PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING MATA PELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS VI SEMESTER 2 SD NEGERI NGROMBO 02 KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Purwanto
SD Negeri Ngrombo 02, Baki,Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Tentang Mengenal cara-cara menghadapi bencana alam. Melalui Metode Pembelajaran Snowball Throwing Pada Kelas VI Semester 2 SD Negeri Ngrombo 02 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015.Menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif, efektif, komunikatif dan menyenangkan; Mengetahui sejauh mana penggunaan model pembelajaran mempengaruhi perubahan sikap peserta didik dalam pembelajaran.Penelitian ini melalui metode pembelajaran kooperatif . Penelitian ini dilaksanakan dalam dua (2) siklus, dengan subyek penelitian peserta didik kelas VI (enam) SD Negeri Ngrombo 02, Kecamatan Baki , Kabupaten Sukoharjo, tahun pelajaran 2014/2015.Hasil penelitian pada tingkat penguasaan materi sistem pemerintahan pusat pada siklus I peserta didik 11,76 %, dan pada siklus 2 penguasaan materi peserta didik 88,23 %.Berdasarkan hasil pengolahan data dari perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model dalam materi pokok mengenal cara-cara menghadapi bencana alam dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran, meningkat hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Kata kunci : Prestasi Belajar, IPS, Metode Snowball Throwing
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam Kurikulum Sekolah Dasar. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi salah satu mata pelajaran yang sangat membantu peserta didik dalam menumbuhkan pengetahuan dan pemahaman untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan kajian antar disiplin ilmu yang mengkaji seperangkat peristiwa, konsep, fakta dan generalisasi yang berkaitan dengan isu – isu atau masalah – masalah sosial.
Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik atau siswa diarahkan untuk menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan di Indonesia diusahakan agar lebih maju dan bermutu. Upaya peningkatan mutu pendidikan dilaksanakan antara lain dengan mengusahakan penyempurnaan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar meliputi seluruh aktivitas yang pada intinya menyangkut pemberian materi pelajaran agar siswa memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang bermanfaat. Peningkatan mutu dan kualitas proses belajar mengajar bertujuan agar siswa memperoleh prestasi atau hasil belajar yang lebih baik.
Metode mengajar merupakan teknik yang harus dikuasai guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat diterima, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Dalam memilih metode mengajar harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran, materi pelajaran dan bentuk pengajaran (individu dan kelompok). Metode mengajar ada berbagai macam misalnya : ceramah, diskusi, demonstrasi, inquiri, kooperatif (kelompok) dan masih banyak yang lainnya. Pada dasarnya tidak ada metode mengajar yang paling baik, sebab setiap metode mengajar yang digunakan pasti memiliki kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu, dalam mengajar dapat digunakan berbagai metode sesuai materi yang diajarkan.
Menurut wawancara dan observasi baik dari guru kelas maupun siswa, proses pembelajaran di SD Negeri Ngrombo 02, guru masih banyak menggunakan metode yang didominasi metode ceramah yang menjadikan guru sebagai pusat kegiatan belajar mengajar atau teacher centered. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif selama kegiatan belajar berlangsung. Siswa pada umumnya hanya mendengarkan, membaca dan menghafal informasi yang diperoleh, sehingga konsep yang tertanam tidak kuat. Di dalam pembelajaranpun siswa belum banyak yang berani bertanya atau berpendapat. Selain itu hanya beberapa anak saja yang berani mengemukakan pendapatnya sehingga terjadi pendominasian bagi anak – anak yang lainnya yang cenderung pasif. Dengan kata lain bahwa keterampilan proses siswa belum berkembang atau belum dimaksimalkan dengan sepenuhnya.
Data yang lain juga menunjukkan bahwa hasil evaluasi atau ulangan harian pada materi koperasi juga menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Dari KKM yang telah ditentukan yaitu 65, hanya sekitar 6 siswa yang mampu melampaui KKM dan selebihnya yaitu 17 siswa belum dapat mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 65. Selain itu mata pelajaran IPS mempunyai nilai terendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Matematika memperoleh nilai rata – rata 69, Bahasa Indonesia 74, Pkn dengan rata – rata 71, IPA 77, sedangkan IPS hanya mendapatkan nilai rata – rata 62. Siswa lebih menyukai mata pelajaran IPA dan Matematika dibandingkan dengan mata pelajaran IPS.
Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar. Yaitu metode yang memuat pengalaman belajar dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu metode yang dapat memuat keaktifan dan pengalaman belajar siswa tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Prinsipnya model pembelajaran kooperatif tipe ini membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok mempunyai satu orang ketua yang akan bertugas untuk menjelaskan materi yang diberikan guru kepada anggota kelompoknya. Lalu tiap siswa menulis satu pertanyaan dan dilempar seperti bola salju kepada siswa yang lain. Selain itu pembagian kelompok ini bertujuan agar siswa dapat berkolaborasi dengan teman, lingkungan dan guru sehingga diharapkan setiap siswa akan siap dalam kegiatan pembelajaran dan merangsang siswa untuk belajar baik belajar dari guru maupun belajar dari siswa yang lain. Dengan dasar latar belakang inilah maka dilakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Siswa Kelas VI SD Negeri Ngrombo 02 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015
Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah secara umum yaitu : Bagaimana Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri Ngrombo 02 kecamatan Baki kabupaten Sukoharjo?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing di SD Negeri Ngrombo 02 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015.
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan pembelajaran mata pelajaran IPS, khususnya pada kegiatan belajar mengajar (KBM) di Kelas VI SD Negeri Ngrombo 02. Adapun secara detail manfaat yang diharapkan dari penelitian ini :
Dapat menjadi bekal dalam melaksanakan tugas serta memotivasi dalam usahanya meningkatkan kerja samanya saling mengisi dan konsultasi tentang masalah-masalah yang dianggap menghambat demi kemajuan pendidikan, misalnya: mengenai metodenya, alat bahan dan menyempurnakan strategi pengajarannya.
Dalam hal ini siswa sebagai alternatif yaitu untuk menambah pengetahuan serta perkembangan pendidikan, sehingga diharapkan dapat memberikan peningkatan prestasi belajar.
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Kajian Pustaka
Kajian Tentang Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menjadi salah satu pembaharuan dalam pergerakan reformasi pendidikan. Pembelajaran kooperatif meliputi banyak jenis bentuk pengajaran dan pembelajaran yang merupakan perbaikan tipe pembelajaran tradisional. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kumpulan kecil supaya anak didik dapat bekerja sama untuk mempelajari kandungan pelajaran dengan berbagai kemahiran sosial.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa ciri, antara lain:
1. Ketrampilan sosial
Artinya ketrampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi dalam kelompok untuk mencapai dan menguasai konsep yang diberikan guru.
2. Interaksi tatap muka
Setiap individu akan berinteraksi secara bersemuka dalam kelompok. Interaksi yang serentak berlangsung dalam setiap kelompok melalui pembicaraan setiap individu yang turut serta mengambil bagian.
3. Pelajar harus saling bergantung positif
Artinya setiap siswa harus melaksanakan tugas masing-masing yang diberikan untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok itu. Setiap siswa mempunyai peluang yang sama untuk mengambil bagian dalam kelompok. Siswa yang mempunyai kelebihan harus membantu temannya dalam kelompok itu untuk tercapainya tugas yang diberikan kepada kelompok itu. Setiap anggota kelompok harus saling berhubungan,saling memenuhi dan bantu-membantu.
Menurut Kagan (1994:69), pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat,yaitu:a) Dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa; b) Dapat meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki hubungan sosial; c) Dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan; d)Dapat meningkatkan kepercayaan diri; e) dapat meningkatkan kemahiran teknologi.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dapat menciptakan terjadinya interaksi yang positif baik antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan keterampilan proses yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa mampun untuk belajar secara langsung dan belajar dari berbagai sumber belajar lainnya termasuk teman sebaya. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok – kelompok. Setiap peserta didik yang ada dalam suatu kelompok memiliki tingkat kemampuan yang berbeda – beda (tinggi, sedang dan rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan pembelajaran kooperatif, diharpkan peserta didik akan lebih dapat mengembangkan kemampuannya, komunikasi, serta bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif, melatih peserta didik untuk bertanggungjawab atas tugas yang diberikan dalam kelompoknya.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran. Snowball Throwing sebagai salah satu dari model pembelajaran aktif (active learning) pada hakikatnya mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Namun sebagaimana model pembelajaran lainnya, dalam penerapannya pun ada faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain kondisi siswa, waktu yang tersedia, materi yang diajarkan dan tujuan pembelajaran dalam Bayor (2010:89).
Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Pesan dalam hal ini adalah berupa pertanyaan – pertanyaan yang telah dibuat oleh siswa. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.
Berdasarkan pendapat dari ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Snowball Throwing adalah pembelajaran secara berkelompok, setiap kelompok beranggotakan beberapa siswa dimana setiap siswa membuat pertanyaan yang kemudian dilemparkan kepada kelompok yang lainnya untuk dijawab. Ketika menjawab pertanyaan yang diperoleh harus dijawab oleh masing – masing individu dengan cara berdiri dari tempat duduknya atau maju ke depan kelas.
Berdasarkan penjelasan mengenai model pembelajaran koopertaif tipe Snowball Throwing, peneliti mengambil kesimpulan ada beberapa kelebihan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing ; 1) Melatih kepercayaan diri dalam diri siswa baik dalam bertanya maupun mengemukakan pendapatnya. 2) Siswa akan dengan mudah untuk mendapatkan bahan pembicaraan karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang tertulis pada kertas berbentuk bola. 3) Menghindari pendominasian pembicaraan dan siswa yang diam sama sekali, karena masing-masing siswa mendapatkan satu buah pertanyaan yang harus dijawab dengan cara berargumentasi. 4)Melatih kesiapan siswa. 5)Saling memberikan pengetahuan. 6)Menjembatani siswa dalam mengeksplorasi keterampilan prosesnya yaitu dengan metode ini siswa dapat mengalami sendiri pengalaman belajarnya secara langsung.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat menjadi alternative mengatasi permasalan yang timbul di dalam kelas. Pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing menciptakan iklim diskusi yang banyak disukai oleh siswa usia sekolah dasar. Pembelajaran kooperatif dengan tipe seperti ini juga merangsang siswa untuk aktif dan berani mengemukakan pendapatnya. Pembelajaran ini menekankan pada interaksi siswa dengan siswa, jadi pembelajaran tidak hanya didapat dari guru yang menjelaskan di depan secara ceramah tetapi siswa dapat belajar dari siswa lain atau tutor sebaya.
Kajian Tentang Pembelajaran IPS di SD
1. Hakikat IPS
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan dari (social studies). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Nursid Sumaatmadja (1984: 10) diartikan sebagai “ilmu yang mempelajari bidang kehidupan manusia di masyarakat, mempelajari gejala dan masalah sosial yang terjadi dari bagian kehidupan tersebut”. Artinya Ilmu Pengetahuan Sosial diartikan sebagai kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial serta untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan. Di dalam program sekolah, Ilmu Pengetahuan Sosial dikoordinasikan sebagai bahasan sistematis serta berasal dari beberapa disiplin ilmu antara lain: Antropologi, Arkeologi, Geografi, Ekonomi, Geografi, Ekonomi, Sejarah, Hukum, Filsafat, Ilmu Politik, Sosiologi, dan juga mencakup materi yang sesuai dari Humaniora, matematika serta Ilmu Alam.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan yang berupaya mengembangkan pemahaman siswa tentang bagaimana manusia sebagai individu dan kelompok hidup bersama dan berinteraksi dengan lingkungannya baik fisik maupun sosial. Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial ataupun pengetahuan sosial bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial, yang berguna bagi kemajuan dirinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat menurut Saidihardjo (2005: 109).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan menurut BSNP (2006: 159).
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:1)Mengenal konsep- konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lilngkungannya. 2)Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3)Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global menurut BSNP (2006: 159).
Berdasarkan dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengajaran IPS merupakan mata pelajaran yang mengintegrasi tentang kehidupan sosial dari bahan realita kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Dengan demikian IPS memiliki peranan yang sangat penting yaitu untuk mendidik siswa guna mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik, yaitu warga negara yang bangga dan cinta terhadap tanah airnya. Pendidikan Ilmu Sosial juga merupakan suatu program pendidikan pada siswa untuk mengenal dunia sosial yang ada di sekitar lingkungannya.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini bertempat di SD Negeri Ngrombo 02 Kecamatan Baki Tahun Pelajaran 2014/2015.Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri Ngrombo 02 Kecamatan Baki Tahun Pelajaran 2014/2015 yanng berjumlah 17 siswa. Jumlah siswa kelas VI ada 17 siswa terdiri dari 6 laki – laki dan 11 perempuan.
Prosedur Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah di revisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu: (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai dan (3) untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan dari tes adalah mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu maupun secara klasikal. Disamping itu untuk mengatahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahan, khususnya pada bagian mana yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan maka juga digunakan metode observasi yang dilakukan teman sejawat untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
Analisis Data
Untuk dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan maka digunakan analisis dan kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kuantitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: Merekapitulasi hasil tes, Merekapitulasi hasil pengamatan, Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masing siswa dapat menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 75 , sedangkan secara individual mencapai 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan deskripsi persiklus pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang telah dipaparkan di awal, hasil penelitian persiklus dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut :
Prasiklus
Pra Siklus artinya pembelajaran yang dilakukan sebelum diadakan perbaikan pembelajaran. Pada kegiatan ini guru ingin menerangkan materi “ Mengenal Cara-Cara Menghadapi Bencana Alam ” kelas VI semester 2. Dalam kegiatan ini guru hanya menerangkan dari buku LKS, guru kemudian memberi tugas berupa soal evaluasi dari LKS tersebut. Selama proses mengerjakan tugas guru pergi meninggalkan kelas, tidak mendampingi peserta didik dan tidak memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. Setelah siswa selesai mengerjakan tugas, kemudian dikumpulkan saja tanpa ada pembahasan tentang cara pengerjaan yang benar.
Guru mengadakan evaluasi, hasil yang diperoleh sangat mengecewakan karena hanya 2 anak dari 17 peserta didik yang telah mencapai KKM, berarti 11,76 % yang telah berhasil, sedangkan 88,23 % belum berhasil. KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VI adalah 70.Penyebab dari kurang berhasilnya pembelajaran tersebut disebabkan beberapa hal antara lain : apersepsi dari guru belum menumbuhkan minat belajar, anak pasif terhadap pelajaran, guru tidak mampu menumbuhkan keaktifan belajar, guru tidak menggunakan model pembelajaran yang menarik anak. Sehingga membosankan anak, soal yang dibuat guru sulit bagi anak karena belum menguasai materi.
Penulis menyadari hal itu terjadi karena kurangnya strategi pembelajaran yang menarik bagi peserta didik oleh guru. Oleh karena itu penulis berusaha memperbaiki pembelajaran kelas VI dengan menggunakan metode snowball throwing.
Siklus 1
Pada Siklus I peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 12 April 2015. Adapun hasil nilai perbaikan siklus I dapat dilihat pada lembar lampiran 5. Sedangkan rekap nilai pembelajaran perbaikan siklus I dibuat tabel dan grafik sebagai berikut.
Tabel 1
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Siklus 1
No | Nilai | Frekuensi | |
Frekuensi | % | ||
1 | 91 - 100 | 0 | 0 % |
2 | 81 - 90 | 0 | 0 % |
3 | 71 - 80 | 1 | 5,88 % |
4 | 61 - 70 | 8 | 47,05 % |
5 | 51 - 60 | 6 | 35,29 % |
6 | 41 – 50 | 2 | 11,76 % |
Jumlah | 17 | 100 % |
Nilai perbaikan siklus 1 dapat dibuat grafik sesuai di bawah ini :
Grafik 1
Nilai Perbaikan Siklus 1
Dari hasil nilai perbaikan pembelajaran siklus I di atas dapat dijelaskan bahwa siswa kelas VI SD Negeri Ngrombo 02 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo tidak satupun anak yang memperoleh nilai 100 dan 90 dimana nilai tertinggi adalah 74 dicapai oleh 1 siswa (5,88 %). Nilai 70 dicapai oleh 7 siswa (23,33 %), dan nilai 60 dicapai oleh 8 siswa (47,05 %), nilai 50 dicapai oleh 6 siswa( 35,29 %), dan siswa yang mendapat nilai 50 ke bawah ada 2 siswa (11,76 %). Jadi siswa SD Negeri Ngrombo 02 masih terdapat 88,23 % yang belum mencapai KKM. Oleh kerena itu peneliti mengadakan tindakan kelas kembali dengan metode yang lain yaitu dengan metode pembelajaran TGT.
Siklus II
Pada siklus II peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 19 April 2015. Adapun hasil nilai perbaikan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan rekap nilai pembelajaran perbaikan siklus II dibuat tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Siklus 2
No | Nilai | Frekuensi | Prosen (%) |
1 | 91 - 100 | 0 | 0 % |
2 | 81 - 90 | 1 | 5,88 % |
3 | 71 - 80 | 10 | 58,82 % |
4 | 61 - 70 | 5 | 29,41 % |
5 | 51 - 60 | 1 | 5,88 % |
6 | 41- 50 | 0 | 0 % |
Jumlah | 17 | 100 % |
Selain itu nilai evaluasi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siklus dua dapat dibuat grafik sebagai berikut:
Grafik 2
Nilai Perbaikan Siklus 2
Dari tabel nilai mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di atas dapat dijelaskan bahwa siswa SD Negeri Ngrombo 02 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo ternyata belum maksimal karena nilai tertinggi adalah 91-100 dicapai oleh 0 siswa (0 %), niali 81 - 90 dicapai oleh 1 siswa (5,88 %), nilai 71 – 80 dicapai oleh 10 siswa (58,82 %), nilai 61 -70 dicapai oleh 5 siswa (29,41 %) dan nilai 51 -60 dicapai 1 siswa (5,88 %). Artinya siswa SD Negeri Ngrombo 02 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo yang sudah mencapai nilai KKM sejumlah 15 siswa (88,23%) dan yang belum mencapai KKM 2 anak (11,76 %). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pada proses pembelajaran. Terbukti dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif kelompok dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada pokok Mengenal Cara-Cara Menghadapi Bencana Alam.
Perbandingan Siklus I Dan Siklus II
Data dari hasil evaluasi pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3
Perbandingan Nilai Siklus I Dan Siklus II
No | Nilai | Siklus I | Siklus II | ||
Frekuensi | % | Frekuensi | % | ||
1 | 91-100 | 0 | 0 % | 0 | 0 % |
2 | 81-90 | 0 | 0 % | 1 | 5,88 % |
3 | 71-80 | 1 | 5,88 % | 10 | 58,82 % |
4 | 61-70 | 8 | 47,05 % | 5 | 29,41 % |
5 | 51-60 | 6 | 35,29 % | 1 | 5,88 % |
6 | 41-50 | 2 | 11,76 % | 0 | 0 % |
Jumlah | 17 | 100 % | 17 | 100% |
Di samping itu dapat dibuat grafik sebagai berikut.
Grafik 3
Perbandingan Nilai Siklus I dan II
Dengan melihat data nilai evaluasi pendidikan kewarganegaraan pada siklus I dan siklus II pada tabel di atas terdapat perbedaan yang siknifikan antara lain pada siklus I tidak satupun siswa yang mendapatkan nilai 100, dimana nilai tertinggi adalah 74, dicapai oleh 1 siswa (5,88 %). Sedangkan nilai terendah adalah 50 dicapai oleh 2 siswa ( 11,76 %). Adapun Adapun siswa yang telah memenuhi KKM ada 2 anak (11,76 %). Berbeda dengan perolehan nilai pada siklus II. Nilai tertinggi adalah 86 dicapai oleh 1 anak (5,88 %) dan nilai terendah adalah 60 dicapi oleh 1 siswa (5,88 %). Adapun siswa yang telah memenuhi KKM pada siklus II ada 15 siswa (88,23 %). Pada siklus I dan siklus II dapat dikatakan adanya peningkatan prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan pada siswa kelas VI SD Negeri Ngrombo 02.Untuk mengetahui penguasaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa SD Negeri Ngrombo 02 dibuat data nilai interval dalam bentuk prosentase. Adapun tabel pengelompokkanya sebagai berkut :
Tabel 4
Prosentase Pengelompokkan Nilai siklus I dan II
Nilai interval | Siklus I | Siklus II | ||
Frekuensi | % | Frekuensi | % | |
91 – 100 | 0 | 0 % | 0 | 0 % |
81 – 90 | 0 | 0 % | 1 | 5,88 % |
71 – 80 | 1 | 5,88 % | 10 | 58,82 % |
61 – 70 | 8 | 47,05 % | 5 | 29,41 % |
51 – 60 | 6 | 35,29 % | 1 | 5,88 % |
41 - 50 | 2 | 11,76 % | 0 | 0 % |
Jumlah | 17 | 100 % | 17 | 100 % |
Di samping itu dapat dibuat grafik sebagai berikut:
Grafik 4
Prosentase Pengelompokkan Nilai Siklus I dan II
Dari tabel dan grafik di atas dapat digunakan untuk mengetahui penguasaan pembelajaran siswa sebagai berikut.
Melihat tabel dan grafik nilai evaluasi Pendidikan Kewarganegaraan dapat dikatakan bahwa siswa mengalami peningkatan prestasi belajar, hal ini disebabkan antara lain karena, Penggunaan alat peraga yang efektif, dimana sebelumnya guru tidak memperhatikan penggunaan alat peraga. Penggunaan metode demonstrasi, yang semula hanya bersifat klasikal. Siswa berperan aktif dalam pembelajaran sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan, dimana sebelumnya siswa hanya sebagai pendengar saja. Guru sebagai fasilitator, dimana sebelumnya pembelajaran dikuasai oleh guru.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri Ngrombo 02 Baki . Hal tersebut dibuktikan dari beberapa hasil sebagai berikut yaitu pada siklus I nilai rata – rata kelas 61,47 kemudian pada siklus II nilai rata – rata siswa menjadi 73,41 nilai tersebut sudah mencapai KKM dan telah mencapai kriteria keberhasilan dimana lebih dari 80% siswa memperoleh nilai ≥ 70. Hasil pengamatan keaktifan, keberanian dan kerjasama siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Ini dibuktikan dengan keaktifan siswa dalam menyampaikan ataupun menanggapi pendapat temannya dan jumlah siswa yang berani bertanya apabila dia belum paham mengalami peningkatan.
Keberhasilan mutlak tersebut terjadi karena adanya diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing yaitu dengan penggunaan undian dalam pembagian materi pembelajaran pada setiap kelompok dan penggunaan bola plastik sebagai media yang digunakan untuk menempelkan pertanyaan yang dibuat
Oleh masing-masing siswa. Kemudian siswa melemparkan bola plastik yang sudah ditempel pertanyaan tersebut kepada temannya yang lain
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. (2010). Cooperative Learning Mempraktikkan di Ruang – Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo
Aqib Zainal. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya
Bayor, A. 2010. Snowball Throwing. Diunduh dari http://akmaldebayor.blogspot.com/2010/05/snowball-throwing_08.html. Diakses pada tanggal 10 Februari 2012.
Djojo Surodisastro, dkk. (1992). Pendidikan IPS Jilid 3. Jakarta : Dirjen
Endang P dan Nur Widodo.(2000). Perkembangan Peserta Didik. Malang : UMM
Hidayati. (2002). Pendidikan Ilmu Pengetahuan di Sekolah Dasar.Yogyakarta : FIP UNY
Kagan Spencer.(1994). Cooperative Learning. San Juan Capistrano : Kagan
Kasihani Kasbolah.(1999). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta : Depdikbud
Mulyani Sumantri & Johar Permana. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Depdiknas
Mulyasa. (2010). Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung : Rosdakarya
Nursid Sumaatmadja.(1984). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Bandung : Alumni
Oemar Hamalik. (1993). Metode dan Kesulitan Belajar. Jakarta : Bumi Aksara Oemar Hamalik.(2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi
Saidihardjo.(2005). Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta : Depdiknas
Soeparwoto.(2004). Psikologi Perkembangan. Semarang : UNNES
Sugiyanto. (2009). Model – Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Yuma Pustaka Suharsimi Arikunto, dkk. (2005). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi aksara
Suharsimi Arikunto.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta
Sukardi.(2003). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya.
Jakarta : Bumi Aksara
Budiono Sutrisno Hadi. (2000). Metodologi Research. Yogyakarta : Andi
Suyanto.(1997). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Tindakan Kelas. Yogyakarta :
Depdikbud