MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn KELAS I MENERAPKAN KERUKUNAN DALAM PERBEDAAN DENGAN METODE BERMAIN PERAN DAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA GAMBAR DI SDN GENTAN 04 KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh: Rifatun
SD Negeri Gentan 04,Susukan,Semarang
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar PKn kelas I materi menerapkan kerukunan dalam perbedaan dengan metode bermain peran dan penggunaan alat peraga gambar di SD Negeri Gentan 04, Kecamatan Susukan,Kabupaten Semarang, tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, observasi dan tahap refleksi. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SD Negeri Gentan 04, Kecamatan Susukan, Semarang. Analisis data menggunakan analisis diskriftis komparatif dengan cara membandingkan hasil sebelum tondakan (Pra Siklus),Siklus I, dan Siuklus II. Dari hasil perbaikan pembelajaran terhadap materi menerapkan kerukunan dalam perbedaan terjadi peningkatann, nilai rata-rata tes formatif siklus I 78,04 dengan tingkat ketuntasan 73,91 %, menjadi 82,83 dengan tingkat ketuntasan 95,65 %. Dari hasil perbaikan pembelajaran menggunakan metode bermain peran dan alat peraga gambar terbukti dapat meningkatkan hasil belajar SDN Gentan 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2015/2016.
Kata kunci: Mapel PKn,bermain peran,peraga gambar
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Guru dalam konteknya sebagai pengajar disekolah, mempunyai tanggung jawab yang tidak ringan. Sebagai ujung tombak melesatkan siswa agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, ia harus mampu mengelola proses pembelajaran dengan baik, memahami karakteristik siswa, menguasai materi untuk diterjemahkan di dalam kelasnya.
Tetapi siswa sebagai peserta didik yang mempunyai intelegensi, motivasi, gaya belajar dan temperamen yang berbeda-beda, menjadikan ada siswa yang cerdas, ada yang lambat dan ada yang sulit dalam penguasaan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Menurut Gagne, belajar PKn merupakan keinginan untukmempelajari PKn mulai dari proses, terbentuknya suatu proses kemudian berlatih menuangkan dan memanipulasi konsep-konsep tersebut pada situasi baru yang mengutamakan pengertian bukannya hafalan (Erman S, 1995)
Pada akhir pembelajaran mata pelajaran PKn tentang “ Menerapkan Hidup Rukun Dalam Perbedaan “, setelah diadakan evaluasi,hasil dari yang data diperoleh terdapat 19 siswa dari 25 siswa kelas 1 semester I SDN Gentan 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang yang mendapat nilai dibawah 65 dan belum mencapai 5 KBM yang ditetapkan yaitu 65, serta nilai rata-rata kelaspun menjadi rendah yakni 45,21.
Untuk siswa yang lambat dan sulit menguasai materi pembelajaran, guru sebagai pengelola pengelola pembelajaran bertanggung jawab mengupayakan agar siswa menguasai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Pembelajaran melalui PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Witherington merumuskan bahwa belajar sebagai suatu perubahan dalam kepribadian. Sebagaimana yang dimanifestasikan dalam perubahan penguasaan pola-pola respons atau tingkah laku yang baru yang ternyata dalam perubahan ketrampilan kebiasaan kesanggupan atau pemahaman (Witherington, 1965).
Evaluasi yang penulis lakukan pada kegiatan akhir, untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran diperoleh data 43,47% tidak menguasai materi pembelajaran. Rendahnya prestasi ini membuat penulis tidak puas, untuk itu penulis mengadakan refleksi diri dengan menyusun sejumlah pertanyaan refleksi. Masalah prestasi ini penulis angkat sebagai PTK sebab bila tidak diatasi akan berdampak buruk bagi sekolah yakni menurunnya kualitas pembelajaran.
Jean Peaget menggolongkan usia 6-7 tahun untuk kelas I, berfikirnya dalam tahap operasional konkrit dan serba nyata. Jadi penggunaan metode ceramah tanpa disertai alat peraga, akan membosankan dan tidak tertanam dalam struktur kognitif siswa, juga dalam buku Tes dan Asemen di SD menyebutkan usia 6-7 tahun perbendaharaan kata siswa + baru mencapai 2500 kata, mungkin kata yang diucapkan guru ada yang tidak masuk dalam daftar 2500 kata tersebut.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, penjelasan guru dalam menyampaikan materi Menerapkan kerukunan di dalam perbedaan kurang dipahami siswa, penulis merumuskan masalah “Bagaimana Cara Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Konsep Menerapkan Kerukunan di dalam Perbedaan dengan
cara Bermain Peran dan menggunakan Media Gambar di Kelas I
SDN Gentan 04 ?”.
Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian perbaikan pembelajaran yang kami lakukan adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang haknya dirumah dan disekolah. Disamping itu laporan ini kami susun dengan tujuan :
PTK.
2. Untuk meningkatkann ketrampilan guru dalam proses pembelajaran.
3. Untuk meningkatkan minat serta motivasi belajar siswa kelas I
terhadap mata pelajaran PKn.
4. Untuk memenuhi pengusulan angka kredit (PAK).
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada pembelajaran
PKn di kelas I SDN Gentan 04 Kecamatan Susukan Kabupaten
Semarang
b. Dapat meningkatkan ketrampilan tingkah laku dan sopan santun
dalam kehidupan sehari-hari.
2 Bagi Guru
3. Bagi Sekolah dan Pendidikan secara umum
a. Memberikan sumbangan positif tentang metode pembelajaran PKn di
kelas I SD.
b. Menanggulangi kesulitan pembelajaran PKn di kelas I SD
c. Menciptakan kerja sama yang kondusif antara peneliti dengan
sekolah untuk kemajuan sekolah dalam mata pelajaran PKn.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Strategi Pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaran adalah pendekatan, prosedur, metode, model dan teknik yang dipergunakan dalam menyajikan bahan/ isi kurikulum. Sudjana (1988) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran pada hakekatnya adalah tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektik dan lebih efisien.Dengan kata lain, strategi berhubungan dengan siasat atau taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan kurikulum secara sistemik dan sistimatik, sistemik mengandung arti adanya saling keterkaitan antara komponen kurikulum sehingga terorganisasikan secara terpadu dalam mencapai tujuan, sedangkan sistemik mengandung arti bahwa langkah-langkah yang dilakukan guru secara berurutan sehingga mendukung tercapainya tujuan. Menurut peneliti, belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada semua orang yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan akibat proses belajar, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman konsep, ketrampilan, tingkah laku, kecakapan dan kemampuan pada diri seseorang.
Secara umum tugas guru dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai fasilitator yang bertugas menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator, ada dua tugas yang harus dilaksanakan guru dalam kegiatan pembelajaran yang efektif. Kedua tugas tersebut sebagai pengelola pembelajaran dan sebagai pengelola kelas. Sebagai pengelola pembelajaran guru bertugas untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.Dalam melaksamnakan tugasnya sebagai pengajar guru harus memainkan berbagai peranan, diantaranya sebagai manusia sumber komunikator, mediator, pembimbing dan peneliti.
Berkaitan dengan perannya sebagai manusia sumber, guru harus mampu menyampaikan informasi tersebut dapat dipahami oleh siswa (sebagai komunikator) gaya penyajian yang digunakan guru dalam membahas materi pembelajaran berpengaruh terhadap perhatian siswa.Menurut pendapat Slavin (Suciati, dkk 2005 : 5,19), materi pelajaran hendaknya disajikan dengan cara yang menarik sehingga rasa ingin tahu siswa siswa terhadap materi pelajaran meningkat. Oleh karena itu, guru dituntut untuk menggunakan metode dan media yang bervariasi agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
Penerapan Metode Tanya Jawab
Penyampaian materi menerapkan kerukunan di dalam perbedaan di kelas I bila hanya menggunakan metode ceramah apa yang menjadi tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan optimal sebab ditinjau dari pengertian, kata hak adalah sesuatu yang abstrak. Untuik siswa kelas I yang berusia 6-7 tahun, menurut Jean Peaget taraf berfikirnya kategori preoperasional periode dalam tahapan intuitif. Dimana siswa hanya dapat memahami melalui pengamatan yang bersifat egosentrik (berpusat pada dirinya, belum memahami cara orang lain memandang untuk objek yang sama).Juga dalam buku Tes dan Asesmen, hasil penelitian perbendaharaan kata anak usia 6-7 tahun baru mencapai + 2500 kata. Bisa jadi kata hak tidak termasuk dalam perbendaharaan kata yang dimiliki oleh siswa. Jadi kata hak adalah suatu kata yang asing bagi siswa.
Agar materi menerapkan kerukunan di dalam perbedaan dapat dipahami oleh siswa kelas I dengan baik, guru perlu suatu strategi dalam penyampaiannya. Melihat karakteristik siswa kelas I bahwa hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami dari pada yang abstrak, kemampuan mengingat (memori) dan berbahasa berkembang sangat cepat, sebaiknya dalam menyampaikan materi guru menggunakan metode bermain peran dan menggunakan alat peraga berupa gambar yang dialami siswa di rumah dan di sekolah serta mengajak siswa bercakap dengan bertanya jawab tentang gambar yang diperlihatkan guru, dan menjelaskan kata-kata yang tidak dipahami oleh siswa.
Materi menerapkan kerukunan di dalam perbedaan sebenarnya sejalan atau relevan dengan kebutuhan siswa. Bila siswa benar-benar memahaminya, belajar akan mempunyai makna pada diri siswa, siswa sadar akan haknya. Sependapat dengan prinsip belajar menurut Carl Rogers (65 : 1969) belajar bermakna bila materi relevan dengan kebutuhan anak.Oleh sebab itu agar siswa dalam belajar memperoleh makna, guru dalam perbaikan pembelajarannya : 1. Menggunakan metode yang bervariasi. 2. Menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi. 3. Menambah dan memperluas perbendaharaan kata siswa. 4. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa.
Metode dan strategi pengajaran yang dapat mengatasi dan mencapai tujuan pelajaran PKn pada pokok bahasan menerapkan kerukunan di dalam perbedaan adalah menggunakan metode ceramah bervariasi. Metode ceramah bervariasi mempunyai keuntungan sebagai berikut : 1) Dapat digunakan untuk menyajikan beberapa materi dalam satu kali sajian sehingga waktu menjadi lebif efisien. Dengan cara ini diharapkan materi pelajaran dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang disediakan dengan penyajian yang bermakna dan menarik. 2) Dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. 3. Menunjukkan daya tarik siswa dalam belajar karena ssiswa dapat terlibat langsung dalam pembahasan dan materinya.4. Meningkatkan rasa percaya diri. 5. Mengaktifkan penggunaan pendekatan ketrampilan proses dalam melaksanakan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kecerdasan siswa.
Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ceramah bervariasi akan memudahkan guru ataupun siswa dalam menginternalisasi konsep-konsep dan nilai-nilai dari suatu pengetahuan. Dengan metode ceramah bervariasi, kegiatan dan keterlibatan siswa sangat tinggi dalam pelajaran serta mampu meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran PKn.
Pengertian Motivasi
Pengertian motivasi menurut Gleitmen (1986) dan Reber (1988), yang dikutip Syah (2006), motivasi adalah keadaan internal baik manusia maupun hewan yang memdorong untuk berbuat sesuatu.Motivasi dapat dibedakan menjadi menurut sumbernya, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan untuk berbuat sesuatu yang berasal dari dalam diri seseorang atau siswa untuk belajar. Contoh motivasi intrinsik adalah menyenangi pelajaran tertentu dan motivasi berprestasi. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk berbuat sesuatu atau belajar sesuatu secara tekun yang berasal dari luar individu seseorang atau siswa. Contoh motivasi ekstrinsik adalah pujian, hukuman (teguran, sanksi), peraturan, suri tuladan.
Dalam kaitannya dengan motivasi belajar, motivasi yang penting atau signifikan terhadap hasil belajar adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak tergantung dari orang luar.Hasil belajar merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Dengan demikian, jika pencapaian hasil belajar itu tinggi dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar itu berhasil.
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah melakukan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Usaha tersebut dipengaruhi oleh kondisi dan situasi tertentu, yaitu pendidikan dan latihan dalam suatu jenjang tertentu.Menurut Sudjana (1991), penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.
Menurut Arikunto (2001), hasil belajar sebagai indikator perubahan terhadap tingkah laku yang meliputi 3 ranah, yaitu kognitif (pemahaman), afektif (sikap), dan psikomotorik (ketrampilan).Dengan cara memotivasi siswa maka dalam pembelajaran PKn tentang hak anak di rumah dan di sekolah berhasil dengan baik.
Pengertian Bermain Peran dan Media Gambar
Bermain peran adalahkarya sastra yang diperankan oleh actor dan diwujudkan dalam berbagai media. Gambar merupakan alat atau bahan yang mengandung informasi dan fakta. Fungsi bermain peran dan gambar dalam pembelajaran menurut Hornby (dalam Nursiyani, 2002:46) adalah : 1. Memperjelas keterangan guru. 2. Memperkuat pemahaman siswa pada suatu konteks atau tema pembelajaran. 3. Membangkitkan minat atau motivasi siswa. 4. Menumbuhkan daya cipta siswa dengan merangkaikan kata-kata menjadi
kalimat. 5. Menjadikan proses pembelajaran berlangsung secara kondusif. 6. Mencegah rasa bosan.
Menurut Schram (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Dengan media gambar siswa lebih cepat memahami materi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi / materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Dengan menggunakan media pembelajaran secara fisik seperti buku, film video dan sebagainya anak dapat secara langsung membaca dan melihat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Setting Penelitian
Setting penelitian ini dilaksanakan di kelas I SDN Gentan 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah.
Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SD Negeri Gentan 04, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, dengan jumlah 25 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Dari 25 siswa tersebut, 34% siswa berkemampuan tinggi, 50% siswa berkemampuan sedang, dan 26% siswa berkemampuan rendah.
Sumber Data
Sumber data peserta didik diperoleh dari hasil pengamatan (LPAPD) yang telah dilaksanakan secara sistemik selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II, nilai hasil belajar peserta didik, dan hasil angket respon peserta didik. Sedangkan sumber data guru berasal dari lembar aktivitas guru yang nilai oleh Supervisor I dan Supervisor II berupa APKG 1-PKP dan APKG 2-PKP.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah metode observasi / pengamatan, metode tes tertulis,.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan. yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif diperoleh selama kegiatan belajar mengajar pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Data-data ini diolah dengan analisis diskriftif komparatif dengan membandingkan hasil pada pra siklus, Siklus I dan Siklus II.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Pra Siklus I
Tabel 1 Persentase Perolehan Nilai Sebelum Perbaikan
No | Nilai | Banyak Siswa | Jumlah | Prosentase |
1. | 30 | 1 | 30 | 4,35 % |
2. | 40 | - | - | - |
3. | 50 | 6 | 300 | 26,08 % |
4. | 60 | 6 | 360 | 13,04 % |
5. | 70 | 3 | 210 | 4,35 % |
6. | 80 | 2 | 160 | 8,70 % |
7. | 90 | 1 | 90 | 4,35 % |
8. | 100 | 6 | 600 | 39,13 % |
Jumlah | 25 | 1730 | ||
Rata-rata | 45,21 | 100 % |
Grafik 1 Perolehan Nilai Sebelum Perbaikan
Berdasarkan Tabel 1 dan Grafik 1 dapat diketahui bahwa jumlah siswa kelas I yang mendapat nilai 60 kebawah berjumlah 13 siswa dan yang mendapat nilai 70 keatas berjumlah 12 siswa, jadi rata-rata nilai kelas satu kelas baru mencapai 75,21 sehingga peneliti perlu mengadakan perbaikan pembelajaran melalui siklus I. Peneliti berusaha meningkatkan hasil tes anak dengan metode yang bervariasi yaitu bermain peran dan menambah alat peraga yang lebih jelas.
Siklus 1
Berdasarkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I, diperoleh data terjadi peningkatan perhatian siswa sehingga suasana kelas lebih tenang. Namun masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan pelajaran. Siswa sudah berani bertanya, dan melaksanakan tugas dengan baik.
Metode yang digunakan tidak hanya ceramah dan tanya jawab, tetapi juga demonstrasi, penugasan serta latihan. Demonstrasi dalam bentuk bermain peran,penggunaan alat peraga gambar kerukunan anak di rumah dan di sekolah. Dengan menjelaskan terlebih dahulu kata-kata yang tidak dipahami siswa, bahasa yang digunakan guru dalam menjelaskan materi menerapkan kerukunan dalm perbedaan jadi mudah dipahami siswa. Siswa dalam mengerjakan tes formatif hasilnya ada peningkatan.
Hal tersebut dapat diketahui dari hasil tes formatif perbaikan pembelajaran siklus I mengalami peningkatan dari sebelum perbaikan. Nilai rata-rata sebelum perbaikan 75,21 sedang setelah perbaikan siklus I menjadi 78,04. kemampuan peroranganpun juga mengalami peningkatan. Pada tes formatif sebelum perbaikan, siswa yang mendapat nilai lebih dari 65 ada 19 siswa (56,52%), sedang pada siklus I menjadi 13 siswa (73,.93%). Berikut ini kami sajikan data hasil tes formatif sebelum perbaikan dan setelah perbaikan pembelajaran siklus I dalam bentuk tabel dan grafik.
Tabel 2 Persentase Perolehan Nilai Perbaikan Pembelajaran Siklus I
No | Nilai | Banyak Siswa | Jumlah | Prosentase |
1. | 50 | 2 | 100 | 8,69 % |
2. | 60 | 4 | 240 | 17,39 % |
3. | 70 | 1 | 70 | 8.69 % |
4. | 80 | 4 | 320 | 17,39 % |
5. | 90 | 8 | 720 | 34,78 % |
6. | 100 | 4 | 400 | 17,39% |
Jumlah | 25 | 1795 | ||
Rata-rata | 78,04 | 100 % |
Grafik 2 Perolehan Nilai Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Berdasarkan Tabel 2 dan Grafik 2 dapat diketahui bahwa jumlah siswa kelas I, yang mendapatkan nilai 60 kebawah berjumlah 6 siswa dan yang mendapat nilai 70 ke atas 19 siswa, jumlah semua siswa kelas I 25 siswa. Jadi nilai rata-rata satu kelas mencapai 78,04, sehingga peneliti perlu mengadakan perbaikan pembelajaran melalui siklus II. Pada siklus I belum tuntas maka akan diadakan perbaikan agar pada siklus II peneliti merasa puas dengan hasil yang menemui ketuntasan.
2. Siklus II
Pada perbaikan pembelajaran siklus II ini, siswa lebih meningkatkan minat dan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan. Siswa lebih menaruh perhatian karena untuk mendemonstrasikan alat peraga menerapkan kerukunan di dalam perbedaan menjadi lebih jelas.
Dengan adanya alat peraga berupa gambar kerukunan antar umat beragama baik sekolah maupan di rumah, siswa lebih memahami tentang pelajaran PKn. Penerapan metode tanya jawab dan ceramah bervariasi dalam pembelajaran tentang Menerapkan Kerukunan di dalam perbedaan. Pada saat siswa mengerjakan soal, guru memberikan bimbingan secara individu terutama terhadap siswa yang berkemampuan rendah sehingga sangat membantu pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Selain tes yang dilaksanakan pada saat pelaksanaan pembelajaran, guru juga memberikan tugas dirumah sehingga dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam menjawab pertanyaan. Guru dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran PKn.
Hal ini dapat diketahui dari hasil tes formatif perbaikan pembelajaran siklus II yang mengalami peningkatan. Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pada tes formatif perbaikan pembelajaran siklus I 78,04 meningkat menjadi 82,83 pada siklus II. Kemampuan peroranganpun juga mengalami peningkatan. Pada siklus I siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 ada 17 siswa (73,93 %), sedangkan pada siklus II menjadi 22 siswa (95,65 %).
Hasil tersebut dapat dilihat pada hasil tes formatif perbaikan pembelajaran siklus II yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Tabel 3 Persentase Perolehan Nilai Perbaikan Pembelajaran Siklus II
No | Nilai | Banyak Siswa | Jumlah | Prosentase |
1. | 60 | 1 | 60 | 4,36 % |
2. | 70 | 6 | 420 | 26,08 % |
3. | 80 | 4 | 320 | 17,40 % |
4. | 90 | 8 | 720 | 34,76 % |
5. | 100 | 4 | 400 | 17,40 % |
Jumlah | 25 | 1905 | 100 % | |
Rata-rata | 82,83 |
Grafik 3 Perolehan Nilai Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Tabel 4 Persentase Perolehan Nilai Perbaikan Pembelajaran Pra-Per Siklus
No | Pembelajaran | Tuntas | BelumTuntas |
1. | Pra-Silkus | 56,52 % | 43,48 % |
2. | Siklus I | 73,93 % | 26,07 % |
3. | Siklus II | 95,65 % | 04,35 % |
Grafik 4 Perolehan Nilai Perbaikan Pembelajaran Pra-Per Siklus
Berdasarkan tabel 4 dan grafik 4 dapat diketahui bahwa jumlah siswa kelas I SDN Gentan 04 ada 25 siswa. Siswa yang mendapat nilai 60 ke bawah ada 1 yang belum tuntas, dan yang mendapat nilai 70 ke atas ada 22 siswa yang tuntas . Jadi dalam Siklus II dalam perbaikan pembelajaran peneliti menyatakan sudah tuntas karena nilai rata-rata mencapai 82,83 (96,65 %). Maka dari itu peneliti tetap memotivasi terhadap siswa agar nilainya selalu memenuhi ketuntasan.
Dari hasil diskusi dengan teman sejawat, perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan guru sudah menunjukkan keberhasilan. Namun masih juga adanya kegagalan .
Keberhasilan yang kami temukan :
1. Siklus I
a. Terjadi peningkatan prestasi siswa Nilai rata-rata tes formatif sebelum
perbaikan rata-rata 75,21 dengan tingkat ketuntasan 56,62 %, menjadi 78,04 dengan tingkat ketuntasan 73,91 %.
b. Penerapan metode tanya jawab dan ceramah bervariasi dan penggunaan alat peraga berupa bermain peran macam – macam agama si Indonesia pada pelajaran PKn di kelas I.
2. Siklus II
a. Terjadi peningkatan prestasi siswa.Nilai rata-rata tes formatif siklus I 78,04 dengan tingkat ketuntasan 73,91 %, menjadi 82,83 dengan tingkat ketuntasan 95,65 %.
b .Selain penerapan metode tanya jawab dan ceramah bervariasi dan penggunaan alat peraga yang berupa gambar macam-macam agama di sekolah dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran.
Sedangkan kegagalan yang dapat kami temukan adalah :
1. Siklus I
a. Dari hasil tes formatif siklus I, masih terdapat 10 siswa yang mendapat nilai kurang dari 70.
b. Motivasi kurang karena kurangnya umpan balik guru.
2. Siklus II
a. Dari hasil tes formatif II, jumlah siswa kelas I 22 siswa sudah mendapat nilai 70 keatas.
b. Motivasi siswa sudah berhasil baik.
Pembahasan
Hasil perbaikan pembelajaran siklus I menunjukkan bahwa prestasi siswa belum optimal karena minat dan perhatian belum menyeluruh. Untuk lebih meningkatkan ketrampilan dan pemahaman siswa tentang materi menerapkan kerukunan dalam perbedaan guru menggunakan metode bermain peran. Hal tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun peningkatan prestasi belum optimal karena motivasi siswa masih kurang.
Pada perbaikan pembelajaran siklus II guru menggunakan metode alat peraga berupa gambar macam-macam agama di Indonesia,minat dan perhatian siswa sudah menyeluruh, suasana kelas lebih siap, siswa sudah berani bertanya dan semua siswa melaksanakan tugas dengan baik. Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena guru selalu mempersiapkan kondisi awal siswa sebelum pembelajaran, menggunakan alat peraga/contoh gambar macam-macam agama di Indonesia, mengoptimalkann metode tanya jawab dan ceramah bervariasi, serta memberikan umpan balik terhadap siswa.
Peningkatan minat dan prestasi belajar siswa tersebut dapat tercapai karena :
1. Guru selalu mempersiapkan kondisi awal siswa sebelum kegiatan pembelajaran. Sebab, mempersiapkan kondisi awal siswa sebelum kegiatan pembelajaran merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran. Dengan langkah tersebut, siswa akan merasa siap dan tenang dalam menerima pelajaran karena terfokus pada kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk menggunakan metode dan media yang bervariasi agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
2. Guru menggunakan metode bermain peran dan alat peraga yang tepat dalam pembelajaran menerapkan kerukunan dalam perbedaan. Penggunaan alat peraga gambar tersebut dengan didemonstrasikan untuk diamati oleh setiap siswa. Dengan alat tersebut siswa mempunyai gambaran yang lebih konkret menerapkan kerukunan dalam perbedaan.
3. Guru menggunakan metode tanya jawab dan ceramah bervariasi, sebagai metode yang dirasa tepat untuk meningkatkan ketrampilan siswa dalam materi menerapkan kerukunan dalam perbedaan . Maka kecerdasan anak akan semakin meningkat karena pengetahuan anak membutuhkan proses. Bila siswa benar-benar memahaminya, belajar akan mempunyai makna pada diri siswa, siswa sadar akan haknya.
4. Guru meningkatkan motivasi siswa dengan memberikan umpan balik (feed back) dalam bentuk hasil belajar siswa yang baik dengan disertai komentar maupun pujian. Menununjukkan sikap positif, beri kegiatan bermakna, tunjukkan semangat belajar, terapkan disiplin fleksibel, beri kesempatan siswa aktif, beri kesempatan siswa menilai diri, dan beri kesempatan siswa peroleh kebanggaan. Jadi dengan membacakan hasil tes siswa akan memperoleh kebanggaan sehingga mendorong siswa untuk berprestasi lebih baik.
Pengamatan terhadap hasil tes formatif siklus II menunjukkan hasil yang baik dan memuaskan, dengan jumlah 25 siswa sudah mendapatkan nilai 65 keatas. Hasil yang baik umumnya diperoleh siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang.
Pembelajaran Pkn tentang Menerapkan Kerukunan Dalam Perbedaan melalui metod bermain peran dan alat peraga gambar tebukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SDN Gentan 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran terhadap materi hak anak di rumah dan di sekolah di kelas I SDN Gentan 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
ditingkatkan melalui pengkondisian awal siswa secara intensif dan melibatkan siswa dalam penggunaan metode bermain peran dan penggunaan alat peraga gambar.
dapat meningkatkan pemahaman siswa.
meningkatkan pemahaman siswa dan ketrampilan siswa.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran-saran sebagai tindak lanjut adalah :
1. Bagi Guru
a. Selalu memperhatikan kondisi awal siswa dalam pembelajaran.
b. Menggunakan alat peraga dalam menjelaskan materi, agar bisa lebih
dipahami siswa yang taraf berfikirnya kategori operasional konkrit.
c. Memilih dan menggunakan metode yang bervariasi dalam
menyajikan materi pembelajaran agar siswa tidak bosan.
d. Memotivasi siswa agar lebih berminat dalam pembelajaran.
e. Memberikan pelayanan kepada siswa dengan penuh dedikasi dengan
memperhatikan perbedaan individu siswa.
Bagi Sekolah
Menciptakan iklim belajar yang kondusif, agar siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin, MA. Prof Dr, dkk, 2005, Profesi Keguruan 2, Jakarta : Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
A Sunawi Zainuh, M.Ed. Prof Dr, 2005, Tes dan Asesmen di SD, Jakarta : Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Kurikulum Sekolah Dasar KTSP, 2006, Kelas I.
Mulyani Sumantri, dkk, 2005, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Rini Ningsih, MPd, 2005, Belajar dan Pembelajaran 2, Jakarta : Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Suparna Nana, dkk, 2006, Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD Kelas
I, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Wardani I.G.A.K, dkk, 2003, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Widiastuti Setiati, dkk, 2008, Pendidikan Kewarganegaraan SD/MI, Kelas I,
Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Di unduh pada tanggal 26 Sptember 2015,10:00
http://tegopunya.blogspot.com/2011/11/ptk-pkn-kls-i.html
OlehRifatun S.Pd
SD Negeri Gentan 04,Susukan,Semarang
NIP 19591222 198304 2 003