Published using Google Docs
Esti Hastutii.docx
Updated automatically every 5 minutes

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TWO WAY TWO STAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN HASIL BELAJAR PKn MATERI MEMAHAMI SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA BAGI SISWA KELAS VI SEMESTER I SD NEGERI WIROGUNAN 02 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh: Esti Hastuti

SD Negeri Wirogunan 02-Kartasura

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: 1) sikap siswa terhadap pembelajaran PKn materi memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia; dan 2) hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia bagi siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015 melalui penggunaan metode pembelajaran Two Way Two Stay (TSTS). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura UPTD Pendidikan Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo pada semester I tahun pelajaran 2014/2015 selama 3 (tiga) bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI Semester I di SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura UPTD Pendidikan Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 17 orang siswa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Two-Stay Two-Stay (TSTS) efektif dalam meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan sikap terhadap pembelajaran kategori Sangat Baik (SB) dari 5.88% pada kondisi awal meningkat menjadi 11.76% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 23.53% pada tindakan Siklus II; dan 2) Penggunaan metode pembelajaran Two Way Two Stay (TSTS) efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia bagi siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 67.76 pada kondisi awal, meningkat menjadi 71.53  pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi sebesar 74.82 pada akhir tindakan Siklus II. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 52.94% pada kondisi awal, meningkat menjadi 64.71%  pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi sebesar 100.00% pada akhir tindakan Siklus II.

Kata Kunci: Hasil belajar, sikap belajar, pembelajaran PKn, metode pembelajaran Two Way Two Stay (TSTS)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

PKn merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai tingkat sekolah dasar. Namun, pada hakikatnya, nilai-nilai dalam PKn sudah diterapkan kepada siswa sebelum memasuki sekolah dasar, yaitu melalui pendidikan yang dilakukan oleh orang tua dan pengaruh lingkungan sekitar. Jadi, seharusnya nilai-nilai PKn tersebut sudah membekas pada diri siswa mulai dari rumah dengan menerapkan kebiasaan-kebiasaan hidup yang baik. Guru harus dapat menerapkan pembelajaran yang efektif di sekolah agar inti dari pembelajaran PKn dapat dimengerti dan  benar-benar diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Upaya yang dapat dilakukan guru agar pembelajaran PKn menjadi efektif dan menyenangkan bagi siswa yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang bervariasi. Guru harus mampu membuat suasana belajar menjadi nyaman bagi siswa. Selain itu, sarana dan prasarana yang tersedia harus bisa dimanfaatkan secara optimal oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Guru juga harus menggunakan desain dan strategi pembelajaran serta media yang sesuai dengan materi pembelajaran dan karakteristik siswa.

Kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran PKn yang dilakukan guru seringkali masih monoton. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam menyampaikan materi pembelajaran tanpa ada variasi dengan metode lain. Selain itu, guru juga belum menggunakan media dalam proses pembelajarannya. Akibatnya, siswa menjadi cepat jenuh dan sukar untuk memahami materi pembelajaran.

Kejenuhan siswa menjadi semakin besar saat guru kurang tepat dalam menggunakan metode pembelajaran yang dilakukan. Mengingat materi dalam bahasan tersebut yang lebih banyak menuntut untuk dihapalkan, maka metode pembelajaran yang digunakan guru cenderung monoton. Hal ini berdampak pada munculnya kebosanan yang pada gilirannya menjadikan daya serap siswa kurang optimal.

Permasalahan lain yang sering ditemukan pada saat ini adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Pada pembelajaran tersebut, dominasi guru masih sangat tinggi, pengorganisasian siswa cenderung searah dan klasikal dan guru jarang berkeliling mendekati siswa. Selain itu untuk mempelajari materi tersebut diperlukan cara dan metode belajar yang berbeda bila dibandingkan dengan ilmu sosial lainnya.

Kondisi demikian juga terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran PKn di kelas VI SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan selama mengajar, siswa masih mengalami kesulitan untuk memahami materi PKn khususnya pada materi memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia karena pembelajaran yang dilakukan kurang bervariasi. Masalah tersebut berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil ulangan harian mata pelajaran PKn pada materi tersebut nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas VI SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura, Kabupaten Sukoharjo pada semester I tahun pelajaran 2014/2015 adalah sebesar 67.76. Nilai tersebut masih berada di bawah KKM yang ditetapkan untuk pembelajaran PKn dengan KKM > 70.00. Ditinjau dari tingkat penguasaan penuh secara klasikal, tingkat ketuntasan belajar siswa di kelas tersebut baru mencapai 52.94% dari jumlah siswa sebanyak 17 orang. Hal tersebut dapat diartikan bahwa  jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai > 70.00 baru mencapai 9 orang siswa. Sisanya sebanyak 8 orang siswa atau 47.06% masih memperoleh nilai < 70.00.  

Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut salah satunya disebabkan karena sikap terhadap pembelajaran yang kurang mendukung. Hasil pengamatan yang dilakukan secara kasar mengindikasikan bahwa siswa cenderung menganggap remeh mata pelajaran PKn. Cara pandang yang demikian pada gilirannya dapat menyebabkan siswa cenderung pasif dalam menerima pembelajaran sehingga pemahaman konsep juga rendah.

Berdasarkan permasalahan tersebut guru berupaya untuk melakukan perbaikan dalam pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran yang bersifat kreatif. Salah satu strategi pembelajaran yang kreatif dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn tersebut adalah metode pembelajaran Two Way Two Stay (TSTS). Strategi ini dilakukan dengan cara guru mendorong siswa untuk aktif dalam belajar dan diskusi kelompok sehingga akan menambah motivasi siswa dalam belajar dan akan diikuti pula oleh sikap siswa yang berupa tindakan-tindakan untuk lebih aktif, sehingga tercapai hasil belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Melalui penggunaan metode pembelajaran Two Way Two Stay (TSTS) yang dilakukan tersebut, diharapkan siswa akan lebih termotivasi dalam belajar. Siswa akan bersikap lebih positif terhadap pembelajaran yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pada penelitian dirumuskan sebagai berikut:

  1. Apakah penggunaan metode pembelajaran Two Way Two Stray (TSTS) efektif dalam meningkatkan sikap siswa terhadap pembelajaran PKn materi memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia?
  2. Apakah penggunaan metode pembelajaran Two Way Two Stray (TSTS) efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia bagi siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015?

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk meningkatkan meningkatkan sikap siswa terhadap pembelajaran PKn materi memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia melalui penggunaan metode pembelajaran Two Way Two Stay (TSTS).
  2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia bagi siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015 melalui melalui penggunaan metode pembelajaran Two Way Two Stay (TSTS).

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat tersebut adalah:

  1. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan sikap dan hasil belajar dalam  pembelajaran PKn materi memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia.

  1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan tentang penggunaan metode pembelajaran Two Way Two Stay (TSTS) dalam pembelajaran.

  1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi sekolah untuk dijadikan tambahan informasi bagi semua guru mengenai metode pembelajaran Two Way Two Stay (TSTS).

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar

Konsep pembelajaran menurut Sardiman, sebagaimana dikutip oleh Kustandi dan Sutjipto (2011: 5), didefinisikan sebagai suatu usaha sadar dari guru atau pengajar untuk membantu siswa agar belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Selain pengertian di atas, Siddiq, Munawaroh, dan Sungkono (2008: 1.9) berpendapat bahwa pengertian pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Briggs  dalam Sugandi (2007: 10-1) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehingga si pebelajar itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah segala usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh seseorang (guru) untuk membantu orang lain (siswa) agar dapat belajar dengan mandiri sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

Berdasarkan Permendiknas No.14 Tahun 2007 (2007: 63), mata pelajaran PKn didefinisikan sebagai berikut “Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”.

Selain definisi di atas, mata pelajaran PKn juga mempunyai tujuan dalam pelaksanaannya. Tujuan mata pelajaran PKn yang tercantum dalam Permendiknas No.14 Tahun 2007 (2007: 63) adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

  1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu  kewarganegaraan;
  2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak secara cerdas dalam kegiataan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi;
  3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; dan
  4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Ruang lingkup materi pada mata pelajaran PKn menurut Permendiknas No.14 Tahun 2007 (2007:63) meliputi beberapa aspek, yaitu: (1) persatuan dan  kesatuan bangsa, (2) norma, hukum, dan peraturan, (3) hak asasi manusia, (4)  kebutuhan warga negara, (5) konstitusi negara, (6) kekuasaan dan politik, (7)  Pancasila, dan (8) globalisasi

Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai selama mengikuti pelajaran pada periode tertentu dalam suatu lembaga pendidikan dimana hasilnya dinyatakan dengan melalui penilaian yang dapat diwujudkan dengan angka atau simbol yang lain. Menurut Surakmad (1982: 25) menilai bahwa hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes dan maksud ulangan tersebut adalah untuk memperoleh suatu indeks dalam menentukan berhasil tidaknya siswa dalam belajar.Bercermin dari pandangan ini maka keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dalam bentuk indeks prestasi yang dicapainya terhadap berbagai mata pelajaran yang di ikutinya.

Menurut Winkel (Slameto, 2005: 117) yang dimaksud dengan “Prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai, dan belajar adalah suatu aktivitas mental psikis yang belangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”.

Dari teori-teori tersebut dapat diambil kesimpulan mengenai prestasi belajar. Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan kemampuan belajar individu melalui berbagai perubahan tingkah laku yang diperoleh dari usaha-usaha, latihan dan pengalaman dalam kegiatan belajar mengajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, menurut Slameto (2005: 144) banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu: Faktor Intern dan Faktor Ekstern. Faktor Intern adalah faktor yang ada dalam diri individu / anak yang sedang belajar, faktor Ekstern adalah faktor yang ada di luar individu / anak.

Faktor-faktor Intern, faktor ini akan dibahas menjadi 3 faktor yaitu: Faktor Jasmaniah, Faktor Psikologis dan Faktor Kelelahan. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu : 1) faktor keluarga, 2) faktor sekolah, dan 3) faktor masyarakat (Slameto, 2005: 154).

Sikap Belajar Siswa

Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu.

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah (2002: 123) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran.

Pengertian lain tentang sikap dikemukakan oleh Walgito (2007: 114) yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecendrungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu.

Walgito (2007: 115) lebih lanjut menjelaskan bahwa sikap mengandung tiga komponen. Ketiga komponen sikap tersebut terdiri dari:

  1. Kognitif (konseptual) yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsi objek sikap;
  2. Afektif (emosional) yaitu yang berhubungan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap; dan
  3. Konatif (perilaku atau action component). yaitu komponen yang berkaitan dengan kecenderungan untuk berperilaku terhadap objek sikap.

Lebih lanjut, Walgito menjelas bahwa komponen sikap afektif perlu mendapatkan penekanan secara khusus, karena sikap afektif ini merupakan sumber motif yang terdapat di dalam diri siswa. Sikap belajar yang positif dapat disamakan dengan minat, sedangkan minat akan memperlancar jalannya pelajaran siswa yang malas, tidak mau belajar dan gagal dalam belajar, disebabkan karena tidak adanya minat.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two-Way-Two-Stay (TSTS)

Slavin dalam Etin (2007: 4) mengatakan bahwa  Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model cooperative learning harus ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara anggota kelompok.  Sejalan dengan hal tersebut, Anita Lie (2004: 18) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas terstruktur.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran yang berfokus pada sebuah kelompok kecil siswa untuk saling bekerjasama dan saling membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif ini menuntut siswa untuk memiliki kekompakan atau saling kerjasama, memotivasi anggota lain, pengorganisasian dalam kelompok, inisiatif kerja dalam kelompok, dan keaktifan siswa. Melalui pembelajaran kooperatif siswa akan bekerja.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model TSTS. “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor (Numbered Heads). Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu (Anita Lie, 2004: 61).

Dalam model pembelajaran kooperatif TSTS ini memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan pembelajaran kooperatif yang telah di bahas sebelumnya. Siswa diajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stay ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar (Anita Lie, 2004: 61).

Adapun langkah-langkah model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (dalam Lie, 2002:60-61) adalah sebagai berikut: 1) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa; 2) Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain; 3) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka; 4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain; dan 5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Kerangka Pemikiran

Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa, karena sasaran utama dalam pembelajaran sebenarnya terletak pada proses pembelajaran peserta didik. Mengingat pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan suatu kondisi yang kondusif bagi belajar siswa dan melatih bagi siswa untuk membangun pengetahuan secara aktif.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas VI semester I di SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015 dalam pembelajaran PKn kurang optimal. Hal ini diindikasikan disebabkan karena siswa menganggap pembelajaran PKn tidak sebagaimana mestinya. Pandangan siswa terhadap pembelajaran PKn yang kurang semestinya menjadikan siswa cenderung kurang serius dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan.

Atas dasar kondisi tersebut maka diperlukan perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa untuk aktif dalam menyampaikan pendapat atau pikiran dan perasaan secara lisan. Untuk mengoptimalkan hasil belajar dalam pelajaran PKn, diperlukan pendekatan yang lebih menekankan kerjasama siswa, keaktifan, dan kreativitas siswa serta ada kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan informasi.  

Salah satu model yang dapat digunakan adalah  model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stay. Melalui model pembelajaran kooperatif  ini, lebih menekankan siswa untuk memiliki keterampilan berdiskusi yaitu mengajak siswa untuk berpendapat, berinteraksi dengan teman-temannya, melatih kerjasama, dan berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah yang didiskusikan.

Kerangka berpikir tersebut di atas dapat digambarkan secara skematis ke dalam diagram kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 1 Diagram Kerangka Pemikiran

Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Penggunaan metode pembelajaran Two Way Two Stay (TSTS) efektif dalam meningkatkan sikap siswa terhadap pembelajaran PKn materi memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia.
  2. Penggunaan metode pembelajaran Two Way Two Stay (TSTS) efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia bagi siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah: a) Merupakan tempat peneliti mengajar, sehingga mempermudah peneliti dalam melakukan PKn materi Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu mulai bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan Desember 2014.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 17 orang. Alasan pemilihan subjek dilandasi pada kenyataan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi materi Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia dan berada di bawah KKM yang ditetapkan dengan tingkat penguasaan penuh secara klasikal > 80.00%, yaitu baru mencapai 52.94%.

Prosedur Penelitian

Jenis penelitian dengan strategi yang dianggap terbaik untuk diterapkan adalah penelitian tindakan kelas. Model dan strategi tindakan dalam penelitian ini mengacu pada model McKernan (Wiriaatmadja, 2006: 69) dengan dua siklus.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 (dua) siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015, dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran melalui langkah-langkah yang telah ditentukan.

Keempat tahapan dalam penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat digambarkan dalam gambar berikut:

Gambar  2. Skema Penelitian Tindakan Kelas

Dari kegiatan tersebut akan didapat refleksi awal. Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dalam setiap siklus. Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam tahap-tahap sebagai berikut

Tindakan Siklus I

Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan meliputi sebagai berikut: 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pembelajaran PKn materi Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Way Two Stay (TSTS); 2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan; 3) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran; 4) Menyiapkan lembar penilaian; 5) Melakukan koordinasi dengan kolaborator untuk menentukan peranan baik sebagai guru pengajar maupun sebagai guru pengamat; 6) Menyusun skenario pembelajaran dan mengujicobakannya di lapangan

Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Melaksanakan pembelajaran PKn materi Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia sesuai dengan RPP dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Way Two Stay (TSTS).  

Observasi

Tahap observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti.

Refleksi Hasil Tindakan

Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia bagi siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015.

Tindakan Siklus II

Tahapan yang dilakukan pada tindakan pembelajaran Siklus II sama dengan apa yang dilakukan pada tindakan pembelajaran Siklus I. Perencanaan dalam tindakan pembelajaran Siklus II dilakukan dengan memperhatikan hasil refleksi dari tindakan pembelajaran Siklus I.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini adalah teknik tes, observasi, dan dokumen.

  1. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan/latihan soal yang digunakan dan mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu/kelompok (Arikunto, 1997:29).

Tes hasil belajar untuk mengetahui hasil belajar dalam mata pelajaran PKn materi Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia bagi kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Two Way Two Stay (TSTS).

  1. Observasi

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Observasi dilakukan untuk mengamati sikap siswa terhadap pembelajaran PKn. Skoring diberikan dengan rentang skor antara 1 – 4 untuk setiap aspek penilaian. Dengan demikian maka skor sikap yang diperoleh siswa adalah antara 6 – 24.

Hasil skoring selanjutnya diklasifikasikan ke dalam 4 kategori sikap belajar, yaitu dengan rincian sebagai berikut: a) Sangat Baik (SB) dengan rentang skor antara 21 – 24; b) Baik (B) dengan rentang skor antara 16 – 20; c) Cukup Baik (C) dengan rentang skor antara 11 – 15; dan d) Kurang (K) dengan rentang skor antara 6 – 10.

Instrumen observasi sikap siswa terhadap pembelajaran disusun berdasarkan aspek sikap (bukan pengetahuan atau keterampilan) yang dituntut pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar PKn materi Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia. Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan untuk mencapai KD 2.1, 2.2, dan 2,3 dan KD 2.4 adalah perilaku rasa ingin tahu, dapat dipercaya, disiplin, tanggung jawab, dapat bekerja sama, kritis dan tekun.

Teknik Analisis Data

Mengacu pada model penelitian tindakan yang digunakan, alur pikir dalam penelitian diawali dari diagnosis masalah dan faktor penyebab masalah dalam pembelajaran PKn materi Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia. Langkah tersebut dilanjutkan dengan memilih tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan, penetapan desain penelitian dan prosedur pengumpulan data, analisis data, dan refleksi.  

Prosedur analisisnya menggunakan model alur yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan perkembangan dan perubahan subjek setelah subjek sampel diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada situasi tertentu dengan pembelajaran tindakan dalam kurun waktu tertentu dan berulang-ulang sampai program dinyatakan berhasil.

Indikator Kinerja Penelitian

Indikator kinerja dalam penelitian ini mencakup indikator keberhasilan tindakan pada aspek hasil belajar siswa. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Siswa dianggap sudah mencapai ketuntasan belajar apabila sudah memperoleh nilai > KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 70.00.
  2. Pembelajaran dianggap berhasil apabila nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 70.00.
  3. Pembelajaran dianggap berhasil apabila tingkat penguasaan penuh secara klasikal sudah mencapai > 80.00% dari jumlah siswa, atau jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 sudah mencapai > 80.00% dari jumlah siswa.
  4. Nilai rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal mencapai KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 70.00.
  5. Pembelajaran dianggap berhasil meningkatkan sikap siswa terhadap pembelajaran apabila jumlah siswa dengan sikap belajar kategori baik dan sangat baik mencapai > 75.00% dari jumlah siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Aktivitas Belajar Siswa

Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “Penggunaan metode pembelajaran Two Way Two Stay (TSTS) efektif dalam meningkatkan sikap siswa terhadap pembelajaran PKn materi memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan semakin baiknya sikap siswa terhadap pembelajaran pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Hasil pengamatan sikap siswa terhadap pembelajaran pada tahap awal sebelum dilakukan tindakan menunjukkan bahwa jumlah siswa dengan sikap terhadap pembelajaran kategori Sangat Baik (SB) hanya mencapai 5.88% dari jumlah siswa, kategori Baik (B) hanya mencapai 11.76%, kategori Cukup Baik (C) sebanyak 23.53%. Sisanya sebanyak 58.82% masih menunjukkan sikap dengan kategori Kurang Baik (K) terhadap pembelajaran. Atas dasar hal tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran dengan fokus meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran.

Tindakan yang dilakukan guru adalah dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif Two-Stay Two-Stay (TSTS). Upaya yang dilakukan guru ada tindakan Siklus I cukup berhasil dalam meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran. Hal ini diindikasikan dengan semakin meningkatnya sikap siswa terhadap pembelajaran.

Peningkatan sikap siswa terhadap pembelajaran tersebut dianggap belum optimal sehingga dilakukan perbaikan pembelajaran pada tindakan Siklus II. Perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan meningkatkan intensitas diskusi intra kelompok maupun antar kelompok.

Perbaikan yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II cukup efektif dalam meningkatkan sikap siswa terhadap pembelajaran. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan sikap terhadap pembelajaran kategori Sangat Baik, Baik, dan Cukup Baik pada tindakan Siklus II. Jumlah siswa dengan sikap terhadap pembelajaran kategori Sangat Baik (SB) mencapai 23.53%, kategori Baik (B) mencapai 29.41%, dan kategori Cukup Baik (C) sebanyak 29.41%. Sisanya sebanyak 17.65% masih menunjukkan sikap dengan kategori Kurang Baik (K) terhadap pembelajaran.

Data peningkatan sikap siswa terhadap pembelajaran dari kondisi awal hingga tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut:

Tabel 1

Peningkatan Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Kondisi Awal – Siklus II

No.

Kategori Sikap

Awal

Siklus I

Siklus II

Jmlh

%

Jmlh

%

Jmlh

%

1.

Sangat Baik

Skor 21 – 24

1

5.88

2

11.76

4

23.53

2.

Baik

Skor 16 – 20

2

11.76

3

17.65

5

29.41

3.

Cukup Baik

Skor 11 – 15

4

23.53

5

29.41

5

29.41

4.

Kurang Baik

Skor 6 – 10

10

58.82

7

41.18

3

17.65

Jumlah

17

100.00

17

100.00

17

100.00

Data peningkatan sikap siswa terhadap pembelajaran dari kondisi awal hingga tindakan Siklus II pada tabel di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut:

Gambar 3 Diagram Peningkatan Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Kondisi Awal – Tindakan Siklus II

Hasil Belajar Siswa

Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “Penggunaan metode pembelajaran Two Way Two Stay (TSTS) efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia bagi siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Hasil belajar siswa pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan adalah kurang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa sebesar 67.76 dan penguasaan penuh secara klasikal dengan ketuntasan kelas sebesar 52.94%.

 Atas dasar hal tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran dengan fokus meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tindakan yang dilakukan guru adalah dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif Two-Stay Two-Stay (TSTS).

Upaya yang dilakukan guru ada tindakan Siklus I cukup berhasil dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat penguasaan penuh secara klasikal.

Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 67.76 pada kondisi awal menjadi sebesar 71.53 pada tindakan Siklus I. Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 52.94% pada kondisi awal meningkat menjadi 64.71% pada akhir tindakan Siklus II.

Peningkatan hasil belajar yang diperoleh pada tindakan Siklus I dianggap belum optimal. Hal ini diindikasikan dengan belum tercapainya penguasaan penuh secara klasikal dengan ketuntasan belajar > 80.00% dari jumlah siswa. Atas dasar hal tersebut, maka dilakukan perbaikan pembelajaran pada tindakan Siklus II. Perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan mengintensifkan diskusi intra-kelompok maupun antar kelompok.

Perbaikan yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 71.53 pada akhir tindakan Siklus I menjadi sebesar 74.82 pada akhir tindakan Siklus II.. Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 64.71% pada akhir tindakan Siklus I meningkat menjadi 100.00% pada akhir tindakan Siklus II.

Peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal – Tindakan Siklus II

No.

Ketuntasan

Awal

Siklus I

Siklus II

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

1.

Tuntas

9

52.94

11

64.71

17

100.00

2.

Blm Tuntas

8

47.06

6

35.29

0

0.00

Jumlah

17

100.00

17

100.00

17

100.0

Nilai Rata-rata

67.76

71.53

74.82

Perkembangan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut.

Gambar 4 Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II

Perkembangan nilai hasil belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut.

Gambar 5 Diagram Peningkatan Nilai Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka selanjutnya dapat diperoleh hasil penelitian:

  1. Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Two-Stay Two-Stay (TSTS) efektif dalam meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan semakin baiknya sikap siswa terhadap pembelajaran pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Jumlah siswa dengan dengan sikap terhadap pembelajaran kategori Sangat Baik (SB) mengalami peningkatan dari 5.88% pada kondisi awal meningkat menjadi 11.76% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 23.53% pada tindakan Siklus II.
  2. Penggunaan metode pembelajaran Two Way Two Stay (TSTS) efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia bagi siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 67.76 pada kondisi awal, meningkat menjadi 71.53  pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi sebesar 74.82 pada akhir tindakan Siklus II. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 52.94% pada kondisi awal, meningkat menjadi 64.71%  pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi sebesar 100.00% pada akhir tindakan Siklus II.

Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

  1. Bagi Siswa

Siswa diharapkan dapat meningkatkan sikap mereka terhadap pembelajaran sehingga hasil belajar yang mereka peroleh semakin optimal.

  1. Bagi Guru

Guru disarankan untuk berani bereksperimen dengan mengaplikasikan berbagai metode pembelajaran yang bervariatif sehingga sikap siswa terhadap pembelajaran semakin positif.

  1. Bagi Sekolah

Sekolah diharapkan dapat mendorong para guru untuk menerapkan metode pembelajaran yang bervariatif guna memberikan pengalaman belajar yang baru dan menarik bagi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 2013. Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT. Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: Rajawali Press.

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anwar Holil. 2007. Model Pembelajaran Kooperatif. http://anwarholil.blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html diakses 25 April 2010.

Astuti dan Supriyadi. 2004. Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning. Surakarta: APK Karanganya.

Deddy Krishananto. 2009. Pengertian Hasil Belajar. http://techonly13.wordpress.com diakses 25 April 2010.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: B.P Cipta Jaya.

Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2003. Pedoman Penyelenggaran Program Percepatan Belajar SD, SMP dan SMA

Erhan Anggawirya: 2000;  Akuntansi 1, Jakarta: PT Ercontara Rajawali.

Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Miles, Matthew B, A. Michael Hubberman. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Mudjijo. 1995. Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Novi Emildadiany. 2008. Cooperative Learning – Teknik Jigsaw. http://akhmadsudrajat.wordpress.com diakses 3 Mei 2010.

Poerwadarminta. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwanto, Ngalim. 2003.. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Slameto. 2005. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: FKIP. UNS

Soetarlinah Soekadji http://lussysf.multiply.com/ journal/item/137, diakses 3 Mei 2010.

Sutopo, H. B. 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta: UNS Press.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Zaini, Hisyam, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Bio Data Penulis:

Nama

:

Esti Hastuti, S. Pd.

NIP

:

19590927 197911 2 003

Jabatan

:

Kepala Sekolah

Unit Kerja

:

SD Negeri Wirogunan 02

UPTD Pendidikan  Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo