatan bimbingan kelompok untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung.
Berdasarkan data awal kemampuan guru menyusun RPP sebelum dilakukan penelitian tindakan sekolah yang diperoleh dan lembar penilaian kinerja guru (LPKG) dan 12 guru SMP Negeri 10 Surakarta yang dijadikan subyek penelitian diperoleh hasil penilaian sebagai berikut:
Tabel 2. Kemampuan Guru Menyusun RPP Sebelum dilaksanakan Bimbingan Kelompok (Kondisi Awal)
No | Aspek yang Dinilai | Rata2 | Ket. |
KEMAMPUAN MENYUSUN RPP | Kurang | ||
A | Merencakan Pengelolaan Pembelajaran | 2,92 | Cukup |
B | Merencanakan Pengorganisasian Bahan Ajar | 3,00 | Cukup |
C | Merencanakan Pengelolaan kelas | 3,08 | Cukup |
D | Merencanakan Penggunaan Alat & Metode | 3,03 | Cukup |
E | Merencanakan Penilaian | 3,25 | Cukup |
Rata-rata | 3,03 | Cukup |
Sumber Data: Lampiran 4 halaman 65.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 5 indikator penilaian kemampuan guru menyusun RPP pada kondisi awaI, belum sesuai dengan kaidah pada aspek penilaian. Pencapaian kemampuan menyusun RPP oleh 12 guru bidang studi rata-rata mendapat nilai 3.03 termasuk dalam kategori cukup.Berdasarkan uraian di atas, solusi yang harus diambil sebagai upaya peningkatan kemampuan guru adalah diperlukan bimbingan dan kepala sekolah yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran yaitu dengan mencoba menerapkan bimbingan kelompok.
Rancangan tindakan sekolah ini adalah merupakan suatu rancangan sebagai upaya untuk mengoptimalkan bimbingan kelompok sehingga tujuan Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat tercapai secara lebih baik.
Siklus I
Berdasarkan hasil tindakan kepala sekolah melalui bimbingan kelompok, kemampuan guru menyusun RPP pada siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut:
TabeI 3. Kemampuan Guru menyusun RPP Melalui Bimbingan Kelompok pada Siklus I
No | Aspek yang Dinilai | Rata2 | Ket. |
KEMAMPUAN MENYUSUN RPP | |||
A | Merencakan Pengelolaan Pembelajaran | 3,77 | Cukup |
B | Merencanakan Pengorganisasian Bahan Ajar | 3,64 | Cukup |
C | Merencanakan Pengelolaan kelas | 3,83 | Cukup |
D | Merencanakan Penggunaan Alat & Metode | 3,78 | Cukup |
E | Merencanakan Penilaian | 4,00 | Baik |
Rata-rata | 3,81 | Cukup |
Sumber Data: Lampiran 5 halaman 66.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 5 indikator penilaian kinerja guru yaitu merencanakan pengajaran pada siklus I yang telah disusun oleh guru, belum sesuai dengan kaidah pada aspek penilaian. Pencapaian nilai perencanaan pengajaran oleh 12 orang guru dalam pembelajaran rata-rata mendapat nilai 3,81 termasuk dalam kategori cukup.
Berdasarkun hasil tindakan kepala sekolah melalui bimbingan kelompok terhadap kemampuan guru menyusun RPP siklus I belum dapat dilaksanakan secara optimal, hal ini karena guru belum dapat mengutarakan permasalahan secara menyuluruh terhadap kesulitan yang dihadapi dalam merencanakan pembelajaran. Baru terdapat 3 guru yang sudah tuntas dalam kinerja merencanakan pembelajaran karena mendapat skor 4.00 atau lebih sehingga pelaksanakan tindakan kepala sekolah melalui bimbingan kelompok masih perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
SikIus II
Berdasarkan hasil tindakan kepala sekolah melalui bimbingan kelompok, kemampuan guru menyusun RPP pada sikius II dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4. Kemampuan Guru Menyusun RPP Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siklus Il
No | Aspek yang Dinilai | Rata2 | Ket. |
KEMAMPUAN MENYUSUN RPP | |||
A | Merencakan Pengelolaan Pembelajaran | 4,35 | Baik |
B | Merencanakan Pengorganisasian Bahan Ajar | 4,33 | Baik |
C | Merencanakan Pengelolaan kelas | 4,42 | Baik |
D | Merencanakan Penggunaan Alat & Metode | 4,44 | Baik |
E | Merencanakan Penilaian | 4,87 | Baik |
Rata-rata | 4,42 | Baik |
Sumber Data: Lampiran 6 halaman 67.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 5 indikator penilaian kinerja guru yaitu merencanakan pengajaran pada siklus II yang telah disusun oleh guru, sesuai dengan kaidah pada aspek penilaian. Pencapaian nilai perencanaan pengajaran oleh 12 orang guru dalam pembelajaran rata-rata mendapat mendapat nilai 4.42 termasuk dalam kategori Baik.
Berdasarkan hasil tindakan kepala sekolah melalui bimbingan kelompok terhadap kemampuan guru menyusun RPP siklus II sudah dapat dilaksanakan secara optimal, hal ini karena guru sudah dapat mengutarakan permasalahan secara menyuluruh terhadap kesulitan yang dihadapi dalam merencanakan pembelajaran. Seluruh guru tuntas dalam kinerjanya merencanakan pembelajaran sehingga pelaksanakan tindakan kepala sekolah melalui bimbingan kelompok dianggap efektif untuk meningkatkan kinerja guru merencanakan pembelajaran.
Pembahasan hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pantauan dan evaluasi terhadap kemampuan guru menyusun RPP yang dilukukan oleh guru SMP Negeri 10 Surakarta pada siklus I telah menunjukkan peningkatan yang berarti dibanding sebelum diberi tindakan melalui bimbingun kelompok, tetapi secara global belum menunjukkan ketuntasan dalam merencanakan pembelajaran, karena dari 12 guru hanya terdapat 3 guru yang tuntas dalam merencanakan pembelajaran.
Kemampuan guru menyusun RPP pada sikius I yang belum tuntas dapat diketahui dan kemampuan guru dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar, guru belum memahami betul dalam merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam merumuskan indikator, menentukan metode, menentukan langkah-langkah mengajar, dan menentukan cara-cara memotivasi siswa dalam merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran sebagian guru belum berpedoman pada bahan pengajaran yang tercermin dalam KTSP, kurang tepat bahan sesuai dengan karakiteristik siswa, dan dalam menyusun bahan pengajaran belum sesuai dengan taraf kemampuan berpikir siswa. Guru dalam merencanakan pengelolaan kelas belum tepat dalam menentukan macam pengaturan ruangan kelas sesuai dengan tujuan instruksional, alokasi penggunaan waktu belajar mengajar ada yang belum sesuai, dan dalam menentukan cara pengorganisasian siswa belum seluruhnya terlibat secara efektif dalam PBM. Dalam merencanakan penggunaan alat dan metode pengajaran, guru belum optimal pengembangan alat pengajaran, media pengajaran, dan menentukan sumber pengajaran. Dalam merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, guru dalam menentukan bentuk dan prosedur penilaian belum jelas, demikian juga dalam membuat alat penilaian hasil belajar.
Pelaksanaan tindakan siklus II melalui bimbingan kelompok yang diberikan secara berulang-ulang dengan memahami kelemahan guru dalam merencanakan pembelajaran menunjukkan peningkatan yang signifikan. Peningkatan tersebut ditunjukkan guru sudah dapat memahami betul dalam merencanakan pengelolaan kegiatan beIajar mengajar dalam merumuskan indikator, menentukan metode, menentukan Iangkah-langkah mengajar, dan menentukan cara-cara memotivasi siswa. DaIam merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran hampir seluruh guru berpedoman pada bahan pengajaran yang tercermin dalam KTSP, sudah tepat bahan sesuai dengan karakteristik siswa, dan dalam menyusun bahan pengajaran sudah sesuai dengan taraf kemampuan berpikir siswa. Guru dalam merencanakan pengelolaan kelas sudah tepat dalam menentukan macam pengaturan ruangan kelas sesuai dengan tujuan instruksional, alokasi penggunaan waktu belajar mengajar sudah sesuai, dan dalam menentukan cara pengorganisasian siswa sudah terlihat secara efektif dalam PBM. Dalam merencanakan penggunaan alat dan metode pengajaran, guru sudah optimal mengembangkan alat pengajaran, media pengajaran, dan menentukan sumber pengajaran. Dalam merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, guru dalam menentukan bentuk dan prosedur penilaian sudah jelas, demikian juga dalam membuat alat penilaian hasil belajar.
Berdasarkan analisis data, kemampuan guru SMP negeri 10 Surakarta dalam menyusun RPP melalui bimbingan kelompok mengalami peningkatan yang signifikan, untuk Iebih memperjelas berikut ini disajikan perbandingan pencapaian kemampuan guru menyusun RPP antara kondisi awal, siklus I dan siklus II.
Tabel 5. Peningkatan Kemampuan Guru Menyusun RPP Antar Siklus
No | Aspek yang Dinilai | Pra Siklus | Siklus I | Siklus II |
KEMAMPUAN MENYUSUN RPP | ||||
A | Merencakan Pengelolaan Pembelajaran | 2,92 | 3,77 | 4,35 |
B | Merencanakan Pengorganisasian Bahan Ajar | 3,00 | 3,64 | 4,33 |
C | Merencanakan Pengelolaan kelas | 3,08 | 3,83 | 4,42 |
D | Merencanakan Penggunaan Alat & Metode | 3,03 | 3,78 | 4,44 |
E | Merencanakan Penilaian | 3,25 | 4,00 | 4,87 |
Rata-rata | 3,03 | 3,81 | 4,42 | |
Kategori | Cukup | Cukup | Baik |
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari pra siklus, siklus I ke siklus II kemampuan guru menyusun RPP meningkat dari kategori cukup menjadi baik. Secara kuaIitatif peIaksanaan penyusunan RPP terjadi peningkatan dari kondisi awal ke sikIus I sebesar 0.78 dan dari siklus I ke siklus II sebesar 0.61. Dari aspek perencanaan setelah diberi tindakan melalui bimbingan kelompok kemampuan guru menyusun RPP pada kondisi awal secara klasikal memiliki skor 3.03 (cukup) dan pada akhir tindakan siklus II meningkat menjadi 4.42 (baik) sehingga terjadi peningkatan sebesar 1,39 menunjukkan peningkatan yang signifikan, bimbingan kelompok dapat dijadikan prediktor yang baik untuk meningkatkan kemampuan guru menyusun RPP.Berdasarkan peningkatan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru menyusun RPP di SMP Negeri 10 Surakarta. Di dalam kelompok guru dapat mengadakan hubungan dan memperoleh informasi. tanggapan serta berbagai pendapat yang timbul selama berinteraksi. Suasana yang timbul dalam kelompok merupakan media positif untuk mengembangkan pribadi guru. Dalam suatu kelompok guru saling menghargai, saling mengendalikan diri serta tenggang rasa. Situasi kelompok memungkinkan guru bertukar pengalaman yang memberikan pengertian kepada guru bahwa masing-masing anggota memiliki masalah dan di dalam kelompok mereka saling membantu memahami masaIah atau kesulitan secara obyektif serta mencari pemecahannya. Dengan demikian bimbingan kelompok memberikan kesempatan kepada kelompok untuk belalar yang lebih luas.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil peneIitian dan pembahasan yang telah dilakukan, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru menyusun RPP di SMP Negeri 10 Surakarta. Dampak peningkatan kemampuan guru menyusun RPP yang dihasilkan menyangkut aspek merencanakan pengelolaan pembelajaran, merencanakan pengorganisasian materi pelajaran, merencanakan pengelolaan kelas, merencanakan penggunaan alat dan metode, serta merencanakan penilaian. Dari aspek perencanaan setelah diberi tindakan melalui bimbingan kelompok kemampuan guru menyusun RPP pada kondisi awal secara klasikal memiliki skor 3,03 (cukup) dan pada akhir tindakan siklus II meningkat menjadi 4.42 (baik) sehingga terjadi peningkatan sebesar 1.39 menunjukkan peningkatan yang signifikan, bimbingan kelompok dapat dijadikan prediktor yang baik untuk meningkatkan kemampuan guru menyusun RPP.
Saran
Hasil penelitian tindakan tentang upaya meningkatkan kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran melalui bimbingan kelompok telah berhasil. Seperti telah diuraikan pada bagian di atas, agar penelitian tindakan sekolah dapat lebih maju dan sunguh-sungguh dapat memberikan konstribusi bagi guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara tepat, berikut ini akan disampaikan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito, 2004. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: ANDI.
Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan. A. 2002. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: Gava Media.
Departemen Pendidikan Nasional, 2000. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Djumhur dan Muh. Surya, 2000. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Ilmu, Bandung.
Dodi Pennadi. 1999. Kepemimpinan Mandiri (Profesional) Kepala Sekolah. Bandung: PT Sarana Panca Karya.
Hamzah B. Uno. 2006. Model pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim BafadaI. 2003. Peningkatan Profesionalisme Guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Margono. 2009. Metode zpenelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Moh. Uzer Usman. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
E. Mulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kemp. J. 1995. The Instructional Design Process. Diterjemahkan oleh Asril Marjohan, Bandung: ITB.
Piet A. Sahertian. 2000. Profil Pendidik Professional. Jakarta: Andi Offset.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan konseling. Jakarta: Depdikhud dan Rineka Cipta.
Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya IImiah. Modul pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Rayon 13 Surakarta.
Sugiyono. 2007. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suhardjono. 2009. Penelitian Tindakan Kelas & Tindakan Sekolah. Malang: Cakrawala Indonesia LP3 Universitas Negeri Malang.
Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Beserta Sistematika Proposal dan pelaporannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Yulia Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa. 2002. Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Penulis :
Bambang Edy Kusuma M, S.Pd, M.Pd
SMP Negeri 10, Surakarta