LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
KONSEP FASOR, DAYA LISTRIK,
DAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA
NAMA PRAKTIKAN : Ayatullah AL HUSAINI
NIM : 15524073
HARI/TGL.PRAKT. : Kamis 3 Desember 2016
ASISTEN PRAKT. : M. DENNY P.
LAB.DASAR TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2015
LANDASAN TEORI
Dua gelombang sinusoidal yang memiliki frekuensi yang sama bisa memiliki perbedaan fase yang menyatakan perbedaan sudut di antara keduanya. Istilah "mendahului", "tertinggal", "sefase" dan "beda fase" digunakan untuk menunjukkan hubungan antara satu gelombang dengan gelombang yang lain. Namun pernyataan sebuah gelombang dalam bentuk matematika saja terkadang sulit untuk divisualisasikan, sehingga untuk menyatakan perbedaan sudut atau fase gelombang dapat dipresentasikan secara grafis menggunakan domain ruang atau fasor yang dibentuk oleh diagram fasor yang diperoleh dari metode vektor putaran.
Pada dasarnya metode vektor putaran atau rotasi disebut fasor, metode ini merupakan sebuah garis ukur yang menyatakan nilai arus bolak-balik yang memiliki nilai maksimum dan arah (fase) pada titik waktu tertentu.Fasor adalah metode pengukuran vektor yang memiliki ujung yang lancip pada salah satu panah yang menandakan nilai maksimum sebuah vektor (V atau I) dan badan panah sebagai penanda akhir putaran dari sebuah vektor.
Berikut ini contoh dua buah gelombang sinusoidal tegangan (V) dan arus (I). Pada kasus ini arus tertinggal dari tegangan sebesar φ = 30°.Tegangan mempunyai amplitudo Vm sedangkan arus mempunyai amplitudo Im.
Gambar Dua Buah Gelombang Sinusoidal yang Berbeda Fase
Persamaan tegangan dapat dituliskan dengan persamaan:
Sedangkan persamaan untuk arus:
Apabila dinyatakan dalam bentuk diagram fasor maka akan seperti berikut ini:
Gambar Representasi Dalam Diagram Fasor
Gambar fasor tersebut dapat digeser namun dengan panjang dan selisih fase yang sama seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 6.3. Penggambaran Lain Vektor Dalam Diagram Fasor
Daya pada arus bolak - balik terdiri dari 3 jenis macam yaitu:
1. Daya nyata atau daya aktif, yaitu daya akibat adanya beban resistif (R) pada rangkaian. Daya ini dinyatakan dengan persamaan,
(satuan = watt)
2. Daya reaktif, yaitu daya akibat adanya komponen beban kapasitif atau induktif di dalam rangkaian. Daya ini dinyataan dengan,
(satuan = var)
3. Daya semu, yaitu penjumlahan secara vektor daya nyata dan daya semu. Daya ini dinyatakan dengan,
(satuan = volt ampere)
Dengan, V = tegangan listrik (volt)
I = arus listrik (ampere)
R = resistansi (ohm)
X = reaktansi (ohm)
Z = impedansi (ohm)
θ = sudut komponen resistansi dengan impedansi
Dari ketiga macam daya di atas secara vektoris dapat dilukiskan seperti gambar di bawah ini yang dikenal dengan segitiga daya atau dapat dilukiskan dengan sifat bebannya yang dikenal dengan segitiga impedansi.
Gambar 6.4. Segitiga Daya Dan Segitiga Impedansi
Faktor daya (cosθ)adalah perbandingan antara daya nyata (P)dan daya semu(VA), dan dinyatakan dengan:
Faktor daya (cosθ) yang ideal berharga 1 yang berarti beban tersebut bersifat resistif murni atau dengan kata lain daya nyata sama besarnya dengan daya semu, daya reaktif sama dengan nol dan besar geseran sudut fase antara arus dan tegangan sama (sefase). Pada kenyataannya, banyak peralatan rumah tanggal yang bukan resistif murni atau mempunyai beban reaktansi, misalkan lampu TL, mixer roti, bleder, pompa air, dan vacum cleaner.Kita ambil contoh lampu tabung (TL), yang mempunyai faktor daya (cosθ) lebih kecil dari 1 karena didalamnya terkandung sebuah balast yang bersifat induktif.
Gambar 6.5. Konfigurasi Lampu TL
Karena terkandung beban induktif, maka agar cos θ bisa bertambah mendekati 1 perlu dipasang kapasitor paralel dengan baban. Sehingga gambar segitigadayanya terlihat pada gambar berikut ini dan besarnya kapasitor yang dipasang tergantung faktor daya beban yang diinginkan.
Gambar 6.6. Perubahan Daya Dalam Diagram Fasor
TUGAS MATERI
Arus atau tegangan sinusoida pada suatu frekuensi yang diketahui disifatkan
oleh hanya dua parameter, amplitudo dan sudut fase. Representasi kompleks dari
tegangan atau juga arus disaifatkan oleh kedua parameter yang sama ini. Misalnya,
bentuk sinusoida yang dimisalkan dari respons arus dalam contoh di atas adalah
I cos(ω t +θ ) m
dan representasi arus yang bersangkutan di dalam bidang kompleks adalah
j (ω t+φ )
mI e
Sekali Im dan φ sudah ditentukan, arus didefinisikan dengan tepat. Di seluruh
rangkaian linear yang beroperasi dalam keadaan tunak sinusoida pada frekuensi
tunggal ω, setiap arus dan tegangan dapat diberikan cirinya secara lengkap dengan
mengetahui amplitudo dan sudut fase. Lagi pula, representasi kompleks dari setiap
tegangan dan arus akan mengandung faktor e jωt yang sama. Faktor ini berlebihan,
karena sama untuk setiap kuantitas; faktor itu tidak mengandung informasi yang
berguna. Tentu, harga frekuensi dapat dikenal dengan pemeriksaan dari salah satu
faktor ini, tetapi akan lebih sederhana untuk seterusnya menuliskan harga frekuensi
dekat diagram rangkaian dan menghindari adanya informasi yang berlebihan di
seluruh penyelesaian. Jadi, kita dapat menyederhanakan sumber tegangan dan
respons arus dari contoh di atas dengan menyatakannya secara singkat sebagai
Vm atau Vmej0º dan φ j
mI e
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dian Widiastuti RANGKAIAN LISTRIK 7
Kuantitas-kuantitas kompleks ini biasanya dituliskan di dalam bentuk polar dan
bukan dalam bentuk eksponensial untuk mencapai penghematan waktu dan usaha.
Jadi, tegangan sumber
t V t m υ ( ) = cosω
kita nyatakan sekarang dalam bentuk kompleks sebagai
∠0° m V
dan respons arus
i(t) = I cos(ω t +φ ) m
Menjadi
∠φ m I
Representasi kompleks yang disingkat ini dinamai fasor.
Arus sinusoida riil,
i(t) = I cos(ω t +φ ) m
dinyatakan sebagai bagian riil sebuah kuantitas kompleks oleh identitas Euler
( ) = Re( j (ω t+φ )
mi t I e
Kemudian kita nyatakan arus sebagai kuantitas kompleks dengan menghilangkan
instruksi Re, jadi dengan menambahkan komponen imajiner kepada arus tanpa
mempengaruhi komponen riil; penyederhanaan selanjutnya adalah dicapai dengan
membuat faktor ejωt,
I = φ j
mI e
dan menuliskan hasil tersebut di dalam bentuk polar
I = ∠φ m I
Representasi kompleks yang disingkat ini adalah representasi fasor; fasor adalah
kuantitas kompleks sehingga dicetak dalam huruf tebal; fasor hanya mengandung
informasi amplitudo dan fase.
Proses dengan mana kita ubah i(t) ke dalam I dinamai transformasi fasor dari
daerah waktu ke daerah frekuensi. Langkah matematikanya adalah sebagai berikut :
1. Diberikan fungsi sinusoida i(t) di dalam daerah waktu, tuliskan i(t) sebagai
gelombang cosinus dengan sudut fase. Misalnya sin ωt harus dituliskan
sebagai cos (ωt – 90º ).
2. Nyatakan gelombang cosinus sebagai bagian riil kuantitas kompleks dengan
menggunakan identitas Euler.
3. Hilangkan Re.
4. Tekan ejωt.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dian Widiastuti RANGKAIAN LISTRIK 8
Sebagai contoh, kita transformasikan tegangan daerah waktu
( ) 100cos(400 30 ) o υ t = t −
Ke dalam daerah frekuensi. Ungkapan daerah waktu sudah dalam bentuk
gelombang cosinus dengan sudut fase, dan transformasi daerah waktu ke daerah
frekuensi dihasilkan dengan mengambil bagian riil dari representasi kompleks,
υ (t) = Re(100e j (400t−30°) )
dan membuang Re dan menekan ejωt,
V = 100∠− 30°
Dengan cara serupa, arus daerah waktu
i(t) = 5sin(377t +150°)
bertransformasi ke dalam fasor
I = 5∠60°
Sebelum kita meninjau analisis rangkaian dalam keadaan tunak sinusoida melalui
penggunaan fasor adalah perlu memperlajari bagaimana transformasi bisa dibalik
arahnya, kembali ke daerah waktu dari daerah frekuensi. Proses itu persis kebalikan
aturan yang diberikan di atas. Jadi, langkah terinci dalam transformasi daerah
frekuensi ke daerah waktu adalah sebagai berikut:
1. Diberikan arus fasor I dalam bentuk polar dalam bentuk frekuensi, tuliskan
ungkapan kompleks dalam bentuk eksponensial.
2. Sisipkan kembali (kalikan dengan) faktor ejωt.
3. Ganti operator bagian riil Re.
4. Dapatkan representasi daerah waktu dengan menggunakan identitas Euler.
Pernyataan gelombang cosinus yang dihasilkan dapat diubah menjadi
gelombang sinus, jika diinginkan, dengan menambahkan argumen dengan
90º.
Tegangan fasor
V = 115∠− 45°
Kita dapat menulis langsung ekivalen daerah waktu
υ (t) = 115cos(ω t − 45°)
Sebagai sebuah sinusoida, jawab tersebut dapat dituliskan
υ (t) = 115sin(ω t + 45°)
Pengertian Daya Listrik dan Rumus untuk Menghitungnya – Daya Listrik atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical Power adalah jumlah energi yang diserap atau dihasilkan dalam sebuah sirkuit/rangkaian. Sumber Energi seperti Tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik sedangkan beban yang terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut. Dengan kata lain, Daya listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit atau rangkaian listrik. Kita mengambil contoh Lampu Pijar dan Heater (Pemanas), Lampu pijar menyerap daya listrik yang diterimanya dan mengubahnya menjadi cahaya sedangkan Heater mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi panas. Semakin tinggi nilai Watt-nya semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya.
Sedangkan berdasarkan konsep usaha, yang dimaksud dengan daya listrik adalah besarnya usaha dalam memindahkan muatan per satuan waktu atau lebih singkatnya adalah Jumlah Energi Listrik yang digunakan tiap detik. Berdasarkan definisi tersebut, perumusan daya listrik adalah seperti dibawah ini :
P = E / t
Dimana :
P = Daya Listrik
E = Energi dengan satuan Joule
t = waktu dengan satuan detik
Dalam rumus perhitungan, Daya Listrik biasanya dilambangkan dengan huruf “P” yang merupakan singkatan dari Power. Sedangkan Satuan Internasional (SI) Daya Listrik adalah Watt yang disingkat dengan W. Watt adalah sama dengan satu joule per detik (Watt = Joule / detik)
Satuan turunan Watt yang sering dijumpai diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1 miliWatt = 0,001 Watt
1 kiloWatt = 1.000 Watt
1 MegaWatt = 1.000.000 Watt
Rumus umum yang digunakan untuk menghitung Daya Listrik dalam sebuah Rangkaian Listrik adalah sebagai berikut :
P = V x I
Atau
P = I2R
P = V2/R
Dimana :
P = Daya Listrik dengan satuan Watt (W)
V = Tegangan Listrik dengan Satuan Volt (V)
I = Arus Listrik dengan satuan Ampere (A)
R = Hambatan dengan satuan Ohm (Ω)
CONTOH SOAL 1
Penyelesaiannya
Diketahui :
V = 220V
I = 1,2A
P = ?
Jawaban :
P = V x I
P = 220V x 1,2A
P = 264 Watt
Jadi Televisi LCD tersebut akan mengkonsumsi daya listrik sebesar 264 Watt.
Seperti yang terlihat pada rangkaian dibawah ini hitunglah Daya Listrik yang dikonsumsi oleh Lampu Pijar tersebut. Yang diketahui dalam rangkain dibawah ini hanya Tegangan dan Hambatan.
Penyelesaiannya
Diketahui :
V = 24V
R = 3Ω
P = ?
Jawaban :
P = V2/R
P = 242 / 3
P = 576 / 3
P = 192W
Jadi daya listrik yang dikonsumsi adalah 192W.
Dalam contoh kasus II, variabel yang diketahui hanya Tegangan (V) dan Hambatan (R), jadi kita tidak dapat menggunakan Rumus dasar daya listrik yaitu P=VI, namun kita dapat menggunakan persamaan berdasarkan konsep Hukum Ohm untuk mempermudah perhitungannya.
Hukum Ohm :
V = I x R
Jadi, jika yang diketahui hanya Arus Listrik (I) dan Hambatan (R) saja.
P = V x I
P = (I x R) x I
P = I2R –> dapat menggunakan rumus ini untuk mencari daya listrik
Sedangkan penjabaran rumus jika diketahui hanya Tegangan (V) dan Hambatan (R) saja.
P = V x I
P = V x (V / R)
P = V2 / R –> dapat menggunakan rumus ini untuk mencari daya listrik
CONTOH SOAL 3
Solusi:
3.PERBAIKAN FAKTOR DAYA
Faktor daya atau faktor kerja adalah perbandingan antara daya aktif (watt) dengan daya semu/daya total (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya semu/daya total (lihat gambar 1). Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil atau sama dengan satu.
Secara teoritis, jika seluruh beban daya yang dipasok oleh perusahaan listrik memiliki faktor daya satu, maka daya maksimum yang ditransfer setara dengan kapasitas sistim pendistribusian. Sehingga, dengan beban yang terinduksi dan jika faktor daya berkisar dari 0,2 hingga 0,5, maka kapasitas jaringan distribusi listrik menjadi tertekan. Jadi, daya reaktif (VAR) harus serendah mungkin untuk keluaran kW yang sama dalam rangka meminimalkan kebutuhan daya total (VA).
Faktor Daya / Faktor kerja menggambarkan sudut phasa antara daya aktif dan daya semu. Faktor daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban tinggi. Perbaikan faktor daya ini menggunakan kapasitor.
Kapasitor untuk Memperbaiki Faktor Daya Faktor daya dapat diperbaiki dengan memasang kapasitor
pengkoreksi faktor daya pada sistim distribusi listrik/instalasi listrik di pabrik/industri. Kapasitor bertindak sebagai pembangkit daya reaktif dan oleh karenanya akan mengurangi jumlah daya reaktif, juga daya semu yang dihasilkan oleh bagian utilitas.
Faktor Daya Listrik merupakan salah satu materi yang harus dikuasai oleh mahasiswa teknik elektro. Permasalahan faktor daya sangat menentukan kualitas dan efektivitas pemanfaatan energi listrik. Kurangnya pemahaman tentang faktor daya listrik menyebabkan sistem tenaga listrik tidak dapat bekerja secara optimal dan menimbulkan biaya-biaya yang seharusnya dapat ditekan…
Postingan berikut ini akan membahas tentang contoh perhitungan perbaikan faktor daya. Nah bagi yang belum familiar dengan perhitungan perbaikan faktor daya listrik dapat melihat contoh sbb:
Sudut phi dapat dihitung dengan calculator atau pakai MS Excell atau dapat dilihat pada tabel Trigonometri.
Cara menghitung adalah sbb:
Cos phi1 = 0,4 maka sudut phi1 = 1,159 radian
Cos phi2 = 0,93 maka sudut phi2 = 0,395
Sehingga tan phi1 = 2,291 dan tan phi2 = 0,395
CONTOH SOAL
PEMBAHASAN PRAKTIKUM
Pengukuran Arus dan Tegangan dengan Multimeter
Pengamatan | di R | di L | di C |
Tegangan | 0,003v | 0,38V | 0,001V |
Arus | 0,001m A | 0,002mA | 0,002mA |
Pengamatan Bentuk Sinyal Tegangan dengan CRO (Cathode Ray Oscilloscope)
Titik V dan W
CH 1
Time Div = 500 µs
Volt Div = 1V
CH 2
Time Div = 500 µs
Volt Div = 1V
Perhitungan Ch 1
Diketahui :
Volt/div = 500 µs
Time/Div = 1V
V = kotak keatas X Volt/div
V=2x1= 2Volt/kotak
T=kotak kesampingxTime/div
T=5x500 =2500
T=1/f=1/2500 µs=1/2500x10^-6=1000000/2500=400Hz/kotak
ANALISA
Gambar tersebut adalah bentuk gelombang magnet yang dihasilkan dititik V dan W, pada setiap kotak kesamping terdapat 400Hz/kotak, maka nilai Time Div adalah 500 µs. Sedangkan pada setiap kotak keatas terdapat 2V, maka nilai Volt Div adalah 1V
KESIMPULAN
Referensi
Modul pratikum DTE unit V
http://muhal.wordpress.com