BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mempunyai pengetahuan yang luas. Menutut ilmu itu tidak ada batasan waktu,umur,tempat dan fasilitas. Di dalam pandangan Islam menuntut ilmu merupakan melakukan suatu kegiatan yang positif yang mana akan mendapatkan pahala dan orang yang berilmu akan ditinggikan derajatnya beberapa derajat yang sesuai dengan QS. Al-Mujadalah:11, yaitu : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Sebagai seorang guru dalam proses pembelajaran kita dituntut untuk memahami bagaimana cara yang cocok untuk mengajar peserta didik agar materi yang diajarkan dapat dipahami dan murid tidak bosan dalam proses pemblajaran. Menurut pandangan Islam, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sangat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain : pembawaan,faktor lingkungan dan faktor kematangan.

Dilihat dari segi kedudukannya, peserta didik adalah mahluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbumbuhan menurut fitrahnya masing-masing mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten mengarah kepada titik yang optimal kemampuan fitrahnya, dengan demikian maka pendidikan islam akan berhasil dengan sebaik-baiknya haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan fitrah anak didik. Berkaitan dengan hal diatas, maka peserta didik dalam pendidikan islam memiliki aspek-aspek penting yang perlu kita kaji dan kembangkan dalam kajian pendidikan. Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini kami akan menjelaskan tentang pengertian teori peserta didik dan karakteristik peserta didik dalam pendidikan islam.

  1. Rumusan Masalah
  1. Apa yang dimaksud dengan peserta didik dalam pendidikan islam?
  2. Bagaimana teori peserta didik dalam pendidikan islam?
  3. Bagaimana karakteristik peserta didik dalam pendidikan islam?
  4. Bagaimana dimensi-dimensi peserta didik dalam pendidikan islam ?

  1. Tujuan Masalah
  1. Untuk mengetahui pengertian peserta didik dalam pendidikan islam?
  2. Untuk mengetahui teori peserta didik dalam pendidikan islam?
  3. Untuk mengetahui karakteristik peserta didik dalam pendidikan islam?
  4. Untuk mengetahui dimensi-dimensi peserta didik dalam pendidikan islam ?

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Peserta Didik

Dalam bahasa Arab, setidaknya ada tiga istilah yang menunjukkan makna peserta didik, yaitu murid, al-tilmīdz, dan al-thālib.Murid berasal dari kata ‘arada, yuridu, iradatan, muridan yang berarti orang yang menginginkan (the willer).Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang peserta didik adalah orang yang menghendaki agar mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh.Sedangkan al-tilmīdz tidak memiliki akar kata dan berarti pelajar.Kata ini digunakan untuk menunjuk kepada peserta didik yang belajar di madrasah.Sementara al-thālib berasal dari thalaba, yathlubu, thalaban, thālibun, yang berarti orang yang mencari sesuatu.Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik adalah orang yang mencari ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dan pembentukan kepribadiannya untuk bekal masa depannya agar bahagia dunia dan akhirat.

 Kemudian, dalam penggunaan ketiga istilah tersebut biasanya dibedakan berdasarkan tingkatan peserta didik.Murid untuk sekolah dasar, al-tilmīdz untuk sekolah menengah, dan al-thālib untuk perguruan tinggi.Namun, menurut Abuddin Nata, istilah yang lebih umum untuk menyebut peserta didik adalah al-muta’allim.Istilah yang terakhir ini mencakup makna semua orang yang menuntut ilmu pada semua tingkatan, mulai dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi.

Terlepas dari perbedaan istilah di atas, yang jelasnya peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam sebagai objek sekaligus subjek dalam proses pendidikan Ia adalah orang yang belajar untuk menemukan ilmu. Karena dalam Islam diyakini ilmu hanya berasal dari Allah, maka seorang peserta didik mesti berupaya untuk mendekatkan dirinya kepada Allah dengan senantiasa mensucikan dirinya dan taat kepada perintah-Nya.Namun untuk memperoleh ilmu yang berasal dari Allah tersebut, seorang peserta didik mesti belajar pada orang yang telah diberi ilmu, yaitu guru atau pendidik.Karena peserta didik memiliki hubungan dengan ilmu dalam rangka upaya untuk memiliki ilmu, maka seorang peserta didik mesti berakhlak kepada gurunya. Akhlak tersebut tentunya tetap mengacu kepada nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur’an dan hadis. Peserta didik adalah amanat bagi para pendidiknya, jika ia dibiasakan untuk melakukan kebaikan niscaya ia akan tumbuh menjadi orang yang baik, selanjutnya memperoleh kebahagiaan dunia dan akhiratlah kedua orang tuanya dan juga setiap mu’alim dan murabbi yang menangani pendidikan dan pengajarannya, sebaliknya jika peserta didik dibiasakan melakukan hal-hal buruk dan ditelantarkan tanpa pendidikan dan pengajaran seperti hewan yang dilepaskan begitu saja dengan bebasnya, niscaya dia akan menjadi seseorang celaka dan binasa.

Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan akhirat kelak. Pengertian tersebut memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu yang belum dewasa, yang karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa, anak kandung adalah peserta didik dalam keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, dan umat beragama menjadi peserta didik masnyarakat sekitarnya.

Dengan demikian dalam konsep pendidikan islam tugas mengajar mendidik, dan memberikan tuntunan sama artinya dengan upaya meraih surga. Sebaliknya, melantarkan hal tersebut berarti sama dengan menjerumuskan diri ke dalam neraka. Jadi kita tidak boleh melalaikan tugas ini terlebih lagi nabi bersabda : “ Muliakanlah anak-anak mu dan didiklah mereka dengan baik “ ( hadits diketengahkan oleh Ibnu Majah  2/1211, tetapi Al-Albani menilainya dha’if).

Menurut Langeveld anak manusia itu memerlukan pendidikan, karena ia berada dalam keadaan tidak berdaya dalam Al-Quran dijelaskan : “ Artinya “ Dan Allah mengeluarkan kamu dalam perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS.An-Nahl:78).

Peserta didik didalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat sepenuhnya bimbingan dari pendidik, karena menurut ajaran islam saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan agama peserta didik.

Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhamad SWT yang berbunyi :

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR.Al-Bukhari).

Menurut hadits ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan,  kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang disebut didalam hadits ini adalah potensi. Potensi adalah kemampuan, jdi fitrah yang dimaksud disini adalah pembawaan. Ayah ibu dalam hadits ini adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan kedua-duanya itulah menurut hadits ini yang menentukan perkembangan seseorang. Firman Allah didalam Al-Quran surat Ar- Rum ayat 30 :

Artinya “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah itulah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”(QS.Ar-Rum : 30).

Dari ayat dan hadits tersebut jelaslah bahwa pada dasarnya anak itu telah membawa fitrah beragama, dan kemudian bergantung kepada pendidiknya dalam mengembangkan fitrah itu sendiri sesuai dengan usia anak dalam pertumbuhannya. Dasar-dasar pendidikan agama ini harus sudah di tanamkan sejak peserta didik itu masih usia muda, karena kalau tidak demikian kemungkinan mengalami kesulitan kelak untuk mencapai tujuan pendidikan islam yang diberikan pada masa dewasa dengan demikian, maka agar pendidikan islam dapat berhasil dengan sebaik-baiknya haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan peserta didik, seperti disebutkan dalam hadits nabi : “ Berbicaralah kepada orang lain sesuai dengan tingkat perkembangan akalnya.”( Al-Hadits).

  1. Teori peserta didik  pandangan ilmu pendidikan islam

Dalam pandangan pendidikan Islam, untuk mengetahui  peserta didik, tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan pembahasan tentang hakikat manusia, karena manusia hasil dari suatu proses pendidikan. (Abdurrahman Shaleh,1990:45). Menurut konsep ajaran Islam manusia pada hakikatnya, adalah makhluk ciptaan Allah yang secara biologis diciptakan melalui proses pertumbuhan dan perkembangan yang berlangsung secara evolutif, yaitu melalui proses yang bertahap. Sebagai makhluk ciptaan, manusia memiliki bentuk yang lebih baik, lebih indah dan lebih sempurna dibandingkan makhluk lain ciptaan Allah, hingga manusia dinilai sebagai makhluk lebih mulia, sisi lain manusia merupakan makhluk yang mampu mendidik, dapat dididik, karena manusia dianugerahi sejumlah potensi yang dapat dikembangkan. Itulah antara lain gambaran tentang pandangan Islam mengenai hakikat manusia, yang dijadikan acuan pandangan mengenai hakikat peserta didik dalam pendidikan Islam. Peserta didik dalam pendidikan Islam harus memperoleh perlakuan yang selaras dengan hakikat yang disandangnya sebagai makhluk Allah. Dengan demikian, sistem pendidikan Islam peserta didik tidak hanya sebatas pada obyek pendidikan, melainkan pula sekaligus sebagai subyek pendidikan. Dalam perspektif falsafah pendidikan Islami, semua makhluk pada dasarnya adalah peserta didik. Sebab, dalam Islam, sebagai murabbi, mu’allim, atau muaddib, Allah Swt pada hakikatnya adalah pendidik bagi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Dialah yang mencipta dan memelihara seluruh makhluk. Pemeliharaan Allah Swt mencakup sekaligus kependidikan-Nya, baik dalam arti tarbiyah, ta’alim, maupun ta’adib. Karenanya, dalam perspektif falsafah pendidikan Islam, peserta didik itu mencakup seluruh makhluk Allah Swt, seperti malaikat, jin, manusia, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.

Namun, dalam arti khusus dalam perspektif falsafah pendidikan Islami peserta didik adalah seluruh al-insan, al-basyar, atau bany adam yang sedang berada dalam proses perkembangan menuju kepada kesempurnaan atau suatu kondisi yang dipandang sempurna (al-Insan al-Kamil). Terma al-Insan, al-basyar, atau bany adam dalam defenisi ini memberi makna bahwa kedirian peserta didik itu tersusun dari unsur-unsur jasmani, ruhani, dan memiliki kesamaan universal, yakni sebagai makhluk yang diturunkan atau dikembangbiakan dari Adam a.s. kemudian, terma perkembangan dalam pengertian ini berkaitan dengan proses mengarahkan kedirian peserta didik, baik dari fisik (jismiyah) maupun diri psikhis (ruhiyah) – aql, nafs, qalb – agar mampu menjalankan fungsi-fungsinya secara sempurna. Misalnya, ketika dilahirkan, fisik manusia dalam keadaan lemah dan belum mampu mengambil atau memegang benda dan kaki belum mampu melangkah atau berjalan.

Demikian benda dan kaki belum mampu melangkah atau berjalan. Demikian juga, ketika dilahirkan dari rahim ibunya, ‘aql manusia belum dapat difungsikan untuk menalar baik buruk atau benar salah. Melalui proses ta’lim, tarbiyah, atau ta’dib, secara bertahap, ‘aql manusia diasah, dilatih, dan dibimbing melakukan penalaran yang logis atau rasional, sehingga ia mampu menyimpulkan baik-buruk atau benar-salah. Demikiah juga nafs, ketika manusia dilahirkan dari rahim Ibunya, ia hanya cenderung pada pemenuhan kehendak atau kebutuhan jismiyah, terutama makan-minum. Melalui proses ta’lim, tarbiyah atau ta’dib, nafs manusia dilatih dan dibimbing untuk melakukan pengendalian, pemeliharaan, dan pensucian diri. Akan halnya qalb, ketika manusia dilahirkan dari rahim ibunya, ia hanya potensi laten yang belum mampu menangkap cahaya (al-nur) dan memahami kebenaran (al-haqq). Kemudian, melalui proses ta’lim, tarbiyah atau ta’dib, qalb manusia dibimbing sehingga mampu menangkap cahaya (al-nur) dan memahami kebenaran (al-haqq) serta hidup sesuai dengan cahaya dan kebenaran tersebut.

Al-Ghazali termasuk kedalam kelompok sufistik yang banyak menaruh perhatian yang besar terhadap pendidikan, karena pendidikanlah yang banyak menentukan corak kehidupan suatu bangsa dan pemikirannya. Dalam masalah pendidikan, Al-Ghazali lebih cenderung berfaham empirisme. Hal ini disebabkan karena ia sangat menekankan pengaruh pendidikan terhadap anak didik. Menurutnya seorang anak tergantung kepada orang tua yang mendidiknya. Hati seorang anak itu bersih, murni laksana permata yang berharga, sederhana dan bersih dari gambaran apapun. Al-Ghazali merupakan sosok ulama yang menaruh perhatian terhadap proses internalisasi ilmu dan pelaksana pendidikan. Menurutnya, untuk menyiarkan agama Islam, memelihara jiwa dan taqarrub kepada Allah. Oleh karena itu pendidikan merupakan ibadah dan upaya peningkatan kualitas diri Pendidikan yang baik merupakan jalan untuk mendekatkan diri Allah dan mendapatkan kebahagian dunia-akhirat. Menurut Al-Ghazali bahwa peserta didik adalah  :

 Anak lahir bagaikan kertas putih, Anak dididik sejak lahir,Anak dibiasakan disiplin pribadi sebagai asas pendidikan akhlak, Jika anak mencapai usia baligh, diajarkan hukum2 syara’ dan keagamaan

Menurut Ibnu Kholdun perkembangan peserta didik adalah:

1.    Anak berkembang setingkat demi setingkat dalam seluruh aspek jasmaniyah dan aqliyah secara menyeluruh.

2.  Manusia bukan produk nenek moyang, tapi produk sejarah,lingkungan sosial,lingkungan alam, adat istiadat Pendidikan dilaksanakan dengan memperhatikan pertumbuhan dan prkembangan potensi psiklogis peserta didik.

Menurut Ibnu Sina mengenai perkembangan peserta didik adalah :

1.     Pendidikan pada anak bisa dimulai sejak disapih

2.     Pada usia 3 th. Anak dibiasakan dengan pembiasaan yang baik

3.     Pengajaran Al-Qur’an dan keagamaan diberikan pada saat tingkat kematangan anak sudah mantap

4.     Pendidikan akhlak sangat penting diberikan sejak dini.

  1. Karakteristik Peserta Didik

Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah :

  1. Peserta didik buka miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri  sehingga metode belajar mengajar tidak boleh dilaksanakan dengan  orang dewasa orang dewasa tidak patut mengeksploitasi dunia peserta didik, dengan mematuhi segala aturan dan keinginannya, sehingga peserta didik kehilangan duniannya.
  2. Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal mungkin.
  3. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, baik yang di sebabkan oleh faktor endogen ( fitrah) maupun eksogen (lingkungan ) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial.bakat,minat dan lingkungan yang mempengaruhinya. Peserta didik di pandang sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai dengan hakikat manusia peserta didik

sebagai mahluk monopluralis, maka pribadi peserta didik walaupun terdiri dari banyak segi merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta,rasa dan karsa.)

  1. Peseta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang memungkinkan dapat aktif,kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik memiliki aktivitas sendiri (swadaya ) dan kreatifitas sendiri (daya cipta). Sehingga dalam pendidikan tidak hanya memandang anak sebagai objek pasif yang biasanya hanya menerima, mendengarkan saja.
  2. Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi dalam pendidikan adalah bagaimana proses pendidikan itu dapat disesuaikan dengan pola dan tempo, serta irama perkembangan peserta didik. Kadar kemampuan peserta didik sangat ditentukan oleh usia dan periode perkembangannya, karena usia itu bisa menentukan tingkat pengetahuan,intelektual, emosi, bakat, minat peserta didik baik dilihat dari dimensi biologis, psikologis maupun dedaktis.

  1. Dimensi-Dimensi Peserta Didik yang Akan Di Kembangkan
  1. Dimensi fisik ( jasmani)

Zakiyah Daradjat, membagi manusia pada tujuh dimensi pokok yang masing-masingnya dapat dibagi kepada dimensi-dimensi kecil ketujuh dimensi tersebut adalah dimensi fisik, akal.agama, akhlak, kejiwaan, rasa keindahan dan solusi kemasyarakatan. Semua dimensi tersebut harus tumbuh kembangkan melalui pendidikan islam.

Pendidikan fisik jasmani. Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani dalam Al-Qur’an dan hadits ditemukan prinsip-prinsip tentang pendidikan jasmani, diantaranya :  QS. Al-Mudatsir:4-5,  Artinya :”dan pakaianmu bersihkanlah  dan perbuatan dosa tinggalkanlah “ Mendidik jasmani dalam Islam, memiliki dua tujuan sekaligus, yaitu :

1)      Membina tubuh sehingga mencapai pertumbuhan secara sempurna.

2)      Mengembangkan energi potensial yang dimiliki manusia

 3)     berlandaskan fisik, sesuai dengan perkembangan fisik manusia.

  1. Dimensi Akal

Mendidik akal, tidak lain adalah mengaktualkan potensi dasarnya. Potensi dasar itu sudah ada sejak manusia lahir, tetapi masih berada dalam alternatif. Setelah mengalami pendidikan dalam arti luas, akal seseorang diharapkan mencapai tingkat perkembangan yang optimal, sehingga mampu berperan sebagaimana seperti yang diharapkan, yaitu untuk berfikir dan berzikir. Dalam Al-Qur’an tidak kuranng dari 300 kali Allah memperingatkan manusia untuk menggunakan akalnya dalam memperhatikan alam semesta. Diantaranya adalah seperti dalam QS. An-Nahl:12, Artinya :”Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya).

  1. Dimensi Keberagamaan

Islam memandang ada suatu kesamaan daintara sekian perbedaan manusia. Kesamaan itu tidak pernah akan berubah karena pengaruh ruang dan waktu. Yaitu potensi dasar beriman kepada Allah. Aqidah tauhid merupakan fitrah manusia sejak misaq dengan Allah. Pandangan Islam terhadap kemanusiaan ada tiga implikasi dasar, yaitu:

1)      Implikasi yang berkaitan dengan pendidikan di masa depan.

2)      Tujuan pendidikan

3)      Muatan materi dan metodologi pendidikan.

  1. Dimensi Akhlak

Pembentukan akhlak yang mulia merupakan tujuan utama pendidikan Islam. Hal ini dapat ditarik relevansinya dengan tujuan Rasulullah diutus oleh Allah Artinya : Bahwasanya saya diutus untuk menyempurnakan budi pekerti (HR.Bukhari). Pembentukan akhlak dilakukan setahap demi setahap sesuai dengan irama pertumbuhan dan perkembangan, dengan mengikuti proses yang alami.

  1. Dimensi Rohani (Kejiwaan)

Dimensi kejiwaan merupakan suatu dimensi yang sangat penting, dan memiliki pengaruh dalam mengendalikan keadaan manusia agar dapat hidup sehat, tentram dan bahagia. QS.Al-Syams 7-10, artinya :”Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.8. Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. 9.Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. 10.Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar). Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan yang pada tempat tumbuhnya. Berdasarkan ayat diatas dapat dilihat bahwa roh manusia itu bisa berkembang ke taraf yang lebih tinggi apabila manusia berusaha keras kearah yang lebih baik. Oleh karna itu maka dalam rangka terlaksana usaha untuk mewujudkan kebahagiaan tersebut adalah dengan pendidikan agama.

  1. Dimensi Seni (Keindahan)

Seni adalah ekspresi roh dan daya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan. Seni sebagai salah satu potensi rohani, maka nilai seni dapat diungkapkan oleh perorangan sesuai dengan kecenderungannya, atau oleh sekelompok masyarakat sesuai dengan budayanya, tanpa adanya batasan yang ketat kecuali yang digariskan oleh Allah. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, ia semakin mampu untuk menyaksikan dan merasakan keindahan yang diciptakan Allah di alam.

  1. Dimensi Sosial

Seorang manusia adalah makhluk individual dan secara bersamaan adalah makhluk sosial. Pendidikan sosial ini melibtakan bimbingan terhadap tingkah laku sosial ekonomi dan politik dalam rangka aqidah Islam yang betul dan ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama yang dapat meningkatkan iman, takwa, takut kepada Allah dan mengerjakan ajaran-ajaran agamanya yang mendorong kepada produksi, menghargai waktu, jujur, ikhlas dalam berbuat, adil, kasih sayang, ihsan, mementingkan orang lain, tolong menolong, setia kawan, menjaga kemaslahatan umum, cinta tanah air dan lain-lain lagi bentuk akhlak yang mempunyai nilai sosial.

BAB III

SIMPULAN

Pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata pendidik dapat di artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan. Seorang pendidik mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya sebagai seorang pendidik.Seperti yang dikatakan oleh Imam Ghazali bahwa” tugas pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan, menyempurnakan serta membawa hati manusia untuk Taqarrub kepada Allah SWT.

Sedangkan peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, dimana mereka sangat memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.

Karakteristik peserta didik diantaranya,(a) peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunianya sendiri,(b) peserta didik memiliki kebutuhan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal mungkin.(c) Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, baik yang di sebabkan oleh faktor endogen ( fitrah) maupun eksogen (lingkungan ) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial.bakat,minat dan lingkungan yang mempengaruhinya. (d) Peseta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang memungkinkan dapat aktif,kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik memiliki aktivitas sendiri (swadaya ) dan kreatifitas sendiri (daya cipta). Sehingga dalam pendidikan tidak hanya memandang anak sebagai objek pasif yang biasanya hanya menerima, mendengarkan saja.(e) Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya.

DAFTAR PUSTAKA

 Abdul Rahman , Jamal, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah : Bahrun Abu Bakar Ihsan   Jubaidi (Bandung Irsyad Baitus salam, 2008).

Ahmadi , Abu dkk ilmu pendidikan (jakarta : PT Rineka Cipta 2006), cet 2.

                  http://belajardanpermainan.blogspot.com/2012/06/pendidik-dan-peserta-didik-dalam.html

                  http://prolink2all.blogspot.com/2011/07/peserta-didik-dalam-pendidikan-islam.html

                  Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1994 hal 103.

                 Ilmu pendidikan islam / oleh H.Ramayulis. jakarta kalam mulia,2002.