Published using Google Docs
Pariman.docx
Updated automatically every 5 minutes

PENGGUNAAN MEDIA BOLA PLASTIK UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU BAGI SISWA KELAS VI SEMESTER I SD NEGERI WIROGUNAN 02 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh:Pariman

SD Negeri Wirogunan 02, Kartasura,Sukoharjo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran dan hasil belajar tolak peluru pada siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 melalui penggunaan media bola plastik.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura UPTD Pendidikan Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo pada semester I tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian dilaksanakan selama 2 (dua) bulan, yaitu mulai bulan September hingga Oktober 2014. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI Semester I di SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura UPTD Pendidikan Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 17 orang siswa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan media bola plastik efektif dalam meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar tolak peluru pada siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran mengalami peningkatan, yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan respon terhadap kepuasan proses pembelajaran kategori baik dari 17.65% pada kondisi awal meningkat menjadi 35.29% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 58.82% pada tindakan Siklus II.Nilai rata-rata hasil belajar mengalami peningkatan dari sebesar 69.12 pada kondisi awal menjadi sebesar 73.24 pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 77.06 pada akhir tindakan Siklus II. Tingkat  ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 47.06% pada kondisi awal meningkat menjadi sebesar 64.71% pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 100.00% pada akhir tindakan Siklus II. 

Kata Kunci: Hasil belajar, efektivitas pembelajaran, pembelajaran Penjasorkes, media bola plastik.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Sarana prasarana merupakan salah satu bagian yang strategis dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, lengkap dan tidak lengkapnya sarana prasarana pembelajaran turut mempengaruhi maksimal dan tidak maksimalnya ketercapaian tujuan pembelajaran. Sarana yang lengkap bisa memudahkan guru untuk mengejar target-target tertentu yang menjadi tujuan pembelajaranya. Begitu sebaliknya, sarana yang tidak lengkap akan menyulitkan bagi guru dalam mencapai target-target tujuan pembelajaranya.

Kurang lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran olah raga juga terjadi di SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo.  Kondisi nyata di sekolah yang ada saat ini adalah bahwa media yang dimiliki untuk olah raga tolak peluru hanya tersedia  2 buah peluru, yaitu 1 peluru untuk putri dan 1 peluru untuk putra. Sementara rata-rata siswa di SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo  berjumlah 20 – 30 orang. Dengan jumlah peluru yang tersedia dan banyaknya siswa yang ada maka rasio antara jumlah peluru dan jumlah siswa adalah 1 : 15 putra/putri.

Berdasarkan gambaran tersebut di atas, dapat dilihatbahwa proses pembelajaran olah raga tolak peluru menjadi tidak efektif. Hal ini berdampak pada kurang efektifnya ketercapaian target kurikulum.

Dari kondisi tersebut proses pembelajaran tolak peluru pada siswa kelas VI SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 banyak mengalami permasalahan yang berakibat pada hasil belajar tolak peluru yang rendah. Hasil penilaian pada tes perbuatan olah raga tolak peluru menunjukkan bahwa dari 17 orang siswa yang ada, tingkat ketuntasan belajar siswa di kelas tersebut hanya mencapai 47.06%. Hal ini dapat diartikan bahwa dari jumlah siswa 17 anak, jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai > KKM yang ditetapkan dengan KKM > 75.00 baru ada 8 orang siswa. Sisanya sebanyak 9 orang siswa masih memperoleh nilai < 75.00 dalam olah raga tolak peluru.

Situasi dan kondisi ini sudah berjalan cukup lama dan sekolah sampai saat ini belum bisa memenuhi sarana peluru tersebut sampai batas yang cukup memadai atau kondisi  yang ideal, misalnya dengan perbandingan 1 : 2 atau 1 peluru untuk 2 orang. Hal ini bisa dimengerti, karena sekolah mempunyai kebutuhan yang sangat banyak dan hampir semuanya mempunyai tingkat urgensi yang tinggi untuk di penuhi oleh sekolah. Sehingga menuntut sekolah untuk menyediakan peluru sesuai dengan kondisi ideal, merupakan suatu yang tidak realistis dan lebih jauhnya bisa menimbulkan gejolak dan iklim yang tidak kondusif di sekolah.

Guna mengatasi kendala atau kesulitan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, maka seorang guru harus mampu mencarikan solusi yang tepat agar tujuan pembelajaran pendidikan jasmani tercapai. Memodifikasi sarana atau alat pembelajaran pendidikan jasmani  merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kendala atau kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani.    

Melihat permasalahan di atas, maka satu pemikiran yang muncul adalah bahwa perlu adanya sebuah media alternatif modifikatif untuk mengganti peluru, karena siswa dengan alat peluru yang sebenarnya ada yang merasa takut. Media alternatif modifikatif tersebut harus bersifat bisa mewakili karakteristik peluru, murah,  banyak tersedia atau mudah di dapat.

Dari beberapa kriteria media alternatif modifikatif untuk mengganti peluru tersebut nampaknya bola plastik bisa dijadikan media alternatif modifikatif untuk mengganti peluru. Dari segi bentuk, jelas ada kemiripan dengan bentuk peluru, dari segi ketersediaan dan harga, maka bola plastik sangat mudah sekali di dapat di pasar-pasar tradisional dengan harga sangat murah.

Memodifikasi peralatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani sangat penting bagi siswa sekolah dasar. Dengan memodifikasi sarana pembelajaran  pendidikan jasmani, maka kesulitan atau kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani dapat teratasi.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah penggunaan media bola plastik efektif dalam meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar tolak peluru pada siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015?

Tujuan Penelitian

Berangkat dari permasalahan tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar tolak peluru pada siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat tersebut adalah:

  1. Bagi Siswa

Siswa lebih partisipatif dalam proses pembelajaran ketrampilan  dasar tolak peluru dan memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan.

  1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi guru Penjasorkes untuk mau mencoba melakukan eksperimen dengan media  bola plastik dalam pembelajaran apabila peluru tidak tersedia dalam jumlah yang memadai, dan bisa menjadi inspirasi pengetahuan untuk menemukan media modifikasi yang lainya dalam cabang atletik dan umumnya penjasorkes lainnya.

  1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi sekolah bahwa dengan adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan pengajaran yang berakibat terhadap peningkatan kualitas siswa dan guru, sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas sekolah secara keseluruhan.

LANDASAN TEORI

Pembelajaran Tolak Peluru

Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga atletik dalam nomor lempar. Atlet tolak peluru melemparkan bola besi yang berat sejauh mungkin. Peluru ini merupakan peralatan utama dalam olahraga ini. Bentuknya bulat seperti bola dan terbuat dari besi.

Menurut Djumidar (2001: 44) “Tolakan adalah suatu gerakan menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan kecepatan pada benda tersebut dan memiliki daya dorong kemuka yang kuat, perbedaan dengan melempar terletak pada saat melepaskan bendanya, pada menolak pergelangan tidak bergerak dan tenaga diperoleh dari gerakan meluruskan sikut”. Sedangkan menurut Munasifah (2008: 45) “Tolak peluru adalah suatu kemampuan dalam menolak benda berbentuk peluru, sejauh mungkin dan ada dua gaya tolak peluru yaitu gaya samping (ortodok),gaya membelakangi arah tolakan (Perry O’Brien)”.

Dalam tolak peluru terdapat beberapa teknik dasar. Beberapa teknik dasar tersebut diantaranya adalah: cara memegang peluru, teknik meletakkan peluru pada bahu, dan teknik melempar peluru. Cara memegang peluru mempunyai 3 macam jenis. Ketiga jenis tersebut adalah: Jari-jari renggang, jari-jari agak rapat, dan Jari-jari agak renggang.

Teknik meletakkan peluru pada bahu. Peluru dipegang dengan salah satu cara di atas, letakkan peluru pada bahu dan menempel pada leher bagian samping. Siku yang memegang peluru agak dibuka ke samping dan tangan satunya rileks di samping kiri badan.

Teknik melempar peluru dapat dikelompokkan ke dalam 4 gerakan dasar. Keempat gerakan dasar tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pengenalan peluru: a) peluru dipegang dengan satu tangan dan dipindahkan ke tangan yang lain; b) peluru dipegang dengan tangan kanan dan diletakan di bahu dengan cara yang benar; dan c) peluru dipegang oleh tangan dengan sikap berdiri agak membungkuk, kemudian kedua tangan yang memegang peluru diayunkan ke arah belakang dan peluru digelindingkan ke depan;

2) sikap awal akan menolak peluru: a) mengatur posisi kaki, kaki kanan ditempatkan di muka batas belakang lingkaran, b) kaki kiri diletakkan disamping kiri selebar badan segaris dengan arah lemparan, c) bersamaan dengan ayunan kaki kiri, kaki kanan menolak ke arah lemparan dan mendarat ditengah lingkaran,  d) sewaktu kaki kanan mendarat badan dalam keadaan makin condong ke samping kanan, e) bahu kanan lebih rendah dari bahu kiri masih pada sikap semula;

3) Cara menolakan peluru. Dari sikap menolakkan peluru ini, tanpa saat berhenti dan harus diikuti dengan gerakan menolak peluru.  jalannya dorongan atau tolakan pada peluru harus lurus satu garis, sudut lemparan kurang dari 40o.

4) Sikap akhir setelah menolak peluru. Sesudah menolak peluru,buat gerakan lompatan untuk menukar kaki kanan ke depan, bersama dengan mendaratnya kaki kanan, kaki kiri ditarik ke belakang demikian pula dengan lengan kiri untuk memelihara keseimbangan.

Modifikasi Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru / fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru / fasilitator perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

Secara harfiah kata media barasal dari bahasa latin yaitu bentuk jamak dari medium yang berarti alat, sarana dan perantara atau segala sesuatu yang membawa atau menyalurkan informasi antara sumber dan penerimaan pesan.  Media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Dalam dunia pengajaran, pada umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber informasi, yaitu guru, sedangkan penerima informasinya adalah siswa..

Menurut Hamijaya dalam Rohani (2007: 2)  media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima. Lebih lanjut Heinich, et al (1985: 7) menyatakan media adalah pembawa informasi antara sumber dan penerima pesan.

Media adalah sarana yang digunakan untuk menampilkan pelajaran dan dalam pengertian yang lebih luas disebut media pendidikan, dengan pengertian bahwa pendidikan bukan hanya mencakup pengajaran saja tetapi juga pendidikan dalam arti yang lebih luas.

Menurut Arsyad (2002: 11-13) ada beberapa kemampuan media pengajaran dalam mengefektifkan proses belajar mengajar antara lain: (1) kemampuan fiksasi, yaitu media mempunyai kemampuan menangkap sesuatu objek atau peristiwa, (2) kemampuan manipulatif yaitu kemampuan memindahkan suatu objek yang disesuaikan dengan keperluan, kemampuan distributive yaitu memungkinkan kita mentransfer atau memindahkan suatu objek melalui ruang.

Media pembelajaran mempunyai fungsi yaitu: (1) media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, (2) media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, (3) media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu, (4) media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka (Arsyad 2002: 26-27).

Menurut Yoyo Bahagia (2008: 27-39) “Minimnya fasilitas dan perlengkapan pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-sekolah, menuntut guru penjas untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan fasilitas dan perlengkapan yang ada.sesuai dengan kondisi siswa dan sekolahnya”. Tidak sedikit siswa yang merasa gagal atau kurang menyukai materi pemelajaran yang disampaikan oleh gurunya karena kemapuan guru dalam menyampaikan materi yang diberikan, baik dalam penggunaan fasilitas dan perlengkapan yang digunakan, dalam penyajian materi, dalam mengoptimalkan lingkungan pembelajaran maupun dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. Guru mata pelajaran apapun, terutama pelajaran penjas harus mampu menggugah peserta didik untuk dapat terlibat secara aktif dengan tidak merasa dipaksa serta beraktivitas dalam suasana yang  riang gembira.

Guru yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau  memodifikasi yang sudah ada untuk disajikan dengan cara yang lebih menarik, sehingga anak merasa senang mengikuti pelajaran yang diberikan.  Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajaryang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.

Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran. Untuk memahami secara lebih jauh tentang esensi modifikasi tersebut maka kita harus mempunyai pemahaman tentang apa yang dimodifikasi serta mengapa harus dimodifikasi

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil nilai yang diperoleh siswa dari hasil evaluasi setelah kegiatan proses pembelajaran. Menurut Winkel (2007: 28) meyataka bahwa hasil belajar adalah bukti keberhasilan dan usaha yang dilakuakan dan merupakan kecakapan yang diperoleh melalui kegiatan pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan angka.

Selanjutnya Soemantri (2010: 1) mengatakan bahw hasil belajar merupakan suatu indikator dari perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses  belajar dimana untuk mengungkapnya biasanya menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan sekolah oleh guru. Dalam dunia pendidikan khususnya sekolah hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu.

Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri individu yang belajar, bukan saja perubahan yang mengenai pengetahuan, tetapi juga kemampuan untuk membentuk kecakapan dalam bersikap. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu.

Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Suryabrata (2008: 56) mengemukakan bahwa ada dua factor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang, yaitu: (1) faktor yang berasal dari luar diri si pelajar, yaitu faktor social dan faktor non sosial, (2) faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, yaitu faktor psikologis dan fisiologis. Hal ini sejalan dengan pendapat hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: faktor dari dalam siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa terutama menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa.

Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti, misalnya usaha X adalah 60% efektif dalam mencapai tujuan Y.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka ffektivitas dapat diartikan sebagai berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusahan melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Said, 2010: 83).

Pembelajaran menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pengertian pembelajaran menurut Corey (dalam Sudjana, 2009: 28) didefinisikan sebagai “Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”.

Didalam proses belajar mengajar banyak faktor yang mempengaruhi terhadap berhasilnya sebuah pembelajaran, antara lain kurikulum, daya serap, presensi guru, presensi siswa dan prestasi belajar. Mengacu pada faktor-faktor tersebut, maka kriteria efektivitas pembelajaran dapat dikaji dari aspek-aspek sebagai berikut ini (Sagala, 2010: 74):

  1. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar (Nurgana, 2005:63);
  2. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan); dan
  3. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

Kerangka Pemikiran

Sebagaimana dikemukakan pada latar belakang permasalahan, kegiatan pembelajaran Penjasorkes di kelas VI SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, khususnya pada pembelajaran olah raga tolak peluru, terkendala dengan minimnya sarana prasarana yang dimiliki sekolah. Hal tersebut berdampak pada kurang optimalnya hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran tolak peluru.

Kurang optimalnya hasil belajar tersebut ditunjukkan dengan rendahnya tingkat ketuntasan belajar pada siswa, yaitu baru mencapai 47.06% dari jumlah siswa. Hal ini dapat diartikan bahwa dari jumlah siswa 17 anak, jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai > KKM yang ditetapkan dengan KKM > 75.00 baru ada 8 orang siswa. Sisanya sebanyak 9 orang siswa masih memperoleh nilai < 75.00 dalam olah raga tolak peluru.

Berangkat dari kondisi tersebut, guru Penjasorkes berupaya membuat modifikasi media sebagai pengganti peluru tolak peluru dengan menggunakan bola plastik yang mudah ditemui di pasar dan harga yang relatif murah. Dengan modifikasi yang dilakukan maka diharapkan siswa terlibat lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh semakin optimal.

Guna memudahkan pemahaman, maka kerangka pemikiran di atas selanjutnya dapat disajikan secara skematis ke dalam diagram berikut ini.

Gambar 1 Diagram Kerangka Pemikiran

Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Penggunaan media bola plastik efektif dalam meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar tolak peluru pada siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini dilakukan di SD Negeri Wirogunan 02, yang beralamat di Wirogunan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi tersebut karena peneliti adalah guru Penjasorkes di SD Negeri Wirogunan 02. Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2014/2015 selama 2 (dua) bulan, yaitu mulai minggu I bulan September 2014 sampai dengan minggu IV bulan Oktober 2014.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015. Adapun objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran Penjasorkes tolak peluru dengan menggunakan media modifikasi bola plastik sebagai pengganti peluru di SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut: 1) Seluruh siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 17 orang siswa; dan 2) Guru, sebagai kolaborator, untuk melihat keberhasilan dalam  peningkatkan hasil belajar tolak peluru dengan  menggunakan media modifikasi bola plastik sebagai pengganti peluru di kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015.

Teknik Pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data  dalam penelitian ini , dilakukan dengan cara pertama menentukan sumber data terlebih dahulu yaitu siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015, kemudian menentukan jenis data, selanjutnya memilih teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi, tes dan pengisian angket. Juga menentukan jenis instrumen yang digunakan.

Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 1

Teknik Pengumpulan Data

No.

Sumber Data

Jenis Data

Teknik Pengumpulan Data

Instrumen Pengumpulan Data

1.

Siswa

Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Penjasorkes Tolak Peluru

Observasi

Pedoman observasi

2.

Guru

Aktivitas mengajar guru dalam pembelajaran Penjasorkes Tolak Peluru

Observasi

Pedoman observasi

3.

Siswa

Ketrampilan siswa dalam melakukan gerakan dasar Tolak Peluru

Tes melakukan awalan tolak peluru, sikap akhir

Pedoman observasi

4.

Siswa

Respon siswa (Tingkat kepuasan belajar siswa) terhadap proses pembelajaran Penjasorkes Tolak Peluru menggunakan media bola plastik

Penyebaran angket kepuasan belajar siswa

Kuesioner

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) atau penelitian tindakan kelas karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian diskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Prosedur penelitian tindakan ini dilakukan ke dalam empat tahapan tersebut. Adapun siklus yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dua siklus.

Penelitian tindakan, menurut Mills (Goodnough, 2011: 5) disebutkan sebagai  suatu proses pencarian sistematik yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, dan konselor atau stakeholder lain di dalam lingkungan pembelajaran untuk mengumpulkan informasi tentang bagaimana sekolah tertentu bekerja, atau bagaimana mereka mengajar dan seberapa baik siswa mereka belajar. Informasi tersebut dikumpulkan dengan tujuan untuk melakukan pengkajian, mengembangkan praktek pelaksanaan pengajaran yang bersifat reflektif, dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Siklus dalam penelitian tindakan ini dapat disajikan ke dalam diagram berikut ini.

ptk

Gambar 2 Diagram Model Penelitian Tindakan

(Sumber: Wiriaatmadja, 2006: 64)

Tindakan Siklus I

Perencanaan

Pada tahap  ini peneliti mempersiapkan pembelajaran dengan menggunakan media bola plastik sebagai pengganti peluru dalam pembelajaran Penjasorkes tolak peluru. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini dapat dikemukakan sebagai berikut; 1) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 2) Guru mempersiapkan alat-alat pembelajaran yang mendukung seperti mempersiapkan bola plastik sebagai pengganti peluru, menyiapkan lapangan tolak peluru, dan lembar penilaian; 3) Guru menyiapkan lembar observasi pengelolaan model pembelajaran bermain dan lembar observasi aktivitas siswa; 4) Guru berkoordinasi dengan kolaborator untuk menentukan peran baik sebagai guru pengajar maupun guru pengamat. 

Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada     minggu ke II bulan September 2014. Dalam siklus I siswa   melakukan kegiatan aktivitas jasmani  atletik pada nomor tolak peluru. Pada kegiatan ini mulai pemanasan sampai kegiatan inti dengan model pembelajaran pendekatan  bermain. 

Observasi

Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.  Sebagai  pengamat adalah peneliti dibantu oleh kolaboarator guru wali kelas VI.

Refleksi Hasil Tindakan

Refleksi hasil tindakan diperoleh dari hasil sebaran angket yang diisi siswa dalam kegiatan pembelajaran tolak peluru  dianalisa bersama-sama dengan kolaborator dan juga lembar pengamatan.

Tindakan Siklus II

Tahapan yang dilakukan pada tindakan pembelajaran Siklus II sama dengan apa yang dilakukan pada tindakan pembelajaran Siklus I. Perencanaan dalam tindakan pembelajaran Siklus II dilakukan dengan memperhatikan hasil refleksi dari tindakan pembelajaran Siklus I.

Teknik Analisis Data

Analisis data difokuskan pada sasaran/variabel/objek yang akan diperbaiki/ ditingkatkan. Mengingat aspek yang akan ditingkatkan dalam penelitian tindakan ini adalah ketrampilan siswa dalam melakukan gerakan dasar dalam tolak peluru, maka analisis difokuskan pada aspek tersebut untuk mengetahui bahwa tindakan yang dilakukan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan ke arah yang lebih baik jika dibandingkan keadaan sebelumnya.

Analisis data dilakukan dengan tahap-tahap: menyeleksi, menyederhanakan, mengklasifikasi, memfokuskan, mengorga-nisasi (mengaitkan gejala secara sistematis dan logis), membuat abstraksi atas kesim-pulan makna hasil analisis. Model analisis kualitatif yang terkenal adalah model Miles & Hubberman (1992: 20) yang meliputi: reduksi data, sajian deskriptif dengan alur sajian yang sistematis dan logis, penyimpulan dari hasil yg disajikan.

Indikator Kinerja Penelitian

Berdasarkan hasil penilaian terhadap 5 aspek ketrampilan tolak peluru, selanjutnya dapat dirumuskan indikator keberhasilan penelitian ini sebagai berikut:

  1. Siswa dianggap sudah mampu melakukan gerakan dasar tolak peluru apabila sudah mememperoleh nilai dengan KKM > 75.00;
  2. Pembelajaran dianggap berhasil apabila nilai rata-rata ketrampilan melakukan gerakan dasar tolak peluru yang diperoleh siswa sudah mencapai KKM dengan nilai > 75.00.
  3. Tindakan pembelajaran dianggap berhasil apabila jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar tolak peluru dengan KKM > 75.00 sudah mencapai  > 80.00% dari jumlah siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “Penggunaan media bola plastik efektif dalam meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar tolak peluru pada siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran pada kondisi awal kurang begitu bagus. Hal ini diindikasikan dengan banyaknya jumlah siswa yang mempunyai respon terhadap kepuasan proses pembelajaran dengan kategori baik baru mencapai 17.65%.

Kondisi tersebut disebabkan karena minimnya sarana pembelajaran tolak peluru yang dimiliki sekolah. Berpijak dari keadaan tersebut, guru berupaya melakukan modifikasi media pembelajaran berupa penggunaan bola plastik untuk menggantikan peluru dalam pembelajaran tolak peluru.

Upaya yang dilakukan guru tersebut cukup berhasil dalam meningkatkan kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan meningkatnya  jumlah siswa yang mempunyai respon terhadap kepuasan proses pembelajaran dengan kategori baik dari sebesar 17.65% pada kondisi awal menjadi sebesar 35.29% pada tindakan Siklus I.

Peningkatan yang diperoleh pada tindakan Siklus I dipandang belum optimal. Atas dasar hal tersebut guru melakukan perbaikan pada tindakan Siklus II. Perbaikan yang dilakukan pada tindakan Siklus II adalah penggunaan 2 buah bola pada permainan bola tembak, yang mendorong semakin tingginya frekuensi menolak dan menerima bola.

Perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada tindakan Siklus II cukup efektif dalam meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran, yaitu dari banyaknya jumlah siswa dengan kepuasan terhadap proses pembelajaran kategori baik sebesar 35.29% pada tindakan Siklus I meningkat menjadi 58.82% pada tindakan Siklus II.

Data peningkatan kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II dapat disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2

Peningkatan Kepuasan Siswa terhadap Proses Pembelajaran dari Kondisi Awal hingga Tindakan Siklus II

No.

Kategori Kepuasan

Awal

Siklus I

Siklus II

Jmlh

%

Jmlh

%

Jmlh

%

1.

Baik

(Skor 10 – 14)

3

17.65%

6

35.29%

10

58.82%

2.

Cukup Baik

(Skor 5 – 9)

5

29.41%

5

29.41%

4

23.53%

3.

Kurang Baik

(Skor 0 – 4)

9

52.94%

6

35.29%

3

17.65%

Jumlah

17

100.00%

17

100.00%

17

100.00%

Data peningkatan kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran pada tabel di atas dapat disajikan secara visual ke dalam diagram berikut ini.

Gambar 3 Diagram Peningkatan Kepuasan Siswa terhadap Proses Pembelajaran dari Kondisi Awal hingga Tindakan Siklus II

Ditinjau dari hasil belajar, penggunaan media bola plastik sebagai pengganti peluru efektif meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tolak peluru.  Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan pembelajaran dengan menggunakan media bola plastik masih kurang optimal. Hal ini diindikasikan dengan nilai rata-rata sebesar 69.12 dan ketuntasan belajar siswa sebesar 47.06%. Kondisi tersebut disebabkan karena minimnya sarana pembelajaran tolak peluru yang dimiliki sekolah.

Berpijak dari keadaan tersebut, guru berupaya melakukan modifikasi media pembelajaran berupa penggunaan bola plastik untuk menggantikan peluru dalam pembelajaran tolak peluru. Upaya yang dilakukan guru tersebut cukup berhasil dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tolak peluru. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar mengalami peningkatan dari sebesar 69.12 pada kondisi awal menjadi sebesar 73.24 pada akhir tindakan Siklus I. Tingkat  ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 47.06% pada kondisi awal meningkat menjadi sebesar 64.71% pada akhir tindakan Siklus I.

Peningkatan yang diperoleh pada tindakan Siklus I dipandang belum optimal. Hal ini diindikasikan dengan nilai rata-rata hasil belajar yang masih di bawah KKM sebesar 75.00, dan belum tercapainya indikator penguasaan penuh secara klasikal dengan ketuntasan belajar > 80.00%. Atas dasar hal tersebut guru melakukan perbaikan pada tindakan Siklus II. Perbaikan yang dilakukan pada tindakan Siklus II adalah penggunaan 2 buah bola pada permainan bola tembak, yang mendorong semakin tingginya frekuensi menolak dan menerima bola.

Data peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II dapat disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Tindakan Siklus II

No.

Ketuntasan Belajar

Awal

Siklus I

Siklus II

Jmlh

%

Jmlh

%

Jmlh

%

1.

Tuntas

8

47.06%

11

64.71%

17

100.00%

2.

Belum Tuntas

9

52.94%

6

35.29%

0

0.00%

Jumlah

17

100.00%

17

100.00%

17

100.00%

Nilai Rata-rata

69.12

73.24

77.06

Nilai Tertinggi

75.00

80.00

85.00

Nilai Terendah

60.00

65.00

75.00

Perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada tindakan Siklus II cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tolak peluru. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar mengalami peningkatan dari sebesar 73.24 pada akhir tindakan Siklus I menjadi sebesar 77.06 pada akhir tindakan Siklus II. Tingkat  ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 64.71% pada akhir tindakan Siklus I meningkat menjadi sebesar 100.00% pada akhir tindakan Siklus II.

Data peningkatan ketuntasan belajar siswa pada tabel di atas dapat disajikan secara visual ke dalam diagram berikut ini.

Gambar 4 Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Tindakan Siklus II

PENUTUP

Simpulan

Bagian ini merupakan simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dikemukakan pada bab sebelumnya. Sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut:

Penggunaan media bola plastik efektif dalam meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar tolak peluru pada siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang mempunyai respon terhadap kepuasan proses pembelajaran dengan kategori baik sebesar 17.65% pada kondisi awal meningkat menjadi sebesar 35.29% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 58.82% pada tindakan Siklus II.

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.  Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar mengalami peningkatan dari sebesar 69.12 pada kondisi awal menjadi sebesar 73.24 pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 77.06 pada akhir tindakan Siklus II. Tingkat  ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 47.06% pada kondisi awal meningkat menjadi sebesar 64.71% pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 100.00% pada akhir tindakan Siklus II

Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

  1. Bagi Siswa

Siswa hendaknya lebih giat dan tekun dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan sehingga hasil yang diperoleh semakin optimal.

  1. Bagi Guru

Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan materi,  dalam menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya  dalam kegiatan belajar mengajar dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan  kemampuan yang dimilikinya.

  1. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar penjas.

DAFTAR PUSTAKA

Adang Suherman.2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi  dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.

Djumidar. (2001: 7.44) Dasar-dasar Atletik:1-12,. PPDO2101/4 SKS/Djumidar,-----Cet.3--- Jakarta Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Depdiknas.

Herman Subarjah, dkk.  (2007: 5.5) Administrasi Pendidikan Jasmani dan Organisasi Olahraga , PORA2312/3SKS/MODUL 1-9/HermanSubarjah—cet.2—Jakarta: Universitas Terbuka

Nurhasan: (2007:8.3) Penilaian Pembelajaran Penjas:1-6/ PORA2313/2  SKS/Nurhasan --Cet.1--Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.

Rusli Lutan dan Adang Suherman. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Rusli Lutan. 1988. Belajar Ketrampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti.

Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta

Sagala, Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Suyatno. (2010: 26-27). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SD/MI. Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Th.2010.

Tri Hananto Budi Santoso: (2007: 83-84) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Tim Penjas SD, Penerbit Yudistira  

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Yoyo Bahagia. 2010. Modifikasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Fasilitas  Perlengkapan Penjas Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jurusan Pendidikan Olahraga, Jakarta.

Yusuf Adi Sasmita.  2000. Pembelajaran Penjas. Departemen  Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, Jakarta.

Bio Data Penulis:

Nama

:

Pariman, S. Pd.

NIP

:

19600205 198405 1 004

Jabatan

:

Guru Penjasorkes

Unit Kerja

:

SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura

UPTD Pendidikan Kecamatan Kartasura, Sukoharjo