BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia salah satunya adalah terdapatnya kesenjangan yang cukup lebar antara pengetahuan yang dimiliki para siswa dengan sikap dan perilakunya. Banyak siswa yang tahu atau hafal materi pelajaran, tetapi tidak mampu mengaplikasikan pengetahuannya tersebut bagi peningkatan kualitas kehidupannya. Sebagai contoh, siswa tahu tentang makanan sehat, tetapi perilaku makannya tidak menunjukkan perilaku makan yang sehat, siswa lebih banyak yang menyukai dan memilih fast food dan soft drink daripada makan nasi dan sayur serta minum susu. Contoh lain, siswa tahu bagaimana berperilaku sosial yang baik, tetapi mereka kurang mampu menghargai orang lain, bertoleransi atau berperilaku sopan. Pengetahuan menjadi sesuatu yang hanya dihafal saja tetapi tidak berpengaruh dalam kehidupannya. Pengetahuan hanya ‘mampir’ sebentar dan kemudian ‘menguap’ begitu saja, seolah tidak berbekas dalam kehidupan siswa.

Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas, 2003).

Sesuai fungsi pendidikan nasional tersebut terletak tanggung jawab guru untuk mampu mewujudkannya melalui pelaksanaan proses pembelajaran yang mampu bermutu dan berkualitas. Salah satu strategi yang dapat dipergunakan guru untuk memperbaiki mutu dan kualitas proses pembelajaran adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

  1. Rumusan Masalah
  1. Apa itu pembelajaran kontekstual ?
  2. Apa Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ?
  3. Apa saja Prinsip Pembelajaran Kontekstual ?
  4. Apa saja Komponen Pembelajaran Kontekstual ?
  5. Bagaimana Penerapan Pembelajaran Kontekstual ?
  6. Apa Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional ?
  7. Bagaimana Cara Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual ?

  1. Tujuan
  1. Mengetahui pengertian pembelajaran kontekstual.
  2. Mengetahui dan memahami karakteristik pembelajaran kontekstual.
  3. Mengetahui prinsip pembelajaran kontekstual.
  4. Mengetahui komponen-komponen dalam pembelajaran kontekstual.
  5. Mengetahui penerapan pembelajaran kontekstual.
  6. Mengetahui perbedaan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran tradisional.
  7. Dapat merancang / menyusun rencana pembelajaran berbasis kontekstual.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Proses pembelajaran kontekstual beraksentuasi pada pemrosesan informasi, idnividualisasi, dan interkasi sosial. Pemrosesan informasi menyatakan bahwa siswa mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkaitan dengan informasi tersebut. Inti pemrosesan informasi adalah proses memori dan berpikir.

Menurut Susdiyanto, Saat, dan Ahmad (2009: 27), pembelajaran kontekstual adalah proses pembelajaran yang bertolak dari proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, dalam arti bahwa apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, sehingga pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan semirip mungkin dengan situasi “dunia nyata”. Melalui pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata, sehingga dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran. Sehubungan dengan itu, Suprijono (2011: 79) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Penjelasan ini dapat dimengerti bahwa pembelajaran kontekstual adalah strategi yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui proses memberikan bantuan kepada siswa dalam memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.

Senada dengan itu, Sumiati dan Asra (2009: 14) mengemukakan pembelajaran kontekstual merupakan upaya guru untuk membantu siswa memahami relevansi materi pembelajaran yang dipelajarinya, yakni dengan melakukan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di kelas. Selanjutnya, pembelajaran kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman, keterampilan siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang hubungan mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan bermakna jika guru lebih menekankan agar siswa mengerti relevansi apa yang mereka pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata di mana isi pelajaran akan digunakan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan, dan menggunakan berbagai sumber belajar.

Pembelajaran kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar, yakni sebagai berikut:

  1.  Proses belajar

Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.

  1. Transfer Belajar

Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain. Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit). Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu

  1. Siswa sebagai Pembelajar

Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru. Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting. Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.

Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

  1. Pentingnya Lingkungan Belajar

Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa.  Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan. Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

  1. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Setidaknya pembelajaran kontekstual ini memiliki 11 karakteristik (ciri khusus), yakni sebagai berikut:

  1. Kerjasama 
  2. Saling menunjang 
  3. Menyenangkan, tidak membosankan 
  4. Belajar dengan bergairah 
  5. Pembelajaran terintegrasi 
  6. Menggunakan berbagai sumber 
  7. Siswa aktif 
  8. Sharing dengan teman 
  9. Siswa kritis guru kreatif 
  10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dll. 
  11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil 
        pratikum, karangan siswa dan lain-lain

  1. Prinsip Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran kontekstual menurut Suprijono (2011: 80-81) adalah sebagai berikut. Pertama; saling ketergantungan, artinya prinsip ketergantungan merumuskan bahwa kehidupan ini merupakan suatu sistem. Lingkungan belajar merupakan sistem yang mengitegrasikan berbagai komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling mempengaruhi secara fungsional. Kedua; diferensiasi, yakni merujuk pada entitas-entitas yang beraneka ragam dari realitas kehidupan di sekitar siswa. Keanekaragaman mendorong berpikir kritis siswa untuk menemukan hubungan di antara entitas-entitas yang beraneka ragam itu. Siswa dapat memahami makna bahwa perbedaan itu rahmat. Ketiga; pengaturan diri, artinya prinsip ini mendorong pentingnya siswa mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya. Ketika siswa menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan pribadi mereka, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri.

Selanjutnya, Sumiati dan Asra (2009: 18) menjelaskan secara rinci prinsip pembelajaran kontekstual sebagai berikut: (1) menekankan pada pemecaham masalah; (2) mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan tempat kerja; (3) mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajar yang aktif dan terkendali; (4) menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa; (5) mendorong siswa belajar satu dengan lainnya dan belajar bersama-sama; dan (6) menggunakan penilaian otentik.

Lain halnya dengan Nurhadi, ia mengemukakan prinsip-prinsip pembelajara kontekstual yang perlu diperhatikan guru, yakni: (1) merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran mental sosial, (2) membentuk kelompok yang saling bergantung, (3) menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran yang mandiri, (4) mempertimbangkan keragaman siswa, (5) mempertimbangkan multi intelegensi siswa, (6) menggunakan teknik-teknik bertanya untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan masalah, dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi, (7) menerapkan penilaian autentik.

Merujuk pada prinsip-prinsip di atas, maka pembelajaran kontekstual berorientasi pada upaya membantu siswa untuk menguasai tiga hal, yakni: (1) pengetahuan, yaitu apa yang ada di pikirannya membentuk konsep, definisi, teori, dan fakta; (2) kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki untuk bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan; dan (3) pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaiman menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.

  1. Komponen Pembelajaran Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, ada beberapa komponen utama pembelajaran efektif. Komponen-komponen itu merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dalam pembelajaran kontekstul. Komponen-komponen dimaksud adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), permodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). (Nurhadi dalam Sagala, 2009: 88-91; Suprijono, 2011: 85).

  1. Konstruktivisme; yakni mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan atau keterampilan barunya. Sumiati dan Asra (2009: 15) mengemukakan lima elemen belajar konstruktivisme, yaitu: (a) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiating knowledge), (b) perolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge), (c) pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), (d) mempraktekkan pengetahuan (applyng knowledge), dan (e) melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut (reflecting knowledge).
  2. Bertanya; yakni mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Melalui proses bertanya, siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (a) menggali informasi, baik administrasi maupun akademik; (b) mengecek pemahaman siswa; (c) membangkitkan respon pada siswa; (d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; (e) mengetahui hal-hala yang sudah diketahui siswa; (f) memfokuskan pengetahuan siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; (g) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; dan (h) menyegarkan kembali pengetahuan siswa. (Sagala, 2009: 88).
  3. Menemukan; merupakan bagian inti dari pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil megingat seperangkat fakta-fakta, tetapi juga hasil dari menemukan sendiri.
  4. Masyarakat belajar; yaitu menciptakan masyarakat belajar (belajar daam kelompok). Hasil belajar diperoleh dari sharing antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu.
  5. Permodelan; menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Dengan adanya model, siswa akan lebih mudah meniru apa yang dimodelkan. Pemodel tidak hanya orang lain, guru atau siswa yang lebih mahir dapat bertindak sebagai model.
  6. Refleksi; dilakukan pada akhir pembelajaran. Refleksi merupakan upaya untuk melihat kembali, mengorganisir kembali, menganalisis kembali, mengklarifikasi kembali, dan mengevaluasi kembali hal-hal yang telah dipelajari.
  7. Penilaian sebenarnya; yaitu upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan pembelajaran. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa adalah proyek/kegiatan dan laporannya, PR, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis, dan karya tulis (Riyanto, 2010: 176).

  1. Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual jika menerapkan komponen utama pembelajaran efektif seperti yang diuraikan di muka. Oleh karena itu, seorang guru perlu mengetahui dan memahami penerapan pembelajara kontekstual itu sendiri. Sagala (2009: 92) dan Riyanto (2010: 168-169) menguraikan langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual sebagai berikut: (1) mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; (2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua pokok bahasan; (3) mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya; (4) menciptakan masyarakat belajar; (5) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran; (6) melakukan refleksi di akhir pertemuan; (7) dan melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Di sisi lain, berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD), penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut: (1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu siswa agar yang dipelajari bermakna; (2) Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, siswa berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru dari apa yang dipelajarinya; (3) Applyng, belajar menekankan pada proses pendemonstrasian pengetahuan yang dimiliki dalam kenteks dan pemanfaatannya; (4) Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar berkelompok, komunikasi interpersonal, atau hubungan intersubjektif; dan (5) Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru (Suprijono, 2011: 84).

  1. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional

Setidaknya terdapat 14 macam perbedaan antara Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional, yakni sebagai berikut:

Pembelajaran Kontekstual

  1. Menyandarkan pada pemahaman makna.
  2. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
  3. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
  4. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
  5. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
  6. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
  7. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
  8. Perilaku dibangun atas kesadaran diri (intrinsik).
  9. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
  10. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
  11. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
  12. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
  13. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
  14. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik, dengan berbagai cara.

Pembelajaran Tradisional

  1. Menyandarkan pada hapalan
  2. Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
  3. Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
  4. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
  5. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
  6. Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
  7. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar , ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
  8. Perilaku dibangun atas kebiasaan.
  9. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
  10. Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
  11. Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
  12. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrensik (dari luar).
  13. Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
  14. Hasil belajar umumnya hanya diukur melalui tes tertulis atau lisan.

  1.  Cara Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Pembelajaran Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya.

Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya. Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.

Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual.  Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya, di mana: Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya. Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut:

  1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Indikator Pencapaian Hasil Belajar.
  2. Nyatakan tujuan pembelajarannya.
  3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
  4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
  5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

BAB III

PENUTUP

  1. Simpulan

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan semirip mungkin dengan situasi “dunia nyata”. Melalui pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam pembelajaran tersebut haruslah ada kerjasama, menyenangkan, tidak membosankan, menggunakan berbagai sumber, terintegrasi, serta siswa kritis dan guru kreatif. 

Pembelajaran kontekstual berorientasi pada upaya membantu siswa untuk menguasai tiga hal, yakni: pengetahuan, kompetensi atau keterampilan, dan pemahaman kontekstual. langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual sebagai berikut: mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua pokok bahasan, mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya, menciptakan masyarakat belajar, menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, melakukan refleksi di akhir pertemuan, dan melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

  1. Saran

Guru hendaknya dapat memahami dengan baik konsep pembelajaran berbasis kontekstual sehingga dalam penerapannya dapat mendorong siswa aktif belajar. Hal yang dapat dilakukan guru yaitu : meningkatkan kreativitas dalam merancang atau memadukan model dan Metode pembelajaran dengan baik sehingga mampu membuat pembelajaran tersebut menyenangkan untuk siswa, selain itu kreativitas guru dalam menyajikan materi pelajaran juga harus ditingkatkan yaitu dengan mengkolaborasikan materi dengan kenyataan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga mempersiapkan sarana pembelajaran yang memadai sesuai dengan tujuan pembelajaran dengan tetap memperhatikan relevansinya dengan kenyataan di lapangan, memberikan motivasi pada siswa sebagai bentuk penguatan, baik berupa kata-kata maupun sikap, serta memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mengungkapkan ide-idenya.

DAFTAR PUSTAKA

Dalyana. 2012. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/ CTL) (Online) (http://myblogdalyana.blogspot.com/, diakses 28 September 2013)

Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Djahura, Dirman. 2012. Pembelajaran Kontekstual (Online) (http://dirman-djahura.blogspot.com/, diakses 28 September 2013)