UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN C T L
MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BAGI GURU - GURU
KELAS IV,V,VI SEKOLAH DASAR GUGUS III GAJAH MADA
UPTD DIKPORA KEC. BANJARSARI KOTA SURAKARTA
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012
ABSTAK
Ester Yulianti, S.Pd.,MH Upaya meningkatan Kualitas Pembelajaran C T L Melalui Supervisi Akademik Bagi Guru-Guru Kelas IV, V, VI Sekolah Dasar Gugus III Gajah Mada UPTD Dikpora Kec. Banjarsari Kota Surakarta Semester I Tahun Pelajaran 2011 / 20012.
Kata kunci : kualitas pembelajaran CTL dan supervisi akademik.
Penelitian ini diawali dengan hasil kepengawasan kegiatan belajar mengajar oleh Pengawas Sekolah yang masih konvensional atau tradisional, sehingga tidak menyenangkan siswa dan hanya berorientasi pada hasil belaka. Hasil belajar siswa pun kurang maksimal karena perolehan materi dari guru saja. Khususnya hal ini terjadi di daerah binaan Sekolah Dasar pada Gugus III Gajah Mada UPTD Dikpora Kec.Banjarsari Kota Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah meningkatan kualitas pembelajaran CTL artinya yang semula proses pembelajarannya masih tradisional menjadi pembelajaran CTL / kontekstual, yang akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa .
Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan dengan dua siklus.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan di atas dapat disimpulkan : (1) Supervisi akademik memberikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran bagi guru-guru Kelas IV, V, VI Sekolah Dasar Gugus III Gajah Mada UPTD Dikpora Kec.Banjarsari Kota Surakarta dan (2) dampak peningkatan proses pembelajaran pada hasil belajar siswa sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.
Peneliti merekomendasikan : (1) Supervisi akademik dari pengawas sangat diperlukan guru-guru guna meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran CTL , (2) perlunya kreativitas guru dalam penggunaan pembelajaran CTL agar siswa mudah menerima materi pelajaran dan menggali materi pembelajaran lebih luas, (3) sekolah hendaknya mendukung sarana pembelajaran baik alat peraga mau pun media elektonik agar kesulitan-kesulitan guru dapat teratasi.
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran yang baik akan menghasilkan hasil belajar yang baik pula. Itu merupakan realitas dalam proses pembelajaran di sekolah, tidak memilih kelas rendah ataupun kelas tinggi. Pembelajaran yang baik harus diusahakan karena tidak semua pembelajaran yang dilakukan guru menghasilkan hasil yang baik. Pastinya pembelajaran yang baik menuntut persiapan yang baik pula, berawal dari pembuatan Rencana Persiapan Pembelajaran, persiapan media pembelajaran, persiapan instrumen evaluasi bahkan persiapan setting kelas sangat mendukung proses pembelajaran tersebut sehingga menghasilkan pembelajaran yang baik yang tentunya akan menghasilkan hasil belajar yang baik bagi siswa.
Hasil supervisi Pengawas Sekolah menemukan adanya proses pembelajaran di kelas kurang maksimal. Guru masih sering melakukan pembelajaran tanpa persiapan maksimal. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran seadanya, proses pembelajaran berjalan tanpa kolaborasi dengan siswa sehingga siswa hanya duduk manis mendengarkan penyampaian materi pembelajaran, mencatat bila perlu dan mengerjakan soal-soal Lembar Kerja Siswa yang telah dibelinya. Pembelajaran masih tradisional. Dengan demikian hasil pembelajaran yang diperoleh siswa juga seadanya saja atau kurang maksimal.
Berawal dari hal tersebut di atas, penulis mempunyai keinginan untuk mensuport guru - guru agar dapat melaksanakan pembelajaran CTL ( Contextual Teaching Learning ) atau pembelajaran kontekstual yang dipersiapkan sungguh- sungguh melalui supervisi akademik sehingga proses pembelajaran meningkat dan hasil belajar siswa juga meningkat. Maka penulis mengupayakan peningkatan kualitas pembelajaran CTL melalui supervisi akademik bagi guru-guru kelas IV, V, VI SD Gugus III Gajah Mada UPTD Dikpora Kec. Banjarsari Kota Surakarta agar pelaksanaan pembelajaran berkualitas sehingga hasil belajarpun meningkat.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas maka diajukan rumusan masalah sebagai berikut :
Tujuan Penelitian
Ada pun penelitian ini mempunyai tujuan yaitu :
Meningkatkan kualitas pembelajaran CTL sehingga meningkatkan minat belajar siswa dan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran sehinga menghasilkan hasil belajar siswa meningkat.
Manfaat Penelitian
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kata kontekstual ( contextual ) berasal dari kata context yang berarti ” hubungan, konteks, suasana dan keadaan ( konteks ) ”. ( KUBI, 2002 : 519 ). Sehingga Contextual Teaching and Learning ( CTL ) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Secara umum contextual mengandung arti :
Yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks; Yang membawa maksud, makna, dan kepentingan.
Menurut Depdiknas ( 2003 : 5 ) ” Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari – hari ”.
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
CTL disebut juga pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Di samping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
C T L ( Kontekstual ) :
6) Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
9) Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
10)Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
11)Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
12)Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
13)Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
14)Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Tradisional :
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar. Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri. Tukar pengalaman dan berbagi ide.
Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari. Mencatat apa yang telah dipelajari. Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.
Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, penilaian produk (kinerja), tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.
Menurut Sahertian ( 2000 : 19 ) Supervisi adalah usaha memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran
Menurut Soewaji ( 1988 : 33 )supervisi merupakan rangsangan, bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada guru-guru agar kemampuan profesionalnya semakin berkembang sehingga situasi belajar semakin efektif dan efisien.
Menurut Depdiknas Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah dasar agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Tugas pokok pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni:
Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut pengawas tentu harus menguasai berbagai prinsip, metode, dan teknik supervisi sehingga ia dapat menentukan strategi, pendekatan atau model supervisi yang cocok untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau program.
Supervisi akademik merupakan kegiatan pembinaan deng memberi bantuan teknis kepada guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Menurut Ngalim Purwanto dalam Administrasi dan Supervisi Pendidikan ( 1995:76 ) supervisi ialah aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
Menurut Usman supervisi ialah pelayanan profesional bagi dan guru yang bertujuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar (PBM) dan meningkatkan kualitas hasil belajar mengajar. Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi, bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar.
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran.
. Menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 118/1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan angka Kreditnya bab I pasal 1 pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah.
Pengertian pembinaan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis (1997/1998,4) adalah memberi arahan, bimbingan, contoh, dan saran dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah.Memberikan arahan adalah upaya pengawas sekolah agar guru dan tenaga lain di sekolah yang diawasi dalam melaksanakan tugasnya lebih terarah dan mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Memberikan bimbingan adalah upaya pengawas sekolah agar guru dan tenaga lain mengetahui lebih rinci kegiatan yang harus dilaksanakan dan cara melaksanakannya.Memberikan contoh adalah upaya pengawas sekolah yang dilaksanakan dengan cara yang bersangkutan bertindak sebagai guru yang melaksanakan proses belajar mengajar/ bimbingan untuk materi tertentu di depan kelas dengan tujuan agar guru yang diawasi dapat mempraktekkan model/membimbing yang baik. Memberikan saran adalah upaya pengawas sekolah agar suatu proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah lebih baik daripada hasil yang dicapai sebelumnya atau berupa saran kepada pimpinan untuk menindaklanjuti pembinaan yang tidak dapat dilaksanakan sendiri.
Dari pengertian supervisi akademik di atas dapat disimpulkan bahwa
supervisi akademik adalah kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah/pengawas sekolah kepada guru untuk membantu memecahkan masalah yang berhubungan dengan proses pembelajaran agar mutu/kualitas pembelajaran bisa maksimal. Supervisi akademik bisa berupa supervisi perencanaan pembelajaran dan supervisi pelaksanaan pembelajaran.
Tujuan supervisi akademik
Tujuan supervisi akademik adalah:
1). membantu guru mengembangkan kompetensinya,
2). mengembangkan kurikulum,
3). mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).
Prinsip-prinsip supervisi akademik
1. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
mengembangkan pembelajaran.
Dimensi-dimensi subtansi supervisi akademik
a. Kompetensi kepribadian.
b. Kompetensi pedagogik.
c. Kompotensi profesional.
d. Kompetensi sosial.
Sasaran Supervisi akademik
Sasaran pembangunan profesional guru adalah kemampuan profesional guru yang berkenaan dengan antara lain:
1). Merencanakan KBM sesuai dengan strategi belajar aktif.
2). Mengelola KBM yang menarik.
3). Menilai kemampuan belajar siswa, memberikan umpan balik yang bermakna, dan membuat/menggunakan alat bantu belajar mengajar.
4). Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan media pengajaran.
5). Membimbing dan melayani siswa dalam kesulitan belajar.
6). Mengelola kelas sehingga tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan.
7). Menyusun dan mengelola catatan kemajuan siswa.
8). Pengelolaan dan pelaksanaan administrasi.
9).Pelaksanaan kebersihan, ketertiban.
10).Pelaksanaan ekstra kurikuler seperti UKS, Pramuka, dsb.
Teknik Supervisi
Teknik supervisi akademik ada dua, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok yang dapat dilakukan oleh Kepala, Pengawas dan Pembina Sekolah Dasar .
1. Teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru.Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya.
Macam-macam teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual ada lima macam yaitu:
a. kunjungan kelas,
b. observasi kelas,
c. pertemuan individual,
d. kunjungan antarkelas, dan
e. menilai diri sendiri.
a). Kunjungan Kelas (Classroom Visitation).
Kunjungan kelas untuk memperoleh gambaran tentang proses belajar mengajar dan pengelolaan kelas yang dilaksanakan guru.
a).1.Kunjungan Kelas dapat dilaksanakan dengan cara :
tujuan kunjungan harus jelas.
a).2.Tahap-tahap kunjungan kelas
a).3. Kriteria kunjungan kelas .
Dengan menggunakan enam kriteria yaitu:
Pada waktu kunjungan kelas ini,supervisor dapat melihat hasil belajar siswa dan hal-hal yang menunjang dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan.
b). Observasi Kelas (Classroom Observation).
Observasi kelas dapat dilaksanakan untuk mengetahui usaha serta kegiatan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar yang mencakup penguasaan bahan, penguasaan metode, pengorganisasian kelas, penggunaan media dan faktor-faktor penunjang lainnya dalam rangka pencapaian tujuan telah ditetapkan.
b).1. Aspek-aspek yang diobservasi di dalam kelas
Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:
b).2. Pelaksanaan observasi kelas
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahap:
1) sudah siap dengan instrumen observasi,
2)menguasai masalah dan tujuan supervisi, dan
3) observasi tidak mengganggu proses pembelajaran
c). Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara supervisor guru. Tujuannya adalah:
c).1. Jenis-jenis pertemuan individual
Swearingen (1961) mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan) individual sebagai berikut :
c).2. Pelaksanaan pertemuan individual
c)3.Percakapan Pribadi (Individual Conference) Percakapan pribadi ini bertujuan untuk :
a). Mengembangkan segi-segi positif dari kegiatan guru.
b) Mendorong guru mengatasi segi – segi kelemahan-
nya dalam mengajar dan mengelola kelasnya.
c). Mengurangi keragu-raguan guru dalam menghadapi
masalah pada waktu mengajar.
d). Kunjungan Antar Kelas atau Antar Sekolah.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menukar pengalaman serta hal – hal lain yang menyangkut usaha untuk menunjang pelaksanaan interaksi belajar mengajar. Seseorang guru mengunjungi lain yang mengajar untuk menambah pengalaman mengajar atau mengamati rekan guru lain yang sedang memberi contoh-contoh mengajar yang baik.
e).Menilai diri sendiri
Menilai diri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu diperlukan kejujuran diri sendiri.
Cara-cara menilai diri sendiri :
a. Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut nama.
b. Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
c. Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara perorangan maupun secara kelompok.
2.Supervisi kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi.
Menurut Gwynn (1961), ada tiga belas teknik supervisi kelompok yaitu:
a. kepanitiaan-kepanitiaan,
b. kerja kelompok,
c. laboratorium dan kurikulum,
d. membaca terpimpin,
e. demonstrasi pembelajaran,
f. darmawisata,
g. kuliah/studi,
h. diskusi panel,
i. perpustakaan,
j. organisasi profesional,
k. buletin supervisi,
l. pertemuan guru,
m. lokakarya atau konferensi kelompok.
Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Administrasi dan supervisi Pendidikan ( 1995) ada beberapa tehnik supervisi akademik secara kelompok, antara lain :
1). Rapat Rutin.
Kegiatan ini dilakukan antara pembina dengan para guru di sekolah. Hal ini biasanya dilaksanakan dalam rangka menyampaikan pembicaraan yang bersifat umum.
2). Pertemuan-Pertemuan Gugus.
Pertemuan-pertemuan gugus dilaksanakan pada kelompok-kelompok kerja seperti Kelompok Kerja Guru (KKG), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS),dan pertemuan PKG.Pertemuan-pertemuan tersebut dapat dilaksanakan oleh masing – masing kelompok atau gabungan dari beberapa kelompok – kelompok kerja yang bertujuan untuk menginventarisasi dan merumuskan masalah-masalah yang ditemui serta mencari alternatif pemecahannya.
3). Kunjungan antar KKG, KKKS, KKPS.
Pengurus atau anggota KKG, KKKS,KKPS saling mengunjungi dengan kelompok kerja lain dengan saling tukar
menukar pengalaman atau tukar menukar tutor.
4). Sistem magang:
Guru/KS dari satu sekolah belajar dari guru/KS dari sekolah lain selama beberapa hari.
5). Penataran tingkat lokal:
Penataran mini 1-2-3 hari tingkat sekolah /KKG dengan materi sesuai kebutuhan guru untuk memenuhi kebutuhan guru.
6). Karyawisata dengan guru-guru:
Mengunjungi sumber-sumber belajar, mengamati dan diskusi untuk menambah wawasan tentang sumber-sumber belajar sehingga dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan KBM.
7). Melalui pengumuman, brosur, edaran dan memanfaatkan media massa seperti surat kabar, majalah, buletin,radio dan televisi: Membaca/ mendengarkan dan menyebarluaskan untuk mengetahui perkembangan dan kebijakan pendidik.
Teknik supervisi akademik yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk siklus I adalah penataran tingkat lokal, kunjungan kelas dan percakapan pribadi (Individual Conference). Peneliti memilih teknik penataran tingkat lokal karena penataran ini dilaksanakan khusus untuk guru kelas IV, V dan VI di gugus Gajah Mada UPTD Dikpora Kec.Banjarsari Kota Surakarta dengan materi sesuai kebutuhan khusus guru yaitu pembelajaran CTL sekaligus penyusunan RPP nya agarkualitas pembelajaran meningkat. Dilanjutkan dengan kunjungan kelas untuk memantau pelaksanaan pembelajaran dengan instrumen yang telah disediakan, kemudian diadakan percakapan pribadi untuk evaluasi dan perbaikan kekurangan yang ada.
Pada siklus II menggunakan teknik penataran lokal , kunjungan kelas dan percakapan pribadi lagi. Penataran lokal membahas materi yang telah dibahas pada siklus I dengan penekanan pada kesulitan-kesulitan yang dialami guru-guru. Kunjungan kelas juga dilakukan lagi untuk melihat pembelajaran CTL dengan perbaikan-perbaikan yang ada agar pembelajaran lebih baik, dilanjutkan dengan percakapan pribadi karena kegiatan ini memberi bantuan / layanan khusus untuk memecahkan masalah khusus.
Skema Kerangka Berfikir
Diduga melalui Supervisi Akademik kualitas Pembelajaran CTL
Meningkat.
Alokasi Waktu Penelitian
Tahap | September’11 | Oktober’11 | November ‘ 11 | Desember ‘11 | ||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | |
I .Persiapan Proposal | ||||||||||||||||
II .Pelaksanaan a.Siklus I b.Siklus II | ||||||||||||||||
III. Analisis Data | ||||||||||||||||
IV.Pembahasan | ||||||||||||||||
V.Pelaporan |
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan September – Desember 2011, diawali dengan persiapan penyususunan proposal , penyusunan instrumen, pengumpulan data, analisa data, pembahasan dan laporan hasil penelitian ( Lihat Tabel )
2 .Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Gugus III Gajah Mada UPTD Dikpora Kec. Banjarsari Kota Surakarta karena gugus tsb adalah daerah binaan peneliti . Adapun sekolah - sekolah yang ada di gugus tsb adalah :
a). SD Negeri Mangkubumen Wetan.
b). SD Negeri Tumenggungan.
c). SD Negeri Purworejo.
d). SD Pangudi Luhur Santo Valentino.
e). SD IST Ibnu Qoyyim.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian di sini adalah guru kelas IV, V, VI Gugus III Gajah Mada UPTD Dikpora Kec. Banjarsari Kota Surakarta.
4. Sumber Data
1. Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian yaitu guru kelas IV, V,VI Sekolah Dasar Gugus III Gajah Mada UPTD Dikpora Kec. Banjarsari Kota Surakarta.
2.Sumber data sekunder merupakan data pendukung yang digunakan untuk mendukung data primer yang diperoleh dari wawancara Kepala Sekolah.
5. Tehnik & Alat Pengumpulan Data
1. Tehnik Pengumpulan Data :
a. Observasi
Tehnik observasi dalam penelitian ini adalah mengamati secara langsung dengan teliti dan cermat pelaksanaan proses pembelajaran di kelas IV, V, VI Sekolah Dasar Gugus III Gajah Mada UPTD Dikpora Kec. Banjarsari Kota Surakarta.
b. Wawancara
Wawancara dalam hal ini adalah peneliti dengan Kepala Sekolah ybs untuk mendapatkan data yang lebih akurat tentang pelaksanaan proses pelaksanaan pembelajar CT L yang dilakukan guru kelas IV, V, VI tsb dalam tugas sehari – hari.
2. Alat Pengumpulan Data
a. Instrumen Supervisi Akademik
Instrumen ini menjadi pedoman pada proses pelaksanaan pembelajaran CTL saat guru tsb diteliti, untuk mengetahui sejauh mana kualitas pembelajaran CTL tersebut.
b. Wawancara.
Wawancara dengan Kepala Sekolah dengan menggunakan Lembar Wawancara yang hasilnya sebagai pendukung data primer.
6. Validasi Data
Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat - tingkat kevalidan suatu instrumen. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas instrumen Supervisi Akademik. Diharapkan setelah diuji cobakan instrumen dapat menunjukkan valid dan dapat digunakan sebagai alat penelitian. Pada penelitian ini validasi data dilakukan dengan kolaborasi sumber data dari Kepala Sekolah Dasar masing-masing yang menjadi subyek penelitian.
7. Analisis Data
Untuk menganalisis data :
supervisi akademik yang terdiri atas dua siklus.
2. Analisis Deskriptif Kualitatif untuk data – data yang berhubungan dengan proses pelasksanaan pembelajaran CTL baik hasil dari instrumen akademik maupun hasil wawancara Kepala Sekolah.
8. Prosedur Penelitian
1. Pada awal penelitian, peneliti mengadakan observasi pada guru dalam proses pembelajaran di sekolah masing-masing, yang ternyata proses pembelajaran masih tradisional dan kualitas pembelajaran CTL masih rendah.
* Siklus I terdiri atas :
a. Perencanaan Tindakan melalui observasi kelas pada proses pembelajaran di kelas.
b. Pelaksanaan Tindakan : melaksanakan Supervisi Akademik dengan tehnik :
1) Penataran lokal : peneliti menyampaikan materi pembelajaran CTL dan pembuatan RPP nya pada KKG yang diadakan di SD Inti.
2) Kunjungan Kelas : peneliti mengamati proses pembelajaran CTL sesuai jadwal pada Tabel 3.
3) Percakapan Pribadi : peneliti dan guru bercakap-cakap untuk mengetahui kesulitan-kesulitanyang dialami guru dan memberikan solusi pemecahannya untuk perbaikan.
c. Refleksinya melalui hasil instrumen supervisi akademik dan percakapan pribadi dengan guru , dibuat perbaikan-perbaikan pembelajaran CTL agar proses pembelajaran CTL berkualitas.
* Siklus II terdiri atas :
2) Kunjungan Kelas : peneliti mengamati proses pembelajaran CTL sesuai jadwal pada Tabel 3.
3) Percakapan Pribadi : peneliti dan guru bercakap-cakap untuk mengetahui bila masih ada kesulitan-kesulitanyang dialami guru dan memberikan solusi pemecahannya untuk perbaikan.
c. Refleksinya melalui hasil pengamatan dan instrumen supervisi akademik dan percakapan pribadi guru bahwa pembelajaran CTL meningkat kualitasnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari hasil yang tampak pada siklus pertama peneliti dapat memperoleh gambaran bahwa melalui supervisi akademik dapat meningkatkan pembelajaran CTL sehingga kualitas pembelajaran di kelas meningkat. Hal tersebut secara sepintas dapat dilihat dari tabel di bawah ini walaupun belum maksimal.
No | Nama Responden | Sekolah | Kelas | Skor | |
Kondisi Awal | Hasil Siklus I | ||||
1. | Pramono, S.Pd | SDN MangkubumenWetan | VI | 50 | 74 |
2. | Wiyadi, S.Pd | SDN Mangkubumen Wetan | V | 50 | 82 |
3. | Panci Sejati, A.Ma | SDN Mangkubumen Wetan | IV | 50 | 84 |
4. | Suparni, S.Pd | SDN Tumenggungan. | VI | 50 | 73 |
5. | Hari Sutopo, S.Pd | SDN Tumenggungan. | V | 50 | 74 |
6. | Siti Nurmaini, S.Pd | SDN Tumenggungan. | IV | 50 | 73 |
7. | Sutarti, S.Pd. | SDN Purworejo. | VI | 50 | 83 |
8. | Siti Nur’aini, S.Pd | SDN Purworejo. | V | 50 | 82 |
9. | Sri Mulyani, A.Ma | SDN Purworejo | IV | 50 | 76 |
10 | Marfa Ari Astuti,S.Pd | SD Pangudi Luhur SV | VI | 50 | 74 |
11 | A.Dyah Novarita,S.Si | SD Pangudi Luhur SV | V | 50 | 74 |
12 | FX.Joko Santoso | SD Pangudi Luhur SV | IV | 50 | 60 |
13 | Muliawan, S.Th.I | SD IST Ibnu Qoyyim | VI | 50 | 68 |
14 | Maryanto, S.Pd | SD IST Ibnu Qoyyim | V | 50 | 65 |
15 | M.Jamaluddin | SD IST Ibnu Qoyyim | IV | 50 | 64 |
Terlihat hasil pada siklus 2 sudah banyak perbaikan dibandingkan pada kondisi awal dan pada Siklus I. Untuk gambaran konkrit peneliti membuat tabel skor hasil pembelajaran CTL juga hasil RPP nya seperti pada tabel di bawah :
No | Nama Responden | Sekolah | Kelas | Skor | ||
Kon- disi Awal | Hasil Siklus I | Hasil Siklus II | ||||
1. | Pramono, S.Pd | SDN MangkubumenWetan | VI | 50 | 74 | 90 |
2. | Wiyadi, S.Pd | SDN Mangkubumen Wetan | V | 50 | 82 | 100 |
3. | Panci Sejati, A.Ma | SDN Mangkubumen Wetan | IV | 50 | 84 | 100 |
4. | Suparni, S.Pd | SDN Tumenggungan. | VI | 50 | 73 | 99 |
5. | Hari Sutopo, S.Pd | SDN Tumenggungan. | V | 50 | 74 | 96 |
6. | Siti Nurmaini, S.Pd | SDN Tumenggungan. | IV | 50 | 73 | 99 |
7. | Sutarti, S.Pd. | SDN Purworejo. | VI | 50 | 83 | 99 |
8. | Siti Nur’aini, S.Pd | SDN Purworejo. | V | 50 | 82 | 96 |
9. | Sri Mulyani, A.Ma | SDN Purworejo | IV | 50 | 76 | 86 |
10 | Marfa Ari Astuti,S.Pd | SD Pangudi Luhur SV | VI | 50 | 74 | 80 |
11 | A.Dyah Novarita,S.Si | SD Pangudi Luhur SV | V | 50 | 74 | 80 |
12 | FX.Joko Santoso,A.MaPd | SD Pangudi Luhur SV | IV | 50 | 60 | - |
13 | Mulyawan, S.Th.I | SD IST Ibnu Qoyyim | VI | 50 | 68 | 90 |
14 | Maryanto, S.Pd | SD IST Ibnu Qoyyim | V | 50 | 65 | 90 |
15 | M.Jamaluddin | SD IST Ibnu Qoyyim | IV | 50 | 64 | 90 |
Skor Peningkatan Hasil Belajar Siswa
No | Sekolah | Nilai Rata-rata IPA | Peningkatan RATA2 % | |||||
UTS | UAS | |||||||
Kl.IV | Kl.V | Kl.VI | Kl.IV | Kl.V | Kl.VI | |||
1. | SD N Mangkubumen Wetan | 66 | 65 | 62 | 74 | 77 | 73 | 17,1 % |
2. | SD N Tumenggungan | 60 | 64 | 65 | 65 | 68 | 68 | 6,3 % |
3. | SD N Purworejo. | 61 | 63 | 64 | 66 | 70 | 72 | 11,8 & |
4. | SD Pangudi Luhur | 62 | 64 | 65 | 66 | 68 | 68 | 5,7 % |
5. | SD IST Ibnu Qoyyim | 63 | 65 | 65 | 69 | 74 | 75 | 13,1 % |
Simpulan
Pada akhir penelitian ini peneliti dapat menemukan hasilnya bahwa melalui supervisi akademik kualitas pembelajaran CTL bagi guru – guru Kelas IV, V, VI gugus III Gajah Mada UPTD Dikpora Kec. Banjarsari Kota Surakarta dapat meningkat sehingga suasana pembelajaran lebih aktif, kreatif dan menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa .
Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta
_________ 2002. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Puskur, Balitbang Diknas.
_________ 2003. Standar Kompetensi Guru. Jakarta
_________ 2004. Pedoman Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Dikmenum.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar
Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Purwanto, Ngalim, 1988. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Reigeluth. M. Charles. 1983. Instructional Design, Theories and ModelsMulyasa. 2006.
Wina Sanjaya, 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Kencana, Jakarta.
Uzer Usman, Moh, 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Sardiman, A.M, 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers
IDENTITAS PENULIS :
ESTER YULIANTI, S.PD.,MH
PENGAWAS TK/SD UPTD DIKPORA KEC. BANJARSARI KOTA SURAKARTA.