UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MEMLALUI MODEL PEMBELAJARAN REFLECTION PADA SISWA KELAS IV SEMESTER II DI SD NEGERI LANGENHARJO 03, KECAMATAN GROGOL, KEBUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014-2015
Oleh:Sri Murni
SD Negeri Langenharjo 3, Grogol, Sukoharjo
ABATRAK
Tujuan dari pada Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk meningkatkan Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan materi Koperasi melalui penerapan model pembelajaran Reflection.Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, tempat pelaksanaan penelitian di SD Negeri Langenharjo 03 Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 15 anak.Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan tes. Analisis data dilakukan dengan 3 (tiga) tahap meliputi : reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifsikasi. Data empiris menyatakan bahwa Hasil belajar tentang Koperasi dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Reflection dari kondisi awal nilai rata-rata siswa 55 dengan anak yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 1 anak (6,6%) ke kondisi akhir nilai rata-rata 72 dengan anak yang mencapai letnasan KKM sejumla 15 anak (100%) pada siswa kelas IV SD Negeri Langenharjo 03 semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran Reflection dapat meningkatkan hasil belajar materi koperasi dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri Langenharjo semester II, kecamatan Grogol, kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015.
Kata kunci :Model pembelajaran Reflection, Hasil Belajar, Pembelajaran IPS
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam mencapai keberhasilan pembelajaran guru tidak hanya menggunakan satu metode pembelajaran saja, tetapi juga guru dituntut untuk menggunakan metode yang bervariasi. Metode yang bervariasipun harus sesuai dengan tuntutan dan harapan dari kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran, sehingga metode yang dipilih guru harus benar-benar membantu siswa dalam pembelajarannya.
Namun demikian, kenyataan yang dijumpai di kelas terkadang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Walaupun guru telah menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, hasilnya masih jauh dari apa yang diharapkan guru. Hal ini penulis alami ketika mengajar di kelas IV pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dengan materi pokok Koperasi.
Penulis telah menggunakan metode ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab, namun hasilnya masih saja kurang sesuai dengan yang diharapkan penulis. Ternyata dari 15 siswa, tidak ada siswa yang mendapat nilai 65 ke atas.Melihat kenyataan tersebut, penulis berusaha untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam pembalajaran.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan hasil analisis, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : ”Bagaimana cara meningkatkan Hasil belajar melalui model pembelajaran Reflection ?”
Tujuan Perbaikan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
Manfaat Perbaikan
Dari hasil perbaikan yang dilaksanakan, penulis berharap agar dapat bermanfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat tersebut antara lain bagi :
Guru
Siswa
Sekolah
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajian Teori
1.Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pengertian IPS menurut Ensiklopedia Indonesia (1991:3265) disebutkan bahwa IPS termasuk ilmu sosiologi yaitu ”Suatu sistem ilmu pengetahuan yang berusaha untuk mempelajarai proses dalam masyarakat, dan mencoba menemukan hukum-hukum yang menguasai proses tersebut”.Berdasarkan pengertian tersebut di atas, IPS merupakan ilmu yang membahas tentang proses perilaku kehidupan masyarakat dari sejak dulu sampai sekarang. Sedangkan dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) SD (1993:151) disebutkan IPS adalah : ”Mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah”.
Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar mata pelajaran IPS adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah.
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Dalam usaha meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPS, guru perlu membuat perencanaan program yang matang dengan mengkombinasikan berbagai metode pengajaran, sehingga siswa tidak merasa jenuh dan selalu aktif mengikuti jalannya proses belajar mengajar yang diberikan guru. Selain perencanaan program yang matang perlu adanya alat bantu/peraga yang besar manfaatnya untuk menarik perhatian dan sekaligus dapat memotivasi siswa dalam belajarnya. Selain ditempuh dengan berbagai persiapan dan pelaksanaan yang matang untuk memudahkan penguasaan/memantapkan apa yang telah dipelajari dalam kegiatan belajar atau kesulitan yang dialami perlu adanya tugas-tugas atau mempelajari materi yang belum terkuasai dengan dilaksanakannya metode diskusi kelompok terarah, sebagai usaha lain untuk membantu siswa untuk meningkatkan prestasi belajar yang optimal.
Metode diskusi kelompok terarah adalah salah satu usaha pemberian bimbingan kepada siswa yang dilakukan secara kelompok dengan menggunakan teknik bimbingan kelompok terarah yang wujudnya diskusi kelompok terarah. Dengan diskusi kelompok siswa secara terbuka saling memberikan sumbangan pikiran untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dari masing-masing anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dalam metode diskusi kelompok terarah pembimbing selain sebagai pemimpin berperan juga sebagai fasilitator, dan nara sumber. Pembimbing selalu memberikan pengawasan, sekaligus memberikan pelayanan yang diperlukan siswa sewaktu mengalami permasalahan yang belum dapat terpecahkan saat berlangsungnya diskusi kelompok.
Hakekat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi dkk, 2002:4). Dengan konsep itu, hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Menurut Masnur Muslich,(2007:41) dalam (http://www.contextual.org/19/10/2001) bahwa Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong mereka untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari hari. Pendekatan kontekstual lebih mendorong pada peran aktif siswa dalam pembelajaran, sehingga peserta didik dapat belajar lebih efektif dan bermakna.
Apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para peserta didik melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini sistem tersebut meliputi delapan komponen yaitu: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik (Johnson, 2007: 67).
Dalam pembelajaran kontekstual ini menekankan pada pemikiran bahwa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahui” nya. Pembelajarn yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam jangka panjang.
Pembelajaran kontekstual mempunyai tujuh komponen utama pembelajaran: (Masnur Muslich, 2009: 44-47).
Kontruktivisme (contructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) dari pembelajaran kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk dipraktikkan. Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Peserta didik harus mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka sendiri.
Bertanya (questioning) adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh peserta didik untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai keterampilan berpikir siswa. Hal ini merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya.
Menemukan (inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengikat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan dan mengalami sendiri. Dalam inkuiri terdapat 4 langkah-langkah dalam penerapannya, yaitu: (a) merumuskan masalah, (b) mengumpulkan data melalui observasi, (c) menganalisi dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, (d) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, atau audiens yang lain.
Masyarakat belajar (learning community) merupakan hasil dari pembelajaran yang diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antarteman, antarkelompok, dan antarmereka yang tahu ke mereka yang sebelum tahu. Dalam masyarakat belajar, anggota kelompok yang terlibat dalam kegiatan masyarakat memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan juga meminta informasi yang diperlukan dari teman bicaranya.
Pemodelan (modeling) yaitu dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaiman guru menginginkan para peserta didik untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar peserta didik dapat melakukannya sendiri. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.
Refleksi (reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Kunci dari itu semua adalah bagaimana pengetahuan mengendap atau membekas dibenak peserta didik. Mereka mencatat apa-apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru tersebut dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya.
Penilaian yang sebenarnya (authentic assessement) merupakan prosedur penilaian pada pembelajaran konekstual yang memberikan gambaran perkembangan belajar pada peserta didik. Assessement adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar pada peserta didik. Gambaran perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa peserta didik sudah mengalami proses pembelajaran yang benar atau belum. Jika data yang dikumpulkan oleh guru mengidentifikasi bahwa ada peserta didik mengalami kendala/ hambatan-hambatan dalam belajar, maka guru segera mengambil tindakan yang tepat agar peserta didik bisa terbebas dari hambatan/ kendala yang dihadapinya.
LangKerangka Berfikir
Dengan menggunakan model pembelajaran Reflection dalam pembelajaran IPS, akan meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap materi, sehingga siswa akan berusaha meningkatkan kemampuan dirinya dalam menguasai berbagai bentuk soal IPS baik secara teori maupun praktek, dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS meningkat. Kerangka berfikir itu dapat digambarkan sebagai berikut :
C. Hipotesis
Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir serta kenyataan dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS di SDN Langenharjo 03”.Indikator keberhasilan dalam penelitian ini antara lain, siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran IPS karena siswa dibimbing dan diberi kesempatan oleh guru untuk mendiskusikan materi pembelajaran. Sehingga motivasi belajar siswa bertambah serta hasil belajar siswa meningkat.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 selama 3 (Tiga) bulan, yaitu pada periode bulan Pebruari 2015 sampai bulan April 2015. Pemilihan waktu ini menyesuaikan dengan jadwal materi pelajaran IPS pada kelas IV. Penelitian dilaksanakan di SDN Langenharjo 03, yang beralamat di Desa Langenharjo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Alasan pemilihan tempat penelitian ini adalah karena peneliti sebagai guru IPS yang mengajar di sekolah tersebut.Siswa kelas IV SDN Langenharjo 03.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Langenharjo 03 semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 15 siswa, terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Objek penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan hasil belajar Konsep Koperasi dalam Pembelajaran IPS dan penerapan model pembelajaran Reflection .
Sumber Data
Sumber data penelitian ini meliputi hasil tes praktik dan tes tertulis pada mata pelajaran IPS pada kondisi awal, siklus I,dan siklus II. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa angka yaitu nilai hasil tes pembelajaran IPS, sedangkan data kualitatif berupa informasi tentang keefektifan pembelajaran di dalam kelas ketika guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Reflection.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Validasi Data
Validasi data nilai konsep Koperasi pada siswa dalam pembelajaran IPS, baik kondisi awal, siklus I, maupun siklus II diperoleh dengan teknik observasi. Supaya data tersebut valid, peneliti membandingkan hasil observasinya dengan hasil observasi teman sejawat.Validasi data hasil Belajar konsep Koperasi pada siswa dalam pembelajaran IPS , baik kondisi awal, siklus I, maupun siklus II diperoleh dengan teknik tes. Supaya data yang diperoleh valid perlu dilakukan validasi isi.
Analisis Data
Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :Data hasil Belajar konsep Koperasi pada siswa dalam pembelajaran IPS meliputi nilai praktek dan nilai tes tertulis kondisi awal, siklus I, dan siklus II dihitung rata-ratanya, dengan bobot yang sama.Ada 3 (tiga) data hasil Belajar konsep Koperasi pada siswa dalam pembelajaran IPS, yaitu data hasil Belajar konsep Koperasi pada siswa dalam pembelajaran IPS kondisi awal sebelum pelaksanaan PTK, data hasil Belajar konsep Koperasi pada siswa dalam pembelajaran IPS pada siklus I, hasil Belajar konsep Koperasi pada siswa dalam pembelajaran IPS pada siklus II dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif komparatif dan dilanjutkan dengan reflektif.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja pada penelitian tindakan kelas ini adalah: 1) Nilai hasil Belajar konsep Koperasi pada siswa dalam pembelajaran IPS menunjukkan peningkatan dari kondisi awal ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. 2)Nilai rata-rata hasil Belajar konsep Koperasi pada siswa dalam pembelajaran IPS, mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan (KKM), yaitu 65. 3)Minimal 75% siswa kelas IV, nilai hasil Belajar konsep Koperasi pada siswa dalam pembelajaran IPS siswa mencapai KKM.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dan tiap siklus terdiri dari 2 (dua) pertemuan.1 (satu) pertemuan untuk pelaksanaan tindakan sekaligus pengambilan nilai praktek dan 1 (satu) pertemuan terakhir untuk tes tertulis.Model penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kemmis dan Taggart, yang terdiri dari 4 (empat) komponen, yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Alur tindakan perbaikan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut,
HASIL TINDAKAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Masalah yang dialami oleh siswa kelas IV SDN Langenharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 dalam IPS adalah rendahnya Hasil belajar konsep Koperasi pada siswa dalam pembelajaran IPS. Hal tersebut terlihat dari nilai siswa yang rendah pada nilai tes tertulis maupun nilai praktik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dan grafik berikut.
Tabel Hasil belajar Siswa pada Kondisi Awal
Uraian | Nilai Praktek |
Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata KKM | 70 45 55 65 |
Ketuntasan | 1 siswa (6,6%) |
Gambar Hasil belajar Siswa pada Kondisi Awal
Dari data di atas, pada kondisi awal ini nilai rata-rata siswa hanya 55, jauh di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan dalam pembelajaran IPS di SDN Langenharjo 03, yaitu 65. Tidak ada siswa yang mencapai KKM atau 1siswa atau (6,6 %) dari total 15 siswa kelas IV. Ada 2 faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar konsep koperasi pada siswa dalam pembelajaran IPS rendah pada siswa kelas IV SDN Langenharjo 03, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal siswa tersebut antara lain: motivasi, intelegensi, kebiasaan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai pembina kegiatan belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.
Pada pembelajaran IPS selama ini masih menggunakan metode pembelajaran yang monoton, yaitu ceramah dan instruksi langsung. Dengan metode ini membuat siswa kurang aktif, hanya guru yang aktif menyampaikan materi. Dan berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak tertarik dengan pelajaran IPS sehingga menyebabkan rendahnya Hasil belajar siswa di sekolah. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti sekaligus sebagai guru IPS akan melaksanakan suatu penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Reflectio. Diharapkan melalui penelitian tindakan kelas ini dapat meningkatkan Hasil belajar konsep Koperasi pada siswa dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Langenharjo 03.
Deskripsi Hasil Siklus I
Hasil pengamatan pada siklus I pertemuan pertama dilaksanakan, banyak siswa terlihat belum aktif dan canggung karena siswa belum terbiasa menerapka model pembelajaran Reflection, serta beberapa siswa yang kurang fokus dalam pembelajaran. Setelah guru memberi motivasi, siswa mengikuti pelajaran dengan baik. Meskipun demikian, motivasi siswa dalam menerima penjelasan guru masih cukup tinggi. Siswa saling membantu dan bekerjasama dengan temannya, yang diam dan pasif terus berupaya untuk bisa. Demikian upaya guru dalam memotivasi para siswa. Ternyata upaya ini cukup berhasil, siswa berusaha untuk aktif dalam mengikuti pelajaran IPS.
Dan hasil tes hasil belajar maupun tes tertulis materi kopersai pada siswa kelas IV adalah sebagai berikut:
Tabel Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Uraian | Nilai Praktek |
Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata KKM | 75 50 63 65 |
Ketuntasan | 7 siswa (46,6%) |
Gambar Hasil belajar Siswa pada Siklus I
Melalui penerapan model pembelajaran Reflection pada siklus I, nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 63, nilai tertinggi 75 dan nilai terendah adalah 50. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sejumlah 7 siswa (46,6%) dari total 15 siswa kelas IV SDN Langenharjo 03 semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.Refleksi hasil implementasi penerapan pada siklus I adalah sebagai berikut,
Uraian | Kondisi Awal | Siklus I |
Tindakan | Belum menerapkan model pembelajaran Reflection dalam pembelajaran IPS. | Sudah menerapkan metode model pembelajaran Reflection dalam pembelajaran IPS |
Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Ketuntasan | 70 45 55 1siswa (6,6%) | 75 50 63 7 siswa (46,6%) |
Dari tabel di atas diperoleh fakta bahwa prestasi belajar konsep koperasi pada siswa dalam pembelajaran IPS siswa pada kondisi awal sebelum pelaksanaan tindakan, nilai rata-ratanya adalah 55 (jauh di bawah nilai KKM), nilai tertinggi 70, nilai terendah 45 dan hanya 1 siswa (6,6%) yang mencapai nilai KKM.
Pada siklus I, melalui model pembelajaran Reflection hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan. Nilai rata-rata siswa menjadi 63 (masih di bawah nilai KKM), nilai tertinggi 75, nilai terendah 50 dan siswa yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 7 siswa (46,6%).
Meskipun terjadi peningkatan pada siklus I ini, namun peningkatannya belum mencapai indikator keberhasilan dalam penelitan ini. Maka peneliti dan guru kolaborator memutuskan untuk melanjutkan tindakan penelitian ke siklus II dengan tetap menerapkan model pembelajaran Reflection , dengan perbaikan pada kelemahan dan kekurangan yang terjadi di siklus I.
Deskripsi Hasil Siklus II
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh guru kolaborator, pada siklus II ini siswa menunjukkan peningkatan dibandingkan siklus I. Pada kegiatan pembelajaran siklus II, secara umum siswa dapat dengan baik memahami metri koperasi. Siswa juga tampak semakin semakin percaya diri, hal ini karena siswa telah melaksanakan diskusi dengan teman tim sebelumnya. Bila dibandingkan dengan penampilan kegiatan pembelajaran pada siklus I, interaksi siswa lebih baik. Hasil Belajar siswa pada siklus II dapat dilihat sebagai berikut
Tabel Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Uraian | Nilai Praktek |
Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata KKM | 80 65 72 65 |
Ketuntasan | 15` siswa (100%) |
Gambar Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II
Nilai rata-rata hasil Belajar konsep koperasi siswa IV SDN Langenharjo 03 pada siklus II adalah 72 (di atas nilai KKM), nilai tertinggi 80, nilai terendah 65 dan siswa yang berhasil mencapai nilai KKM sebanyak 15 siswa (100%), berarti tidak ada siswa yang nilainya di bawah KKM. Peningkatan hasil Belajar konsep Koperasi siswa kelas IV SDN Langenharjo 03 pada siklus II jika dibandingkan siklus I adalah sebagai berikut,
Uraian | Siklus I | Siklus II |
Tindakan | Sudah menerapkan model pembelajaran Reflection dalam pembelajaran IPS. | Sudah menerapkan model pembelajaran Reflection dalam pembelajaran IPS. |
Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Ketuntasan | 75 50 63 7 siswa (46,6%) | 80 65 72 15 siswa (100%) |
Dari tabel di atas, secara empiris diperoleh fakta bahwa hasil belajar konsep koperasi siswa setelah pelaksanaan tindakan penelitian siklus II melalui penerapan model pembelajaran Reflection menunjukkan peningkatan daripada siklus I. Pada siklus I, nilai rata-rata Hasil belajar konsep koperasi siswa kelas IV adalah 63 (di bawah nilai KKM), nilai tertinggi 75, nilai terendah 50 dan siswa yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 7 siswa (46,6%).Pada siklus II hasil belajar konsep koperasi siswa kelas IV menunjukkan peningkatan, menjadi nilai rata-rata 72 (di atas nilai KKM), nilai tertinggi 80, nilai terendah 65 dan siswa yang mencapai nilai KKM menjadi 15 siswa (100%), berarti tidak ada siswa yang nilainya di bawah KKM.
Peningkatan Hasil belajar konsep Koperasi siswa kelas IV SDN Langenharjo 03 semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan dalam penelitan tindakan kelas ini. Akan tetapi peneliti dan guru kolaborator memutuskan untuk menghentikan tindakan penelitian ini ke siklus berikutnya untuk melihat kevalidan efektivitas model pembelajaran Reflection dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi melalui penerapan model pembelajaran Reflection dapat meningkatkan hasil belajar konsep koperasi pada siswa kelas IV SDN Langenharjo 03 Tahun Pelajaran 2014/2015.Peningkatan hasil belajar konsep koperasi siswa kelas IV SDN Langenharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan dalam penelitan tindakan kelas ini. Maka peneliti dan guru kolaborator memutuskan untuk menghentikan tindakan penelitian.
Jadi melalui penerapan model pembelajaran Reflection dapat meningkatkan hasil belajar konsep koperasi pada siswa kelas IV SDN Langenharjo 03 semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.
Pembahasan
Tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam ini adalah meningkatkan hasil belajar materi koperasi pada siswa kelas IV SDN Langenharjo 03 semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran Reflection . Data Hasil materi koperasi siswa adalah sebagai berikut,
Tabel 4.5 Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Uraian | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II |
Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Ketuntasan | 70 45 55 1 siswa (6,6%) | 75 50 63 7 siswa (46,6%) | 80 65 72 15 siswa (100%) |
Pada kondisi awal sebelum pelaksanaan tindakan, hasil belajar konsep koperasi siswa nilai rata-ratanya adalah 55 (jauh di bawah nilai KKM), nilai tertinggi 70, nilai terendah 45 dan hanya 1 siswa (6,6%) yang mencapai nilai KKM. Pada siklus I, melalui penerapan model pembelajaran Reflection dapat meningkatkan hasil belajar teori kosep koperasi siswa menunjukkan peningkatan. Nilai rata-rata siswa menjadi 63 (masih di bawah nilai KKM), nilai tertinggi 75, nilai terendah 50 dan siswa yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 7 siswa (46,6 %).
Pada siklus II Prestasi belajar materi koperasi siswa kelas IV menunjukkan peningkatan, menjadi nilai rata-rata 72 (di atas nilai KKM), nilai tertinggi 80, nilai terendah 65 dan siswa yang mencapai nilai KKM menjadi 15 siswa (100%), berarti tidak ada siswa yang nilainya di bawah KKM. Jadi melalui model pembelajaran Reflection dapat meningkatkan Prestasi belajar materi koperasi dari kondisi awal nilai rata-rata siswa 55 dengan siswa yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 1 siswa (6,6%) ke kondisi akhir nilai rata-rata 72 dengan siswa yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 15 siswa (100%) pada siswa kelas IV SDN Langenharjo 03 semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.
Hasil Tindakan
Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran Reflection di kelas IV SDN Langenharjo 03 ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Pada setiap siklus, data yang diambil adalah nilai praktek dan nilai tes tertulis pada akhir siklus. Secara empiris diperoleh hasil tindakan sebagai berikut: melalui penerapan model pembelajaran Reflection dapat meningkatkan Hasil belajar materi koperasi dari kondisi awal nilai rata-rata siswa 55 dengan siswa yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 1 siswa (6,6%) ke kondisi akhir nilai rata-rata 72 dengan siswa yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 15 siswa (100%) pada siswa kelas IV SDN Langenharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model pembelajaran Reflection dalam 2 (dua) siklus, diperoleh hasil sebagai berikut:
Hipotesis menyatakan: diduga melalui penerapan model pembelajaran Reflectio dapat meningkatkan Hasil belajar materi koperasi pada siswa kelas IV SDN Langenharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Data empiris menyatakan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Reflection dapat meningkatkan hasil belajar konsep koperasi pada siswa dalam pembelajaran IPS dari kondisi awal nilai rata-rata siswa 54,6 dengan siswa yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 0 siswa (0%) ke kondisi akhir nilai rata-rata 71 dengan siswa yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 25 siswa (100%) pada siswa kelas IV SDN Langenharjo 03 semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, melalui penerapan model pembelajaran Reflection dapat meningkatkan hasil belajar konsep Koperasi dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Langenharjo 03 Tahun Pelajaran 2014/2015.
Saran
Berdasarkan penelitian ini, ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
Sekolah hendaknya mendorong guru untuk mengembangkan kreasinya dalam pembelajaran, karena inti sekolah sebagai penjamin mutu pendidikan di tingkat yang paling dasar sangat mendesak dan perlu mendapat perhatian serius. Disaat hampir semua guru sudah menikmati tunjangan guru, sekolah mempunyai kewajiban untuk mengubah pola pikir (mind set) guru yang masih sebagian mapan dengan model tradisionalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, dkk. (2007). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Nur Herrhyanto dan Akib Hamid. (2004). Statistik Dasar. Jakarta : Universitas Terbuka.
Prayitno, Eman Anti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Proyek.
Suparno dan Muhammad Yunus. (2003). Ketrampilan Dasar Menulis. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar & Zainal Arifin, 1992, Pendekatan dalam Proses Mengajar, Bandung : Remaja Karya.
Wardani, I.G.K., Siti Julaeha dan Ngadi Marsinah. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta : Universitas Terbuka.
Wardani, I.G.K., Kuswoyo Wihardit, dan Noehi Nasoetion, (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
Wina A. Putar, Udin. (2004). Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Penulis:Sri MurniA,Ma.Pd
SD Negeri Langenharjo 3, Grogol, Sukoharjo
NIP.196209271982012006