Published using Google Docs
Najib Banawi.docx
Updated automatically every 5 minutes

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG DEBIT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SDNEGERI GENENGSARI 03 KECAMATAN POLOKARTO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh:Najib Banawi

SDNegeri Genengsari 03, Polokarto, Mojolaban.

ABSTRAK

Tujuan   Penelitian   Tindakan   Kelas   ini   adalah   untuk   meningkatkan kemampuan menghitung debit dengan pendekatan kontekstual.Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Genengsari 03 Kecamatan Polokarto Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Kelas VI selama  3 bulan dari bulan September sampai   dengan   Nopember 2014.   Untuk   mencapai   tujuan   tersebut   penelitian   ini dilaksanakan dalam dua siklus. Prosedur dalam setiap siklus mencakup tahap-tahap: Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi dan Refleksi. Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Genengsari 03, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus diperoleh hasil   bahwa hasil rerata tes kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung debit pada kondisi awal 59,50 dengan tingkat ketuntasanmengajar 55%, pada siklus I nilai rerata 64,25 dengan tingkat ketuntaan mengajar 75%, pada siklus II nilai rerata 67,75 tingakat ketuntasan mengajar 100%. Peningkatan hasil rerata tes menujukan bahwa nilai terebut telah mencapai tujuan.Berdasarkan tindakan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatakan kemampuan menghitung debit pada siswa kelas VI SD Negeri Genengsari 03, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.

Kata Kunci: debit, kemampuan, menghitung, kontekstual.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pelajaran matematika di sekolah dasar sering kali menjadi momok yang menakutkan bagi peserta didik, hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan dan ketertarikan peserta didik  pada   mata   pelajaran  matematika   khususnya   materi  dengan kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan debit. Salah satu factor yang menyebabkan kurangnya kemampuan peserta didik adalah pengetahuan dasar yang dimiliki peserta didik tentang satuan waktu dan volume yang kurang difahami peserta didik serta suasana kelas yang pasif dan tegang karena sebagian besar peserta didik terlanjur menganggap bahwa pembelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit.

Pembelajaran matematika disekolah dasar negeri Genengsari 03 kelas VI pada materi dengan kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan debit, peserta didik mengalami kesulitan terlihat dari kemampuan yang rendah dan nilai yang diperoleh dibawah kriteria ketuntasan minimal. Hal ini menjadi sesuatu yang  memerlukan perhatian lebih,dari jumlah 20 peserta didik,ada 11 (55%) peserta didik yang sudah mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal,sedangkan  9 pesertadidik lainya (45%) belum mencapai KKM.

Pelaksanan proses pembelajaran matematika untuk sekarang ini pada umumnya guru masih menjadi pusat didalam kelas,menggunakan alat peraga  yang minim, tanpa model pembelajaran  yang kreatif daninovatif  hanya  menggunaakan metode ceramah  sehingga  peserta  didik menjadi pasif hanya datang duduk dan mendengarkan. Guru hanya memberitahukan   konsep dan peserta didik menerima bahan jadi. Proses pembelajaran adalah fenomenayang kompleks.

Kurangnya kemampuan peserta didik terhadap pelajaran matematika, akan menghambat proses pembelajaran. Rendahnya kemampuan peserta didik terhadap pelajaran matematika, belum tentu sumber kesalahannya terletak pada diri peserta didik. Ketrampilan guru menyampaikan materi yang kurang memadai dapat meyebabkan kelas menjadi tidak menarik dan cenderung membosankan peserta didik. Suara guru yang kurang keras, sikap guru yang kurang tegas,metode pembelajaran yang kurang tepat, atau posisi guru saat mengajar banyak duduk dapat membawa suasana yang tidak menarik perhatian. Selain itu cara guru berhubungan dengan peserta  didik juga sangat menentukan. Guru yang suka marah, mengejek,  jarang tersenyum,  atau  kurang  adil dapat membuat peserta didk menjadi takut dan tidak senang, yang dapat bermuara pada menurunnya kemampuan peserta didik.

Permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran pada kelas VI sekolah dasar Genengsari 03 adalah karena alokasi waktu yang kurang, mengingat materi matematika yang banyak dan pengetahuan dasar tentang satuan waktu dan volume belum dikuasai oleh peserta didik. Sebagiguru kelas VI guru seolah dikejar materi yang banyak sehingga guru banyak yang melaksanakan system drill. Selain alokasi waktu yang kurang,ternyata motivasi peserta didik terhadap proses pembelajaran matematika sangat rendah.

Mengingat kurangnya motivasi dalam diri peserta didik maka sebagai seorang guru harus dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memperhatikan materi pembelajaran dan memiliki rasa ingin tahu terhadap materi yang diberikan.Pembelajaranmatematikahendaknya dimulai   dengan   pengenalan   masalah  yang   sesuai   dengan   situasi (contextual problem).Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik  secara   bertahap  dibimbing   untuk   menguasai  konsep  dasar matematika tentang satuan waktu dan vo lume.Dengan peserta didik dapat menguasai  materi  maka peserta didik  diharapakan  dapat  menggunakan daya nalarnya untuk memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan satuan debit.

Model pemebelajran CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan dapat mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membuat hubungan antara pengetahuan  atau konsep yang telah dimiliki oleh peserta didik serta penerapannya dalam kehidupan sehari- hari, maka peserta didik akan mudah memahami konsep. Dengan model pembelajaran CTL maka peserta didik akan bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik semata. Sehingga pengetahuan dan ketrampilan yang diperloh datang dari proses penemuan sendiri  dan  bukan  dari  “apa   kata  guru”.  Pendekatan  kontekstual merupakan strategi yang dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktifdan bermakna,tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Dengan peserta didik diajakbekerja dan mengalami, peserta didik akan mudah memahami konsep suatu materi dan nantinya diharapkan peserta didik dapat menggunakan daya nalarnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada,sehingga penelit imerasa pelu melaksanakan  penelitian tindakan kelas.

Dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi di sekolah dasar negeri Genengsari 03 maka peneliti tertarik melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghitung Debit melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas VI SD Negeri Genengsari 03 Kecamatan Polokarto Tahun Pelajaran 2014/2015”. Denganmelaksanakan penelitian tindakan kelasini  peneliti berharap dapat menciptakan atau mengkondisikan adanya perubahan proses pembelajaran yang lebihbaik dan lebih berdayaguna(efektif)dari padakondisi-kondisisebelumnya.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:“ApakahPenerapanPendekatanKontekstual dapatMeningkatkan Kemampuan Menghitung Debit pada Peserta Didik KelasVI SD Negeri Genengsari 03Tahun2014/2015?”

Tujuan Penelitian

Merujuk pada perumusan masalah yang sudah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:meningkatkan kemampuan menghitung debit pada peserta didik kelas VI SDNegeri Genengesari 03 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo dengan pendekatan kontekstual.

Manfaat Penelitian

  1. Bagi PesertaDidik
  1. Dapat meningkatkan kemampuan belajar peseta didik khususanya tentang materi menghitung debit.
  2. Dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik
  1. Bagi guru
  1. Hasil penelitian ini dapat membantu guru memperbaikai proses pembelajaran matematika yang menjadi tanggung jawabnya.
  2. Dapatmenambah wawasan dan pemahamanguru mengenai pembelajaranmatematika denganmodelpendekatan kontekstual dalamimplementasinyadalampembelajaranmenghitungdebitdi kelas.
  1. Bagi sekolah
  1. Membantu tercapainyatujuan pendidikan di sekolah
  2. Meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru secara umum
  3. Meningkatkan     kompetensi     lulusan     sehingga     kridebilitas sekolahnya meningkat.

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

  1. Kajian Teori
  1. Menghitung

Menurut DalsS Naya (1985:1), mengatakan bahwa berhitung sudah  dikenal   orang   Yunani   sejak   awal   Tarikh   Masehi   dan menanamkan   berhitung   sebagai   aritmatika   sesuai   istilah   yangditurunkan dari kata-kata aritms yang berarti bilangan dan teche yangberari ilmu pengetahuan, Keterampilan berhitung mutlak diperlukan eserta didik karena keterampilan berhitung akan digunakan dalam menyelesaikan soal  matematika  yang  kompleks.

  1. Istilah Debit

Debit adalah kecepatan aliran cairan selama waktu tertentu menurut (Teguh Purwanti, dkk 2004:59).Menurut Buchori Juma didalam Matematika kelas6 (2007:22) mengatakan  debit  adalah  perbandingan  antara banyak  volume air dengan selang waktu tertentu. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa debit adalah kecepatan atau perbandingan aliran air dengan selang waktu tertentu.

  1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

Perkembangan ilmu matematika sangat pesat baik materi maupun kegunaan, hal ini diiringi juga dengan adanya pembaruan dalam kurikulum dalam pembelajaran di sekolah dalam rangka meningkatkan kualitaspendidikan. Dalamrangkamencapaitujuan pembelajaran saat ini mulai bermunculan penemuan atau pengembangan strategipembelajaran. Strategi pembelajaranyang saat ini  berkembang  adalah  strategi  pemebelajaran  dengan pendekatan kontekstual di Belanda  pembelajaran ini dikenal dengan nama Realistic Mathematics Education (RME) sedangkan diAmerika lebih dikenal dengan sebutan Contextual Teachingand Learning (CTL).

Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang  diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga (Nurhadi, 2003).MenurutJohnson(2002) menyatakanbahwa Contextual Teaching andLearning (CTL)adalahsebuahperusespendidikan yang  bertujuan menolong  para peserta didik melihat makna di dalammateriakademikdengan kontekskehidupan kesehari-harian merekayaitu dengan konteks keadaan pribadi sosial dan budaya.

Menurut Nurhadi (2004:12) disebutkan tentang beberapa terjemahan definisi pembelajaran kontekstual sebagai berikut: Sistem CTL merupakan proses pendidikan yang bertujuan membantu   peserta didik melihat   makna   dalam   bahan pekerjaan yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari  yaitu dengan kontek lingkungan, pribadinya, sosialnya, dan budayanya. Untuk mencapai tujuan tersebut system CTL akan menuntun peserta didik melalui komponen utama CTL yaitu melakukan hubungan yang  bermakna, menegerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja sama mencapai standar yang tinggi dan assesmenautentif.

Kesimpulan dari pembeljaran CTL adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara penegetahuan yang dimiliki dengan penerapannya  dalam  kehidupan mereka sehari-hari,sementara peserta didik memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatasi sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Kerangka Pemikiran

Mempelajari matematika bagi peserta didik SD pada dasarnya adalah suatu momok yang menakutkan. Hal ini terlihat pada kemampuan yang rendah pada materi menghitung debit pada peserta didik itu sendiri, alokasi waktu yang kurang, kurangnya pengetahuan dasar tentang operasi hitung, kurangnya pemahaman dasar tentang satuan waktu dan volume, alat peraga yang kurang serta pembelajarannya yang hanya berpusat pada guru.

Dengan pendekatan kontekstual yang diharapkan mampu merangsang kemampuan dan rasa senang belajar matematika khususnya menghitung debit karena peserta didik dapat mengalami dan menemukan sendiri secara nyata dalam kehidupan sehari-hari bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik. Dengan pendekatan kontekstual diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menghitung debit pada mata pelajaran matematika kelas VI SD Negeri Genengsari 03 tahun 2014/2015. Berdasarkan uraian di atas,dapat dibuat sekema kerangkaberfikir sebagi berikut:

Hipotesis Tindakan

Berdasarkanlandasanteoridankerangka berfikir,maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: Dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menghitungdebit padaKelas VISD Negeri Genengsari 03 tahun 2014/2015.        

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Genengsari 03Kecamatan Polokarto,Kabupaten Sukoharjo, yaitu pada siswa kelasVIsemester Itahun pelajaran 2014/2015. Pemilihan lokasi dilandasi adanya alasan bahwa peneliti merupakan guru di sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian tindakan yang dilakukan.Penelitian ini dilakukan pada semester I tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu mulai bulanSeptember sampai dengan bulan Nopember 2014.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah kelas VI semester I SD Negeri Genengsari 03. Penetapan subjek dilandasi adanya kenyataan bahwa siswa di kelas tersebut mempunyai hasil belajar yang rendah dalam pembelajaran Matematika khususnya materi debit, sehingga memerlukan perbaikan dalam pembelajaran.

Sumber Data

Pengumpulandata diperoleh dari berbagai sumber:

  1. Narasumberterdiri dari guru danpesertadidik kelas VI SD Negeri Genengsari 03, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.
  2. HasilPengamatan Pelaksanaan Pembelajaran
  3. Hasil Tes Belajar

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik dokumen, tes, dan observasi. Teknik dokumen, digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar nama siswa kelas VIsemesterI dan hasil belajar siswa, yang akan menjadi subjek penelitian sebelum dilakukan tindakan.Observasi, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pengambilan data dilakukan  dengan  pengamatan  langsung  di  kelas  mengenai  kondisi siswa. Hasil observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupa sistem penilaian afektif siswa.Tes,  digunakan  untuk  memperoleh  data  hasil  belajar  siswa  (aspek kognitif) yang dilakukan setelah tindakan dengan metode eksperimen. Teknik pengumpulan data ini dengan cara melakukan post-test di akhir pembelajaran melalui tes tertulis.

Validasi Data

Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data kualitatif yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, digunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Trianggulasi  data,  yaitu  memanfaatkan  data-data  sejenis  dari  data  yang berbeda dan data yang sudah ada. 2) Trianggulasi  sumber,  yaitu  mengumpulkan  data  sejenis  dari  sumber  yang

Teknik Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif.Data  kuantitatif  berupa  hasil  belajar  kognitif,  dianalisis  dengan  menggunakan  teknik  analisis  deskriptif  dengan  menentukan   presentasi ketuntasan belajar dan mean (rata-rata) kelas.  Adapun  penyajian  data  kuantitatif  dipaparkan  dalam  bentuk presentasidan angka dengan mengacu pada referensi Aqib (2010) sebagai berikut:Teknik analisis kualitatif model alur, meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Milles & Huberman, 1989 dalam Zainal Aqib, 2008).

Indikator Kinerja

Keberhasilan dalam penelitian ini diukur berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut:

  1. Siswa dianggap mencapai ketuntasan belajar apabila sudah memperoleh nilai >60.00.
  2. Pembelajaran dianggap berhasil  apabila siswa sudah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata kelas >60.00.
  3. Pembelajaran dianggap berhasil apabila tingkat penguasaan penuh secara klasikal > 75%, atau jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar adalah sebesar > 75% dari jumlah siswa.

Prosedur Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan oleh peneliti secara langsung,, yaitu penelitian yang bertujuan memberikan sumbangan nyata peningkatan profesionalisme guru, menyiapkan pengetahuan, pemahaman dan wawasan tentang perilaku guru pengajar dan murid belajar. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatankualitatif, sebab dalam melakukan tindakan kepada subjek penelitian sangat diutamakan adalah mengungkap makna yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar melalui tindakan yang dilakukan sebagimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1998) sebagaimana dikutip oleh Sutama (2012: 164). Sifat PTK yang dilakukan adalah kolaboratif partisipatoris, yakni kerjasama antara peneliti dengan praktisi di lapangan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  1. Deskripsi Kondisi Awal

Pembelajaran matematika di SD Negeri Genengsari 03 kelas VI pada materi dengan kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan debit, peserta didik mengalami kesulitan terlihat dari kemampuan yang rendah dan nilai yang di bawah kriteria ketuntasan  minimal.  Hal  ini  menjadi  sesuatu  yang  memerlukan perhatian lebih karena dari jumlah  20 peserta didik, 11  (55%) peserta didik yang sudah  mampu  mencapai  kriteria  ketuntasan  minimal,  sedangkan 9 peserta didik lainya (45%) belum mencapai KKM. Data hasil belajar siswa dapat disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2

                Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal

No.

Ketuntasan

Jumlah

%

1.

Tuntas

11

55%

2.

Tidak Tuntas

9

45%

Jumlah

20

100.00%

Nilai Rata-rata

59,50

Nilai Tertinggi

80.00

Nilai Terendah

40.00

Tabel di atas dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini:

Grafik 1. Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal

Deskripsi Siklus I

Pada waktu peserta didik melakukan pengamatan dengan menghitung debit air pada kran sekolah yang diisikan ke dalam ember pada peserta didik terlihat masih kurang siap. Peserta didik belum benar-benar tahu akan pentingnya pemahaman dalam menghitung debit serta ketelitian waktu yang digunakan dan penghitungan volume yang kurang akurat.Peserta didik yang masih kesulitan mengenai hubungan antara satuan luas, waktu dan volume, kecepatan dan debit dalam penghitungan atau pemecahan masalah dan peserta didik yang berani bertanya jumlahnya sedikit sehingga informasi yang didiapatkan pun sangat kurang. Berikut hasil pembelajaran menghitung debit pada siklus II disajikan dalam table berikut:

Tabel 4

                Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Siklus I

No.

Ketuntasan

Jumlah

%

1.

Tuntas

15

75%

2.

Tidak Tuntas

5

25%

Jumlah

20

100.00%

Nilai Rata-rata

64,25

Nilai Tertinggi

80.00

Nilai Terendah

50.00

        

Tabel di atas dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini:

Grafik 2. Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Siklus I

  1. Deskripsi Tindakan Siklus II

Hasil  observasi  pada  siklus  II dapat  dideskripsikan  bahwa  peserta didik dapat melakukan pengamatan dengan baik dengan peningkatan kemampuan menghitung dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan satuan debit. Dalam berdiskusi peserta didik juga telah mampu memanfaatkan waktu dengan baik, peserta didik sering bertanya kepada guru maupun teman kelompok diskusi baik penghitungan debit air dalam percobaan maupun maupun kesulitan mengenai hubungan antar satuan luas, waktu dan volume, kecepatan  dan  debit  dalam  penghitungan  atau  pemecahan  masalah  pada lembar  kerjasama  pada  lembar kerja siswa  (LKS)  karena  dalam  setiap kelompok memang ada dua atau tiga peserta didik yang sudah menguasai tentang hubungan antar satuan luas, waktu dan volume, kecepatan dan debit. Berikut hasil pembelajaran menghitung debit pada siklus II disajikan dalam table berikut:

        Tabel 5

                Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Siklus II

No.

Ketuntasan

Jumlah

%

1.

Tuntas

20

100%

2.

Tidak Tuntas

50

0%

Jumlah

20

100.00%

Nilai Rata-rata

67,75

Nilai Tertinggi

90.00

Nilai Terendah

60.00

Tabel di atas dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini:

Grafik 3. Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Siklus II

PEMBAHASAN

Siklus I

Deskripsi siklus I menunjukan bahwa proses pembelajaran belum   berjalan   dengan   baik.   Peserta   didik   belum   memahami bagaimana menghitung dan memecahkan masalah yang melibatkan satuan debit. Kurangnya pemanfaatan waktu oleh peserta didik dan sebagian besar peserta didik masih mengalami kesulitan mengenai hubungan antara satuan luas, waktu dan volume, kecepatan dan debit dalam penghitungan dan pemecahan masalah namun jumlah peserta didik yang mau bertanya jumlahnya sangat sedikit sehingga guru tidak menjelaskan lagi ataupun memantapkan materi yang dianggap kurang jelas karena informasi yang didapatkan sangat sedikit. Berdasarkan hasil tes kemampuan menghitung debit dapat diketahui  rerata  kelas  sebesar  67.75  Sejumlah  5  peserta  didik mendapat nilai kurang dari kriteria ketuntasan minimal atau KKM yaitu  60.  Sebanyak  21  peserta  didik  mendapat  nilai  sesuai  dengan KKM yaitu 60 atau lebih.

Pada  siklus  II  perlu  mendapatkan  perhatian  sebagai  tindak lanjut dari siklus I adalah dengan memperbanyak tempat penampungan air  saat  melakukan  pengamatan.  Penggunaan  waktu  yang  kurang efektif dapat ditindak lanjuti dengan pengarahan pada peserta didik untuk  menggunakan  waktu  dengan  sebaik-baiknya,  dalam pembelajaran peserta didik perlu diberi penekanan untuk bertanya jika masih   ada   kesulitan   dalam   pembelajaran   khususnya   mengenai hubungan antar satuan luas, waktu dan volume, kecepatan dan debit dalam pemecahan masalah baik kepada guru maupun kepada teman- temannya yang dianggap mampu. Peran guru dalam memberikan bimbingan dan arahan pada waktu percobaan dan diskusi kelompok sangat membantu peserta didik.

Siklus II

Pada siklus II, pembelajaran telah diikuti peserta didik dengan baik. Adanya peningkatan kemampuan dalam menghitung debit dan memecahkan masalah yang bekaitan dengan satuan debit. Demikian juga  saat  melakukan  diskusi  kelompok  para  peserta  didik  sudah mampu bertanya dan memberi tanggapan kepada kelompok lain.Jika diukur dengan indikator kinerja dalam mengikuti pembelajaran menghitung debit meningkat dibandingkan dengan pembelajaran atau tindakan sebelumnya. Peserta didik tampak aktif mengikuti proses pembelajaran. Hanya saja dalam berdiskusi masih perlu mendapatkan bimbingan dan arahan   serta   lebih   banyak   latihan   soal   untuk   meningkatkan kemampuan dalam menghitung debit.

Berdasarkan hasil tes kemampuan menghitung debit siklus II ini dapat diketahui rerata kelas sebesar 67,75. Tidak ada peserta didik mendapat nilai kurang dari kriteria ketuntasan menagjar atau KKM yaitu  60.  Sebanyak  20  peserta  didik  mendapat  nilai  sesuai  dengan KKM yaitu 60 atau lebih.Hal ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas ini sudah berhasil dilaksanakan karena peserta didik yang mendapatkan nilai diatas kriteria ketuntasan mengajar minimal 75 %, dengan nilai rata- rata tes hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran menghitung debit ini di atas atau sama dengan kritria ketuntasan mengajar. Mengacu pada ketiga indikator kinerja yakni : 1) Siswa dianggap mencapai ketuntasan belajar apabila sudah memperoleh nilai > 60.00.2) Pembelajaran dianggap berhasil  apabila siswa sudah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata kelas > 60.00.3)  Pembelajaran dianggap berhasil apabila tingkat penguasaan penuh secara klasikal > 75%, atau jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar adalah sebesar > 75% dari jumlah siswa.Maka tindakan yang dilakukan cukup sampai siklus II.

Untuk melihat peningkatan nilai rata-rata menghitung debit melalui pendekatan  kontekstual  pada  kelas  VI  SD  Negeri  Genengsari 03 Tahun 2014/2015, pada pelaksanaan Kondisi awal/Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II dapat digambarkan sebagai berikut

Tabel 8

Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II

        No.

Ketuntasan

Awal

Siklus I

Siklus II

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

1.

Tuntas

11

55

15

75

20

100

2.

Belum Tuntas

9

45

5

25

0

0

Jumlah

        20

100.00

20

        100.00

20

100.00

Nilai Rata-rata

59,50

64,25

67,75

Nilai Tertinggi

80.00

80.00

90.00

Nilai Terendah        

40.00

50.00

60.00

Tabel di atas dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini:

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh tersebut, maka hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa “Dengan menggunakan  pendekatan  kontekstual  dapat  meningkatkan  kemampuan menghitung debit pada Kelas VI SD Negeri Genengsari 03 tahun 2014/2015” terbukti kebenarannya.

P E N U T U P

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua siklus dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menghitung debit pada peserta didik kelas VI SD Negeri Genengsari 03 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Pada Pra siklus nilai rata-rata kemampun menghitung   debit pada peserta didik 59,50 dengan tingkat ketuntasan mengajar 55%, pada siklus I nilai rerata peserta didik 64,25 dengan tingkat ketuntasan mengajar 75%. Pada siklus II dengan nilai rerata peserta didik 67,75 dengan ketuntasan mengajar 100%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, selanjutnya dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

  1. Bagi Siswa
  1. Para peserta didik sekolah dasar khususnya kelasVI  dapat meningkatkan kemampuan belajark hususnya materi tentang menghitung debit
  2. Para peserta didik sekolah dasar khususnya kelas  VI  dapat meningkatkan prestasi belajar.
  1. Bagi Gurus
  1. Para guru khususnya guru sekolah dasar kelas VI dapat menerapkan pendekatan kontekstual dalam rangka peningkatan kemapuan menghitung debit.
  2. Para guru khususnya gurus ekolah dasar kelas VI perlu lebih meningkatkan pemahaman dan wawasannya tentang pendekatan kontekstual sehingga dalam pengimplementasiannya dapat berjalan baik.
  1. Bagi Sekolah
  1. Sekolah perlu mengupayakan peningkatan profesionalisme guru (melalui penelitian-penelitian) yang berkaitan mengenai model- model pembelajaran, khususnya mengenai implementasi pendekatan kontekstual
  2. Sekolah perlu mengupayakan ketersediaan fasilitas yang dapat menopang terselengaranya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konteksual

DAFTAR PUSTAKA

Aunurohmandkk,2009,PenelitianPendidikanSD,Jakarta,DirektotarJenderalPendidikanTinggiKementerianPendidikanNasional.

Buchori, ErnaJuliatun,2007, GemarBelajarMatematka6, Surakarta, AnekaIlmu

Depdiknas, 2002, PendekatanKontekstual(Contextual Teaching and Learning), Jakarta,Depdiknas

Depdiknas, 2006, PermendiknasNo 22 StandarIsi, Jakarta. Depdiknas

DinasPendidikanPemudadanOlahragaKabupatenPemalang,2006,KurikulumTingkat SatuanPendidikanSekolahDasar, Pemalang, SD Negeri01 Majalangu.

DinasPendidikanPemudadanOlahragaKabupatenSuloharjo,2007,SilabusKurikulumKelasVI  SD  , Pemalang, DinasPendidikanPemudadanOlahragaPemalang

SyaifulBahriDjamarah,Aswan Zain, 1995, StrategiBelajarMengajar, Jakarta, RinekaCipta

SumantriMulyan,PermanaJohar,2001,StrategiBelajarMengajar,Bandung :CV.Maulana

Sugiyanto, 2008, Model-model PembelajaranInofatif. SurakartaPLPG.

TheLiangGie, 1992, PengantarDuniaKarang-Mengarang, Yogyakarta,Liberty

TeguhPurwanti, dkk, 2004, Matematika 6, Jakarta, BumiAksara

Oleh:Najib Banawi, A. Ma. Pd

SDNegeri Genengsari 03, Polokarto, Mojolaban.

NIP. 19610704 198508 1 003