Published using Google Docs
ESTER YULIANTI.docx
Updated automatically every 5 minutes

UPAYA    MENINGKATKAN    KUALITAS    PEMBELAJARAN   C  T  L

MELALUI      SUPERVISI    AKADEMIK   BAGI    GURU -   GURU  

KELAS  IV,V,VI  SEKOLAH  DASAR   GUGUS III  GAJAH MADA

UPTD   DIKPORA   KEC. BANJARSARI  KOTA   SURAKARTA

SEMESTER   I   TAHUN  PELAJARAN  2011 /  2012

ABSTAK

Ester  Yulianti, S.Pd.,MH  Upaya meningkatan  Kualitas Pembelajaran C T L Melalui Supervisi Akademik  Bagi Guru-Guru Kelas IV, V, VI Sekolah Dasar  Gugus III Gajah Mada  UPTD Dikpora Kec. Banjarsari  Kota Surakarta Semester I Tahun Pelajaran 2011 / 20012.

Kata kunci  : kualitas pembelajaran  CTL  dan supervisi akademik.

            Penelitian ini diawali dengan  hasil kepengawasan  kegiatan belajar mengajar  oleh Pengawas Sekolah  yang masih  konvensional atau  tradisional, sehingga tidak menyenangkan siswa  dan hanya  berorientasi  pada  hasil belaka. Hasil belajar  siswa pun kurang maksimal karena perolehan materi dari guru saja.  Khususnya hal ini terjadi di daerah binaan  Sekolah Dasar  pada Gugus III Gajah Mada UPTD  Dikpora Kec.Banjarsari  Kota  Surakarta.      

            Tujuan penelitian ini adalah meningkatan kualitas pembelajaran CTL artinya  yang semula proses  pembelajarannya masih tradisional menjadi pembelajaran CTL  / kontekstual, yang akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa .

            Metode penelitian ini adalah penelitian  tindakan yang dilaksanakan dengan dua siklus.

          Berdasarkan  hasil penelitian tindakan di atas dapat disimpulkan  : (1) Supervisi akademik memberikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas   pembelajaran   bagi guru-guru Kelas IV, V, VI Sekolah Dasar Gugus III Gajah Mada UPTD Dikpora Kec.Banjarsari  Kota Surakarta dan (2) dampak peningkatan proses pembelajaran   pada hasil belajar siswa  sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.

           Peneliti merekomendasikan  : (1) Supervisi  akademik  dari pengawas  sangat diperlukan guru-guru guna meningkatkan kualitas  dalam proses pembelajaran CTL , (2)  perlunya kreativitas guru dalam penggunaan  pembelajaran CTL   agar siswa mudah menerima materi pelajaran dan menggali  materi pembelajaran lebih  luas, (3) sekolah hendaknya mendukung  sarana  pembelajaran  baik alat peraga mau pun media  elektonik agar kesulitan-kesulitan guru dapat teratasi.

Latar  Belakang  Masalah

                                                                                                                                                 

Pembelajaran  yang  baik  akan menghasilkan hasil  belajar  yang  baik  pula. Itu merupakan realitas dalam proses pembelajaran  di sekolah, tidak memilih kelas  rendah ataupun kelas tinggi. Pembelajaran yang baik harus diusahakan karena tidak semua pembelajaran yang dilakukan guru menghasilkan hasil yang baik. Pastinya pembelajaran yang baik menuntut persiapan yang baik pula,  berawal dari pembuatan Rencana Persiapan Pembelajaran, persiapan media pembelajaran, persiapan instrumen evaluasi  bahkan persiapan setting kelas sangat mendukung proses pembelajaran tersebut sehingga menghasilkan  pembelajaran yang baik yang tentunya akan menghasilkan hasil belajar yang baik bagi siswa.

   Hasil supervisi  Pengawas  Sekolah  menemukan adanya  proses  pembelajaran di kelas kurang  maksimal.  Guru  masih  sering  melakukan  pembelajaran  tanpa  persiapan  maksimal. Rencana  Pelaksanaan Pembelajaran  seadanya,  proses  pembelajaran  berjalan tanpa kolaborasi  dengan  siswa  sehingga  siswa hanya  duduk  manis  mendengarkan  penyampaian  materi  pembelajaran,  mencatat bila  perlu  dan  mengerjakan  soal-soal  Lembar  Kerja  Siswa  yang  telah  dibelinya. Pembelajaran masih tradisional. Dengan  demikian  hasil  pembelajaran  yang  diperoleh  siswa juga  seadanya  saja atau  kurang  maksimal.

    Berawal  dari hal  tersebut  di atas,  penulis  mempunyai  keinginan  untuk   mensuport   guru - guru   agar  dapat  melaksanakan  pembelajaran  CTL ( Contextual Teaching Learning ) atau pembelajaran kontekstual yang dipersiapkan sungguh- sungguh melalui  supervisi  akademik  sehingga  proses  pembelajaran meningkat  dan  hasil  belajar  siswa  juga  meningkat.  Maka penulis  mengupayakan  peningkatan  kualitas  pembelajaran  CTL  melalui  supervisi akademik  bagi  guru-guru kelas IV, V, VI SD  Gugus III  Gajah Mada  UPTD  Dikpora  Kec. Banjarsari Kota  Surakarta  agar  pelaksanaan  pembelajaran berkualitas sehingga  hasil belajarpun meningkat.

Rumusan  Masalah     

Berdasarkan  identifikasi  masalah dan pembatasan masalah  di atas  maka  diajukan  rumusan  masalah  sebagai  berikut :

  1. “Apakah  melalui supervisi  akademik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran CTL bagi guru  kelas IV, V, VI Sekolah Dasar Gugus  III  Gajah Mada UPTD Dikpora Kec.Banjarsari Kota Surakarta semester I Tahun Pelajaran 2011/2012 ? “
  2. “ Apakah  pembelajaran CTL BERKUALITAS  dapat meningkatkan  hasil  belajar siswa ?

Tujuan  Penelitian

  Ada  pun   penelitian  ini  mempunyai  tujuan  yaitu :

   Meningkatkan  kualitas  pembelajaran   CTL   sehingga  meningkatkan   minat belajar siswa dan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran  sehinga menghasilkan    hasil belajar  siswa meningkat.  

 

Manfaat  Penelitian

  1. Bagi siswa            :  meningkatkan prestasi belajar.
  2. Bagi guru                :  meningkatkan  kinerja.
  3. Bagi sekolah           :  meningkatkan  SDM.
  4. Bagi pengawas          :  meningkatkan kinerja.
  5. Bagi perpustakaan: menambah daftar sumber belajar.

 

KAJIAN TEORI   DAN  HIPOTESIS  TINDAKAN

 

  1. Pembelajaran CTL ( Contextual Teaching Learning )
  1. Konsep Dasar  

 Kata kontekstual ( contextual ) berasal dari kata context yang berarti ” hubungan, konteks, suasana dan keadaan ( konteks ) ”. ( KUBI, 2002 : 519 ). Sehingga Contextual Teaching and Learning ( CTL ) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Secara umum contextual mengandung arti :
Yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks; Yang membawa maksud, makna, dan kepentingan.
          Menurut Depdiknas ( 2003 : 5 ) ” Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari – hari ”.

Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

   Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

  1. Pengertian  CTL

                        CTL disebut  juga pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

                       Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Di samping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.

  1. Pendekatan  CTL
  1. Problem-Based Learning , yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar melalui berpikir kritis dan keterampilan  pemecahan masalah dalam rangka memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
  2. Authentic Instruction , yaitu pendekatan pengajaran yang  menperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna melalui pengembangan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting di dalam konteks kehidupan nyata.
  3. Inquiry-Based Learning , pendekatan pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan memberi ke-sempatan untuk pembelajaran bermakna.  
  4. Project-Based Learning , pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruk pembelajarannya (pengetahuan dan keterampilan baru), dan mengkulminasikannya dalam produk nyata.
  5. Work-Based Learning ; pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi ajar dan menggunakannya kembali di tempat kerja.
  6. Service Learning , yaitu pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru dan berbagai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
  7. Cooperative Learning , yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam rangka memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
  1. Perbedaan Pendekatan  CTL  dengan Pendekatan Tradisional

C T L ( Kontekstual ) :

  1.  Menyandarkan pada pemahaman makna.
  2.  Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
  3. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
  4. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
  5. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

6) Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.

  1. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
  2. Perilaku dibangun atas kesadaran diri.

9) Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.

10)Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat  subyektif.

11)Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut  merugikan.

           12)Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.

           13)Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.

           14)Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.

Tradisional :  

  1. Menyandarkan pada hafalan.
  2.  Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
  3.  Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
  4.  Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
  5. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
  6. Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
  7. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
  8. Perilaku dibangun atas kebiasaan.
  9. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
  10. Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
  11.  Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
  12. Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.
  13.  Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
  14.  Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.

  1. Komponen Pembelajaran C T L
  1. Konstruktivisme

              Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.

  1.  Inquiry

Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.Siswa    belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.

  1. Questioning (Bertanya)

Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.

  1. Learning Community (Masyarakat Belajar)

Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar. Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.  Tukar pengalaman dan berbagi ide.

  1. Modeling (Pemodelan) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.
  2.  Reflection ( Refleksi)

Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari. Mencatat apa yang telah dipelajari. Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.

  1. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)

Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, penilaian produk (kinerja), tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.

  1. Karakteristik  Pembelajaran C T L
  1. Kerjasama
  2. Saling menunjang
  3. Menyenangkan, tidak membosankan
  4. Belajar dengan bergairah
  5. Pembelajaran terintegrasi
  6. Menggunakan berbagai sumber
  7. Siswa aktif
  8. Sharing dengan teman
  9. Siswa kritis guru kreatif
  10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
  11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.

  1. Supervisi  Akademik

             Menurut Sahertian ( 2000 : 19 ) Supervisi adalah usaha memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran

  Menurut Soewaji ( 1988 : 33 )supervisi merupakan rangsangan, bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada guru-guru agar kemampuan profesionalnya semakin berkembang sehingga situasi belajar semakin efektif dan efisien.

  Menurut Depdiknas Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah dasar agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

               Tugas pokok pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni:

                  Untuk dapat melaksanakan tugas  tersebut pengawas tentu harus menguasai berbagai prinsip, metode, dan teknik supervisi sehingga ia dapat menentukan strategi, pendekatan atau model supervisi yang cocok untuk  menyelesaikan suatu permasalahan atau program.

  1. Pengertian  Supervisi Akademik

             Supervisi akademik merupakan kegiatan pembinaan deng memberi bantuan  teknis  kepada  guru dalam  melaksanakan proses pembelajaran,  yang  bertujuan  untuk  meningkatkan  kemampuan profesional guru  dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

                       Menurut Ngalim Purwanto   dalam  Administrasi  dan Supervisi    Pendidikan  (  1995:76 ) supervisi  ialah aktifitas pembinaan yang direncanakan  untuk  membantu  para guru dan  pegawai  sekolah  lainnya  dalam  melakukan   pekerjaan  mereka secara efektif.

Menurut Usman supervisi ialah pelayanan profesional bagi dan guru yang  bertujuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar (PBM) dan meningkatkan kualitas hasil belajar mengajar. Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi, bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar.

            Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran.

.  Menurut Keputusan   Menteri  Negara   Pendayagunaan  Aparatur  Negara  nomor 118/1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas  Sekolah  dan  angka Kreditnya  bab I pasal 1 pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil  yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang  secara  penuh  oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan  pengawasan  pendidikan di sekolah   dengan  melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan  pendidikan  pra sekolah, dasar dan menengah.

   Pengertian pembinaan  menurut Departemen  Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah direktorat Pendidikan Guru dan  Tenaga Teknis  (1997/1998,4) adalah memberi  arahan, bimbingan, contoh, dan  saran  dalam  pelaksanaan pendidikan di sekolah.Memberikan arahan  adalah  upaya  pengawas  sekolah  agar guru dan tenaga lain di sekolah yang diawasi dalam melaksanakan tugasnya lebih terarah dan mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Memberikan bimbingan adalah upaya pengawas sekolah agar guru dan tenaga lain mengetahui lebih rinci kegiatan yang harus  dilaksanakan dan cara melaksanakannya.Memberikan contoh adalah upaya pengawas sekolah yang  dilaksanakan dengan  cara yang bersangkutan bertindak sebagai guru yang  melaksanakan proses belajar mengajar/ bimbingan untuk  materi  tertentu  di depan kelas dengan  tujuan  agar  guru  yang diawasi dapat mempraktekkan model/membimbing   yang baik. Memberikan saran adalah upaya  pengawas  sekolah  agar suatu proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah lebih baik daripada hasil yang dicapai sebelumnya atau berupa saran kepada pimpinan untuk menindaklanjuti pembinaan yang tidak dapat dilaksanakan sendiri.

                        Dari pengertian supervisi  akademik di atas dapat disimpulkan bahwa

            supervisi akademik adalah kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah/pengawas sekolah kepada guru  untuk membantu  memecahkan  masalah yang berhubungan dengan proses pembelajaran  agar mutu/kualitas pembelajaran  bisa maksimal. Supervisi akademik bisa berupa supervisi perencanaan pembelajaran dan supervisi   pelaksanaan pembelajaran.

           

           Tujuan supervisi akademik
Tujuan supervisi akademik adalah:
1). membantu guru mengembangkan kompetensinya,
2). mengembangkan kurikulum,
3). mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian  tindakan kelas   (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).

 Prinsip-prinsip supervisi akademik
1. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.

  1. Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi yang  matang   dan tujuan pembelajaran.
  2.  Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
  3. Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.
  4.  Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang  mungkin akan terjadi.
  5. Konstruktif, artinya  kreativitas dan inovasi guru  dalam mengembangkan   proses  pembelajaran.
  6. Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan  guru  dalam

mengembangkan  pembelajaran.

  1. Kekeluargaan,  artinya  mempertimbangkan saling  asah,  asih, asuh, dalam  mengembangkan pembelajaran.
  2. Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi   pelaksanaan supervisi akademik.
  3. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
  4. Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan  yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor.
  5. Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur danberkelanjutan oleh Kepala sekolah).
  6. Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.
  7. Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik  di atas (Dodd, 1972).

Dimensi-dimensi subtansi supervisi akademik
a. Kompetensi kepribadian.
b. Kompetensi pedagogik.
c. Kompotensi profesional.
d. Kompetensi sosial.

Sasaran Supervisi akademik

  Sasaran pembangunan profesional guru adalah kemampuan profesional guru yang berkenaan dengan antara lain:

 1). Merencanakan KBM sesuai dengan strategi belajar aktif.

2). Mengelola KBM yang menarik.

3). Menilai kemampuan belajar siswa, memberikan umpan balik yang   bermakna, dan membuat/menggunakan alat bantu belajar mengajar.

4). Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan media pengajaran.

5). Membimbing dan melayani siswa dalam kesulitan belajar.

6). Mengelola kelas sehingga tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan.

7). Menyusun dan mengelola catatan kemajuan siswa.

8). Pengelolaan dan pelaksanaan administrasi.

9).Pelaksanaan kebersihan, ketertiban.

              10).Pelaksanaan ekstra kurikuler seperti UKS, Pramuka, dsb.

 Teknik Supervisi                              

                             Teknik supervisi  akademik ada dua, yaitu teknik supervisi  individual dan teknik supervisi kelompok yang dapat dilakukan oleh  Kepala,  Pengawas dan Pembina Sekolah Dasar .

1. Teknik supervisi individual

Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru.Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui   kualitas pembelajarannya.

Macam-macam teknik supervisi individual

                    Teknik supervisi individual ada lima macam yaitu:

a. kunjungan kelas,

b. observasi kelas,

c. pertemuan individual,

d. kunjungan antarkelas, dan

e. menilai diri sendiri.

                       a). Kunjungan Kelas (Classroom Visitation).

                              Kunjungan kelas untuk memperoleh gambaran tentang proses belajar mengajar dan pengelolaan  kelas yang dilaksanakan guru.

                            a).1.Kunjungan Kelas dapat  dilaksanakan dengan cara :

tujuan kunjungan harus jelas.

                                a).2.Tahap-tahap kunjungan kelas

                                  a).3. Kriteria kunjungan kelas .

                                                 Dengan menggunakan enam kriteria yaitu:

                           Pada waktu kunjungan kelas ini,supervisor dapat melihat hasil belajar siswa dan hal-hal yang menunjang dalam   pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan.  

b).  Observasi Kelas (Classroom Observation).

                Observasi kelas dapat dilaksanakan untuk mengetahui usaha serta kegiatan siswa dan guru dalam proses   belajar   mengajar yang mencakup  penguasaan bahan, penguasaan metode, pengorganisasian kelas,  penggunaan  media  dan  faktor-faktor penunjang lainnya dalam rangka pencapaian tujuan telah ditetapkan.

                                            b).1. Aspek-aspek yang diobservasi di dalam kelas

                                                 Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:

                                           b).2. Pelaksanaan observasi kelas

                                                    Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahap:

1) sudah siap dengan instrumen observasi,

                                                              2)menguasai masalah dan tujuan supervisi, dan

                                                              3) observasi tidak mengganggu proses pembelajaran

                                  c). Pertemuan Individual

Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara supervisor guru. Tujuannya adalah:

                                          c).1. Jenis-jenis pertemuan individual

  Swearingen (1961) mengklasifikasi empat jenis    pertemuan (percakapan) individual sebagai berikut :

c).2. Pelaksanaan pertemuan individual

                          c)3.Percakapan Pribadi (Individual Conference)      Percakapan  pribadi  ini  bertujuan untuk :

                              a). Mengembangkan segi-segi positif dari kegiatan guru.

        b) Mendorong  guru  mengatasi segi – segi kelemahan-

nya  dalam   mengajar  dan mengelola kelasnya.

                                         c). Mengurangi keragu-raguan guru dalam menghadapi          

                                              masalah pada  waktu mengajar.

d). Kunjungan Antar Kelas atau Antar Sekolah.

               Kegiatan ini  dilakukan  dengan  tujuan  untuk  menukar  pengalaman serta  hal – hal   lain   yang   menyangkut   usaha untuk menunjang pelaksanaan interaksi belajar mengajar. Seseorang guru mengunjungi lain yang mengajar untuk menambah pengalaman mengajar atau mengamati rekan guru lain yang sedang memberi contoh-contoh mengajar yang baik.

                                      e).Menilai diri sendiri

 Menilai diri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu diperlukan kejujuran diri sendiri.

                                          Cara-cara menilai diri sendiri  :

                                           a. Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut nama.

                                            b. Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.

                                        c. Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik  mereka    bekerja   secara   perorangan   maupun  secara  kelompok.

2.Supervisi kelompok

            Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi.

             Menurut Gwynn (1961), ada tiga belas teknik supervisi kelompok yaitu:

a. kepanitiaan-kepanitiaan,

b. kerja kelompok,

c. laboratorium dan kurikulum,

d. membaca terpimpin, 

e. demonstrasi pembelajaran,

f. darmawisata,

g. kuliah/studi,

h. diskusi panel,

i. perpustakaan,

j. organisasi profesional,

k. buletin supervisi,

l. pertemuan guru,

m. lokakarya atau konferensi kelompok.

            Menurut Ngalim Purwanto  dalam bukunya Administrasi dan supervisi Pendidikan ( 1995)  ada beberapa tehnik supervisi akademik secara kelompok, antara lain :

1). Rapat Rutin.

            Kegiatan  ini  dilakukan antara pembina dengan para guru di sekolah. Hal ini biasanya dilaksanakan dalam rangka menyampaikan pembicaraan yang bersifat umum.

2). Pertemuan-Pertemuan Gugus.

            Pertemuan-pertemuan gugus dilaksanakan pada kelompok-kelompok kerja seperti Kelompok Kerja Guru (KKG), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS),dan pertemuan PKG.Pertemuan-pertemuan tersebut dapat dilaksanakan oleh  masing – masing kelompok atau  gabungan dari beberapa kelompok – kelompok kerja  yang bertujuan untuk menginventarisasi dan merumuskan  masalah-masalah  yang  ditemui serta mencari alternatif pemecahannya.

3). Kunjungan antar KKG, KKKS, KKPS.

                                                    Pengurus atau anggota KKG, KKKS,KKPS saling   mengunjungi dengan  kelompok kerja lain dengan  saling tukar

menukar pengalaman atau tukar menukar tutor.

4). Sistem magang:

      Guru/KS dari satu sekolah belajar dari guru/KS dari sekolah lain selama beberapa hari.

5). Penataran tingkat lokal:

     Penataran mini 1-2-3 hari tingkat sekolah /KKG dengan materi sesuai kebutuhan guru untuk memenuhi kebutuhan guru.

6). Karyawisata dengan guru-guru:

     Mengunjungi sumber-sumber belajar, mengamati dan diskusi  untuk menambah wawasan tentang sumber-sumber belajar sehingga dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan KBM.

                                       7). Melalui pengumuman, brosur, edaran dan  memanfaatkan  media   massa seperti surat  kabar, majalah, buletin,radio dan televisi:  Membaca/ mendengarkan dan menyebarluaskan untuk mengetahui perkembangan dan kebijakan pendidik.

   Teknik supervisi akademik yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk siklus I adalah  penataran tingkat lokal, kunjungan kelas  dan percakapan pribadi (Individual Conference).  Peneliti memilih teknik penataran tingkat lokal karena penataran ini dilaksanakan khusus untuk guru kelas IV, V dan VI di gugus Gajah Mada UPTD Dikpora Kec.Banjarsari Kota Surakarta dengan materi sesuai kebutuhan khusus guru yaitu pembelajaran CTL sekaligus penyusunan RPP nya agarkualitas pembelajaran meningkat. Dilanjutkan dengan kunjungan kelas untuk memantau pelaksanaan pembelajaran dengan instrumen yang telah disediakan, kemudian diadakan percakapan pribadi untuk evaluasi dan perbaikan kekurangan yang ada.

   Pada siklus II menggunakan teknik penataran lokal , kunjungan kelas dan percakapan pribadi lagi.  Penataran lokal membahas materi yang telah dibahas pada siklus I dengan penekanan pada kesulitan-kesulitan yang dialami guru-guru.  Kunjungan kelas juga dilakukan lagi untuk melihat pembelajaran CTL dengan perbaikan-perbaikan yang ada agar pembelajaran lebih baik, dilanjutkan dengan percakapan pribadi karena kegiatan ini memberi bantuan / layanan khusus untuk memecahkan masalah khusus.  

Skema   Kerangka   Berfikir

 

 

Diduga  melalui  Supervisi Akademik  kualitas Pembelajaran CTL

Meningkat.

 

        

Alokasi  Waktu  Penelitian

 

Tahap

September’11

Oktober’11

November ‘ 11

Desember ‘11

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

I .Persiapan

   Proposal

II .Pelaksanaan

     a.Siklus I

     b.Siklus II

III. Analisis  

       Data

IV.Pembahasan

V.Pelaporan

1.  Waktu  Penelitian

            Penelitian  ini dilaksanakan  bulan September – Desember 2011,  diawali   dengan    persiapan  penyususunan     proposal ,  penyusunan instrumen,   pengumpulan   data, analisa data, pembahasan dan laporan  hasil penelitian  ( Lihat Tabel )

 2 .Tempat Penelitian

            Penelitian dilakukan  di  Gugus  III  Gajah Mada UPTD Dikpora Kec. Banjarsari Kota Surakarta   karena gugus tsb  adalah daerah  binaan   peneliti .  Adapun  sekolah  - sekolah  yang  ada  di gugus tsb adalah :

a). SD Negeri Mangkubumen Wetan.

b). SD Negeri Tumenggungan.

            c). SD Negeri Purworejo.

            d). SD Pangudi Luhur Santo Valentino.

            e). SD IST  Ibnu Qoyyim.

 3. Subyek Penelitian

           Subyek penelitian di sini adalah guru kelas IV, V, VI   Gugus III Gajah Mada UPTD Dikpora Kec. Banjarsari Kota Surakarta.

4.  Sumber  Data

    1. Sumber  data   primer  merupakan  sumber  data yang diperoleh langsung dari   subyek penelitian yaitu guru kelas IV, V,VI  Sekolah Dasar Gugus III  Gajah Mada  UPTD Dikpora Kec. Banjarsari Kota Surakarta.

 2.Sumber  data  sekunder merupakan data pendukung yang digunakan untuk mendukung data primer yang diperoleh dari wawancara Kepala Sekolah.

5.  Tehnik  &  Alat  Pengumpulan  Data

      1.  Tehnik    Pengumpulan Data :

           a.  Observasi

                 Tehnik observasi  dalam  penelitian ini adalah mengamati secara langsung dengan teliti dan cermat pelaksanaan proses pembelajaran di kelas IV, V, VI  Sekolah Dasar Gugus III Gajah Mada  UPTD Dikpora Kec. Banjarsari Kota Surakarta.

           b.  Wawancara

               Wawancara  dalam  hal ini  adalah peneliti  dengan  Kepala  Sekolah  ybs untuk   mendapatkan     data    yang   lebih    akurat   tentang    pelaksanaan proses   pelaksanaan   pembelajar CT L yang  dilakukan  guru kelas IV, V, VI  tsb dalam    tugas    sehari – hari.

      2.  Alat  Pengumpulan  Data

           a.  Instrumen  Supervisi Akademik

                  Instrumen  ini  menjadi pedoman pada proses pelaksanaan pembelajaran  CTL saat  guru   tsb diteliti,  untuk mengetahui sejauh mana kualitas pembelajaran CTL tersebut.    

           b.  Wawancara.

Wawancara    dengan   Kepala  Sekolah   dengan   menggunakan   Lembar  Wawancara yang hasilnya sebagai pendukung  data  primer.

6. Validasi Data

     Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat - tingkat kevalidan suatu  instrumen. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas instrumen Supervisi Akademik. Diharapkan setelah diuji cobakan  instrumen dapat menunjukkan valid dan dapat digunakan  sebagai alat penelitian. Pada penelitian ini validasi data dilakukan dengan kolaborasi sumber data dari Kepala Sekolah Dasar masing-masing yang menjadi subyek penelitian.

7.  Analisis  Data

      Untuk  menganalisis  data   :

  1. Analisis Deskriptif  Komperatif ,  untuk  membandingkan  hasil  siklus I  dengan siklus II. Kondisi awal guru pada proses pelaksanaan pembelajaran  yang  masih tradisional  ( kurang berkualitas ), sehingga  peneliti  mengadakan

             supervisi akademik  yang terdiri atas dua siklus.

      2. Analisis  Deskriptif   Kualitatif   untuk  data – data  yang  berhubungan dengan  proses pelasksanaan  pembelajaran CTL  baik  hasil dari instrumen akademik  maupun  hasil  wawancara Kepala Sekolah.

8.  Prosedur  Penelitian

       1.  Pada  awal  penelitian,  peneliti  mengadakan  observasi   pada   guru   dalam  proses   pembelajaran  di sekolah  masing-masing, yang ternyata proses pembelajaran masih tradisional dan  kualitas  pembelajaran CTL  masih  rendah.

  1. Peneliti     mengadakan     tindakan     yaitu     Supervisi Akademik   yang  terdiri  atas  dua  siklus adalah :

            *  Siklus  I   terdiri  atas  :

                 a.  Perencanaan Tindakan  melalui  observasi  kelas  pada proses pembelajaran  di  kelas.

               b. Pelaksanaan  Tindakan  :  melaksanakan  Supervisi Akademik dengan tehnik :

 1) Penataran lokal  :  peneliti menyampaikan materi pembelajaran CTL dan pembuatan RPP nya  pada KKG yang diadakan di SD Inti.

    2) Kunjungan Kelas : peneliti mengamati proses  pembelajaran CTL  sesuai jadwal pada Tabel 3.

    3) Percakapan Pribadi : peneliti dan guru bercakap-cakap untuk mengetahui kesulitan-kesulitanyang dialami guru dan memberikan solusi pemecahannya  untuk  perbaikan.

c. Refleksinya  melalui  hasil instrumen supervisi akademik  dan percakapan  pribadi  dengan guru , dibuat perbaikan-perbaikan pembelajaran CTL  agar proses pembelajaran CTL berkualitas.

               *  Siklus II terdiri atas  :

     

  1. Penataran lokal  :  peneliti menyampaikan perbaikan  materi  CTL yang masih menjadi kendala pada siklus I dan pembuatan RPP nya  pada KKG yang diadakan di SD Inti.

    2) Kunjungan Kelas : peneliti mengamati proses  pembelajaran CTL  sesuai jadwal pada Tabel 3.

    3) Percakapan Pribadi : peneliti dan guru bercakap-cakap untuk mengetahui  bila masih ada kesulitan-kesulitanyang dialami guru dan memberikan solusi pemecahannya  untuk  perbaikan.

c. Refleksinya  melalui  hasil pengamatan dan  instrumen supervisi akademik  dan percakapan  pribadi guru bahwa pembelajaran CTL  meningkat kualitasnya.

 

 HASIL PENELITIAN   DAN  PEMBAHASAN

Dari  hasil   yang   tampak    pada   siklus    pertama     peneliti   dapat   memperoleh gambaran  bahwa  melalui supervisi akademik   dapat  meningkatkan  pembelajaran CTL sehingga  kualitas pembelajaran di kelas meningkat. Hal tersebut  secara  sepintas  dapat  dilihat  dari tabel di bawah ini walaupun belum maksimal.

No

Nama Responden

Sekolah

Kelas

Skor

Kondisi  Awal

Hasil  Siklus I

1.

Pramono, S.Pd

SDN MangkubumenWetan

VI

50

74

2.

Wiyadi, S.Pd

SDN  Mangkubumen Wetan

V

50

82

3.

Panci Sejati, A.Ma

SDN  Mangkubumen Wetan

IV

50

84

4.

Suparni, S.Pd

SDN  Tumenggungan.

VI

50

73

5.

Hari Sutopo, S.Pd

SDN  Tumenggungan.

V

50

74

6.

Siti  Nurmaini, S.Pd

SDN  Tumenggungan.

IV

50

73

7.

Sutarti, S.Pd.

SDN Purworejo.

VI

50

83

8.

Siti Nur’aini, S.Pd

SDN Purworejo.

V

50

82

9.

Sri Mulyani, A.Ma

SDN  Purworejo

IV

50

76

10

Marfa Ari Astuti,S.Pd

SD Pangudi Luhur SV

VI

50

74

11

A.Dyah Novarita,S.Si

SD  Pangudi Luhur SV

V

50

74

12

FX.Joko  Santoso

SD  Pangudi Luhur SV

IV

50

60

13

Muliawan, S.Th.I

SD IST Ibnu Qoyyim

VI

50

68

14

Maryanto, S.Pd

SD IST Ibnu Qoyyim

V

50

65

15

M.Jamaluddin

SD IST Ibnu Qoyyim

IV

50

64

Terlihat  hasil pada  siklus 2  sudah banyak  perbaikan  dibandingkan  pada kondisi awal dan pada Siklus I.  Untuk  gambaran  konkrit  peneliti  membuat    tabel skor hasil  pembelajaran CTL juga hasil RPP nya  seperti pada tabel di bawah :

No

Nama Responden

Sekolah

Kelas

Skor

Kon-

disi  Awal

Hasil  Siklus I

Hasil  Siklus II

1.

Pramono, S.Pd

SDN MangkubumenWetan

VI

50

74

90

2.

Wiyadi, S.Pd

SDN  Mangkubumen Wetan

V

50

82

100

3.

Panci Sejati, A.Ma

SDN  Mangkubumen Wetan

IV

50

84

100

4.

Suparni, S.Pd

SDN  Tumenggungan.

VI

50

73

99

5.

Hari Sutopo, S.Pd

SDN  Tumenggungan.

V

50

74

96

6.

Siti  Nurmaini, S.Pd

SDN  Tumenggungan.

IV

50

73

99

7.

Sutarti, S.Pd.

SDN Purworejo.

VI

50

83

99

8.

Siti Nur’aini, S.Pd

SDN Purworejo.

V

50

82

96

9.

Sri Mulyani, A.Ma

SDN  Purworejo

IV

50

76

86

10

Marfa Ari Astuti,S.Pd

SD Pangudi Luhur SV

VI

50

74

80

11

A.Dyah Novarita,S.Si

SD  Pangudi Luhur SV

V

50

74

80

12

FX.Joko Santoso,A.MaPd

SD  Pangudi Luhur SV

IV

50

60

-

13

Mulyawan, S.Th.I

SD IST Ibnu Qoyyim

VI

50

68

90

14

Maryanto, S.Pd

SD IST Ibnu  Qoyyim

V

50

65

90

15

M.Jamaluddin

SD IST  Ibnu  Qoyyim

IV

50

64

90

                          

              Skor Peningkatan Hasil Belajar Siswa

No

Sekolah

Nilai Rata-rata  IPA

Peningkatan

RATA2

%

UTS

UAS

Kl.IV

Kl.V

Kl.VI

Kl.IV

Kl.V

Kl.VI

1.

SD N  Mangkubumen Wetan

66

65

62

74

77

73

17,1 %

2.

SD N Tumenggungan

60

64

65

65

68

68

6,3 %

3.

SD N  Purworejo.

61

63

64

66

70

72

11,8 &

4.

SD  Pangudi Luhur

62

64

65

66

68

68

5,7 %

5.

SD IST  Ibnu  Qoyyim

63

65

65

69

74

75

13,1 %

Simpulan

    Pada akhir penelitian ini peneliti  dapat menemukan hasilnya bahwa  melalui supervisi akademik  kualitas pembelajaran  CTL bagi  guru – guru Kelas IV, V, VI gugus III Gajah Mada UPTD Dikpora Kec. Banjarsari Kota Surakarta dapat meningkat sehingga  suasana pembelajaran lebih aktif, kreatif dan  menyenangkan dan dapat meningkatkan  hasil belajar siswa .

Rekomendasi

  1. Supervisi Akademik  dari  pengawas  sangat  diperlukan bagi guru-guru  dalam  meningkatkan  dalam proses pelaksanaan  pembelajaran CTL   guna  peningkatan  hasil  belajar  siswa.
  2. Dalam  proses  pelaksanaan  pembelajaran  diperlukan kemampuan  guru  sesuai dengan aspek-aspek  pembelajaran  CTL  sehingga  kelas menjadi ’hidup’, siswa   dapat  bereksplorasi, berkolaborasi dan dapat memberikan konfirmasi dan  guru lebih kreatif.  Materi  pelajaran lebih luas karena menggali dari berbagai sumber,  siswa  senang dan antusias dalam pembelajaran , otomatis  hasil  belajar  siswa  meningkat.
  3. Pengawas  satuan  pendidikan  tidak  jemu-jemu  memonitor proses pelaksanaan pembelajaran   guna  memotivasi  guru  dan  siswa  sehingga  dapat  meningkatkan  hasil  belajar  siswa  dan  mutu  pendidikan  secara  umum.

DAFTAR  PUSTAKA

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta

_________ 2002. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Puskur, Balitbang Diknas.

_________ 2003. Standar Kompetensi Guru. Jakarta

_________ 2004. Pedoman Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Dikmenum.

 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar

                 Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang

                Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Purwanto, Ngalim, 1988. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : Remaja  

                 Rosdakarya

Reigeluth. M. Charles. 1983. Instructional Design, Theories and ModelsMulyasa. 2006.    

Wina Sanjaya, 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,  

                        Kencana, Jakarta.

Uzer Usman, Moh, 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung :

                      Remaja Rosdakarya.

Sardiman, A.M, 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers

IDENTITAS  PENULIS :

ESTER  YULIANTI, S.PD.,MH  

PENGAWAS TK/SD  UPTD  DIKPORA KEC. BANJARSARI  KOTA  SURAKARTA.