LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
HUKUM OHM, KIRCHOFF, DAN JEMBATAN WHEATSTONE
NAMA PRAKTIKAN : Ayattulllah Al Husaini
NIM : 15524073
HARI/TGL.PRAKT. : Kamis 1 oktober 2015
ASISTEN PRAKT. : Ramol
LAB.DASAR TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2015
LANDASAN TEORI
Bunyi hukum Ohm adalah :
Tegangan (E) antara ujung ujung sebuah penghantar adalah sebanding dengan arus (I) yang melaluinya. Atau diwujudkan dengan persamaan:
Contoh rangkaian seri hukum ohm
Tegangan pada ujung-ujung resistor R1 dinyatakan dengan V1 adalah
Tegangan pada ujung-ujung resistor R2 dinyatakan dengan V2 adalah
Tegangan pada ujung-ujung resistor R3 dinyatakan dengan V3 adalah
Nilai tegangan keseluruhan sama dengan penjumlahan dari tegangan di masing-masing hambatan, atau
Contoh rangkaian paralel hukum ohm
Tegangan pada ujung-ujung resistor R1 dinyatakan dengan V1 adalah
Tegangan pada ujung-ujung resistor R2 dinyatakan dengan V2 adalah
Tegangan pada ujung-ujung resistor R3 dinyatakan dengan V3 adalah
Nilai arus keseluruhan sama dengan penjumlahan dari arus di masing-masing hambatan, atau
2. Hukum Kirchoff
Bunyi Hukum kirchoff 1 : Jumlah aljabar kuat arus yang menuju suatu titik cabang rangkaian listrik = jumlah aljabar arus yang meninggalkan titik cabang tersebut, atau:
(3.6)
Bunyi hukum kirchoff 2 : Jumlah aljabar penurunan tegangan pada rangkaian tertutup (loop) menuruti arah yang ditentukan sama dengan nol
Maka pada loop berlaku persamaan:
3. Jembatan Whetstone
Jembatan Wheatstone merupakan untai elektronik yang banyak digunakan pada alat ukur
Persamaan tegangan keluaran dapat dihitung dengan persamaan:
(3.10)
Saat nilai hasil perkalian R1 x R3 = R2 x R4, maka beda potensial Vo = 0V. Kondisi jembatan Wheatstone ini disebut setimbang (balance).
HASIL PERCOBAAN PRAKTIKUM
DATA HASIL PERCOBAAN
R = 1kΩ, V = 6VDC.
Arusterukur: ……5.5.m A
Arus hasil perhitungan dengan hukum Ohm: …6.. mA
R1 = 1kΩ, R2 = 3,3kΩ, dan R3 = 2,7kΩ. Tegangan sumber 6VDC.
Hasilpengukuran :
Teganganpada R1 = …….1.25 V Aruspada R1 = ………1.6A
Teganganpada R2 = …….1.25 V Aruspada R2 = ……… 0.95A
Teganganpada R3 = …….4.6 V Aruspada R3 = ……… 1.7A
PERHITUNGAN
Sesuai denga landasan teori di atas, untuk menghitung arus dengan hukum Ohm, kita menggunakan rumus I=V/R
Diketahui = V : 6 Volt
R : 1000Ω
Ditanya I ?
I=V\R
I=6/1000 = 6 mA
Diketahui : R1 = 1 kΩ, R2 = 3,3kΩ, R3 = 2,7 kΩ. Tegangan sumber 6 VDC
Perhitungan :
Rp = 1/R1 + 1/R2 + R3
= 1/1000 + 1/3300 + 2700
=2700 Ω
I = V/Rt
= 6/2700
= 2,2 mA
= 2,2 x 1000 = 6/1000
= 2,2 V = 6 mA
= 2,2 x 3300 = 6 / 3300
= 7,2 V = 1,8 mA
= 2,2 x 2700 = 6/2700
= 5,9 V = 2,2 mA
ANALISA
Berdasarkan hasil perhitungan, di dapat perbedaan antara perhitungan mengguanakan rumus hukum ohm dengan menggunakan alat Multimeter. Analisa saya, perbedaan ini terjadi karena beberapa faktor :
Untuk menghitung tingkat keakurata suatu alat ukur, kita bisa menggunakan rumus atau persamaan : 1. Prosentase kesalahan (ERROR) dan 2. Prosentase akurasi
Dimana Yn = Nilai yang di harapkan
Xn = Nilai yang terukur oelh alat ukur
Kita ambil contoh pada perhitungan arus tadi, |6-5.5/6|x100% = 8.3%
Analisanya berarti, alat ukur tersebut memiliki tingkat error sekitar 8.3%
Kita masukan dengan percobaan yang tadi juga, : 100%-8.3%=91.7%
Berarti alat/multimeter tersebut memiliki tingkat keakuratan sekitar 91.7%
Untuk analisa pada rangkaian ke 2seperti itu juga.
DATA HASIL PERCOBAAN
Komponen | Pengukuran tegangan listrik | Pengukuranaruslistrik | |
R1 = 100Ω R2 = 300 Ω R3 = 150 Ω E1 = 6VDC E2 = 9VDC | Vab = 1,2 | Vcd = | I1 = 0,108mA |
Vba = -1,2 | Vdc = | I2 = 0,053mA | |
Vbc = 4 | Vad = | I3 = 3,5mA | |
Vcb = -4 | Vda = | ||
Vac = 4,2 | Vbd = | ||
Vca = -4,2 | Vdb = | ||
Komponen | Pengukuran tegangan listrik | Pengukuranaruslistrik | |
R1 = 330 Ω R2 = 470 Ω R3 = 100 Ω V1 = 6VDC V2 = 9VDC | VR1 = 1,8 | I1 = 5mA | |
VR2 = 4,2 | I2 =9,5mA | ||
VR3 = 4,4 | I3 =0,045mA | ||
V1=5,1 |
PERHITUNGAN
-V1+I1R1 +I1R3 – I2R3 = 0
-6 + 100I1 + 150I1 – 150I2 = 0
250I1 – 150I2 = 6
I1 = (6+150I2)1 / 250
V2+I2R2 +I2R3 – I1R3 = 0
9 + I2 (300 + 150) – 150I1 = 0
450I2 – 150I1 = -9
450I2 – 150 ((6+150I2)/250) = -9
I2 = -0,015 A
I1 = (6+150I2) / 250
I1 = (6+150 (-0,015))/250
I1 = 0,015 A
Vab = I1 x R1 Vba = I1 x R1
= 0,015 x 100 = 0,015 x 100
= 1,5 V = -1,5 V
Vbc = I2 x R2 Vcb = I2 x R2
= 0,015 x 300 = 0,015 x 300
= 4,5 V = - 4,5 v
Vac = Vab + Vbc Vca = Vba + Vcb
= 1,5 V + 4,5 V = -1,5 - 4,5
= 6 V = -6 V
Vbd = I3 x R3 Vdb= I3+R3 = 0,015 x 150 = 0,015 x 150 = 1,5 V = - 1,5 V
Vad = Vab + Vbd Vda = Vba + Vdb
= 1,5 + 1,5 = -1,5 – 1,5
= 3 V = -3V
Vcd = Vcb + Vbd Vdc = Vbc + Vdb
= -4,5 + 1,5 = 4,5 -1,5
= -3V = 3 V
ANALISA
Berdasarkan data yang terukur dengan data pengukuruan dengan alat ukur memiliki perbedaan, ini di sebabkan beberapa faktor, yaitu :
Untuk menghitung tingkat keakurata suatu alat ukur, kita bisa menggunakan rumus atau persamaan : 1. Prosentase kesalahan (ERROR) dan 2. Prosentase akurasi
Dimana Yn = Nilai yang di harapkan
Xn = Nilai yang terukur oelh alat ukur
Kita ambil contoh pada perhitungan di atas, |1,5-1,2/1,5|x100% = 20%
Analisanya berarti, alat ukur tersebut memiliki tingkat error sekitar 20%
Kita masukan dengan percobaan yang tadi juga, : 100%-20%=80%
Berarti alat/multimeter tersebut memiliki tingkat keakuratan sekitar 80%
DATA HASIL PERCOBAAN
R4 | Vo(Volt) |
20 Ω | 6,5V |
40Ω | 3V |
60Ω | |
80Ω | |
100Ω | |
120Ω | |
140Ω | |
160Ω |
PERHITUNGAN
ANALISA
Berdasarkan data yang terukur dengan data pengukuruan dengan alat ukur memiliki perbedaan, ini di sebabkan beberapa faktor, yaitu :
Untuk menghitung tingkat keakurata suatu alat ukur, kita bisa menggunakan rumus atau persamaan : 1. Prosentase kesalahan (ERROR) dan 2. Prosentase akurasi
Dimana Yn = Nilai yang di harapkan
Xn = Nilai yang terukur oelh alat ukur
Kita masukan dengan percobaan yang tadi juga, : 100%-8.3%=91.7%
Berarti alat/multimeter tersebut memiliki tingkat keakuratan sekitar 91.7%
KESIMPULAN
Kesimpulan dari laporan unit III ini adalah nilai Arus dapat mempengaruhi nilai dari tegangan suatu rangkaian, arus dapat bernilai positif (+) jika arusnya mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah serta dari potensial yang besar ke potensial yang kecil, sedangan arus akan bernilai negatif, jika sebaliknya.
Oleh karena itu dalam pengukuran maupun perhitungan memnggunakan rumus dapat ditemukan hasil perhitungan dan hasil pengukuran yang bernilai negatif
REFRENSI