UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM MENGAJAR
MELALUI PELATIHAN PENGUASAAN MEDIA KOMPUTER
PADA GURU SD NEGERI WIRUN 1 KECAMATAN
MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh : Purwanto
SD Negeri Wirun 1, Mojolaban, Sukoharjo
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: Meningkatkan kinerja guru dalam mengajar melalui pelatihan komputer sebagai media pembelajaran di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Memotivasi guru dalam meningkatkan kemampuan penguasaan komputer sebagai media pembelaran melalui pelatihan komputer di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah, subjek penelitian adalah semua guru di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dengan jumlah guru yang dijadikan objek sebanyak 10 orang. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, tes, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data menggunakan deskrptif komparatif dan kritis.Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah yang telah dilaksanakan dalam dua siklus diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan penelitian tindakan kelas berupa pelatihan menggunakan media pembelajaran komputer di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo telah berhasil dilaksanakan dengan materi pelatihan pembuatan media dengan powerpoint dan micosoft word yang dilaksanakan selama 2 siklus. Indikator keberhasilan yang telah dicapai dalam pelatihan ini dapat dilihat dari pencapaian kompetensi guru (peserta pelatihan) yang dilihat dari pengamatan selama proses pelatihan, yaitu: Peserta memahami dan menguasai prosedur pengembangan media mulai tahap identifikasi, pengembangan, validasi, penerapan hingga evaluasi untuk mendapatkan produk akhir. Peserta mampu membuat presentasi dengan menggunakan media powerpoint maupun program microsoft word.
Kata Kunci: Peranan kepala sekolah, media komputer
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pengamatan terhadap proses pembelajaran di Sekolah Dasar menunjukkan bahwa partisipasi dan keaktifan siswa masih rendah. Indikasi yang ditemukan adalah bahwa pembelajaran yang dilakukan cenderung terpusat pada guru dan tidak mendorong pengembangan potensi diri siswa. Pola pembelajaran tersebut pada dasarnya belum sesuai dengan harapan sebagaimana kebijakan pendidikan kejuruan. Pada sisi lain guru juga masih kesulitan untuk menemukan suatu metode pembelajaran yang mampu mengoptimalkan potensi siswa.
Permasalahan-permasalahan tersebut mendesak untuk diatasi apabila ingin didapatkan proses pembelajaran yang efektif dan hasil yang memuaskan. Apabila masalah ini tidak segera diatasi maka proses pembelajaran tidak akan berhasil mencapai tujuan dan akhirnya berakibat rendahnya prestasi belajar. Dengan demikian diperlukan suatu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran baik dari segi peningkatan aktivitas siswa hingga peningkatan kompetensi siswa yang ditunjukan dengan peningkatan prestasi belajarnya. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang mampu membangkitkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, memotivasi siswa untuk tahu sebanyak-banyaknya, bertanya dan mengemukakan pendapatnya.
Selain metode pembelajaran, media pendidikan memegang peran penting dalam proses pembelajaran. media pendidkan diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran sehingga iklim pembelajaran menjadi lebih kondusif. Dari berbagai media pembelajaran yang tersedia, komputer merupakan media pembelajaran yang ideal. Dengan komputer dapat dibangun sebuah media pembelajaran yang baik mengingat komputer memiliki kelebihan dari media lain. Kelebihan tersebut adalah: terjadinya interaksi langsung antara pengguna dengan materi pembelajaran, mendukung pembelajaran individual, meningkatklan minat dan motivasi belajar.
Dalam kenyataannya, terutama di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, kondisi proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum mencapai standar pembelajaran yang berkualitas. Berdasarkan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah diperoleh data bahwa 10 (sepuluh) guru di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo yang disupervisi baru 30% yang sudah menguasai komputer sebagai media pembelajaran. Berdasarkan supervisi pelaksanaan pembelajaran, terutama didasarkan pada Instrument Penilaian Kemampuan Guru (IPKG) dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media komputer diperoleh data bahwa dari 10 guru SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, yang sudah menggunakan komputer sebagai media pembelajaran hanya 30%.
Berdasarkan jawaban instrumen guru dapat dikemukakan bahwa guru di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo belum memiliki kemampuan dan kemauan menggunakan media komputer sebagai media pembelajaran. Guru-guru belum memaksimalkan gagasan inovatif dan kreatif, guru-guru lebih cenderung mempertahankan cara lama daripada tanggap terhadap perubahan. Guru-guru secara individu juga belum menggunakan inisiatif untuk melaksanakan pembelajaran berdasarkan pengetahuan dan teknologi yang berkembang.
Berdasarkan kondisi guru seperti diuraikan di atas, terutama dalam melaksanakan proses pembelajaran yang belum dilakukan secara interaktif, kreatif, menyenangkan, dan menantang, serta memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan peserta didik. Guru-guru juga belum membiasakan diri mengajar menggunakan media komputer, penulis memandang perlu untuk mengadakan Penelitian Tindakan Sekolah dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM MENGAJAR MELALUI PELATIHAN PENGUASAAN MEDIA KOMPUTER PADA GURU SD NEGERI WIRUN 1 KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015”
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian tindakan sekolah ini adalah sebagai berikut :
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapakan dari pelatihan ini adalah semakin meningkatnya kemampuan guru membuat, mengelola dan menggunakan media berbantuan komputer. Setelah pelatihan ini diharapkan pula terjadi peningkatan kinerja guru serta tersebarnya pengetahuan ini kepada guru-guru sejawat yang belum berkesempatan untuk mengikuti pelatihan.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Peranan Kepala Sekolah
Dalam persepektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran kepala sekolah yaitu yaitu, sebagai : (1) edukator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor; (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; (7) wirausahawan (Akhmad Sudrajat, 2010: 6).
Kepala sekolah sebagai edukator harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik di sekolahnya, menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga pendidik serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik. Kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya 4 macam nilai, yaitu pembinaan mental, moral, fisik dan artistik (Siagian, 2002: 2).
Dalam rangka meningkatkan kinerja sebagai edukator, kepala sekolah harus merencanakan dan melaksanakan program sekolah dengan baik, antara lain: 1) Mengikutkan tenaga pendidik dalam penataran guna menambah wawasan, juga memberi kesempatan kepada tenaga pendidik untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang yang lebih tinggi. 2) Menggerakkan tim evaluasi hasil belajar untuk memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya.3) Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan menekankan disiplin yang tinggi.
Tugas manajer adalah merencanakan, mengorganisasikan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengendalikan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajer adalah orang yang melakukan sesuatu secara benar (people who do things right) (Gaspersz, 2003: 201).Dengan demikian, kepala sekolah harus mampu merencanakan dan mengatur serta mengendalikan semua program yang telah disepakati bersama. Dalam mengelola tenaga pendidikan, salah satu tugas penting yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini kepala sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada guru untuk melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yag dilaksanakan sekolah, seperti : MGMP/MGMPS (tingkat sekolah), (work shop) in house training, diskusi profesional dan sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan diluar sekolah, seperti : kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.
Kepala sekolah sebagai administrator sangat diperlukan karena kegiatan di sekolah tidak terlepas dari pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan dan pendokumentasian. Kepala sekolah dituntut memahami dan mengelola kurikulum, administrasi peserta didik, administrasi sarana dan prasarana, dan administrasi kearsipan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif agar administrasi sekolah dapat tertata dan terlaksana dengan baik. Kemampuan kepala sekolah sebagai administrator harus diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi pembelajaran, bimbingan dan konseling, kegiatan praktikum, kegiatan di perpustakaan, data administrasi peserta didik, guru, pegawai TU, penjaga sekolah, teknisi dan pustakawan, kegiatan ekstrakurikuler, data administrasi hubungan sekolah dengan orang tua murid, dan lain sebagainya.
Kepala sekolah sebagai administrator dalam hal ini juga berkenaan dengan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Masalah keuangan adalah masalah yang peka. Oleh karena itu dalam mengelola bidang ini kepala sekolah harus hati-hati, jujur dan terbuka agar tidak timbul kecurigaan baik dari staf maupun dari masyarakat atau orang tua murid. Banyak keperluan sekolah yang harus dibiayai, dan semakin banyak pula biaya yang diperlukan. Dalam hal ini kepala sekolah harus memiliki kreasi yang tinggi untuk menggali dana dari berbagai sumber, diantaranya dapat diperoleh misalnya dari siswa atau orang tua, masyarakat, pemerintah, yayasan, para dermawan dan sebagainya. (Lazaruth, 2003: 26).
Sebagai supervisor, kepala sekolah berfungsi untuk membimbing, membantu dan mengarahkan tenaga pendidik untuk menghargai dan melaksanakan prosedur-prosedur pendidikan guna menunjang kemajuan pendidikan. Kepala sekolah juga harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga pendidik. Hal ini dilakukan sebagai tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga pendidik tidak melakukan penyimpangan dan lebih hati-hati dalam melaksanakan tugasnya.
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan meliputi kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.
Dalam teori kepemimpinan setidaknya dikenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.Kepribadian kepala sekolah sebagai leader menurut Ordway Tead harus menunjukkan sifat-sifat: 1)Kesadaran akan tujuan dan arah.2)Antusiasme.3) Keramahan dan kecintaan,4)Integritas (keutuhan, kejujuran dan ketulusan hati),5) Penguasaan teknis.6)Ketegasan dalam mengambil keputusan.7) Kecerdasan.8)Keterampilan mengajar.9)Kepercayaan
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip; (1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan.
Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.
Media Pembelajaran Komputer
Dalam bentuknya media pendidikan dapat berupa papan tulis, kertas, OHP, televisi sampai komputer. Dari berbagai media pembelajaran yang tersedia, komputer merupakan media pembelajaran yang ideal. Dengan komputer dapat dibangun sebuah media pembelajaran yang baik mengingat komputer memiliki kelebihan dari media lain. Pertama, komputer bekerja berdasarkan program sehingga memilki keluwesan untuk menyesuaikan dengan permasalahan yang ditangani. Kedua, komputer mampu memadukan komponen suara (audio) dan komponen penglihatan (visual). Ketiga, komputer dapat melakukan operasi logika dan aritmatika, memgolah data dan menyampaikannya bila perlu. Keempat, dengan komputer dapat dilakukan remediasi tanpa batas atau remidiasi yang berulang-ulang (Willianto, 1990).
Selain itu menurut Hamron (1987), keuntungan komputer antara lain: (a) cepat, andal dan tepat dalam komunikasi, (b) penyelesaian persamaan secara non analitis, (c) simulasi dan proses dan eksperimen, (d) penyelesaian masalah secara grafis, (e) program-program interaktif, (f) dapat dihubungkan langsung melalui interface dengan alat ukur untuk data perlakuan, (g) tugas-tugas dan rekanan yang mudah dipanggil.
Penggunaan komputer selain untuk melakukan perhitungan dan pengolahan data juga dapat membantu orang belajar atau sebagai medium untuk menyampaikan materi pelajaran (Suprapto, 1986). Berbagai jenis aplikasi teknologi berbasis komputer dalam pembelajaran dikenal sebagai “Computer Assisted Instruction” atau pembelajaran Berbasis/berbantuan Komputer (PBK). Dalam program PBK, komputer digunakan sebagai sarana atau media belajar yang dapat membantu tugas guru atau pengganti peran guru dalam menanamkan konsep.
Sebagai alat yang dapat melakukan perhitungan secara tepat dan teliti penggunaan komputer dalam pembelajaran memberikan kemungkinan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam menyampaikan materi pelajaran. Penggunaan komputer dalam pembelajaran banyak perananya baik sebagai alat hitung, maupun sebagai penyampai materi. Dalam pembelajaran ini komputer banyak digunakan untuk menyampaikan materi yang memerlukan gerak (animasi), gambar, teks, dan warna. Semua fasilitas tersebut ada pada komputer dan dapat dimanfaatkan.
Menurut Kaput dan Thomson (1994), PBK diartikan sebagai bentuk pembelajaran yang menempatkan komputer dalam peran guru., Sedangkan menurut Henrich (dalam Said, 2000), PBK adalah suatu program pembelajaran yang dibuat dalam sistem komputer sehingga dalam menyampaikan suatu materi sudah diprogramkan langsung kepada pengguna. Materi pelajaran yang sudah terprogram dapat disajikan secara serempak antara komponen gambar, tulisan, warna, dan suara.
Sementara itu penggunaan komputer dalam PBK lebih diarahkan pada penggunaan komputer sebagai “sarana atau media belajar” yang dapat membantu tuigas guru dalam menenamkan suatu konsep kepada siswa, serta melatih siswa tersebut dalam meningkatkan ketrampilan yang dikehendaki. Dalam PBK peran guru dalam menyam,paikan materi dapat diganti oleh suatu program komputer. Dengan kelebihannya komputer mempunyai kemampuan untuk mengisi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada guru.
Program PBK mempunyai 2 (dua) karakteristik, yaitu: pertama: PBK merupakan integrated multimedia yang dapat menyajikan suatu paket bahan ajar (tutorial) yang berisi komponen visual dan suara bersamaan. Kedua, PBK mempunyai kompopnen inteligence yang meembuat PBK bersifat interaktif dan mampu memproses data atau jawaban dari si pengguna. Kedua karakteristik inilah yang membedakan antara program pembelajaran yang disajikan lewat PBK dan program-program pembelajaran yang disajikan lewat media lain. Umumnya program-program pembelajaran yang disajikan lewat PBK terlihat lebih bermakna karena mampu menyajikan suatu model pembelajaran yang bersifat interaktif.
Pemanfaatan komputer dalam pembelajaran menurut Alessi dan Trolip (1991) disamping sebagai tool dan tutee juga dapat berfungsi sebagai tutor. Dalam fungsinya sebagai tutor, komputer digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran yang dirancang secara terpola. Sedangkan Suharjo (1994) menmyatakan bahwa PBK berkaitan langsung dengan pemanfaatan komputer dalam proses belajar dan mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas, baik secara individu maupun kelompok.
Pembelajaran berbasis komputer dipandang layak dan penting dilakukan karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya: (1) merupakan media pembelajaran yang sangat efektif serta dapat memudahkan belajar serta meningkatkan kualitas pembelajaran, (2) dapat meningkatkan motivasi belajar, (3) dapat digunakan sebagai penyampai balikan langsung dan segera secara efektif kepada pebelajar, (4) sangat mendukung pembelajaran individual, (5) melatih pebelajar untuk terampil memilih bagian-bagian isi pembelajaran yang dikehendaki, (6) memungkinkan pebelajar untuk lebih mengenal dan terbiasa dengan komputer menjadi semakin penting di masyarakat modern, (7) pembelajaran menjadi lebih menarik karena dilengkapi dengan fasilitas warna, lagu, gambar, grafik dan animasi sehingga mampu menyajikan pembelajaran secara menarik.
Kinerja Guru dalam Mengajar
Pengertian Kinerja Guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM)
Menurut Hadari Nawawi (2006: 15) kinerja adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu pekerjaan, sehingga terlihat prestasi pekerjaannya dalam menggapai tujuan. Sementara menurut Suryo Subroto (2007: 15) kinerja dalam PBM adalah kesanggupan atau kecakapan guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi afektif, kognitif dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut. Dengan demikian, dari pengertian di atas bisa diambil kesimpulan, bahwa kinerja guru yang dimaksud adalah kemampuan kerja guru yang ditampilkan dalam kegiatan proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Adapun kemampuan yang harus ditampilkan oleh seorang guru sebagai pendukung kinerjanya adalah kemampuan guru dalam mendesain program pengajaran.
Aspek-Aspek Kinerja Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Menurut Suryo Subroto (2007: 19) proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Aspek-aspek yang termasuk pada kompetensi professional yang ditampilkan oleh pengajar dalam PBM adalah:
Penggunaan metode pengajaran yang efektif berdasarkan tujuan khusus yang hendak dicapai. Demikian pula kesesuaiannya dengan bahan pelajaran. Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan untuk memilih dan menggunakan serta mengusahakan media dengan baik. Sebagai fasilitator hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber, buku, teks, majalah, ataupun surat kabar.
Menurut Syafrudin Nurdin dan Basyiruddin Usman (2006: 108), aspek kompetensi yang mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar terdiri dari aktivitas: a) Menggunakan prosedur yang melibatkan siswa pada awal pengajaran. b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berprestasi. c) Memelihara keterlibatan siswa dalam pengajaran. d) Menguatkan upaya siswa untuk memelihara keterlibatan.
Untuk memenuhi hal tersebut diatas, guru dituntut untuk mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar, karena memang siswalah subjek utama dalam belajar. Mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu kompetensi yang penting dimiliki oleh seorang pengajar. Pengajar diharapkan dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat membuat siswa aktif.
Menurut Syafrudin Nurdin dan Basyiruddin Usman (2006: 112) beberapa aktivitas yang perlu dilakukan oleh pengajar dalam menilai pencapaian siswa dalam proses belajar mengajar adalah: 1) Penilaian pada permulaan proses belajar mengajar, dimaksudkan agar guru mampu mengetahui kesiapan siswa terhadap bahan pelajaran yang akan diajarkan, yang hasilnya akan dipakai untuk memantapkan strategi belajar. 2) Penilaian proses belajar mengajar akan mendapatkan balikan terhadap tujuan yang hendak dicapai. 3) Penilaian pada akhir proses belajar mengajar untuk mengetahui capaian siswa terhadap tujuan yang telah ditetapkan
Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh guru, pengalaman langsung dengan latihan-latihan yang memadai sangatlah membantu dalam pencapaian pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Selain teori yang sejalan dengan proses pembelajaran, penggunaan media dalam pembelajaran merupakan suatu kegiatan dan upaya yang sangat efektif bagi guru untuk mencapai pembelajaran yang optimal. Dalam penggunaan media pembelajaran khususnya komputer, yang paling banyak menghambat guru dalam menggunakan media adalah dikarenakan pemahaman dan kemauan guru yang kurang serta ketersediaan alat / media yang masih sangat kurang memadai di setiap sekolah. Untuk itulah diperlukan suatu pelatihan agar guru mampu dengan mudah memahami pentingnya media pembelajaran khususnya penggunaan komputer sebagai alat / media pembelajaran di kelas.Berdasarkan kajian teoritik diatas maka dapat diperoleh sebuah alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1
Skema Kerangka Berpikir
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori dan kerangka berfikir maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan sekolah sebagai berikut :
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Pelaksanaan penelitian pada bulan Januari 2015 s/d Maret 2015.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian tindakan sekolah ini adalah guru-guru SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo sejumlah 10 orang, yang terdiri dari 6 orang guru kelas dan 4 orang guru mata pelajaran.
Teknik Pengumpulan Data
Fungsi data dalam penelitian tindakan adalah sebagai landasan refleksi. Data dalam penelitian ini dikumpulkan oleh peneliti melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes. Observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan observasi berperan atau partisipatif, yaitu dilakukan secara formal di dalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Wawancara dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi secara rinci dan mendalam. Wawancara yang digunakan bersifat lentur dan tidak mendalam dalam suasana formal.Sementara Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dokumen tidak resmi, yaitu data kemampuan guru dalam penguasaan computer, dan tes yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes unjuk kerja. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana yang diperoleh guru setelah memperoleh tindakan atau pelatihan.
Validasi Data
Untuk menguji kevalidan/keabsahan data dari observasi dan dokumentasi peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1) Triangulasi Sumber. Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, teman sejawat bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.2)Triangulasi Metode. Dimana peneliti membandingkan temuan data yang diperoleh dengan menggunakan suatu metode tertentu, (misalnya catatan lapangan yang dibuat selama melakukan observasi) dengan data yang diperoleh dengan menggunakan metode lain (misalnya transkip dari wawancara).
Analisis Data
Pada penelitian tindakan sekolah / PTS ini terdiri dari dua variabel, yaitu peningkatan kemampuan penguasaan komputer sebagai media pembelajaran dan pelatihan berkelanjutan. Data kemampuan guru-guru di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dalam penguasaan komputer terdiri 3 data yaitu data awal/pra siklus, data siklus pertama setelah diadakan tindakan pertama, dan data siklus kedua setelah diadakan tindakan kedua. Data terakhir inilah yang dipakai sebagai hasil penelitian.
Indikator Kinerja
Pada penelitian ini teknik pembahasan yang dilakukan peneliti adalah menggunakan siklus-siklus. Setelah diketahui kondisi awal yang dinamai pra siklus maka diambillah tindakan dengan terlebih dahulu menggunakan perencanaan yang terdiri atas siklus I dan siklus II, yang menghasilkan gambaran peningkatan kemampuan terhadap objek yang diteliti. Indikator kinerja yang dipakai adalah adanya peningkatan kemampuan guru-guru SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dalam penguasaan komputer, yang ditandai kenaikan prosentase banyaknya guru yang telah menguasai komputer.
Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan dalam penelitian tindakan sekolah ( PTS ) ini menggunakan 2 siklus terdiri atas empat tahap pokok, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil tes awal yang dilakukan oleh peneliti selaku kepala sekolah kepada guru-guru di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, menunjukkan bahwa sebagian besar guru-guru di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo belum menguasai dalam mengoperasionalkan komputer sebagai media pembelajaran dengan baik. Terbukti dari 10 orang guru yaitu 6 orang guru kelas dan 4 orang guru mata pelajaran di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo hanya kurang lebih 30% yaitu 3 orang yang mampu menguasai komputer sebagai sumber belajar maupun sebagai media pembelajaran. Hasil kemampuan guru pada pra siklus menunjukkan pencapaian yang kurang memuaskan yaitu sebesar 30 % atau 3 orang guru yang sudah menguasai komputer sebagai media belajar dari target penguasaan yang ditetapkan sebesar 70%. Kondisi awal kemampuan guru dalam menguasai komputer sebagai media pembelajaran dapat digambarkan pada tabel di bawah ini.
.Tabel I
Hasil Evaluasi Kondisi Awal
No. | Nama | Jabatan | Penilaian | Keterangan | |
MS Word | Power Point | ||||
1. | Partugi, S.Pd.. | Guru Kelas VI | 40 | 50 | Tidak Tuntas |
2. | Jamtono, S.Pd. | Guru Penjas | 50 | 40 | Tidak Tuntas |
3. | Qomariah, Ama. | Guru PAI | 40 | 50 | Tidak Tuntas |
4. | Edy Suparmanto, S.Pd | Guru Kelas V | 70 | 70 | Tuntas |
5. | Sriyono | Guru Kelas III | 50 | 50 | Tidak Tuntas |
6. | Titik Wahyuni, S.Pd | Guru Kelas II | 40 | 50 | Tidak Tuntas |
7. | Sutarti, S.Pd. | Guru Kelas I | 70 | 70 | Tuntas |
8. | Sri Sugiyarti,S.Pd. | Guru Kelas IV | 50 | 50 | Tidak Tuntas |
9. | Tina Sarwonongsih, S.Pd. | Guru B. Ingg. | 50 | 40 | Tidak Tuntas |
10. | Bambang Setiyawan, ST | Guru Komp. | 80 | 80 | Tuntas |
Berdasarkan hasil tes kondisi awal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo belum mampu mengoperasionalkan komputer sebagai media pembelajaran. Di mana dari 10 orang guru, hanya terdapat 3 orang guru (30%) yang dapat mengoperasionalkan komputer.Secara lebih rinci berikut peneliti sampaikan hasil tes awal kemampuan guru di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dalam mengoperasionalkan komputer sebagai media pembelajaran dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 2
Hasil Evaluasi Kondisi Awal
Deskripsi Siklus I
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa guru-guru di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan dalam mengoperasionalkan komputer sebagai media pembelajaran. Pencapaian hasil kegiatan ini tidak dapat dilepaskan dari tahap-tahap kegiatan yang telah dilakukan. Langkah-langkah tersebut adalah: a) Melakukan identifikasi masalah yang berhubungan dengan kemampuan guru dalam membuat maupun menggunakan media pembelajaran berbantuan komputer. Dari diskusi tersebut terungkap bahwa kemampuan guru dalam membuat dan menggunakan media komputer masih rendah dan mendesak ditingkatkan. Hal ini terlihat manakala tawaran pelatihan selama dua hari ditanggapi dengan permintaan pelatihan selama seminggu. Dalam tahap ini berdasarkan kesepakatan peserta pelatihan, materi yang diminta adalah pembuatan media power point.b) Melakukan pelatihan pembuatan media pembelajaran komputer. Pelatihan pembuatan media dengan materi : pembuatan dan penerapan media, pembuatan media dengan powerpoint, telah dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru-guru peserta.c) Pemantauan dan diskusi pemecahan masalah Antusiasme peserta yang begitu tinggi tampak dari berbagai pertanyaan maupun pendapat yang dismapaikan kepada instruktur. Terhadap pertanyaan tersebut instruktur mananggapi dan melakukan pendampingan secara intensif.
Berdasarkan pengamatan dan evaluasi yang dilakukan selama pelatihan, dapat dilaporkan hasil tes kemampuan guru dalam menggunakan komputer sebagai media pembelajaran pada siklus I sebagai berikut:
.Tabel II
Hasil Evaluasi Siklus I
No. | Nama | Jabatan | Penilaian | Keterangan | |
MS Word | Power Point | ||||
1. | Partugi, S.Pd.. | Guru Kelas VI | 50 | 60 | Tidak Tuntas |
2. | Jamtono, S.Pd. | Guru Penjas | 70 | 70 | Tuntas |
3. | Qomariah, Ama. | Guru PAI | 60 | 60 | Tidak Tuntas |
4. | Edy Suparmanto, S.Pd | Guru Kelas V | 80 | 80 | Tuntas |
5. | Sriyono | Guru Kelas III | 70 | 75 | Tuntas |
6. | Titik Wahyuni, S.Pd | Guru Kelas II | 50 | 60 | Tidak Tuntas |
7. | Sutarti, S.Pd. | Guru Kelas I | 80 | 80 | Tuntas |
8. | Sri Sugiyarti,S.Pd. | Guru Kelas IV | 60 | 60 | Tidak Tuntas |
9. | Tina Sarwonongsih, S.Pd. | Guru B. Ingg. | 70 | 80 | Tuntas |
10. | Bambang Setiyawan, ST | Guru Komp. | 90 | 90 | Tuntas |
Berdasarkan hasil tes siklus I tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo sudah mampu mengoperasionalkan komputer sebagai media pembelajaran. Di mana dari 10 orang guru, terdapat 6 orang guru (60%) yang dapat mengoperasionalkan komputer. Secara lebih rinci berikut peneliti sampaikan hasil tes siklus I kemampuan guru di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dalam mengoperasionalkan komputer sebagai media pembelajaran dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 3
Hasil Evaluasi Siklus I
Siklus II
Berdasarkan pengamatan dan evaluasi yang dilakukan selama pelatihan, dapat dilaporkan bahwa kegiatan pelatihan pembuatan media pembelajaran komputer di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo telah berhasil dilaksanakan dengan materi pelatihan pembuatan media dengan powerpoint, dan program microsoft word yang dilaksanakan selama 3 hari (6 jam).
Indikator keberhasilan yang telah dicapai dalam pelatihan ini dapat dilihat dari pencapaian kompetensi guru (peserta pelatihan) yang dilihat dari pengamatan selama proses pelatihan, yaitu: 1) Peserta memahami dan menguasai prosedur pengembangan media mulai tahap identifikasi, pengembangan, validasi, penerapan hingga evaluasi bntuk mendapatkan produk akhir. 2) Peserta mampu membuat presentasi dengan menggunakan media powerpoint.
Secara keseluruhan hasil tes kemampuan guru dalam menggunakan komputer sebagai media pembelajaran pada siklus II sebagai berikut:
Tabel III
Hasil Evaluasi Siklus II
No. | Nama | Jabatan | Penilaian | Keterangan | |
MS Word | Power Point | ||||
1. | Partugi, S.Pd.. | Guru Kelas VI | 70 | 70 | Tuntas |
2. | Jamtono, S.Pd. | Guru Penjas | 80 | 90 | Tuntas |
3. | Qomariah, Ama. | Guru PAI | 70 | 70 | Tuntas |
4. | Edy Suparmanto, S.Pd | Guru Kelas V | 80 | 80 | Tuntas |
5. | Sriyono | Guru Kelas III | 70 | 75 | Tuntas |
6. | Titik Wahyuni, S.Pd | Guru Kelas II | 70 | 70 | Tuntas |
7. | Sutarti, S.Pd. | Guru Kelas I | 90 | 90 | Tuntas |
8. | Sri Sugiyarti,S.Pd. | Guru Kelas IV | 70 | 80 | Tuntas |
9. | Tina Sarwonongsih, S.Pd. | Guru B. Ingg. | 80 | 80 | Tuntas |
10. | Bambang Setiyawan, ST | Guru Komp. | 90 | 90 | Tuntas |
Berdasarkan hasil tes siklus II tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo sudah mampu mengoperasionalkan komputer sebagai media pembelajaran. Di mana dari 10 orang guru (100%) dapat mengoperasionalkan komputer.Secara lebih rinci berikut peneliti sampaikan hasil tes siklus II kemampuan guru di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dalam mengoperasionalkan komputer sebagai media pembelajaran dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 4
Hasil Evaluasi Siklus II
Berdasarkan hal tersebut, dapat peneliti sampaikan bahwa faktor penentu terlaksananya pelatihan ini adalah adanya dukungan program dan dana dari yang bersumber dari BOS. Faktor lain yang sangat penting adalah respon positif dari kalangan guru di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo yang menyambut baik program ini. Aspek lain adalah antusiasme guru dalam mengikuti pelatihan yang begitu tinggi. Dari sisi fasilitas, keberadaan laboratorium komputer di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo sangat membantu terlaksanannya pelatihan ini. Setiap guru/peserta masing-masing dapat menggunakan satu komputer untuk berlatih. Hal ini besar pengaruhnya bagi keberhasilan pelatihan.
PENUTUP
Kesimpulan
Kegiatan penelitian tindakan kelas berupa pelatihan menggunakan media pembelajaran komputer di SD Negeri Wirun 1 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo telah berhasil dilaksanakan dengan materi pelatihan pembuatan media dengan powerpoint dan micosoft word yang dilaksanakan selama 2 siklus. Indikator keberhasilan yang telah dicapai dalam pelatihan ini dapat dilihat dari pencapaian kompetensi guru (peserta pelatihan) yang dilihat dari pengamatan selama proses pelatihan, yaitu:
Saran
Perlu dilakukan pelatihan-pelatihan lanjutan sebagai upaya meningkatkan kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran berbasis komputer. Disamping itu fasilitas dan penyediaan sarana-prasarana pembelajaran akan sangat menentukan keberhasilan implementasi pembelajaran berbasis komputer sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat, 2010, Kompetensi Guru dan Peran Kepala madrasah. (http://www.depdiknas.go.id/ inlink).
Anung Haryono (2003) Sistem pembelajaran Melalui Internet. Disampaikan dalam Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran di Hotel Inna Garuda, tanggal 22 – 23 Agustus 2003
Arsham, Hossein (2002) Journal of the United States Distance Learning Association, Vol. 16, No.3., 2002
Didi, S. (1991) Kalkulator dan Komputer. Jakarta: Karunika UT
Elang Krisnadi (2003) Pemanfaatan program CAI Sebagai Sarana Membantu Siswa dalam Menyerap Konsep-Konsep Matematika dengan Pendekatan Abstrak-Kongkrit-Abstrak. Disampaikan dalam Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran di Hotel Inna Garuda, tanggal 22 – 23 Agustus 2003
Hadari Nawawi, 2006, Administrasi Pendidikan, Jakarta : Pt. Gunung Agung.
Hanafin dan Peck (1988) The Design, Development, and Evaluation of Instructional Media. Cambridge: Harper & Row Publishers.
Harina Yuhetty dan Hardjito (2003) Edukasi. Net. Pembelajaran Berbasis Internet. Disampaikan dalam Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran di Hotel Inna Garuda, tanggal 22 – 23 Agustus 2003
Jollife, Allan, at.all (2001) The Online Learning Handbook. London: Kegan Page Limited
Roy Suryo (2003). Inovasi dalam Pembelajaran. Disampaikan dalam Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran di Hotel Inna Garuda, tanggal 22 – 23 Agustus 2003
Suryo Subroto, 2007, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Suprapto (1986) Pengajaran yang dibantu Komputer. Makalah seminat UT
Syarifuddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, 2006, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Press.
WJS Purwadarminta, 2006, Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka.